Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Weda Sebagai Sumber Hukum
Hindu” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam makalah ini,
sangat kami harapkan. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.

Denpasar, 12 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………..................... i
Daftar isi…………………………………………………………….……………..................... ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………………..................... 1
Rumusan Masalah……………………………………………………………...…..................... 1
Tujuan ……………………………………………………………………………..................... 1
Manfaat…………………………………………………………………………........................1

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Weda…………………………………………………………………...................... 2
Weda Sruti…………………..…………………………………………......................................2
Weda Smrti.................................................................................................................................. 6
Weda Sebagai Sumber Hukum Hindu Dilihat dari Berbagai Sudut Pandang ………………....11
Sumber Hukum Hindu Menurut Kitab Manawa Dharmasastra……..…………….....................12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ………………………………………………………………………….................13
Saran ………………………………………………………………………………................... 14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan
terutama di India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi
berbagai aliran di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta serta suatu pandangan luas akan
hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan
norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan
filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam. Agama
Hindu merupakan agama yang lahir dan berkembang di lembah Sungai Sindu, India. Dalam
Agama Hindu terdapat kitab suci yang menjadi pedoman seluruh umat Hindu yaitu Kitab
Suci Weda. Dalam Kitab Suci Weda ini terdapat banyak sekali pengetahuan. Dari Kitab Suci
Weda ini lahirlah Hukum Hindu. Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas
aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang menyangkut tata keagamaan, mengatur
hak dan kewajiban manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Dewasa
ini banyak orang berbuat diluar dari Hukum Hindu tersebut. Maka dari itu, dalam makalah
ini kami akan mencoba menyajikan tentang Weda sebagai sumber Hukum Hindu.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Weda?
2) Apa jenis-jenis Weda?
3) Apa sumber Hukum Hindu?
4) Jelaskan Weda sebagai sumber Hukum Hindu dilihat dari beberapa sudut pandang!

1.3 Tujuan
1) Untuk memahami tentang pengertian Weda sebagai sumber hukum Hindu.

1.4 Manfaat
1) Dapat menjadi bahan pembelajaran pendidikan agama Hindu khususnya tentang
Weda sebagai sumber Hukum Hindu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Veda berasal dari bahasa Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu
pengetahuan. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sanskerta, Nama
Sanskerta dipopulerkan oleh Maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sanskerta
yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam
mempelajari Sanskerta. Sebelum nama Sanskerta menjadi populer, maka bahasa yang
dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh
yang merintis penggunaan tata bahasa Sanskerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh
Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi
Wararuci.

2.2 Weda Sruti


Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui pendengaran
langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kelompok Weda Sruti menurut
Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya atau Weda Orisinal. Menurut sifat
isinya, Weda Sruti dibagi menjadi tiga bagian antara lain :
1. Bagian Mantra (Mantra Samhita)
Kitab Mantra atau Mantra Samhita umurnya sangat tua dan merupakan dokumen
umat manusia tertulis yang tertua dan masih ada sampai sekarang. Kitab ini ditulis
dalam bentuk syair atau prosa liris, bahasanya bahasa Sanskerta Weda. Syair-syair
tersebut terkumpul dalam empat himpunan mantra yang masing-masing disebut
Samhita. Keempat samhita tersebut disebut Catur Weda Samhita yang terdiri dari :
a) Rg. Weda atau Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-mantra
yang memuat ajaran-ajaran umum dalam bentuk pujaan. Rg. Weda terdiri
dari 10.552 mantra, isinya syair-syair pujaan. Kitab ini merupakan Weda
yang tertua dan yang terpenting, isinya terdiri dari 10 mandala. Pendeta
penyajinya disebut Hort (Horti).
b) Sama Weda atau Sama Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-
mantra yang memuat ajaran umum mengenai lagu-lagu pujaan atau saman
yang dinyanyikan waktu upacara. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra.
Kata sama berarti irama atau melodi. Pendeta penyajinya disebut Udgatr
(Udgatri). Sama Weda terdiri dari dua bagian, yaitu:
 Bagian Arcika terdiri dari mantra-mantra pujaan yang bersumber
pada Rg. Weda.
