Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN

DASAR-DASAR JURNALISTIK

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas


Jurnalistik

OLEH:

Muh Adriansyah Novitama NIM. 1811021038

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


1. Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd.
2. Dr. I Komang Sudarma, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
TAHUN 2020
A. Hakikat dan Prinsip Jurnalistik
Secara etimologis, Jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam Bahasa Prancis,
journ berarti catatan atau laporan harian. Dalam kamus, Jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau
berkala lainnya (Assegaff, 1983:9). Bahkan, tatkala Bahasa Inggris sudah merajai bahasa
ilmu sebagaimana yang terjadi di Indonesia, kata Jurnalistik itu berasal dari kata Bahasa
Inggris Journalism yang dapat dimaknai aktivitas atau profesi menulis untuk surat kabar
atau majalah atau siaran berita di radio atau televisi.
Ada juga ilmuwan yang menyusuri pengertian Jurnalistik dari etimologi bahwa
berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari Bahasa Perancis,
jounal, yang berarti catatan harian. Dalam Bahasa Latin juga ada kata yang hampir sama
bunyi dan ucapannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini.
Memang pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah
acta diurna yang berarti rangkaian akta: gerakan, kegiatan, dan kejadian sehari-hari.
Sementara itu, kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu
pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai
karya seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan,
seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara, termasuk di dalamnya semua macam bangunan,
kesusastraan, dan musik yang mengandung nilai seni atau keindahan. Oleh karena itu,
Jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam bentuk catatan peristiwa sehari-
hari yang memiliki nilai keindahan, sehingga menarik perhatian khalayak pembaca,
pendengar, pemirsa.
Ensiklopedi Indonesia secara rinci menerangkan, Jurnalistik adalah bidang profesi
yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari
secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Bahkan, ada
juga yang memberikan definisi bahwa Jurnalistik artinya kewartawanan atau hal-ikhwal
pemberitaan. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan,
mengedit, dan menulis di surat kabar, majalah, dan media massa lainnya.
Istilah jurnalistik, menurut Dian Amalia (2007), erat kaitannya dengan istilah pers
dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat media massa.
Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang
jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan
laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya
kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik
peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita
kepada khalayak. Jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik
diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar,
majalah, atau berkala lainnya.
Jurnalistik yang dalam Bahasa Inggris disebut juga Jurnalism dan seringkali
disebut literature in a hurry karena jurnalistik membutuhkan kecepatan. Para pembaca
tidak akan pernah berfikir bahwa kumpulan berita yang ada di dalam surat kabar,
sesungguhnya merupakan akumulasi dari proses panjang, melelahkan, yang tidak jarang
bahkan mempertaruhkan nyawa sang wartawan.
Salah seorang wartawan senior pernah berkata; ‚Jika anda ingin eksisting jadilah
pembalap, jika anda ingin kaya jadilah Bankir, tapi jika anda ingin duduk di antara orang-
orang yang membuat sejarah, jadilah wartawan‛ sebuah ungkapan menggetarkan yang
layak direnungkan para wartawan, bahwa mereka bukanlah kuli tinta, tapi pembuat
sejarah yang tidak harus manut pada redaksi seperti kerbau yang sedang dicocok
hidungnya.
Prinsip jurnalistik merupakan pedoman etis para wartawan yang berlaku
universal. Prinsip-prinsip ini lalu dituangkan dalam kode etik jurnalistik yang dirumuskan
dan ditetapkan masing-masing organisasi profesi wartawan. Di Indonesia, prinsip
jurnalistik berupa kode etik ditetapkan oleh Dewan Pers.
1. Kewajiban jurnalisme pertama adalah (berpihak) pada kebenaran.
2. Loyalitas (kesetiaan) pertamanya kepada warga (publik).
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
4. Para praktisinya (jurnalis/wartawan) harus menjaga independensi dari objek
liputannya.
5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen kekuasaan.
6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan
kompromi.
7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan.
8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional.
9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
Menurut Ethical Journalism Network, ada lima prinsip inti (five core principle of
journalism):
1. Kebenaran dan Akurasi (Truth and Accuracy)
2. Kemandirian (Independence)
3. Keadilan dan Ketidakberpihakan (Fairnees and Impartiality)
4. Kemanusiaan (Humanity)
5. Akuntabilitas (Accountability)
B. Sejarah Perkembangan Jurnalistik
Berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta
Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44
SM). “Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan
informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau
surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers
Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul
pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas perintah Raja Imam Agung,
segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di
serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang
yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil
sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”.
Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa
yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan
atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk
diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para
“Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat
senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal”
dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis
menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”,
atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist”
(wartawan).
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah
pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam
kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan. Untuk
mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar
kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara
hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air.
Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun
berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh
penumpang kapal. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita
dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai
kantor berita pertama di dunia.
Perkembangan Teknologi yang pesat dan di dorong untuk berkebutuhan cepat
membuat teknologi menjadi salah satu tolak ukur dalam perkembangan dunia di era
modern. Begitu juga dengan media, khususnya media jurnalisme. Media yang dulu hidup
di era analog atau masih dengan cara yang konvensional, maka di era modern dikenal
dengan era digital. Media jurnalistik juga mendapatkan dampak dari era modern yaitu
digitalisasi.
Banyak perusahaan media cetak harus bisa mengikuti perkembangan zaman yang
ada, agar infromasi yang di sampaikan ke khalayak tetap menjadi prioritas utama. Maka
muncullah media online atau yang dikenal dengan jurnalisme online. Dengan munculnya
media baru ini, membuat semuanya menjadi lebih mudah dan praktis. Praktek jurnalisme
juga akan semakin sulit dihadapi oleh para pekerja media.
Ketika mendengar kata online, yang terlintas dalam benak kita pasti internet.
Internet adalah penghubung antara satu dengan yang lain, semuanya dapat saling
terhubung meskipun terpisah jarak. Kemudahan dan kepraktisan dalam menggunakan
internet membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya. Internet melahirkan
banyak situs yang dapat kita akses. Salah satu hal yang sedang populer saat ini adalah
kehadiran jurnalisme baru yang disebut dengan Jurnalisme Online.
Jurnalisme Online adalah Jurnalisme yang memanfaatkan internet sebagai
medianya sehingga dapat diakses secara global ke seluruh dunia. Jurnalistik online
(Online Journalism) disebut juga cyber journalism, jurnalistik internet, jurnalistik web
(web journalism) merupakan “generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik konvensional
(jurnalistik cetak, seperti surat kabar ) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism
radio dan televisi).
Berbagai tulisan tentang jurnalisme online yang menunjukkan jenis jurnalisme
baru ini tidak lepas dari perkembangan teknologi yaitu komputer yang diikuti
kemunculan teknologi internet. Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer
tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook
yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks,
foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang
meliput di medan paling sulit sekalipun.
Tanggal 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kelahiran
juranalisme online, yaitu ketika Mark Druge, berbekal sebuah laptop dan ditambah
dengan modem,yang digunakan leh Mark untuk mempublikasikan kisah perselingkuhan
Preseiden Amerika Serikat, Bill Clinton, dengan sekretarisnya Monica Lewinsky di
website Druge Report.Mark mempublikasikan peristiwa itu di website karena majalah
Newsweek dikabarkan menolak untuk memuat kisah skandal seks dari hasil investigasi
Michael Isikoff. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui bagaimana
cerita “Monicagate” yang juga dikenal dengan sebutan “Monica Scandal” dan “Sexgate”
tersebut.
Tidak berhenti di situ saja namun dua tahun kemudian atau awal tahun 2000-an,
muncullah situs-situs pribadi yang menampilkan laporan hasil jurnalistik pemiliknya
yang kini dikenal dengan website blog, weblog, atau blog saja. Perkembangan media
Jurnalistik online tidak terbatas hanya di Amerika serikat atau di belahan bumi lainnya
saja. Di Asia khususnya di Indonesia, media jurnalisme online juga berkembang pesat.
Namun Media online mulai berkembang pada tahun 1996 sampai dengan 1997.
Kemunculan dan perkembangan jurnalistik online di Indonesia juga dimulai
dengan berita menggegerkan, yaitu berakhirnya era pemerintahan Orde Baru saat
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Berita pengunduran diri Soeharto
tersebar luas melalui milist (mailing list) yang sudah dikenal luas di kalangan aktivis
demokrasi dan mahasiswa.
Pada awalnya konten dalam media online dan media cetak (Kompas dan
Republika) sama. Media online yang ada di Indonesia pada awalnya tidak memiliki
perbedaan dengan media cetak. Karena apa yang ada di media cetak hanya dipindahkan
dalam media online. Sehingga kontennya sama persis.
Barulah ada media online yang serius untuk menyajikan berita melalui media
online yaitu pada tahun 1998 muncul detik.com yang menyajikan berita real time.
Detik.com berbeda dengan media lain yang hanya memindahkan konten yang ada dalam
media cetak dalam bentuk online. Detik.com pernah membuat media cetak namun tidak
bertahan lama. Sehingga, sampai saat ini detik.com hanya fokus pada media online.
Informasi yang dimuat dalam detik.com juga selalu up to date.
Lima tahun kemudian, setelah kemunculan detik.com yang fokus membangun
media online sebagai media jurnalistik, media-media cetak lain mulai membuat surat
kabar dalam bentuk online. Pada tahun 2007 hingga sekarang, diprediksi akan banyak
bermunculan media-media online yang real time. Hingga akhirnya, pada tahun 2008,
media online dan blog mulai booming.
Kemudahan mengakses internet telah memberikan banyak dampak positif bagi
kita. Perkembangan teknologi membawa kita menuju perubahan yang semakin pesat dan
membuat semua menjadi lebih praktis. Namun kita sebagai pengguna juga harus bisa
bersikap bijak dalam menggunakan media online agar, media online dan juga jurnalisme
online bisa menjadi alternatif media di era digital.

