Anda di halaman 1dari 10

ACARA AGAMA HINDU

MAKALAH RAJASIKA YADNYA

OLEH :

NAMA : DESAK KETUT WISMAYANI


NIM : 1913081012
JURUSAN : BRAHMA WIDYA
PRODI : FILSAFAT HINDU
MATA KULIAH : ACARA AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI


MPU KUTURAN SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya pada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Rajasika
Yadnya” yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Acara Agama Hindu, tepat pada
waktunya. Dan juga saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu
kelancaran dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
saya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Saya mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca.

Singaraja, 10 April 2020

Penulis

i|RAJASIKA YADNYA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN YADNYA.............................................................................................. 2


2.2 PENGERTIAN RAJASIKA............................................................................................ 3
2.3 SYARAT BERYADNYA............................................................................................... 3
2.4 PENGARUH RAJASIKA DALAM KEHIDUPAN MODERN..................................... 4

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN............................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

ii | R A J A S I K A Y A D N Y A
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini banyak masyarakat hindu yang kurang paham dengan makna
sesungguhnya dari Yadnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa yadnya itu hanya
korban suci saja tanpa diiringi dengan rasa tulus ikhlas. Pengetahuan seperti itulah yang
dapat menyesatkan orang beragama dalam menyembah Tuhan-nya. Seharusnya kita
pahami terlebih dahulu apa makna dari seseorang ketika melaksanakan yadnya.
Dalam melaksanakan yadnya juga banyak masyarakat atau umat hindu terutama
yang menyembah Tuhan tanpa mengedepankan rasa syukur dan tulus ikhlas. Banyak
masyarakat yang melaksanakan yadnya hanya untuk bersaing dalam lingkungannya,
melaksanakan yadnya hanya untuk dipuji oleh orang lain tanpa berlandaskan rasa tulus
ikhlas. Pada makalah ini akan dibahas mengenai hal tersebut yaitu tiga kualitas dalam
beryadnya. Mengapa dalam makalah ini membahas hal demikian, agar umat hindu paham
yadnya mana yang seharusnya dilaksanakan agar dapat diterima dengan baik oleh Tuhan
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Yadnya?
2. Apa yang dimaksud Rajasika Yadnya?
3. Mengapa Rajasika Yadnya tidak termasuk dalam syarat pelaksanaan Yadnya?
4. Bagaimana pengaruh Rajasika Yadnya dalam kehidupan masa kini?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Yadnya
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Rajasika Yadnya
3. Untuk mengetahui syarat pelaksanaan Yadnya
4. Untuk mengetahui pengaruh Rajasika dalam kehidupan masa kini

1|RAJASIKA YADNYA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Yadnya

Yadnya adalah segala pengorbanan yang kita persembahkan, yang kita lakukan
didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas (lascarya) kepada Hyang Widi (Parahyangan),
sesama manusia (Pawongan) dan kepada alam semesta (Palemahan) atau kita sebut dengan
Tri Hita Karana, agar tercapai kehidupan yang harmonis dan sejahtera.

Dalam susastra suci Rg Veda menyebutkan beberapa cara beryadnya :


“ Rcam twah posagste pupuswam, Gayatram two gayatri sawawarisu, Brahma two wadati
jata widyam, Yadnyasya mantram wi mimita u twah” yang artinya : Yang pertama,
Menyembah Hyang Widi (Sembahyang/ Mebakti), Kedua membaca/ mengucapkan
mantra-mantra dari pustaka suci (Weda). Ketiga, Menyanyikan kidung-kidung suci/
kekawin (Dharma gita/ Kirtanam). Keempat, mempelajari agama dan mengajarkan kepada
orang lain. Keempat, berprilaku yang baik (Manacika, wacika, & kayika/ tri kaya
parisudha). Kelima, melaksanakan Upacara Yadnya (Upacara Panca Yadnya dll). ( Reg
Weda, X.71 adh.II )

Terdapat setidaknya 4 unsur dalam melakukan Yadnya, yaitu : 1. Karya (adanya


perbuatan/action), 2. Sreya (ketulusan hati/ lascarya), 3. Budhi (Kesadaran yang
mendalam), 4. Bhakti (persembahan/ ada 9 bentuk bhakti yang disebut Nawa Wida Bhakti).