 Bagian Uttararcika, yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat
tambahan. Kitab ini terdiri dari beberapa buku nyanyian pujaan
(gana). Dari kitab-kitab yang ada, yang masih dapat dijumpai
antara lain Ranayaniya, Kutama, dan Jaiminiya (Talawakara).
c) Yajur Weda atau Yajur Weda Samhita merupakan kumpulan mantra-
mantra yang memuat doa-doa pujaan atau pokok-pokok yadnya, yang
terdiri dari 1.975 mantra. Pendeta penyajinya disebut Adwaryu. Kitab ini
terdiri atas dua aliran, yaitu :
 Yajur Weda Hitam (Kresna Yajur Weda) yang terdiri atas
beberapa resensi yaitu Katakhassamhita, Mapisthalakathasamhita,
Maitrayamisamhita, dan Taithiriyasamhita (terdiri dari dua aliran,
yaitu Apastamba dan Hiranyakesin).
 Yajur Weda Putih (Sukla Yajur Weda juga dikenal Wajasaneyi
Samhita). Kitab ini terdiri dari dua resensi, yaitu Kanwa dan
Madhayandina.
Perbedaan pokok antara kedua Yajur Weda ini terletak pada penggunaan
mantra. Mantra pada Yajur Weda Putih diucapkan sebagai doa-doa dalam
suatu upacara, sedangkan mantra pada Yajur Weda Hitam menguraikan
tentang arti dari upacara itu sendiri.
d) Atharwa Weda atau Atharwa Weda Samhita terdiri dari 5.987 mantra.
Diantara mantra-mantra itu banyak yang berbentuk prosa. Isinya adalah
tuntunan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan hidup keduniawian.
Banyak mantranya bersifat magis (Atharwan). Pendeta penyajiannya
disebut Brahmana. Kitab ini terdiri dari Resensi Saunaka dan Paipplada.
2. Bagian Brahmana (Karma Kanda)
Kitab - Kitab Brahmana memuat ajaran tentang kewajiban-kewajiban hidup
beragama. Kewajiban-kewajiban ini antara lain kewajiban untuk melakukan upacara
korban atau yadnya. Setiap Kitab Suci Weda memiliki kitab Brahmananya sendiri-
sendiri. Kitab Rg. Weda memiliki dua buah kitab Brahmana yaitu: Aetareya
Brahmana dan Kausitaki Brahmana yang juga disebut Sankhyana Brahmana. Kitab
yang pertama terbagi atas 40 bab, sedangkan kitab yang kedua terdiri dari 30 bab.
Kitab Sama Weda memiliki beberapa kitab brahmana yaitu: Tandya Brahmana
(Panca Wirusa), Sadwirusa Brahmana, Adbhuta Brahmana. Kitab Yajur Weda
memiliki dua kitab brahmana yaitu: Taittiriya Brahmana (milik Sukla Yajur Weda).
Kitab Atharwa Weda memiliki kitab Gopatha Brahmana.
3. Bagian Upanisad/Aranyaka (Jnana Kanda)
Kata Upanisad berarti duduk dibawah dekat seorang guru untuk menerima ajaran-
ajaran yang bersifat rahasia. Kitab ini merupakan pedoman bagi orang yang sudah
melaksanakan Wanasprasta. Kitab ini isinya interpretasi upacara-upacara keagamaan.
Kitab ini disebut rahasya Jnana karena isinya bersifat rahasia. Kitab-kitab Aranyaka
yaitu: Aetareya Aranyaka (milik Reg Weda). Tandra Aranyaka (Milik Sama Weda),
Satapatha Aranyaka (milik Atharwa Weda). setiap Weda dari Catur Weda memilki
kitab Upanisad sebagai berikut:
a) Upanisad yang termasuk Reg Weda berjumlah 10 Upanisad yaitu:
Aetareya, Kausitaki, Nada-Bindu, Atmaprabedha, Nirwana, Mudgala,
Aksamalika, Tripura, Saubhaya, dan Brahwrca Upanisad.