C. Tugas Wartawan
Dalam buku Blur: How to Knoe What’s True in The Age of Information Overload
karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel tugas dari seorang wartawan adalah sebagai
berikut:
1. Authenticator, adalah masyarakat membutuhkan wartawan yang dapat
memeriksa keauntentikan suatu berita atau informasi.
2. Sense Maker, adalah wartawan dapat menerangkan apakah informasi masuk
akal atau tidak.
3. Investigator, adalah wartawan harus terus mengawasi kekuasan dan
membongkar kejahatan
4. Withness Bearer, adalah harus meneliti dan memantau kejadian-kejadian
tertentu dan dapat bekerja sama dengan reporter.
5. Empowerer, adalah saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan
warga untuk menghasilkan percakapan yang terus menerus pada keduanya.
6. Smart Aggregator, seorang wartawan harus cerdas berbagi sumber berita yang
dapat dihandalkan, laporan yang mencerahkan bukan hanya hasil karya
wartawan itu sendiri.
7. Organizer, yaitu organisasi berita, baik yang sudah lama atau baru.
8. Role Model, yaitu tidak hanya berkarya dan menghasilkan karya, tetapi juga
tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik harus dijadikan contoh.
Tugas seorang wartawan adalah melaporkan dan menulis tentang berbagai topik
atau berita. Lalu mempublikasikannya ke media massa seperti televisi, surat kabar dan
stasiun radio berita yang mana tugasnya adalah mengumpulkan berita.

