OM Swastyastu
Puji Anggayubagya kami haturkan atas waranugraha Ida sang Hyang Widhi Wasa/Ranyig Hatala
langit yang senantiasa memberikan kekuatan hidup pada kita semua.
Dalam masa perjalannya, KMHDI sebagai organisasi kaderisai berupaya untuk terus menempa
diri dalan setiap kesempatan. Proses pendidikan yang dijalani tidak bisa selalu disamakan dengan
pendidikan formal, tetapi lebih pada pendidikan mental dan karakter. Kenapa hari ini pendidikan
kaderisasi itu menjadi sangat penting adalah karena untuk membentuk kader yang mempuni dalam
melaksanakan swadharmanya. Bagi KMHDI, hanya ada dua hal yang harus dilakukan dalam lingkup
hidup ini, yakni dharma agama dan dharma negara.
Tantangan yang dihadapi organisasi adalah sebuah persoalan di dalam masyarakat dan bangsa.
persoalan itu tentunya menjadi bagian KMHDI untuk turut serta dan terlibat dalam penyelesaianya.
Sehingga diperluakan sarana yang layak berupa materi sebagai bekal kader KMHDI untuk aktif dalam
setiap kondisi. Tentu meteri pendidikan kader KMHDI juga harus relevan dengan perkembangan isu
dan wacana. Berangkat dari problematika yang ada di masyarakat tersebut, maka kami pengurus
Pimpinan Pusat KMHDI periode 2018-2020 melakukan perbaikan Buku Panduan Masa Penerimaan
Anggota Baru (MPAB) yang disusun oleh pengurus Pimpinan Pusat KMHDI periode 2016-2018.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam buku ini, dengan semangat
yang menggelora akan hausnya pendidikan, kami yakin buku panduan ini kan membantu kader KMHDI
untuk terus berproses meningkatkan kualitasnya. Semoga buku panduan kaderisasi ini dapat
dipergunakan oleh seluruh kader KMHDI.
OM Shanti Shanti Shanti OM
Jakarta, 01 April 2020
Edisi Pertama
Penyusunan : Konferensi Pendidikan Kaderisasi Nasional KMHDI, tanggal 8 - 11 Maret 2018 di
Jakarta
Penetapan : Rapat Pimpinan Nasional X KMHDI, tanggal 1 April 2018 di Jakarta
Edisi Kedua
Penyusunan : Konferensi Pendidikan Kaderisasi Nasional KMHDI, tanggal 28 Februari - 3 Maret
2020 di Jakarta
Penetapan : Rapat Pimpinan Nasional XIII, tanggal 1 April 2020 di Jakarta
Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan oleh pemateri agar materi
pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan tujuan dari materi tersebut. Silabus menjelaskan judul,
materi pokok dan sub materi, tujuan pembelajaran, metode penyajian, alokasi waktu, evaluasi, dan
referensi materi.
Materi
Materi adalah bahan ajar yang digunakan sebagai sumber pokok referensi oleh pemateri sebelum
disampaikan kepada peserta. Pemateri dapat mengembangkan materi yang dituliskan dalam buku ini,
namun harus sesuai dengan silabus yang sudah ditetapkan.
PILIHAN
WAJIB POKOK
MPAB 1. TOT
DMO
2. Diklat Jurnalistik
3. Diklat Politik
KT1 4. Diklat Kewirausahaan
KT2
KT3
1.1 PENDAHULUAN
Sistem kaderisasi KMHDI adalah sebuah sistem yang menggabungkan beberapa sub unit
kaderisasi dan menjadi satu kesatuan yang utuh dengan standarisasi yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan organisasi. Kaderisasi KMHDI menganut sistem pendidikan partisipatif, dimana seorang kader
dididik dan juga dilatih secara bersamaan dengan mengedepankan partisipasi peserta didik.
Adapun tujuan kaderisasi KMHDI adalah:
1) Menanamkan nilai-nilai ideologi KMHDI kepada mahasiswa Hindu untuk mencapai tujuan
organisasi;
2) Menjamin regenerasi dan keberlangsungan KMHDI;
3) Meningkatkan kualitas generasi muda Hindu;
Berpacu pada visi dan misi organisasi, nilai-nilai kaderisasi KMHDI juga dapat diperoleh melalui
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi, karena setiap kegiatan tersebut mengedepankan
nilai-nilai religius, nasionalis, humanis, dan progresif. Contoh kegiatan yang dimaksud misalnya
kepanitiaan, seminar, diskusi, dan lain - lain.
SILABUS
SEJARAH KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
1. Pengantar
2. Tahap Pembentukan KMHDI
a. Tahap Pemunculan Ide
b. Tahap Pemantapan Ide
Materi Pokok dan Sub Materi
c. Tahap Penyamaan Visi
d. Pelaksanaan Kongres Nasional Mahasiswa
Hindu Indonesia
3. Awal Perjalanan KMHDI
1. Kader Mengetahui sejarah KMHDI
2. Kader mengetahui tujuan awal dibentuknya
KMHDI dan perkembangan dari tahun ketahun
Tujuan
3. Kader memahami Sejarah KMHDI
4. Kader dapat Menumbuhk embangkan semangat
memajukan organisasi
Metode Monolog dan Diskusi
Alokasi Waktu 90 Menit
Evaluasi
Putra, Made Surya. 2002. Buku Pedoman Kaderisasi
Referensi
2. Jakarta: PP KMHDI
1.1 PENGANTAR
Para pemegang kekuasaan yang ingin melakukan pertanggungjawaban dan legitimasi atas
kekuasaannya, pertama-tama akan melakukan penguasaan atas ingatan kolektif, sehingga tidak aneh
apabila dimanapun di dunia ini penguasaan terhadap gambaran masa lalu dijadikan sebagai
pembenaran atas sistem yang berjalan pada masa sekarang. Karena itu, orang-orang yang menguasai
sejarah adalah orang-orang yang mampu mempertanyakan legitimasi penguasa, ini karena masa
lampau dikuasai bukan semata-mata untuk masa lampau itu sendiri tetapi demi penguasaan masa
depan. Untuk dapat melakukan pengendalian sejarah, sedikitnya ada dua cara yang digunakan.
Pertama, pemalsuan sejarah yaitu dengan melakukan penambahan atau pengurangan dalam fakta-
fakta sejarah yang diketahui oleh umum. Kedua, kebisuan sejarah, kebisuan sejarah umumnya
dilakukan atas tiga prinsip utama.
a. Prinsip Legitimasi. Contoh: Kasus “Kudeta Kecil Lenin”, Kasus Ken Arok, dll
b. Prinsip Kondisi Masyarakat. Contoh: Kasus buku sejarah Jerman pasca 1945 (pembantaian
Yahudi), kasus buku sejarah resmi Pemerintah Jepang, kasus PSPB di Indonesia dll
c. Prinsip Sejarah Memalukan.
Apakah hanya pemerintah (birokrasi dan militer) yang menyukai langkah manipulasi sejarah?,
ternyata tidak, masyarakat secara umum (bahkan keluarga inti sekalipun!) juga dapat melakukan
langkah yang sama dalam skala yang lebih kecil. Dalam bukunya “What is History”, E.H. Carr
mengatakan bahwa sejarah adalah proses berkesinambungan dari interaksi antara sejarawan dan
fakta-fakta yang dimilikinya, suatu dialog yang tidak berkesudahan antara masa sekarang dengan
masa lampau. Ini berarti tidak ada penulisan ataupun buku sejarah yang bersifat final atau selalu
dimungkinkan untuk melakukan interpretasi ulang atas sejarah. Adalah sangat penting bagi setiap
orang untuk menguasai sejarah, terutama bagi kader-kader KMHDI yang diprogramkan agar di masa
depan menjadi pemimpin-pemimpin Hindu. Penguasaan atas fakta-fakta sejarah akan sangat
membantu proses kepemimpinan. Sebagai penutup, berikut ini adalah kutipan dari (rencana) pidato
kenegaraan Bung Karno pada 17 Agustus 1966 (pidato ini akhirnya tidak dapat dibacakan oleh Bung
Karno, namun tersimpan dalam Arsip Negara).
“Pelajarilah sejarah perjuanganmu sendiri yang sudah lampau. Agar supaya tidak tergelincir
dalam perjuangan yang akan datang. Pegang teguh kepada sejarahmu itu. Never leave your own
history. Peganglah apa yang kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi dari hasil semua perjuangan
kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas, vacuum, diatas
kekosongan. Dan perjuanganmu akan nanti paling-paling bersifat amuk saja, seperti kera di gelap
gulita.” Jasmerah, Ir. Soekarno
SILABUS
PENJELASAN ATAS PURWAKA AD/ART (IDEOLOGI) KMHDI
1. Purwaka KMHDI
2. Bagan Ideologi KMHDI
3. Konsep Nilai-nilai Fundamental Individu KMHDI
a. Kebebasan
b. Keadilan
c. Solidaritas (Perasaan Senasib
Sepenanggungan)
4. Pokok-Pokok Kenegaraan KMHDI
a. Negara
Materi Pokok dan Sub Materi
b. Hukum
c. Demokrasi
5. Konsep Jati Diri Anggota KMHDI
a. Religiusitas
b. Humanisme
c. Nasionalisme
d. Progresifitas
6. Visi KMHDI
7. Misi KMHDI
Tujuan 1. Kader mengetahui cara pandang dasar KMHDI
dalam melihat segara sisi kehidupan seorang
kader didalam organisasi.
2. Kader mengetahui dan memahami Ideologi
KMHDI
3. Kader dapat menumbuh kembangkan semangat
memajukan organisasi
4. Kader mampu melembagakan nilai-nilai jati diri
pada diri setiap kader KMHDI
Metode Monolog dan Diskusi
Alokasi Waktu 120 menit
Evaluasi -
Referensi Putra, Made Surya. 2002. Buku Pedoman Kaderisasi
2. Jakarta: PP KMHDI.
Purwaka KMHDI
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa, kami menyadari tugas
mahasiswa Hindu Indonesia untuk mengabdi bagi Agama dan Negara. Dengan
mendasarkan diri pada nilai-nilai Veda, mahasiswa Hindu Indonesia berusaha
mewujudkan intelektual Hindu yang Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
Sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, mahasiswa Hindu
Indonesia berusaha mencapai tujuan Indonesia Merdeka yang berlandaskan Pancasila.
Mahasiswa Hindu Indonesia berkeyakinan bahwa hukum dan demokrasi harus menjadi
dasar praktek kenegaraan sehingga nilai-nilai kebebasan,keadilan dan solidaritas yang
dianut oleh rakyat Indonesia dapat dipertahankan dan dikembangkan.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, kami mahasiswa Hindu Indonesia
membentuk organisasi Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia sebagai wadah
pemersatu dan alat pendidikan kader yang bertujuan untuk memperbesar jumlah kader
mahasiswa Hindu yang berkualitas. Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia
meletakkan tanggung jawab di pundaknya untuk membentuk kader mahasiswa Hindu
Indonesia yang religius, humanis, nasionalis serta berpikiran progresif”.
Dari Purwaka di atas, KMHDI memiliki tujuan mulia untuk mewujudkan kebebasan, keadilan, dan
solidaritas dalam sebuah negara yang beralandaskan hukum dan demokrasi. Namun untuk
merealisasikan tujuan tersebut, KMHDI sadar bahwa hal paling mendasar yang harus diwujudkan
terlebih dahulu adalah kualitas kadernya. Bagaimana KMHDI bisa menciptakan perubahan yang besar
dan bermanfaat apabila anggotanya sendiri belum siap menciptakan perubahan tersebut. Untuk itu
KMHDI berupaya membentuk karakter anggota yang religius, humanis, nasionalis, dan progresif.
KMHDI menterjemahkan nilai-nilai tersebut di atas sebagai dasar konsep ideologi organisasi yang akan
menjadi arah dan acuan bagi KMHDI dalam bergerak.
2.3.1 Kebebasan
Kebebasan berarti hak setiap individu untuk mengembangkan kepribadiannya di dalam batas
yang ditetapkan oleh keadilan dan solidaritas. Kebebasan berarti pula bebas dari ketergantungan yang
merendahkan martabat dari pihak lain. Aspek hukum formal dari konsep kebebasan terdiri dari
perlindungan terhadap pelanggaran atas hak seseorang oleh orang yang lainnya. Situasi ini harus
didukung dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Ini berarti negara harus mampu
memberikan jaminan secara aktual bagi para individu warga negaranya agara selalu berada dalam
suatu kondisi fisik dan psikis yang membuatnya mampu menjalaninya kehidupannya atas tanggung
jawabnya sendiri.
Jaminan sosial dari negara, bukan sebuah timbal balik dari hal-hal tertentu yang telah dilakukan
oleh warga negara, namun sudah menjadi kewajiban dari negara dengan pemerintahan yang sedang
mengelolanya, bahwa kesejahteraan sosial dari rakyatnya adalah sebuah syarat mutlak bagi
terjaminnya kebutuhan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan membuatnya mampu menjalankan
kehidupan atas tanggung jawabnya sendiri.
Dengan kondisi tersebut KMHDI hadir sebagai wadah untuk bersama-sama memperjuangkan
nilai kebebasan yang pada dasarnya adalah hak setiap individu. Baik kebebasan bagi dirinya sebagai
bagian dari individu, maupun terhadap individu lainnya yang ada pada ruang lingkup masyarakat.
Karena ketika kebebasan pada setiap individu terwujud, maka demokrasi pada sebuah Negara akan
terwujud pula.
2.3.2 Keadilan
Keadilan mengandung makna kebebasan yang sama bagi semuanya, dengan hak-hak dasar
yang sejajar bagi individu dengan jaminan perlindungan dari negara melalui pranata hukum positif yang
dijalankan oleh pemerintah. Mengingat keadilan bagi suatu masyarakat baru akan terwujud apabila
kebutuhan materi dan sosial telah terpenuhi bagi individu-individu didalamnya, maka adalah wajar
apabila semua anggota masyarakat yang berkepentingan, ikut memberikan kontribusi maksimal
dengan menggunakan hak politik yang dimilikinya selaku warga negara, bagi terbentuknya suatu
sistem pemerintahan yang berkeadilan yang akan menjamin pelaksanaan hak-hak dasar individu.