b) Upanisad yang termasuk Sama Weda berjumlah 16 Upanisad yaitu:
Kena, Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika,
Yogacudamani, Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika,
Sawitri, Rudraksajabala, Darsana dan Jabali Upanisad.
c) Upanisad yang termasuk Yajur Weda:
 Yajur Weda Hitam berjumlah 32 Upanisad: Kanthawali,
Taittiriyaka, brahma, Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha,
Narayana, Amrtabindu, Asartanada, Katagnirudra, Kausika,
Sukharahasya, Tejebindu, Dyanabindu, Brahmawidya,
Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda, Sariraka, Yoga Sikha,
Ekasara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahredaya,
Yogakundalini, Pancabrahma, Pranagnihotra, Wahara,
Kalisandraha, Ratnakhata dan Saraswatirasya Upanisad.
 Yajur Weda Putih berjumlah 19 Upanisad: Isawasya,
Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa, Paramahamsa, Subata,
Mantrika, Niralambha, Trisikhibrahmana, Turiyatitah,
Adwanyataraka, Pinggala, Bhiksu, Adhyatma, Tarasara,
Yadnyawalkya, Satyayani, Muktika dan Mandala brahmanaa
Upanisad.
 Upanisad yang termasuk Atharwa Weda Berjumlah 31
Upanisad: Prasna, Mundaka, Mandhuka, Atharwasria,
Atharwasikha, Brhaajjabala, Nrsimhatapini,
Naradapariwrrjaka, Sita, Mahanarayana, Ramarahasya,
Ramatapini, Sandilya, Paramahamsa, Annapurna, Surya,
Atma, Pasupata, Parabrahma, Tripuratapini, Dewi, bhawana,
Brahma, Ganapati, Mahawakaya, Gopalatapini, Krsna,
Hayagriwa, Dattatreya, Garuda, Sarabha.
2.3 Weda Smrti
Kitab Weda Smrti adalah kitab yang ditulis berdasarkan ingatan yang bersumber kepada
Weda Sruti. Kitab ini dianggap sebagai kitab Hukum Hindu yang di dalamnya memuat
tentang syariat Hindu yang disebut Dharma. Karena itu Kitab Smrti ini dinyatakan
sebagai Kitab Dharmasastra. Dharma berarti hukum dan Sastra berarti ilmu. Smrti dapat
digolongkan kedalam dua kelompok:
1. Kelompok Wedangga
Dilihat dari arti kata, Wedangga terdiri dari dua kata yaitu Weda adalah Kitab
Suci dan Angga artinya badan (batang tubuh). Jadi, Wedangga artinya batang tubuh
(badan) Weda. Kitab Wedangga tidak terpisah dari weda, karena isi dan idenya lahir
dari Weda. Kitab ini akan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ada dalam
Weda (badan Weda). Kelompok Wedangga terdiri dari 6 bagian yang disebut Sad
Wedangga, yang terdiri dari:
 Siksa (Phonetika)
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang tata cara yang tepat
dalam pengucapan mantra serta tinggi rendahnya tekanan suara. Buku-
buku siksa ini disebut Pratisakhya yang dihubungkan dengan berbagai
resensi Weda Sruti.
 Wyakarana (Tata Bahasa)
Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat
penting dan menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda
Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar.
Asal mula teori pengajaran Wyakarana, bersumber pada kitab
Pratisakhya.
 Chanda (Lagu)
Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan
bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan
Weda karena dengan Chanda semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun
temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Di antara berbagai jenis
kitab Chanda, yang masih terdapat dewasa ini adalah dua buah buku,
antara lain Nidana sutra dan Chandra sutra. Kitab terakhir itu dihimpun
oleh Begawan Pinggala.
 Nirukta (Sinonim dan Antonim)
Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutama memuat berbagai
penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda. Kitab
tertua dari jenis ini dihimpun oleh Begawan Yaska bernama Nirukta,
ditulis pada tahun 800 SM. Kitab ini membahas tiga masalah yaitu:
 Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya.
 Naidhamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti
ganda.
 Daiwatakanda menghimpun nama Dewa -Dewa yang ada di
angkasa, bumi dan surga.