D. Bahasa Jurnalistik
Menurut Rosihan Anwar, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh
wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas, dan menarik.
Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-
kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik
mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
Menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai
tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu
bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang
minimal.
Bahasa jurnalistik digunakan agar sebagian besar masyarakat yang melek huruf
dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus
baik, tak boleh ditinggalkan.
Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-
norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata
yang cocok.
Menurut Yus Badudu, bahasa suratkabar harus singkat, padat, sederhana, jelas,
lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar
mengingat bahasa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama
tingkat pengetahuannya.
Mengingat orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca
surat kabar, bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak
perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang
digunakan dalam surat kabar.
Karakteristik atau ciri-ciri bahasa jurnalistik yang utama adalah sebagai berikut:
1. Hemat Kata. Memilih kata yang lebih ringkas: kemudian = lalu, kurang lebih =
sekitar, melakukan pencurian = mencuri, memberikan saran = menyarankan.
2. Lugas. To the point, tidak berbunga-bunga, tidak menggunakan kata-kata berona
(colorful words): menitikkan air mata = menangis; memiliki sebuah asa =
berharap.
3. Umum/Sederhana. Menggunakan kata-kata populer yang dipahami orang awam.
4. Menghindari Kata Mubazid dan Kata Jenuh.
Penggunaan bahasa jurnalistik dalam penulisan berita atau artikel akan membuat
naskah menjadi ringkas, padat, mudah dipahami, efektif, efisien, dan enak dibaca.

E. Penulisan Berita
Berita menurut KBBI adalah (1) Cerita atau keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yangg hangat; kabar, (2) laporan, (3) pemberitahuan; pengumuman. Tidak
semua berita dapat dipublikasikan atau “layak muat”. Untuk dapat dipublikasikan di
media, sebuah berita haruslah memenuhi karakteristik yang dikenal dengan “nilai-nilai
berita”.
Nilai Berita (Asep Syamsul M. Romli):
1. Cepat (aktual), yaitu aktual atau ketepatan waktu. berita adalah sesuatu yang baru
(new);
2. Nyata (factual), yaitu informasi tentang sebuah fakta yang terdiri dari kejadian
nyata, pendapat, dan pernyataan sumber berita;
3. Penting, yaitu menyangkut kepentingan banyak orang;
4. Menarik, yaitu mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.
Etika Menulis Berita:
1. Taatilah 9 kode etik jurnalisme (minimal 3 hal), meliputi: Objektifitas,
Independensi, dan Keberimbangan (Cover Both Side)
2. Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita.
3. Tepat di dalam penggunaan bahasa dan tatabahasa.
4. Gaya penulisan harus hidup, punya makna, warna, dan imajinasi.
Cara Pengumpulan Bahan Berita:
Ada tiga cara yang dapat dilakukan wartawan dalam mengumpulkan bahan berita
(data jurnalistik):
1. Observasi, Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung oleh
wartawan terhadap objek berita atau peristiwa/ fakta yang sedang terjadi. Melalui
panca inderanya, wartawan harus mampu menangkap fakta objektif dari sebuah
peristiwa.
2. Wawancara, Wartawan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada nara sumber
untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk penulisan berita. Nara sumber
merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan fakta, atau pihak
independen yang berkompeten mengomentari sebuah fakta.
3. Riset data, Wartawan menelusuri atau mengumpulkan data non verbal seperti
arsip, buku, hasil penelitian, dan referensi lain terkait dengan berita yang akan
ditulis. Data tertulis dapat mendukung gagasan berita sehingga memperkuat bobot
laporan.
Unsur-Unsur Berita, 5W + 1H:
1. What : Apa yang terjadi
2. Where : Di mana hal itu terjadi
3. When : Kapan peristiwa itu terjadi
4. Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian itu
5. Why : Kenapa hal itu terjadi
6. How : Bagaimana peristiwa itu terjadi
Untuk Istilah Indonesia: 3A – 3M
1. 3A : Apa; si-Apa; meng-Apa;
2. 3M : bila-Mana; di-Mana; dan bagai-Mana.
Macam-macam Berita
1. Straigt News / Hard News: Berita yang Lugas, singkat langsung ke pokok
persoalan dan fakta-faktanya biasanya harus memenuhi unsur 5 W dan 1 H.
2. Indepth News: Berita mendalam yang perlu kajian lebih dari sekadar reportase
dan wawancara. Perlu adanya analisis data atau penggalian dokumen. Berita jenis
ini meliputi banyak hal, ada Jurnalisme Investigative, Jusnalisme Interpretative,
juga Jurnalisme Presisi.
3. Feature / Soft News: Berita yang dari struktur penulisanya relatif lebih luwes dan
tidak terlalu ketat dalam soal waktunya. Untuk jenis feature ini, macam-
macamnya meliputi; Feature Biografi, Profil, Perjalanan, dan Feature Tips.
Struktur Naskah Berita:
1. Judul berita: Judul dalam berita harus jelas, tidak membuat orang yang membaca.
Jadi usahakan, ketika orang membaca judul beritamu, sudah tahu apa yang
dimaksud. Idealnya—meskipun tidak ada aturan bakunya—judul dibuat antara 3-
7 kata.
2. Teras berita (Lead): Yang dimaksud dengan teras berita adalah kalimat pembuka
dalam suatu berita. Idealnya, lead dalam berita (utamanya berita jenis Straight
News) memuat 5W+1H. Minimal untuk menjawab “Siapa, Apa, Kapan, dan Di
mana”, sedang untuk “Mengapa dan Bagaimana” bisa dipaparkan di paragraf
selanjutnya.
3. Isi berita (Body): Adapun isi berita merupakan bagian yang menjadi penjabaran
dari teras berita. Untuk gaya penulisan populer, yakni gaya piramida terbalik,
menghendaki hal-hal penting untuk ditaruh dalam teras berita. Sedangkan isinya
hanya berupa tambahan informasi (biasanya berisi ulasan yang berupa hasil
wawancara dengan narasumber).
Tahapan Menulis Berita:
1. Menentukan tema
2. Membuat kerangka tulisan (outline)
3. Menentukan narasumber (primer dan skuneder)
4. Reportase lapangan (liputan)
5. Mulailah menulis
6. Check and Richeck (sumber data dan diksi)
7. Publikasikan