Dalam susastra suci Bhagawad Gita, Sri Krisna, sebagai Awatara Tuhan bersabda:
“Dengan Yadnya (Yadnya sanatanam) manusia berbhakti kepada Hyang Widi dengan
segala bentuk manifestasinya (Dewa-Dewi), dengan yadnya pula Hyang Widi menyayangi,
memelihara dan melindungi manusia dan alam semesta ini untuk mencapai kebaikan,
harmoni, Jagadhita dan tujuan yang Maha tinggi” yang artinya : Dengan korban suci
Yadnya, penyucian jiwa, merupakan pengabdian pada Hyang Widi, maka manusia akan
mencapai kebahagiaan yang sejati yakni “manunggal dengan Tuhan” dan tak lagi
mengikuti perputaran cakra samsara/ punarbhawa. ( Bhagawad Gita III.11 )

2|RAJASIKA YADNYA
2.2 Pengertian Rajasika Yadnya

Rajasika Yadnya adalah Yadnya yang menampilkan unsur pamer dan keegoan. Di
mana dalam proses pembuatan dan pelaku Yadnya memiliki kepentingan sendiri supaya
dinilai orang lain sebagai pelaku yang paling bisa atau yang paling menguasai. Yadnya
yang seperti ini biasanya dala proses pembuatnanya akan mengalami berdebatan-
perdebatan dan kesalahpahaman. Sehingga pada saatnya tiba, kosentrasi dan tenaga tidak
lagi dapat dituangkan, yang menyebabkan Pelaku, Pemuput dan yang menjadi tujuan tidak
dapat bersinergi.

Rajasika yadnya ini pelaksanaan upacaranya dipengaruhi oleh guna rajas. Wujud
dari pelaksanaan rajasika yadnya lebih pada pengaharapan hasilnya. Pelaksanaan yadnya
yang rajasika bersifat pamer sehingga tujuannya membuat orang yang melihat menjadi
terkagum. Dalam pelaksanaan yadnya yang rajasika, unsur tanpa pamrihnya tidak terlihat.

2.3 Rajasika Yadnya Tidak Termasuk Dalam Syarat Pelaksanaan Yadnya

Kitab suci Bhagawadgita Bab XVII sloka 11, 12 dan 13 menyebutkan, ada tiga
klasifikasi pengorbanan / persembahan suci (yajna) yang dipilih dari segi kualitasnya yaitu:
Pertama, Tamasika yajna, yajna tanpa memperhatikan daftar petunjuk Veda. Kedua,
Rajasika yajna, yajna yang dilakukan dengan harapan penuh akan dihasilkan dan berubah
pamer. Ketiga, Satwika yajna, yajna yang dilakukan kebalikan dari tamasika dan rajasika
yajna.
Dalam Agama Hindu kita memiliki syarat dalam melaksanakan Yadnya, adapun
syarat-syarat tersebut yaitu : 1. Sradha yang artinya melaksanakan yadnya melanjutkannya
dengan keyakinan penuh, menyelesaikan kebenarannya yang disetujui. Yadnya tidak akan
membawa pengaruh spiritual jika tidak dilatarbelakangi oleh suatu keyakinan yang teguh
dan tulus. Tanpa keyakinan yang teguh dan tulus, lambang atau simbol yang ada di dalam
upakara hanya akan berarti sebagai pajangan keindahan belaka tanpa arti. 2. Lascarya yang
artinya suatu pengorbanan / persembahan besar atau kecil, sedikit atau pun banyak dari
ukuran bahan dengan penuh keiklasan. Orang yang berpikirnya masih diselimuti keragu-
raguan melakukan yadnya tidak akan mendapatkan anugerah dari Hyang Widhi. 3. Sastra
yang berarti beryadnya haruslah dilaksanakan berdasarkan petunjuk sastra. Kata sastra
3|RAJASIKA YADNYA
dalam hal ini adalah peraturan atau ketentuan hukum yang bersumber dari kitab suci. 4.
Daksina yang artinya penghormatan dan penghargaan dalam bentuk harta benda atau uang
yang dihaturkan dengan tulus iklas kepada para pemimpin upacara (Pandita, Pinandita /
Pemangku), yang telah berjasa sehingga upacara berjalan aman, cepat dan sukses. 5.
Mantra yang artinya setiap pelaksanaan upacara keagamaan yang berkualitas. Lagu-lagu
suci untuk diucapkan umat, Pinandita dan Pandita sesuai dengan ketentuan dan aturannya.
6. Annasewa yang berarti jamuan makan atau minum untuk tamu upacara (atithi yadnya)
sesuai dengan kemampuan masing-masing juga sebagai salah satu persyaratan yadnya
yang baik. Namun demikian jamuan ini tidak dapat dipaksakan. Kalau dipaksakan boleh
disebut yadnya yang tidak satwika. 7. Nasmita yang artinya suatu upacara agama yang
tidak dilangsungkan dengan tujuan pamer kemewahan atau pamer kekayaan dengan
maksud tamu dan tetangga berdecak kagum. Hanya kemewahan dan keindahan dalam
upacara yadnya, asalkan kemewahan dan keindahan yang dihadirkan itu hanya pantas
dilangsungkan dengan tujuan menganggungkan nama Tuhan.