Kondisi sebagaimana yang diinginkan, baru akan terwujud jika seluruh anggota masyarakat memiliki
kesempatan yang sama dan sejati bagi pengembangan dan pengamalan jati dirinya.
Dalam perspektif KMHDI, keadilan yang diperjuangkan adalah pemberiaan kesetaraan atas
perlakuan, kesempatan dan perlindungan pada setiap individu yang disesuaikan dengan
2.3.3 Solidaritas
Solidaritas memberikan makna yang moderat bagi kebebasan, sikap solider ini memberi makna
ganda. Menurut tradisi masyarakat Indonesia, solidaritas merupakan pengejawantahan bagi kepaduan
dan kegotong-royongan dari mereka yang secara bersama-sama merperjuangkan hak-hak yang sama.
Atas dasar solidaritas inilah, warga masyarakat yang lemah akan memperoleh kembali kebebasannya.
Solidaritas juga bermakna umum, sebagai sebuah ungkapan ke-saling tergantungan rakyat, solidaritas
merupakan peringatan bagi mereka untuk saling membantu dan memperlihatkan tanggung jawab
terhadap satu sama lainnya. Solidaritas hanya dapat terwujud dengan dasar sukarela. Dengan
terwujudnya suatu masyarakat yang adil, dengan suatu syarat mutlak, dimana individu-individu
memperlakukan individu yang lain sebagai orang yang bebas dan sederajat, maka perasaan solidaritas
yang timbul akan semakin besar.
KMHDI memperjuangkan nilai solidaritas untuk menciptakan kesadaran atas rasa persatuan dan
kesatuan dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
2.4.1 Demokrasi
Tanpa demokrasi tidak akan mungkin ada keadilan, kekuasaan yang terbentuk dan dimiliki oleh
suatu sistem, apabila berdasarkan hukum dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, yang
walaupun ditujukan untuk menentang sistem yang tengah berkuasa, adalah hal-hal yang sangat
esensial bagi suatu masyarakat yang ingin mewujudkan tempat hidup yang layak bagi umat manusia.
2.4.2 Hukum
Penguatan daya dan kepastian hukum sangat diperlukan dalam sebuah proses menuju sebuah
bangsa yang beradab dan memiliki norma-norma dalam kehidupan sosial. Hukum harus menjadi
panglima dalam pencarian keadilan bagi setiap warga negara. Proses dalam pembentukan dan
pelaksanaan hukum positif, harus selalu memihak pada keadilan. Proses ini harus dapat dikontrol oleh
rakyat secara aktif dalam bentuk partisipasi politik mereka.
Kediktatoran yang pernah dipraktekkan di Indonesia, harus selalu mengingatkan KMHDI akan
perlunya keadilan, kekuasaan berdasarkan hukum dan perlindungan bagi individu dari kesewenang-
wenangan dan penggunaan kekerasan. Martabat manusia tidak boleh dilanggar oleh siapapun
walaupun itu sebuah sistem rumit yang disebut dengan negara, kepastian akan hal ini harus diatur
dalam suatu peraturan perundang-undangan yang dalam pembentukannya dan pembuatannya harus
melibatkan partisipasi rakyat sebagai komponen yang utama. Kemerdekaan pengadilan dan hakim dari
intervensi siapapun atau apapun merupakan sebuah ciri yang penting dari suatu negara yang
berdasarkan hukum. Dan partisipasi rakyat dalam pembuatan perundang-undangan yang akan
dijalankan oleh pengadilan adalah mutlak sebagai sebuah pengejawantahan dari hak untuk
menentukan nasib mereka sendiri.
2.4.3 Negara
Konsep negara sebagai sebuah sistem pemerintahan terpusat dan dikendalikan hanya oleh lobi-
lobi beberapa kelompok elit dalam suatu lingkaran dalam para pengambil keputusan, harus dirubah
dengan suatu konsep tentang negara bangsa yang mampu memberikan ruang yang luas bagi
partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan. Negara bangsa ini, juga harus mampu
2.5.1 Religiusitas
Adalah nilai-nilai dasar yang harus tertanam dalam diri setiap anggota KMHDI sebagai sebuah
perwujudan terhadap dharma agama. Nilai religiusitas harus diartikan secara luas, yang bermakna
nilai-nilai tersebut bukan hanya harus menjadi pegangan individual anggota KMHDI. Nilai-nilai
religiusitas juga harus diterapkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dimana individu anggota
KMHDI tersebut berada. Ini bukan berarti bahwa masyarakat yang diinginkan oleh KMHDI adalah
sebuah masyarakat yang berlandaskan pada satu agama, karena nilai-nilai religiusitas terdapat dalam
setiap batang tubuh agama yang ada, namun nilai religiusitas harus terwujud dengan cara penerapan
nilai-nilai ke-agama-an yang universal dalam setiap gerak langkah anggota KMHDI dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sosialnya pada sisi politik, ekonomi dan budaya.