F. Teknik Reportase
Teknik Reportase meliputi tiga hal:
1. Observasi, yaitu wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan
mengumpulkan data/fata kejadian tersebut.
2. Wawancara, yaitu wartawan bertanya untuk menggali informasi atau keterangan
kepada narasumber --pengamat, pelaku, saksi, korban, dan siapa pun yang
memiliki informasi.
3. Riset data/Studi Literatur/Riset Dokumentasi, yaitu wartawan membuka-buka
arsip, buku, atau referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya.
G. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data, sedangkan
pengumpulan data antara lain ada 3, yaitu:
1. Metode pengamatan secara langsung
2. Metode dengan menggunakan pertanyaan(wawancara)
3. Metode khusus
Dalam pembagian di atas, dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si
pengambil data langsung atau tidak langsung bergaul sampai dengan subjek penelitian
Perbedaan wawancara dengan percakapan sehari-hari:
1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal
2. Responden selalu menjawab pertanyaan
3. Pewawancara selalu bertanya
4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban tetapi harus
selalu bersikap netral
5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya
pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide
Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden.
Walaupun bagi pewawancara proses tersebut adalah satu bagian dari langkah-langkah
dalam penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, Wawancara adalah langkah dalam
penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah bagian dari penelitian.
Andaikata pewawancara dan responden menganggap bahwa wawancara adalah
bagian dari penelitian, tetapi sukses tidaknya pelaksanaan wawancara bergantung sekali
dari proses interaksi yang terjadi. Suatu hal yang piling penting dari proses interaksi yang
terjadi adalah wawasan dan pengertian(insight)
Masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsi (subliminal cues) sukar
dikenali karena antara pewawancara dan responden belum saling mengenal. Karena itu
pewawancara sedapat mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam
interaksi, antara lain:
1. Siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tertentu
2. Mencoba membawa isyarat tersebut ke batas yang diberi makna

Anda mungkin juga menyukai