Sesuai penjelasan diatas, Rajasika Yadnya adalah Yadnya yang bersifat untuk
memamerkan suatu hal, Rajasika yadnya tidak didasari dengan rasa tulus ikhlas sehingga
dalam tujuh syarat melaksanakan yadnya tidak ada yang mengarah ke Rajasika Yadnya.
Karena sesungguhnya Yadnya yang satwika yang paling baik untuk dilaksanakan.

2.4 Pengaruh Rajasika Yadnya Dalam Kehidupan Modern

Dalam melaksanakan kegiatan yadnya kita harus didasari dengan rasa tulus ikhlas
dan rasa syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widi. Dalam tiga kualitas yadnya ada yang
kita sebut dengan Rajasika yadnya, rajasika yadnya ini merupakan kualitas yadnya yang
tidak disarankan untuk dilaksanakan karena tujuan utama dari rajasika yadnya ini adalah
untuk memaerkan harta benda bukan untuk beryadnya secara tulus ikhlas. Pengaruh
rajasika yadnya ini dalam kehidupan modern seperti sekarang ini yaitu, banyak masyarakat
Hindu yang melaksanakan kegiatan yadnya semata-mata hanya untuk memaerkan apa yang
mereka punya, contohnya dapat kita lihat seperti pada saat hari raya suci galungan, semua
masyarakat hindu khususnya di Bali melaksanakan persembahyang, hampir semua orang

4|RAJASIKA YADNYA
membuat banten atau canang yang dihaturkan atau dipersembahkan ke hadapan Ida Sang
Hyang Widi. Ekonomi masyarakat Bali sangat beragam, ketika seseorang memeiliki
ekonomi yang serba berkecukupan dan merasa diri memiliki segalanya maka ia akan
mengerahkan seluruh uangnya hanya untuk membeli buah yang mahal untuk dijadikan
banten agar banten yang ia buat tidak terlihat sederhana. Yadnya seperti itulah yang
dinamakan Rajasika yadnya, dan tidak bisa kita pungkiri masih banyak di masa sekarang
ini masyarakat yang melaksanakan hal seperti itu, itulah pengaruh Rajasika yadnya
terhadap kehidupan modern.

5|RAJASIKA YADNYA
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dapat kita simpulkan bahwa yadnya merupakan persembahyan yang tulus
ikhlas tanpa pamrih. Dalam kualitas yadnya ada tiga yaitu Satwika Yadnya, Rajasika
Yadnya, dan Tamasika Yadnya. Yadnya yang bersifat Rajasika tidak baik untuk
dilaksanakan, karena dalam melaksanakan suatu yadnya kita harus mengedepankan rasa
tulus ikhlas dan tanpa pengharapan dari apa yang kita persembahkan dalam beryadnya.
Pengaruh rajasika yadnya masih kita rasakan atau kita temui di kehidupan sekarang ini,
karena masih ada saja umat yang melaksanakan yadnya tidak di dasari dengan rasa tulus
ikhlas melainkan hanya ingin pamer saja dan ingin di sanjung ketika berhasil melaksanakan
yadnya yang sangat mewah, walaupun tidak tulus.

6|RAJASIKA YADNYA
DAFTAR PUSTAKA
https://medium.com/@hindujatim/memahami-yadnya-dari-tinjauan-filsafat-tatwa-jnana-
371236cdf18

http://inyomansantiawan.blogspot.com/2017/03/satwika-rajasika-dan-tamasik.html?m=1

7|RAJASIKA YADNYA

Anda mungkin juga menyukai