Nilai religiusitas pada sisi lain, dimaknai sebagai sebuah keperdulian akan agama Hindu, dimana
setiap anggota KMHDI harus memiliki kemampuan penguasaan agama, yang disertai dengan
keinginan untuk secara terus menerus melakukan pengkajian ulang yang kritis pada setiap nilai-nilai
dasar dan praktek-praktek keagamaan yang berkembang pada masyarakat Hindu.
2.5.2 Humanisme
Kesadaran bahwa setiap manusia pada dasarnya adalah percikan kecil dari Tuhan dan dalam
inti terdalamnya setiap manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan yang sama sebagaimana yang termaktub
dalam konsep Atman, adalah dasar dari nilai humanisme Hindu. Anggota KMHDI harus mampu
memandang setiap sosok individu manusia lain sebagai cerminan dari dirinya sesuai dengan konsep
Tat Twam Asi. Pengkotak-kotakan yang selama ini dilakukan dan secara riil ada dalam masyarakat
yang pembagiannya berdasarkan atas warna kulit, agama, kasta, suku bangsa, bahasa, kepercayaan,
nilai budaya dan lain-lain, harus disadari oleh anggota KMHDI sebagai sebuah kekeliruan yang bukan
2.5.3 Nasionalisme
Adalah sebuah penerjemahan dari keinginan anggota KMHDI untuk melakukan dharma negara.
Nasionalisme yang dianut bukan nasionalisme cauvinis, akan tetapi nasionalisme yang tumbuh dari
perasaan senasib dengan saudara sebangsa (solidaritas) dan perasaan saling menghormati dengan
saudara lain bangsa. Nasionalisme diartikan sebagai sebuah rasa ikut memiliki bangsa dan karenanya
ikut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dari bangsa itu sendiri.
Sebagai sebuah bagian dari komponen bangsa, anggota KMHDI harus memandang komponen
bangsa yang lain sebagai saudara, dengan memposisikan diri sebagai warga negara yang menentang
bentuk-bentuk masyarakat yang eksklusif dalam wujud primordialitas atau sektarianisme. Anggota
KMHDI harus secara aktif berpartisipasi dalam pembentukan sebuah negara bangsa.
2.5.4 Progresifitas
Sebagai individu-individu yang memiliki kepedulian terhadap perjalanan bangsa, umat manusia
dan agama. Anggota KMHDI harus mengambil posisi sebagai manusia yang progresif, siap akan
perubahan, menjadi pionir perubahan dan bukan hanya menunggu suatu perubahan terjadi. Kader
KMHDI harus selalu berada pada garda terdepan dalam suatu proses perubahan yang diyakini akan
mampu memperbaiki situasi. Sejarah telah membuktikan, bahwa progresifitas pemikiran dan tindakan,
sangat diperlukan pada saat suasana kemandegan menghantui gerak langkah kemanusiaan.
Progresifitas yang dianut, hendaknya adalah sebuah progresifitas yang mewujud, anggota KMHDI
harus selalu siap untuk berada pada lapisan terdepan dan bukan hanya sebagai pengikut pasif yang
reaksioner.
Dalam terminologi KMHDI, progresifitas berarti bahwa anggota KMHDI harus menjadi orang-
orang yang menelurkan ide, melaksanakan ide tersebut dan siap akan proses dialektika dari ide
tersebut. Proses dialektika yang akan melahirkan tesa, antitesa dan akhirnya mewujudkan sintesa yang
akan terus berulang. Proses dialektika dan bentuk gerakan yang progresif, harus diyakini sebagai
sebuah langkah konstruktif bagi perbaikan bangsa, kemanusiaan dan agama.
SILABUS
STRUKTUR DAN HUBUNGAN KELEMBAGAAN ORGANISASI KMHDI
1. Pengertian Struktur Organisasi
2. Struktur Organisasi KMHDI
3. Hirarki dan Wewenang Kepengurusan KMHDI
a. Pimpinan Pusat
b. Pimpinan Daerah
Materi Pokok dan Sub Materi
c. Pimpinan Cabang
d. Komisariat
4. Hubungan antara Pimpinan Pusat, Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang dan Komisariat
5. Hubungan Kelembagaan
1. Mengetahui hubungan koordinasi dan garis
perintah didalam organisasi secara bertingkat dari
Tujuan tingkat Pimpinan Pusat hingga komisariat KMHDI.