 Jyotisa (Astronomi)
Kelompok Jyostisa merupakan pelengkap Weda yang isinya
memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman
dalam melakukan Yadnya. Isinya yang penting membahas peredaran tata
surya, bulan dan benda angkasa lainnya yang dianggap mempunyai
pengaruh dalam pelaksanaan Yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang
masih kita jumpai ialah Jyostisa Wedangga yang penulisnya sendiri tidak
dikenal.
 Kalpa (Ritual)
Kelompok Kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang
terbesar dan yang terpenting. Kitab Kalpa adalah jenis kitab Smrti
(Wedangga) yang isinya berhubungan dengan kitab Brahmanda dan kitab-
kitab mantra. Kalpa terdiri empat kitab yang kebanyakan isinya
berhubungan dengan kitab-kitab Brahmanda. Dan hanya sebagian kecil
yang berhubungan dengan kitab-kitab mantra.
2. Kelompok Upa Weda
Upa berarti dekat/sekitar dan Weda dapat diartikan pengetahuan suci/kitab suci.
Upa Weda juga diartikan sebagai Weda yang lebih kecil. Kitab Upa Weda memiliki
fungsi sama pentingnya dengan kitab-kitab Smrti yang lainnya. Kitab Upa Weda
terdiri dari beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :
a) Itihasa
Itihasa adalah karya sastra yang bersifat spiritual, di mana ceritanya penuh
filsafat, roman, kewiraan, dan mitologi sehingga memberi sifat kekhasan
sebagai sastra spiritual. Idealisme yang ada dalam Kitab Itihasa itu berpegang
teguh kepada Dharma, sifat-sifat kepemimpinan dengan asas Asta Brata.
Kitab Itihasa secara tradisional terdiri dari kitab Ramayana (terdiri dari 7
kanda) dan Mahabharata (terdiri dari 18 parwa). Kedua kitab ini sangat
terkenal di dunia dan digubah ke dalam sastra Jawa Kuno yang sangat indah.
Ceritanya banyak diambil dalam bentuk drama, pewayangan, seni pahat, seni
lukis dan sebagainya.
Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang
dilukiskan di dalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada zaman
Tretayuga, tetapi menurut para ahli lainnya, Ramayana telah selesai ditulis
sebelum tahun 500 SM. Diduga ceritanya telah populer sejak 3100 SM.
Ramayana merupakan epos yang ditulis dalam bentuk stansa meliputi 24.000
buah stansa. Seluruh isi dikelompokkan ke dalam tujuh kanda yaitu Bala
Kanda, Ayodnya Kanda, Aranya Kanda, Kiskindha Kanda, Sundara Kanda,
Yudha Kanda dan Uttara Kanda. Kitab ini dikenal sebagai adikawya,
sedangkan dalam berbagai bentuk versi baru, seperti Ramayana Tatwa Padika
ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Sri Rama, dan Kekawin
Ramayana oleh Mpu Yogiswara.
Mahabharata yang sering disebut dengan istilah "wiracarita" terdiri atas
100.000 ribu sloka dan dibagi menjadi 18 parwa, sehingga disebut asta dasa
parwa. Menurut tradisi, kejadian Bharatayudha diperkirakan pada permulaan
zaman Kaliyuga. Kitab Mahabharata menceritakan kehidupan keluarga
bharata dan isinya menggambarkan pecahnya perang saudara antara pandawa
dengan korawa. Kitab ini meliputi 18 buah parwa, yaitu Adi Parwa, Sabha
Parwa, Wana Parwa, Wirata Parwa, Udyoga Parwa, Bhisma Parwa, Drona
Parwa, Karna Parwa, Satya Parwa, Sampti kaparwa, Stri Parwa, Santri
Parwa, Amsasana Parwa, Aswamedhi Kaparwa, Asramawasi Kaparwa,
Mausala Parwa, Mohaprasthani Kaparwa, Swargarohana Parwa. Parwa ke-
12 merupakan parwa terpanjang yang meliputi 14.000 stana. Mahabharata
ditulis oleh Begawan Wyasa.
b) Purana
Kitab Purana adalah bagian dari kitab-kitab Upaweda. Kitab Purana
memuat ajaran suci dalam cerita-cerita kuno dan perumpamaan untuk
memudahkan penerapan dan pengertian yang terkandung dalam kehidupan
sehari-hari serta bagi mereka yang tingkat pikirannya belum tinggi. Juga
menceritakan tentang pembuktian hukum yang pernah dijalankan. Sejarah
penulisan Purana dimulai pada tahun 500 SM. Dan mencapai kesempurnaan
pada tahun 600 SM, ketika Maharaja Harsa Wardana yang memerintah
Negara Aryawarta.
