Anda di halaman 1dari 3

CANANG SARI

1. Ceper adalah sebuah tempat kecil persembahan yang terbuat dari daun muda kelapa. Ini
adalah alas dari Canang dan melambangkan Angga-sarira (badan).
2. Nasi atau Wija melambangkan Sang Hyang Atma (roh) yang memberikan napas kehidupan
dan melambangkan benih di awal kehidupan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
3. Porosan terbuat dari daun sirih, gambir dan kapur yang melambangkan Tri-Premana, terdiri
dari pikiran, ucapan, dan tindakan seperti Trimurti, terdiri dari Siwa, Wisnu, dan Brahma.
Porosan juga menyiratkan bahwa setiap manusia harus memiliki hati yang penuh cinta kasih,
belas kasihan dan rasa syukur kepada Tuhan.
4. Jajan, Tebu dan Pisang menyimbolkan kekuatan dari Upetti, Stiti dan Pralinan dalam
kehidupan alam semesta.
5. Sampian Uras rangkaian janur yang berbentuk bundar terdiri dari delapan ruas yang
melambangkan roda kehidupan dengan delapan karakteristik (Astaa Iswaryanya) yang
menyertai kehidupan setiap manusia. 
6. Bunga melambangkan kedamaian dan ketenangan. Untuk penyusunan bunga pun diurutkan
dan setiap warna dari bunga-bunga tersebut memiliki arti masing-masing.
–          Warna Putih : disusun menghadap sisi Timur, melambangkan kekuatan Sang Hyang
Iswara
–          Warna Merah : disusun menghadap sisi Selatan, melambangkan kekuatan Sang
Hyang Brahma
–          Warna Kuning : disusun menghadap sisi Barat, melambangkan kekuatan Sang
Hyang Mahadewa
–          Warna Biru atau Hijau : disusun menghadap sisi Utara, melambangkan kekuatan
Sang Hyang Wisnu
7. Bunga Rampai diletakkan paling atas dari semua bunga yang diatur yang melambangkan
kebijaksanaan dan simbol kekuatan Sang Hyang Panca Dewata. Berbagai bunga yang
diletakkan di atas canang ada yang wangi dan tidak berbau, hal tersebut melambangkan
bahwa dalam kehidupan manusia tidak selamanya senang atau susah. 
8. Boreh Miyik melambangkan perilaku dan sikap yang baik
9. Parfum melambangkan ketenangan jiwa dan pengendalian diri
KWANGEN

Kewangen itu adalah kata jadian, kata dasarnya adalah WANGI,mendapatkan prefik Ka dan
sufik AN, maka menjadi; Ka + wangi +an = ka(e)wangian. i + a = e, menjadi Kewangen. Oleh
karena kata dasarnya itu WANGI, yang mana wangi itu identik dengan bau yang disenangi dan
bau yang dicintai, mungkin dibutuhkan oleh setiap manusia yang normal (Kewangen), maka itu
pula yang menyebabkan kewangen itu disebut dan digunakan sebagai simbul yang dapat
mewakili Tuhan dalam pikiran umat. Jadi kesimpulannya Kewangen itu adalah simbul Tuhan
juga disebut simbul dari huruf Ongkara (hurup Bali) yang juga disebut simbul Tuhan dalam
bentuk huruf.

 NAMA, BENTUK, DAN SIMBUL DARI SARANANYA.


1. KOJONG, biasanya dibuat dari daun pisang, dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk
kojong. Kojong ini bila kita tekan sampai lempeh maka dia akan berbentuk segi tiga,
maka kojong menyimbulkan angka tiga Huruf Bali (lihat huruf Ongkara Bali).
2. PEKIR, dibuat sedemikian rupa menyerupai hiyasan kepala dari tarian jangger (tarian
muda-mudi di Bali).dibuat dari daun janur. Bentuknya bisa kelihatan bermacam-macam ,
itu sangat tergantung dari seninya yang membuat. Ini merupakan simbul dari ULU
ARDHA CANDRA dan NADA (tulisan huruf Bali).
3. UANG KEPENG (pipis bolong), bila tidak ada uang kepeng, maka bisa digunakan uang
logam, sebab uang kepeng itu yang dipentingkan adalah bentuknya yang bundar, sebagai
simbul WINDU (nol). Perlu ditekankan disini jangan menggunakan uang kertas yang
diplintir akan mengurangi arti dan makna.
4. POROSAN, ini ditempatkan di dalam kojong tadi hampir tidak kelihatan dari luar.
Porosan ini yang terpenting adalah terdiri dari tiga unsur yaitu; daun sirih (daun lain yang
wajar digunakan), daun ini yang dicari maknanya adalah warnanya yaitu berwarna Hijau,
merupakan simbul dari dewa Wisnu, Huruf Balinya adalah UNGKARA, Kemudian buah
sirih yang disisir sedemikian rupa, ini mewakili warna merah, simbul dari Dewa Brahma,
huruf Balinya ANGKARA. Selanjutnya unsur yang ketiga adalah kapur sirih warnanya
putih sibul dari dewa Iswara (Siwa), Huruf Balinya adalah MANGKARA. Ketiga-tiganya
itu dijarit semat atau diikat pakai menang menjadi satu, artinya seperti uraian dibawah
ini.

Jadi tiga huruf itu; A.+ U + M = AUM MENJADI ONG ( A dan U kasewitrayang dalam tata
bahasa Bali). Maka ONG itu adalah huruf sebagai simbul dari Tuhan.

BUNGA, ini sembul dari rasa cinta dan rasa bhakti.


Kesimpulannya Kewangen (bisa dibaca kwangen) adalah merupakan simbul dari Tuhan dalam
bentuk tetandingan (sarana upacara).

 PENGGUNAANNYA;
Oleh karena kewangen itu merupakan sarana upacara yang digunakan disetiap upacara terutama
saat sembahyang dan sarana ini dianggap suci, maka sering menjadi pertanyaan antara lain;
Kenapa kewangen yang suci itu (simbul Tuhan) kok digunakan/ diletakan di mayat dan di caru?
Jawabannya; Nah kalau kita berpijak kepada defenisi kewangen sebagai simbul Tuhan, maka
Tuhan itu berada dimana-mana dan menyusup kesemua ciptaannya (baca Tattwa Jnana). Maka
dari itulah kewangen digunakan disetiap upacara.

 CARA MENGGUNAKAN KEWANGEN


DISAAT SEMBAHYANG.
Secara kenyataannya di saat sembahyang umat bermacam-macam caranya menggunakan
kewangen, terutama posisinya. Ada yang uang kepeng (sebagai mukanya/depannya) ada yang
menghadap kedepan, ada yang menghadap kekiri/kekanan, ada pula yang menghadap ke
belakang (menghadap ke yang sembahyang/orang). lalu muncul berbagai pertanyaan dan
berbagai penafsiran, maka yang benar (menurut lontar paniti gama tirtha pawitra), uang
kepengnya menghadap kebelakang/ menghadap ke orang yang sembahyang itu yang benar.

Anda mungkin juga menyukai