2. Mengetahui hubungan KMHDI dengan
pemerintah dan organisasi eksternal
Metode Monolog dan Diskusi
Alokasi Waktu 90 menit
Evaluasi -
1. Udiantara, I Gede. 1999-2002. Buku Pedoman
Kaderisasi 2. Jakarta : Pimpinan Pusat KMHDI
2. Dewiyana, N. K. Hanny. 2019. Buku Pedoman
Organisasi 1. Jakarta : Pimpinan Pusat KMHDI
Referensi
3. Ketetapan MAHASABHA X Nomor :
II/TAP/MAHASABHA XI/KMHDI/IX/2018 Tentang :
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
KMHDI
Pimpinan Daerah
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
Pimpinan Cabang
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
KOMISARIAT
KOORDINATOR
WAKIL KOORDINATOR
3.3.4 Komisariat
Komisariat ditetapkan dan bertanggung jawab melalui Rapim PC KMHDI atau PD KMHDI yang
belum memiliki PC KMHDI di ibu kota, disesuaikan dengan wilayah kerja komisariat tersebut. Adapun
deskripsi dari Bagan Kepengurusan pada tingkat Komisariat adalah:
1. Antara Koordinator dengan Wakil Koordinator
Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Koordinasi, sehingga hubungan yang
terjadi adalah hubungan yang bersifat Koordinatif antara Koordinator dengan wakil koordinator.
3.4 HUBUNGAN ANTARA PIMPINAN PUSAT, PIMPINAN DAERAH, PIMPINAN CABANG DAN
KOMISARIAT
Berdasarkan gambaran Bagan Hirarki diatas, dapat dilihat hubungan antara pimpinan/ tingkatan
organisasi KMHDI. Secara garis besar, bagan Hirarki KMHDI juga menggambarkan hubungan-
hubungan yang terjadi dalam 1 (satu) tingkatan organisasi. Adapun diskripsi dari bagan hirarki
organisasi KMHDI tersebut adalah:
1. Antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Daerah
a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi
adalah hubungan yang bersifat instruktif dari Pimpinan Pusat kepada Pimpinan Daerah.
b. Hubungan dalam hal Garis Intruksi adalah khusus untuk kebijakan kebijakan Organisasi
yang bersifat Internal Keorganisasian
c. Hubungan koordinasi secara formal keorganisasian antara Pengurus Pimpinan Pusat
dengan Pimpinan Daerah dapat terlaksana apabila diwakili atau diketahui oleh Presidium
Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Daerah.
2. Antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Cabang
a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi
adalah hubungan yang bersifat instruktif dari Pimpinan Pusat kepada Pimpinan Cabang.
b. Hubungan dalam hal Garis Intruksi adalah khusus untuk kebijakan kebijakan Organisasi
yang bersifat Internal Keorganisasian
c. Hubungan koordinasi secara formal keorganisasian antara Pengurus Pimpinan Pusat
dengan Pimpinan Cabang dapat terlaksana apabila diwakili atau diketahui oleh Presidium
Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Cabang.
3. Antara Pimpinan Daerah dengan Pimpinan Cabang
a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi di Internal dan garis Koordinasi di
eksternal organisasi.
b. Hubungan yang dilakukan menggunakan instruksi internal kecuali penerbitan SK Sabha
c. Hubungan antara PD dan PC di eksternal adalah bersifat koordinatif.
d. Hubungan garis instruksi PP dan PD kepada PC, apabila tidak terjadi kesamaan instruksi,
maka digunakan instruksi dari pimpinan tertinggi organisasi.
4. Antara Pimpinan Cabang dengan Komisariat
a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi
adalah hubungan yang bersifat instrukstif dari Pimpinan Cabang kepada Komisariat, dimana
Komisariat sebagai perpanjangan tangan Pimpinan Cabang secara langsung maupun tidak
langsung melaksanakan program-program kerja cabang. Garis kerja yang digunakan
adalah garis instruksi.
b. Hubungan instruksi secara formal keorganisasian antara Pimpinan Cabang dengan
Komisariat dapat terlaksana apabila dilaksanakan atau diketahui oleh Ketua Pimpinan
Cabang dan Koordinator Komisariat.
SILABUS
BENTUK, TUJUAN, DAN ATRIBUT ORGANISASI KMHDI
1. Bentuk Organisasi
2. Tujuan Organisasi KMHDI
3. Lambang KMHDI
4. Bendera dan Stempel KMHDI
5. Kartu Tanda Anggota
6. Papan Nama Organisasi
Materi Pokok dan Sub Materi 7. Jas/Almamater Organisasi
8. Pin Organisasi
9. Pakaian Dinas Harian
10. Ikrar Organisasi
11. Mars Organisasi
12. Hymne KMHD
13. Semboyan Organisasi
Kader mengetahui dan memahami atribut
Tujuan organisasi sebagai identitas yang akan
dilembagakan didalam diri setiap kader KMHDI.
Metode Monolog dan Diskusi
Alokasi Waktu 60 menit
Evaluasi Kehadiran
Dewiyana N. K. Hanny. 2007. Buku Pedoman
Referensi
Organisasi 1 Ed.Revisi. Jakarta: PP KMHDI.