Isi Kitab - Kitab Purana lainnya memuat pokok-pokok pemikiran yang
menguraikan doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa,
tata cara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirta
yatra ke tempat-tempat suci. Adapun peranan penting dari purana ialah karena
kitab-kitab ini memuat pokok-pokok ajaran mengenai ketuhanan.
Kitab-Kitab Purana sangat penting karena bermanfaat untuk memahami
garis-garis besar isi Weda. Menurut Wisnu Purana III.6.24, suatu Purana
yang lengkap dan baik memuat lima macam pokok isi, meliputi hal-hal
sebagai berikut :
 cerita tentang penciptaan dunia.
 cerita tentang bagaimana tanda dan terjadinya pralaya.
 cerita yang menjelaskan silsilah dewa-dewa dan bhatara
 cerita mengenai zaman manu atau manwantara.
 cerita mengenai silsilah keturunan dan perkembangan dinasti surya
wangsa dan candra wangsa.
c) Artha Sastra
Kitab Artha Sastra berisikan tentang pokok-pokok pemikiran bidang ilmu
politik atau ilmu pemerintahan negara. Artha Sastra sebagai bagian dari kitab
Upa Weda, ditulis oleh Begawan Brhaspati
d) Ayur Weda
Kitab Ayur Weda adalah kelompok kitab Upa Weda yang isinya
menguraikan tentang bidang ilmu kedokteran atau kesehatan baik rohani
maupun jasmani. Adapun nama kitab yang termasuk kelompok Kitab Ayur
Weda adalah kitab Caraka Samhita, Susruta Samhita, Kasyapa Samhita,
Astanggahrdaya, Yogasara, dan Kama Sutra. Berdasarkan materi yang
terdapat dalam kitab Ayur Weda maka isi kitab Ayur Weda meliputi delapan
bidang ajaran umum, yaitu sebagai berikut :
 Salya adalah ajaran mengenai ilmu bedah.
 Salkya adalah ajaran mengenai ilmu penyakit.
 Kayakitsa adalah ajaran mengenai ilmu obat-obatan.
 Bhuta Widya adalah ajaran mengenai ilmu psikoterapi.
 Kaumara Bhrtya adalah ajaran mengenai ilmu pendidikan anak-anak dan
merupakan dasar bagi ilmu jiwa anak-anak.
 Agada Tantra adalah ajaran mengenai ilmu toksikologi.
 Rasayamatantra adalah ajaran mengenai ilmu muhjizat.
 Wajikarana Tantra adalah ajaran mengenai ilmu jiwa remaja.
e) Gandharwa Weda
Kitab Gandharwa Weda merupakan bagian dari kitab-kitab Upa Weda.
Gandharwa Weda sebagai Kitab Smrti, juga memiliki beberapa bagian kitab,
seperti: Natya Sastra, Natya Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa,
dan Rasaratnasamucaya. Kitab Gandharwa Weda isinya menguraikan tentang
berbagai aspek cabang ilmu seni.
f) Kama Sastra
Kama Sastra sebagai bagian dari jenis kitab Upa Weda isinya
menguraikan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan asmara, seni
atau rasa indah. Di dalam upaya untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup,
umat Hindu dipandang perlu untuk membangkitkan rasa indah tersebut.
Kebangkitan dari rasa indah manusia terbentuk untuk berbakti kepada Sang
Hyang Widhi, hendaknya dipedomani oleh Kama Sastra. Karena dengan
demikian asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu terarah/bernilai positif
adanya. Di antara kitab-kitab Kama Sastra yang terkenal adalah karya dari
Begawan Watsyayana.

