Anda di halaman 1dari 4

AJARAN TRI PARARTHA

Ajaran menurut ​Kamus Besar Bahasa Indoneseia (2008:23) berawal dari kata “ajar”

mendapat akhiran “an” menjadi ajaran. Ajaran itu berarti nomina (Kata benda) segala sesuatu

yang diajarkan; nasihat; petuah; petunjuk. Ibarat sebuah idiologi, ajaran merupakan

keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok yang

menyeluruh dan sistemanis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.

Agama Hindu mempunyai tiga kerangka dasar, yaitu ​Tatwa atau filosofi, etika atau

susila dan upacara atau ritual. Sesuai dengan judul ini maka yang akan dijelaskan disini

hanyalah yang berkaitan dengan ​Tri Parartha​. Suhardana (2007: 16) menyatakan bahwa etika

Hindu dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:

1. Samaniya Dharmasastra​ atau ​Nitya Dharmasastra​,

2. ​Naimitika Dharmasastra​ dan

3. Kamya Dharmasastra​.

untuk ajaran ​Tri Parartha berada pada ​Samaniya Dharmasastra​, ​Samiya

Dharmasastra atau ​Nitya ​Dharmasastra merupakan etika yang berlaku universal, artinya

berlaku bagi semua orang, berlaku bagi siapa saja dan ini biasanya dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari. Agama Hindu memiliki ajaran yang menuntun umatnya untuk selalu

ada di jalan dharma dalam menjalani kehidupan. Ajaran yang berada dalam konsep ​dharma

diantaranya adalah ​Tri Parartha​. ​Tri Parartha berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu dari kata

“​Tri” artinya tiga dan “​Parartha” ​artinya kebahagiaan, kesejahteraan, keselamatan. Dengan

demikian ​Tri Parartha berarti tiga perihal yang dapat menyebabkan terwujudnya,

kebahagiaan, keselamatan, kesejahteraan hidup umat Hindu. Tanpa keselamatan dalam


hidupnya, manusia tidak akan dapat berbuat banyak. Menurut ajaran susila dalam agama

Hindu, manusia itu dapat menyelamatkan dirinya dengan jalan mengamalkan ajaran ​Tri

Parartha.​ Yang meliputi: (1) ​asih yang artinya cinta kasih, (2) ​Punya (Punia) yang artinya

dermawan atau tulus ikhlas dan, (3) ​Bhakti ​yang artinya hormat menghormati dan sujud bakti

terhadap ​Catur Guru.​

Tri Parartha dalam lontar Kamahayanikan 64 disebutkan : ​Tri Parartha ​ngaranya


asih, punya bhakti, artinya ​Tri Parartha terdiri dari tiga hal, yaitu 1). ​Asih, Punya, dan Bakti.
Asih berarti kita sebagai manusia yang didudukkan sebagai mahluk yang utama dengan
berbekal wiweka hendaknya selalu mencintai dan menjaga semua ciptaan Ida Hyang Widhi
Wasa. Kata ​Asih juga mempunyai padanan dengan Cinta Kasih, cinta kasih merupakan dua
kata yang mengandung arti psikologis yang bersumber dari ungkapan perasaan, dalam kasih
sayang terdapat tanggung jawab untuk menciptakan keseimbangan dan kedamaian hidup
antar manusia dengan semua mahluk yang ada di dunia ini. Kasih sayang sangatlah sulit
untuk di lukiskan dengan rangkaian kata, karena kasih sayang hanya dapat dimengerti dengan
bahasa tindakan, kasih sayang yang murni bila dikiaskan bagaikan bunga yang memenuhi
pikiran dan perasaan kita dengan kebahagiaan dan tanpa kekerasan atau ahimsa adala bau
harum dari bunga tersebut.

Apabila cinta kasih digunakan sebagai dasar dari aktifitas hidup, maka perbuatan kita
menjadi Dharma, bila perasaanmu dijiwai oleh cinta kasih maka hatimu akan dipenuhi
dengan kebahagiaan dan kedamaian tertinggi, cinta adalah dasar Tuhan menciptakan seluruh
isi semesta raya ini, karena itu kita sebagai manusia hendaknya selalu menyirami kebencian
dan konflik-konflik emosional dengan cinta kasih.