PIMPINAN DAERAH
KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA
JAWA TIMUR
Jalan Karang Menjangan VI / 30 Surabaya– Jawa Timur
Telp. 031-5926272 | email: pd.jatim@kmhdi.org
Keterangan :
Bahan : Maryland American Drill
Warna Dasar : Krem Cerah (kode warna 600)
Warna List : Merah Maroon
Model : Kemeja Lengan Pendek atau Panjang
Kancing : Warna Hitam
Saku Depan : Terletak pada bagian dada sebelah kiri dengan model saku dalam
Lambang : Letak Lambang KMHDI pada bagian dada sebelah kiri berbentuk bordiran
Tulisan :
Berwarna : Hitam
Jenis font : bookman old style
Catatan :
Anggota hanya dapat menambahkan Nama dan Nomor Anggota/Jabatan yang diletakan dibagian
dada sebelah kanan sejajar dengan Saku. Selain yang dituliskan diatas, tidak dapat menambahkan
atribut lainnya pada PDH.
SILABUS
UNTUK APA SAYA DAN ANDA ADA DI KMHDI?
Materi Pokok dan Sub Materi 1. Pengantar
2. Mengapa harus ada KMHDI?
a. Situasi Kebangsaan
b. Situasi umat Hindu di Indonesia
3. Mengapa harus ber-KMHDI?
a. KMHDI sebagai Wadah Pendidikan dan
Pelatihan
b. KMHDI sebagai Wadah Pembesar Relasi
c. KMHDI Memfasilitasi Kecerdasan
Emosional (EQ)
Tujuan 1. Membuka pikiran peserta terhadap
permasalahan bangsa dan agama yang
sedang terjadi.
2. Menumbuhkembangkan semangat
perjuangan untuk memberikan peran positif
melalui wadah organisasi.
3. Memahami peranan KMHDI dalam
meningkatkan kualitas SDM Hindu.
Metode Monolog dan Diskusi
Alokasi Waktu 60 menit
Evaluasi -
Referensi 1. Putra, Made Surya. 2002. Buku Pedoman
Kaderisasi (BPK) 3. Jakarta: PP KMHDI.
2. Muttaqiyathun, Ani. 2010. Hubungan
Emotional Quotient, Intelectual Quotient dan
Spiritual Quotient dengan Entrepreneur‟s
Performance. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol 2
No 3 (online) diakses melalui:
http://www.irjbs.com/index.php/jurnalirjbs/artic
le/download/42/35
5.1 PENGANTAR
Sebagai seorang mahasiswa, mendedikasikan diri untuk belajar di dalam organiasi terlebih
dalam organisasi non-profit oriented tentunya membutuhkan banyak pengorbanan. Terlebih di era
digitalisasi saat ini, generasi yang tumbuh dan berkembang di tengah pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi telah membentuk karakter generasi yang lebih result oriented
(berorientasi pada hasil) dan kurang peduli pada proses. Hal tersebut berbanding terbalik terhadap
pendidikan dalam organisasi kaderisasi seperti KMHDI yang lebih menekankan pada proses dan
jenjang pembentukan karakter kadernya. Sehingga perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan
yang harus dijawab oleh KMHDI, karena organisasi yang tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan
zaman akan ditinggalkan oleh generasinya sendiri.
Meskipun demikian, organisasi masih sangat relevan untuk diikuti oleh generasi saat ini. Nilai
dan pembelajaran yang diperoleh sebagian besar merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri
kader sesuai dengan passion masing-masing. Kesalah pahaman mahasiswa Hindu terhadap peran
krusial organisasi dalam membentuk solusi terhadap permasalahan di masyarakat termasuk juga
terhadap diri mahasiswa yang terlibat menjadi penting untuk diberikan. Untuk itu materi ini disajikan
untuk menjawab berbagai pertanyaan yang sering muncul, diantaranya:
1. Untuk apa ada KMHDI?
2. Mengapa saya dan Anda harus ada di KMHDI?
3. Apa yang akan didapatkan dengan ber-KMHDI?
Melalui materi yang berjudul „untuk apa saya dan Anda ada di KMHDI‟ mencoba
mengkonstruksikan secara holistik dengan membentuk kesadaran mahasiswa Hindu terhadap kondisi
kebangsaan dan agama saat ini, dimana dua hal tersebut merupakan tanggung jawab mahasiswa
sebagai dharma negara dan dharma agama. Selanjutnya, mahasiswa Hindu harus paham bagaimana
mengatasi permasalahan tersebut dan di waktu yang sama mahasiswa juga perlu membentuk karakter
dan mengembangkan kemampuan diri.
6.1 UMUM
KMHDI sebagai organisasi kader yang memfokuskan kegiatan organisasi pada pendidikan
kader, memiliki kewajiban moral untuk melakukan proses kaderisasi yang berkesinambungan. Proses
kaderisasi merupakan suatu proses penanaman nilai- nilai organisasi kepada kader dalam jangka
panjang. Dalam upaya menciptakan kader yang berkualitas yang memiliki jati diri religius, humanis,
nasionalis dan progresif. Proses ini tidak bisa berhenti pada satu titik puncak, bagaikan suatu siklus
yang tidak akan pernah berhenti. Ketika kader telah terkader dengan baik, akan digantikan oleh kader
yang baru.
Untuk menjaga keberlangsungan proses kaderisasi, yang dipercaya mampu menciptakan kader
muda Hindu yang berkualitas, perlu dilakukan kegiatan penerimaan anggota baru yang menjadi suatu
kewajiban untuk diikuti oleh seluruh calon anggota KMHDI. Yang kemudian MPAB ini merupakan
syarat yang digunakan sebagai legalitas Mahasiswa Hindu menjadi kader KMHDI dan dapat menjalani
proses kaderisasi di dalam KMHDI.
6.2 TUJUAN
Adapun tujuan pelaksanaan Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai syarat mutlak untuk menjadi anggota KMHDI.
2. Meningkatkan jumlah kader.
3. Menjaga keberlangsungan proses kaderisasi.
4. Memperkenalkan nilai-nilai yang dianut oleh KMHDI
6.5 MATERI
Ada 5 materi yang disampaikan kepada peserta, diantaranya:
1. Sejarah KMHDI
2. Penjelasan atas Purwaka AD/ART(Ideologi) KMHDI
3. Struktur dan Hubungan Kelembagaan Organisasi
4. bentuk, tujuan dan atribut Organisasi KMHDI
5. Untuk apa saya dan anda berada di KMHDI
Materi
Tidak
Evaluasi
Ya
Pernyataan
Kesediaan
Ya Tidak
Pelantikan
Selesai
6.6.2 Materi
1. Materi diambil dari Buku Pedoman MPAB.
2. MPAB dalam KMHDI dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan yang membahas semua
materi MPAB maupun dalam beberapa kali pertemuan dengan pembagian materi setiap kali
pertemuan
3. Setiap satu materi selesai diberikan, calon anggota KMHDI mengisi lembar evaluasi pemateri
(lampiran 1). Dan di akhir semua materi calon anggota mengisi kuisioner MPAB untuk
6.6.3 Evaluasi
Calon anggota KMHDI yang dapat mengikuti pelantikan anggota apabila calon anggota tersebut
telah mengikuti MPAB secara penuh sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pengurus atau panitia
pelaksana. Calon anggota yang tidak mengikuti materi secara penuh, ia dapat mengikuti materi
susulan dalam waktu yang terpisah, berdasarkan kesepakatan dengan panitia dan pemateri yang
bersangkutan.
6.6.5 Pelantikan
Acara Pelantikan Anggota KMHDI dilakukan 1 (satu) kali untuk satu calon anggota dan
merupakan tahapan terakhir sebelum menjadi anggota KMHDI. Seperti telah diketahui, dalam MPAB
terdapat 3 (tiga) tahap utama (Hasil Konferendiknas / Rapimnas X KMHDI), yaitu: Pendaftaran,
Pengenalan dan Pelantikan. Setelah calon anggota KMHDI mendaftar dan mengikuti materi
pengenalan organisasi, maka berikutnya adalah pelantikan anggota KMHDI yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Kelengkapan Pelantikan Anggota :
a. SK Pelantikan
b. Bendera Merah Putih
c. Pataka KMHDI
d. Teks Asta Prasetya Brahmacarya
e. Kartu Anggota / PIN/ JAS KMHDI
2. Mekanisme Pelantikan Anggota:
a. Persiapan (oleh panitia) :
1) Petugas pembawa bendera merah putih dan Pataka KMHDI, menempati posisi yang telah
ditentukan. Posisi bendera merah putih berada disebelah kiri (dilihat dari posisi peserta)
dan Pataka KMHDI berada disebelah kanan (dilihat dari posisi peserta) sesuai denah
pada lampiran 4.
2) Semua calon anggota baru berbaris disebelah kanan menghadap Pataka KMHDI (lihat
denah pada lampiran 4).
b. Pelantikan (oleh pimpinan yang berwenang)
1) Pernyataan kesediaan calon anggota baru oleh pimpinan yang melantik, dalam hal ini oleh
ketua PD/PC dimana anggota tersebut mendaftar. Pernyataan juga dilakukan secara
tertulis yang diselesaikan sebelum upacara pelantikan dimulai.
2) Pembacaan SK Pelantikan Anggota KMHDI oleh pimpinan yang melantik
Kritik :
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
Saran :
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN
Nama : ……………………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………………..
Perguruan Tinggi : ……………………………………..
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun. Semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
(ttd)
(.……..…Nama………….)