2.4 Weda Sumber Hukum Hindu Dilihat dari Berbagai Sudut Pandang
1. Weda sebagai sumber hukum dalam arti sejarah
Sumber Hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber Hukum Hindu yang
digunakan oleh para ahli Agama Hindu dalam peninjauan dan penulisannya mengenai
pertumbuhan serta kejadiannya. Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu,
dibedakan menjadi:
a) Pada zaman Krta Yuga berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra)
yang ditulis oleh Manu
b) Pada zaman Treta Yuga berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra)
yang ditulis oleh Gautama
c) Pada zaman Dwapara Yuga berlaku Hukum Hindu (Manawa
Dharmasastra) yang ditulis oleh Samkhalikhita
d) Pada zaman Kali Yuga berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra)
yang ditulis oleh Parasara
2. Weda sebagai sumber hukum dalam arti sosiologi
Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang telah
mempunyai aturan yang melembaga baik berdasarkan tradisi maupun pengaruh-pengaruh
baru lainnya. Pemikiran tentang berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari pandangan-
pandangan masyarakat setempat.
3. Weda sebagai sumber hukum dalam arti formal
Dapat kita lihat susunan sumber hukum dalam arti formal sebagai undang-
undang, kebiasaan dan adat, traktat, yurisprudensi, dan pendapat ahli hukum yang
terkenal.
4. Weda sebagai sumber hukum dalam arti filsafat
Sumber hukum dalam arti filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah
ilmu pikir dan juga merupakan pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran yang juga
memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan.

2.5 Sumber Hukum Hindu Menurut Kitab Manawa Dharmasastra


1. Weda Sruti
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti. Weda diyakini
sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.
Setelah tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk
tulisan.
2. Weda Smrti (Dharmasastra)
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan
dengan Weda.
3. Sila (Tingkah laku orang suci)
Orang Suci atau Pendeta dalam Agama Hindu merupakan teladan bagi umat
Hindu lainnya.
4. Acara (Sadacara)
Sadacara berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata Sat dan Acara. Sat
adalah Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.
5. Atmatusti (Amanastuti)
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam
upacara yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi
Atmanastusti dalam kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah rapat di desa
adat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Veda berasal dari bahasa Sanskerta, berasal dari kata “Vid” yang artinya ilmu
pengetahuan. Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sanskerta, Nama
sanskerta dipopulerkan oleh Maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sanskerta
yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam
mempelajari Sanskerta. Sumber Hukum Hindu menurut kitab Manawa Dharmasastra adalah
sebagai berikut
1. Weda (Sruti).
Dalam ajaran agama Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti. Weda diyakini
sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.
Setelah tulisan ditemukan, para Rsi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk
tulisan.
2. Smrti (Dharmasastra).
Smrti (Dharmasastra) adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan
dengan Weda.
3. Sila (tingkah laku orang suci).
Orang Suci atau Pendeta dalam Agama Hindu merupakan teladan bagi umat
Hindu lainnya.
4. Acara (Sadacara).
Sadacara berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata Sat dan Acara. Sat
adalah Satya yang berarti kebenaran Weda dan Acara artinya tradisi yang baik.
5. Atmatusti (Amanastuti).
Atmanastusti adalah tercapainya kepuasan diri dan kebahagiaan rohani baik dalam
upacara yadnya maupun dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Implementasi
Atmanastusti dalam kehidupan masyarakat Bali, misalnya dalam sebuah rapat di desa
adat.
3.2 Saran
Dalam menjalankan kehidupan hendaknya kita umat Hindu selalu berpegang teguh terhadap
etika dan darma. Sebab apa yang kita lakukan akan mendapatkan hasil yang setimpal suatu saat
nanti. Jika kita berbuat baik maka hasil baik yang akan kita dapatkan. Namun, jika kita berbuat
sebaliknya maka kita akan mendapatkan hasil yang buruk juga walaupun hasilnya kita tidak
terima langsung. Jadi tetaplah berpegang teguh pada darma dan Kitab Suci Weda.

Anda mungkin juga menyukai