DASAR-DASAR JURNALISTIK
OLEH:
C. Tugas Wartawan
Dalam buku Blur: How to Knoe What’s True in The Age of Information Overload
karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel tugas dari seorang wartawan adalah sebagai
berikut:
1. Authenticator, adalah masyarakat membutuhkan wartawan yang dapat
memeriksa keauntentikan suatu berita atau informasi.
2. Sense Maker, adalah wartawan dapat menerangkan apakah informasi masuk
akal atau tidak.
3. Investigator, adalah wartawan harus terus mengawasi kekuasan dan
membongkar kejahatan
4. Withness Bearer, adalah harus meneliti dan memantau kejadian-kejadian
tertentu dan dapat bekerja sama dengan reporter.
5. Empowerer, adalah saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan
warga untuk menghasilkan percakapan yang terus menerus pada keduanya.
6. Smart Aggregator, seorang wartawan harus cerdas berbagi sumber berita yang
dapat dihandalkan, laporan yang mencerahkan bukan hanya hasil karya
wartawan itu sendiri.
7. Organizer, yaitu organisasi berita, baik yang sudah lama atau baru.
8. Role Model, yaitu tidak hanya berkarya dan menghasilkan karya, tetapi juga
tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik harus dijadikan contoh.
Tugas seorang wartawan adalah melaporkan dan menulis tentang berbagai topik
atau berita. Lalu mempublikasikannya ke media massa seperti televisi, surat kabar dan
stasiun radio berita yang mana tugasnya adalah mengumpulkan berita.
D. Bahasa Jurnalistik
Menurut Rosihan Anwar, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh
wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik.
Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-
kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik
mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
Menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai
tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu
bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang
minimal.
Bahasa jurnalistik digunakan agar sebagian besar masyarakat yang melek huruf
dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus
baik, tak boleh ditinggalkan.
Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-
norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata
yang cocok.
Menurut Yus Badudu, bahasa suratkabar harus singkat, padat, sederhana, jelas,
lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar
mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama
tingkat pengetahuannya.
Mengingat orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca
surat kabar, bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak
perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang
digunakan dalam surat kabar.
Karakteristik atau ciri-ciri bahasa jurnalistik yang utama adalah sebagai berikut:
1. Hemat Kata. Memilih kata yang lebih ringkas: kemudian = lalu, kurang lebih =
sekitar, melakukan pencurian = mencuri, memberikan saran = menyarankan.
2. Lugas. To the point, tidak berbunga-bunga, tidak menggunakan kata-kata berona
(colorful words): menitikkan air mata = menangis; memiliki sebuah asa =
berharap.
3. Umum/Sederhana. Menggunakan kata-kata populer yang dipahami orang awam.
4. Menghindari Kata Mubazid dan Kata Jenuh.
Penggunaan bahasa jurnalistik dalam penulisan berita atau artikel akan membuat
naskah menjadi ringkas, padat, mudah dipahami, efektif, efisien, dan enak dibaca.
E. Penulisan Berita
Berita menurut KBBI adalah (1) Cerita atau keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yangg hangat; kabar, (2) laporan, (3) pemberitahuan; pengumuman. Tidak
semua berita dapat dipublikasikan atau “layak muat”. Untuk dapat dipublikasikan di
media, sebuah berita haruslah memenuhi karakteristik yang dikenal dengan “nilai-nilai
berita”.
Nilai Berita (Asep Syamsul M. Romli):
1. Cepat (aktual), yaitu aktual atau ketepatan waktu. berita adalah sesuatu yang baru
(new);
2. Nyata (factual), yaitu informasi tentang sebuah fakta yang terdiri dari kejadian
nyata, pendapat, dan pernyataan sumber berita;
3. Penting, yaitu menyangkut kepentingan banyak orang;
4. Menarik, yaitu mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.
Etika Menulis Berita:
1. Taatilah 9 kode etik jurnalisme (minimal 3 hal), meliputi: Objektifitas,
Independensi, dan Keberimbangan (Cover Both Side)
2. Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita.
3. Tepat di dalam penggunaan bahasa dan tatabahasa.
4. Gaya penulisan harus hidup, punya makna, warna, dan imajinasi.
Cara Pengumpulan Bahan Berita:
Ada tiga cara yang dapat dilakukan wartawan dalam mengumpulkan bahan berita
(data jurnalistik):
1. Observasi, Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung oleh
wartawan terhadap objek berita atau peristiwa/ fakta yang sedang terjadi. Melalui
panca inderanya, wartawan harus mampu menangkap fakta objektif dari sebuah
peristiwa.
2. Wawancara, Wartawan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada nara sumber
untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk penulisan berita. Nara sumber
merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan fakta, atau pihak
independen yang berkompeten mengomentari sebuah fakta.
3. Riset data, Wartawan menelusuri atau mengumpulkan data non verbal seperti
arsip, buku, hasil penelitian, dan referensi lain terkait dengan berita yang akan
ditulis. Data tertulis dapat mendukung gagasan berita sehingga memperkuat bobot
laporan.
Unsur-Unsur Berita, 5W + 1H:
1. What : Apa yang terjadi
2. Where : Di mana hal itu terjadi
3. When : Kapan peristiwa itu terjadi
4. Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian itu
5. Why : Kenapa hal itu terjadi
6. How : Bagaimana peristiwa itu terjadi
Untuk Istilah Indonesia: 3A – 3M
1. 3A : Apa; si-Apa; meng-Apa;
2. 3M : bila-Mana; di-Mana; dan bagai-Mana.
Macam-macam Berita
1. Straigt News / Hard News: Berita yang Lugas, singkat langsung ke pokok
persoalan dan fakta-faktanya biasanya harus memenuhi unsur 5 W dan 1 H.
2. Indepth News: Berita mendalam yang perlu kajian lebih dari sekadar reportase
dan wawancara. Perlu adanya analisis data atau penggalian dokumen. Berita jenis
ini meliputi banyak hal, ada Jurnalisme Investigative, Jusnalisme Interpretative,
juga Jurnalisme Presisi.
3. Feature / Soft News: Berita yang dari struktur penulisanya relatif lebih luwes dan
tidak terlalu ketat dalam soal waktunya. Untuk jenis feature ini, macam-
macamnya meliputi; Feature Biografi, Profil, Perjalanan, dan Feature Tips.
Struktur Naskah Berita:
1. Judul berita: Judul dalam berita harus jelas, tidak membuat orang yang membaca.
Jadi usahakan, ketika orang membaca judul beritamu, sudah tahu apa yang
dimaksud. Idealnya—meskipun tidak ada aturan bakunya—judul dibuat antara 3-
7 kata.
2. Teras berita (Lead): Yang dimaksud dengan teras berita adalah kalimat pembuka
dalam suatu berita. Idealnya, lead dalam berita (utamanya berita jenis Straight
News) memuat 5W+1H. Minimal untuk menjawab “Siapa, Apa, Kapan, dan Di
mana”, sedang untuk “Mengapa dan Bagaimana” bisa dipaparkan di paragraf
selanjutnya.
3. Isi berita (Body): Adapun isi berita merupakan bagian yang menjadi penjabaran
dari teras berita. Untuk gaya penulisan populer, yakni gaya piramida terbalik,
menghendaki hal-hal penting untuk ditaruh dalam teras berita. Sedangkan isinya
hanya berupa tambahan informasi (biasanya berisi ulasan yang berupa hasil
wawancara dengan narasumber).
Tahapan Menulis Berita:
1. Menentukan tema
2. Membuat kerangka tulisan (outline)
3. Menentukan narasumber (primer dan skuneder)
4. Reportase lapangan (liputan)
5. Mulailah menulis
6. Check and Richeck (sumber data dan diksi)
7. Publikasikan
F. Teknik Reportase
Teknik Reportase meliputi tiga hal:
1. Observasi, yaitu wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan
mengumpulkan data/fata kejadian tersebut.
2. Wawancara, yaitu wartawan bertanya untuk menggali informasi atau keterangan
kepada narasumber --pengamat, pelaku, saksi, korban, dan siapa pun yang
memiliki informasi.
3. Riset data/Studi Literatur/Riset Dokumentasi, yaitu wartawan membuka-buka
arsip, buku, atau referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya.
G. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data, sedangkan
pengumpulan data antara lain ada 3, yaitu:
1. Metode pengamatan secara langsung
2. Metode dengan menggunakan pertanyaan(wawancara)
3. Metode khusus
Dalam pembagian di atas, dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si
pengambil data langsung atau tidak langsung bergaul sampai dengan subjek penelitian
Perbedaan wawancara dengan percakapan sehari-hari:
1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal
2. Responden selalu menjawab pertanyaan
3. Pewawancara selalu bertanya
4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban tetapi harus
selalu bersikap netral
5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya
pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide
Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden.
Walaupun bagi pewawancara proses tersebut adalah satu bagian dari langkah-langkah
dalam penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, Wawancara adalah langkah dalam
penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah bagian dari penelitian.
Andaikata pewawancara dan responden menganggap bahwa wawancara adalah
bagian dari penelitian, tetapi sukses tidaknya pelaksanaan wawancara bergantung sekali
dari proses interaksi yang terjadi. Suatu hal yang piling penting dari proses interaksi yang
terjadi adalah wawasan dan pengertian(insight)
Masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsi (subliminal cues) sukar
dikenali karena antara pewawancara dan responden belum saling mengenal. Karena itu
pewawancara sedapat mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam
interaksi, antara lain:
1. Siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tertentu
2. Mencoba membawa isyarat tersebut ke batas yang diberi makna