Ajaran ​Tri Parartha yang ke dua yaitu ​Dana Punya​, ​Dana punya berarti memberikan
sesuatu kepada semua mahluk, dalam kitab S​arasamuscaya sloka 180 d​ i sebutkan :

“dana ya ta winehakenya ring sarwabhawa, tan pagawe takutning sarwabhawa


kalinganya, ikang wwang mangkana kramanya, ya ika tan kataman bhayan haneng rat,
amoghasih awelas anukula bhakti ikang sarwabhawa iriya dlaha”.
Artinya :

dana yaitu sesuatu yang diberikan kepada semua mahluk, tegasnya tidak
membuat takut kepada semua mahluk ,orang yang demikian itu tidak akan
mendapatkan bahaya di dunia karena pasti di cintai, tunduk bakti semua yang ada
kepadanya kelak.

Dana punya merupakan ajaran yang tentunya sering kali diajarkan, namun dalam
kitab sarasamuscaya dijelaskan bahwa ajaran dana punya inilah yang paling sulit untuk
dilaksanakan, karena setiap manusia pada umumnya cenderung terikat dengan harta
bendanya yang diperoleh dengan susah payah, sehingga cenderung tidak rela melepaskan
harta bendanya untuk di berdana punya. Namun marilah kita tetab berusaha melakukannya
sedikit demi sedikit, sehingga makin lama akan terbiasa untuk berdana punya.

Kemudian dalam ajaran Hindu, orang-orang yang pantas menerima dana punia adalah
orang-orang yang berkelakuan baik, miskin dan benar-benar memerlukan bantuan,
memberikan dana punyapun hendaknya memperhatikan apa yang diperlukan oleh orang yang
akan diberikan punya, sehingga dana tersebut tidak salah arah dan tujuan. Berdana punya
hendaknya selalu di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan dilandasi ketulus
ikhlasan.

Ajaran Tri Parartha yang terakhir yaitu ​Bhakti​, ​bhakti menghormati dan memuja,
selain kepada Ida Sanghyang widhi Wasa, kita patut pula berbhakti kepada orang tua, para
guru-guru suci, dan pemerintah. ​Bhakti juga merupakan salah satu jalan untuk mencapai
jagadhita dan bahkan ​moksa​, atau yang lebih lumrah di sebut dengan ​bhakti marga​. ​Bhakti di
bagi atas dua tingkatan, yaitu ​Aparabhakti dan parabhakti​. ​Aparabhakti merupakan tindakan
bhakti yang lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat
kesucian yang tinggi, dalam artian proses bhakti tersebut masih dipenuhi oleh
harapan-harapan untuk memperoleh timbal balik dari apa yang dihaturkannya. sedangkan
parabhakti merupakan perwujudan cinta kasih yang lebih tinggi tanpa adanya motif-motif
untuk mengharapkan balasan dari semua yang dilakukan.

Ajaran ​bhakti merupakan ajaran yang sifatnya nyata berupa tindakan-tindakan untuk
mengungkapkan rasa terimakasih kepada Tuhan, baik orang yang amat miskin maupun kaya,
bodoh ataupun pintar dapat mengamalkan ajaran ​bhakti i​ ni, bagi seorang bhakta tidaklah
penting mengetahui secara mendalam hakekat dari ketuhanan, karena cukup merasakan
sebagai mahluk kecil ciptaan Tuhan maka ia berkewajiban untuk mempersembahkan apa
yang di milikinya kepada ​Hyang Widhi​, seorang ​bhakta ​mencintai ​Hyang Widhi bukan
karena ia ingin mendapatkan imbalan sorga ataupun moksa, karena bagi para bhakta
kebahagiaan tertinggi adalah dengan mencintai dan mempersembahkan segalanya kepada
Hyang Widhi ​sebagai sumber dan tempat kembalinya semua mahluk di jagat raya ini. Dalam
prakteknya ​bhakti ​ini mempunyai dua bentuk utama, bentuk pertama dengan melakukan
berbagai kegiatan persembahyangan dan upacara dengan berbagai sesajen, bersiarah
ketempat-tempat suci dan mengucapkan nama suci Tuhan dalam setiap kegiatan,
menyerahkan segala hasil dari semua aktifitas kepada Tuhan.

I Putu Cesta Bagus Yudi Pratama, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai