Anda di halaman 1dari 10

AJARAN KARMAPHALA MENURUT SUSASTRA HINDU

PERSPEKTIF DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI


Oleh :
I.Nyoman Subrata

ABSTRAK
Hakekat Karmaphala yang mengajarkan ada tiga jenis karma yaitu : karma yang memberikan akibat
langsung, karma yang mempunyai akibat tidak langsung dimana pahalanya baru dinikmati setelah
meninggal dunia dan karma yang di nikmati kelak sebagai akibat perbuatan dalam masa hidup
sebelumnya.
Umat Hindu seyoganya memahami hukum karmaphala yang bersifat universal ini. Dengan
memahaminya , maka setiap umat Hindu akan selalu berpikir panjang untuk berbuat sesuatu, dari
sebab akibatnya adalah sejalan dengan sifat dari perbuatan yang akan dilakukan. Karana mengetahui
akibat dari perbuatan yang tidak baik itu akan membawa akibat buruk bagi dirinya sendirinya,maka
orang akan berusahan menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik. Karana itu mereka
berusahan selalu melakukan perbuatan yang baik, sebab dengan berbuat baik, maka akibatnya akan
baik pula
Apapun yang diperbuat oleh manusia membawa akibat, akibat itu ada yang baik da nada yang buruk,
akibat yang baik memberikan kesenangan dan akibat yang buruk memberikan kesusahan. Oleh
karana itu seseorang harus berbuat baik karana semua orang menginginkan kesenangan dan hidup
tentram. Buah dari perbuatan (karma) disebut pahala. Buah perbuatan itu tidak selalu langsung dapat
dirasakan atau dinikmati. Setiap perbuatan meninggalkan bekas. Ada bekas yang nyata dan ada
bekas yang tidak nyata ( dalam angan dan abstrak) bekas itu disebutkan karmavasana

Kata Kunci : Ajaran, Karmphala Susastra Hindu

ABSTRACT
The essence of Karmaphala teaches that there are three types of karma that are: karma that gives
direct consequence, karma that has an indirect effect in which the reward is only enjoyed after death
and the karma that will enjoy as a result of previous acts of life.
The Hindus seyoganya understand this universal karmaphala law. Understanding that, every Hindu
believer will always think long to do something, since the consequence is in line with the nature of
the act to be done. Because knowing the consequences of bad actions will bring bad consequences
for himself, then people will abuse themselves from bad actions. That’s why they always do good
deeds, because by doing good, the consequences will be fine
Whatever is done by human beings brings consequences, consequently there is good and bad quality,
good results give pleasure and bad consequences to bring trouble. By doing so one must do good
because everyone wants pleasure and live peacefully. The fruit of the act (karma) is called reward.
The fruits of the act are not always directly perceived or enjoyed. Every act of leaving the former.
There is a real container and there is an unidentified former (in the imagination and abstract) used
carmavasana

Keywords: Teaching, Karmphala Lecture of Hinduism

Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019 53


I.PENDAHULUAN menentukan kwalitas kelahiran manusia. Dalam
hal ini seseorang yang selalu berbuat baik dalam
Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan
kehidupnya bila ia meninggal dunia Rohnya nanti
terbatas. Kesadaran dan pengakuan akan
akan memdapat tempat yang baik diakhirat atau di
keterbatasanya menimbulkan keyakinan bahwa
sorga. Tetapi didalam kehidupan sekarang ia selalu
ada sesuatu yang diluar biasa dan di luar dirinya.
bertindak tidak baik, maka setelah meninggal
Sesuatu yang di luar biasa itu tentu berasal dari
nanti rohnya akan masuk neraka demikian pula
sumber yang luar biasa pula, dan sumber yang luar
subha dan asubha karma yang menentukan hasil
biasa itu adalah Tuhan. Manusia pada dasarnya
perbuatan atau karmaphala sangat mempengaruh
memiliki kemampuan terbatas kesadaran dan
kehidupan jika mengalami purnabhawa kelak
pengakuan akan keterbatasannya menimbulkan
kemudian hari.
keyakinan. Keyakinan ini membawa manusia
untuk mencari kedekatan diri pada Tuhan dengan Tujuan hidup manusia berdasarkan agama
cara : 1.Menerima segala kepastian yang menimpa Hindu adalah “ Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti
diri dan alam sekitanya serta yakin bahwa itu Dharmah” atau mencapai “Jagadhita” dan “Moksa”
berasal dari Tuhan. 2.Metaati segenap ketetapan, berati kesejahteraan jasmani dan moksa berati
aturan, hukum, dan lainya yang diyakinan bersal ketenteraman batin atau kehidupan abadi dengan
dari Tuhan. menunggalnya atma dengan brahma. Dengan
demikian tujuan hidup manusia dapat diartikan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang
sebagai usahan untuk mencapai kesejahteraan
jelas bahwa agama itu adalah penghambah manusia
jasmani, ketentraman batin dan kehidupan abadi
pada Tuhanya. Dan di dalam pengertian agama ada
dengan menunggalnya Roh dengan Ida Sanghyang
tiga unsur yaitu : 1. Manusia, 2.Penghambah, dan
Widhi Wasa.(Suhardana,2009 : 1)
3.Tuhan. karana luasnya obyek (alam semesta)
yang harus dipelajari dan keterbatasan pikiran Apapun yang diperbuat oleh manusia
serta kemampuan manusia, maka pada ahkirnya membawa akibat, akibat itu ada yang baik dan
manusia harus menerima keyataan dimana ilmu ada yang buruk, akibat yang baik memberikan
pengetahuan rasio dan logika harus ditinggalkan. kesenangan dan akibat yang buruk memberikan
Hal ini mengakibatkan manusia harus menyerah kesusahan. Oleh karana itu seseorang harus
kepada kepercayaan kehadap kebesaran dan berbuat baik karana semua orang menginginkan
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, ini dinamakan kesenangan dan hidup tentram. Buah dari perbuatan
kepercayaan berdasarkan agama, demikian pula (karma) disebut pahala. Buah perbuatan itu tidak
agama Hindu merupakan suatu kepercayaan selalu langsung dapat dirasakan atau dinikmati.
terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan.. dan Setiap perbuatan meninggalkan bekas. Ada bekas
agama Hindu mengajarkan lima keyakinan atau yang nyata dan ada bekas yang tidak nyata (
kepercayaan yang disebut dengan panca seradha dalam angan dan abstrak) bekas itu disebutkan
artinya lima keyakinan atau kepercayaan antara karmavasana. Dalam kitab suci Wrhaspati Tattwa
lain. Yaitu : 1. Percaya terhadap adanya brahman menyebutkan sebagai berikut :
(Widhi Sradha ), 2 Percaya terhadap adanya
atman (Atma Sradha ). 3 Percaya terhadap adanya wasana naranya karma ginawe nin janma
karmaphala (karmaphala Sradha ), 4.Percaya iratra, nya ta bhinukti phalanya rin paratra
ri janmanya muwah, yan ahala, yan
terhadap adanya samsara (Samsara Sradha ),
ahayu, asin phalanya, kadi anganin dyun
dan 5. Percaya terhadap adanya moksa (Moksa
wawadah in hingu huwus hilan hingunya
Sradha ).dan karmaphala merupakan hukum ikan dyun inasahan pinahalilan, kawkas,
asli perbuatan, baik buruknya perbuatan akan taya ambonnya, gandhannya rumaket

54 Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019


irikan dyun, ndan yatika wasana naranya matangnyan prihen tiking gawenya hayu,
samankana tekan karma wasana naranya, sahayanta anuntunakena ri pona dlaha
yatika umuparenga irikan atma ya ta raga Artinya
naranya, ikang wasana pwa dumadyaken Kaum kerabat itu hanya akan mengantar
ikan raga wa ta matanyan mahyu rin karma, kita sampai di tempat pembakaran
harsa salwirikan karma wasana ikan wasana jenazah saja. Sedangkan yang akan
pwa ya duweg uparenga irikan atma ikut mengantarkan roh kita keakhirat
Artinya adalah karma atau perbuatan yang baik
Wasana artinya semua perbuatan yang maupun yang buruk karana itu seorang
telah dilakukanya di dunia ini orang akan hendaknya berusahan untuk selalu
mengecap akibat perbuatanya di alam lainya, berbuat baik, sebagai teman yang akan
pada kelahiran nanti, apakah akibat itu mengantarkannya nanti ke akhirat
akibat yang baik atau yang buruk, apa saja
perbuatan yang dilakukannya pada akhirnya Sarasamuscaya 32
akan semua itu menghasilkan buah, hal
ini adalah seperti periuk yang diisikan Mrtam sariramutsrya
kemenyan walaupun kemenyannya sudah Kastalostasamam janah
habis dan periuknya di suci bersih – bersih Muhurttam uparudyatha tato
namun tetap saja masih ada bau kemenyan Yanti paranmuktah
yang melekat pada periuk itu. Inilah yang Lawan twanikang kadang ngaranya ri
disebut vasana seperti itu juga halnya patinta, kari tikang sarira tanpa mulya,
dengan karma vasana. Ia ada pada atma. Ia makantang timpalakena tan pahinya lawan
melekat padanya, ia mewarni atma wartta wingka, ya ta sinungkemaning
kadang ta, irikang sadhana, iwekasan
(Wrhaspati tatwa.3) lungha tika malakang, matangnyan
prihen tikang dharma sadhana sahayanta
tumekakena kita ring bhukti mukti pada
Dengan mengetahui ajaran ini kita di
dorong untuk berbuat baik. Berbuat baik ini kita Artinya
Merupakan hakekat hidup keluarga,
laksanakan dalam kehidupan sehari – hari. kita
bahwa pada saat kematian tinggalan
bekerta dengan baik karana kita yakin semua itu
badan kasar yang tidak berguna, yang
mengantarkan kita kepada kerahayuan. Didalam akhirnya akan di buang karana tidak
kitab suci disebutkan bahwa perbuatan atau karma ada bedanya dengan pecahan mangkok,
yang baik atau buruk itulah yang akan menyertai tetapi akan di hormati oleh kaum
seorang keakhirat. karana itu semua umat Hindu kerabatmu sejenak, dan akhirnya mereka
hendaknya selalu berbuat baik dan melaksanakan akan pergi membelakangimu. Karana
ajaran dharma sebagai teman manusia untuk itu usahakanlah untuk melaksanakan
mencapai kebahagian dan kebebasan abadi. ajaran dharma, sebagai temanmu untuk
mencapai kebahagiaan dan kebebasan
didalam kitab suci di sebutkan sebagai berikut :
abadi
A dhumagranniwartattante Sarasmuscaya 33
Jnatayah saha bandhawih
Yena taih saha genwayam tat
Karma sukrtam kuru Dalam hal ini bahwa meskipun kita
Apanikang kadang warga rakwa, ring meninggalkan arwah telah meninggalkan badan,
tunwan hingan ikang pangateraken kunang namun karma itu tetap akan mengikuti jika
ikang tumuh, sahayanikang dadai hyang perbuatan kita baik, maka ada kemungkinan jiwa
ring paran gawenya, subhasubha juga, kita akan mencapai sorga. Jadi karma itu akan

Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019 55


selalu mengikuti kemanapun jiwa kita pergi. perbuatan atau karma itu tidak dapat di pisahkan
Karma itu merupakan kawan setia jiwa. Karana dengan karma itu sendiri, antara perbuatan dan
itu karma yang baik maupun yang buruk akan pahalannya antara perbuatan dan hasilnya hanyak
mengikuti kelahiran manusia mendatang.untuk itu bisa di bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan
patut memahami bahwa semua perbuatan manusia (jendra,2004 : 2)
itu bakan ada akibatnya. Orang tidak akan bisa Umat Hindu seyoganya memahami hukum
lari dari hukum karmaphala, seperti misalnya apa karmaphala yang bersifat universal ini. Dengan
yang ditanam itulah yang dipetik. Jadi jelas bahwa memahaminya , maka setiap umat Hindu akan
kita semua perbuatan itu akan mendatangkan hasil selalu berpikir panjang untuk berbuat sesuatu,
sesuai dengan baik buruk karma atau perbuatan dari sebab akibatnya adalah sejalan dengan sifat
yang kita kerjakan. Karana itu ati – atilah dalam dari perbuatan yang akan dilakukan. Karana
berbuat usahakanlah selalu berbuat baik, sebab mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak
dengan berbuat baik kita masuk sorga di saat baik itu akan membawa akibat buruk bagi
kita meninggal dunia. Maka kebagaian yang dirinya sendirinya,maka orang akan berusahan
kita peroleh, tujuan hidup umat Hindu bukanlah menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak
mencari sorga, tetapi moksa. Kalau mencapai baik. Karana itu mereka berusahan selalu
sorga kita akan kembali dan kalau kita mencapai melakukan perbuatan yang baik, sebab dengan
moksa maka kita menyatu dengan Ida Sanghyang berbuat baik, maka akibatnya akan baik pula.
Widi Wasa. Disitulah kita akan menikmati agama Hindu memang mengajarkan bahwa akibat
kebahagiaan tertinggi. Karana itu selama kita dari sesuatu baik atau buruk itu akan membawa
masih hidup sepatutnya kita selalu berpikir, akibat dalam masa hidup sekarang, tetapi juga
berkata, dan berbuat baik dan selalu mengikuti setelah kita meminggal atau diakhirat, bahkan
atau melaksanakan ajaran – ajaran agama Hindu sampai pada penjelmaan yang akan datang.
agar kita dapat mencapai tujuan hidup yang tinggi Agama Hindu bahkan mengajarkan bahwa orang
adalah moksa (suhardana,2009 : 138-141 yang selalu melakukan perbuatan tidak baik akan
memperoleh hukum yang setimpal sesuai dengan
II.PEMBAHASAN
A.Pengertian Karmaphala karmanya, sedangkan orang selalu berbuat baik
akan diampuni segala dosanya. Perbuatan baik
Karmaphala berasal dari dua kata bahasa
atau buruk seseorang itu akan dapat mengantarkan
sansekerta “karma dan phala” karma berati
kesorga atau neraka sesuai dengan karmanya
tindakan atau perbuatan yang baik atau buruk
selama hidup (suhardana,2009:131-132).
yang mengakibatkan hasil yang tidak dapat
dielakkan pada masa yang akan datang, sedangkan Hakekat Karmaphala mengajarkan ada tiga
phala menjadi buah hasil akibat balas jasa jenis karma yaitu : karma yang memberikan akibat
(zoetmulder,1997 : 465-735). Dengan demikian langsung, karma yang mempunyai akibat tidak
karmaphala dapat di artikan sebagai hasil dari langsung dimana pahalanya baru dinikmati setelah
perbuatan yang pernah dilakukan. Perbuatan baik meninggal dunia dan karma yang di nikmati
akan membawa akibat atau memberi hasil yang kelak sebagai akibat perbuatan dalam masa hidup
baik. Sedangkan perbuatn yang tidak baik akan sebelumnya. Dalam susastra Hindu Karmaphala
membawa akibat atau memberi hasil yang tidak dalam kitab suci disebutkan antara lain
dapat dihindari karana itu dinamakan hukum Karmadayadako lokah karma
karmphala.dalam hal ini kata karma itu tidak saja Sambandhilaksanah
di artikan sebagai perbuatan, tetapi juga sebagai Karmani codayantiha sarwe
hasil perbuatan. Sebab akibat atau pahala dari Karmawasa wayam

56 Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019


Apan ikang loka, karma pinaka kalilirannya, Artinya
kalinganya subhasubhakarmaphala juga Kekayaan itu hanya tertinggal di rumah
tinemuny, niyata masambandha lawan setelah kita meninggal dunia kawan –
subhasubhakarmaphala ta pwa ya, kawan dan sanak keluarga hanya mengikuti
sangseppanya, inatagning purwakarmanya, sampai dikuburan. Hanya karmalah, yaitu
ikang loka ngaranya, paramarthanya baik atau buruk itu yang mengikuti jiwa
kinawasa-kening purwakarma kita kabeh kita ke akhirat
Artinya Slokantara 13
Didunia, karma itu diumpamakan sebagai Bhatara dharma ngaran ira bhatara yama
warisan, artinya baik buruk karmaphala sang kumayatnaken
yang di peroleh tergantung kepada baik Subhasubha prawerti nikang skala janma
buruk perbuatan kita dahulu. Artinya kita Artinya
semua di kuasai oleh purwakarma atau
perbuatan yang dahulu pernah dilakukan Bhatara dharma yang juga bergelar bhatara
yama akan mengamati dan mengadili
Sarasamuccaya,352 perbuatan baik dan buruk manusia. Baik
buruk karma itu akan memberi akibat
Yatha dhenusahastesu watso besar akan kebahagian atau penderitaan
Windati mataram hidup manusia. Pengaruh karma itu
Tatha subhasubham karma pulalah yang menentukan corak serta dari
Kartara manugacchati watak manusia
Tata angga kabhuktya ikang purwakarma, Agastya parwa 355.15
sakalwiring phalanika, denikang maka karma
ya, mwang tan kemuran dumunung ikrikang
karta nguni, kadi kramanikang anak ning, Umat Hindu patut memahami bahwa semua
lembu, tan kemuran umet kawitanya, yadnya perbuatan manusia itu akan ada akibatnya. Orang
matusatusa ikang lembu sedengnya amisusu, tidak akan bisa lari dari hukum karmapahala.
pamoranikang rawitnya menget juga ya tan Ketentuanya sudah jelas apa yang akan di tanam
kemurani rawitnya itulah yang akan di petik. Jika kita menanam
Artinya kebaikan, maka kebaikan pulalah hasilnya. Kalau
kita menanam kejahatan, maka kejelekan pula
Mau tidak mau perbuatan terdahulu itu
akan dikecap hasilnya semua oleh yang yang kita akan petik.
berbuat lagi pula buah perbuatan itu tidak Jadi jelas bagi kita bahwa semua perbuatan itu
akan keliru perginya menuju kepada yang akan mendatangkan hasil sesuai dengan baik buruk
dulu berbuat, seperti anak lembu tidak karma atau perbuatan yang kita kerjakan. Dengan
akan keliru mencari induknya, walaupun itu hati hatilah dalam perbuatan usahakanlah selalu
beratus ratus lembu yang sedang menyusui
berbuat baik, sebab dengan berbuat baik kita boleh
bercampur dengan anak lembu itu,
jadi akan masuk sorga. Maka kebahagiaanlah kita
namun lembu itu ingat saja, tidak keliru
mendapatkan induknya akan diperoleh. Memang tujuan hidup umat Hindu
adalah bukalah mencari sorga, tetapi moksa. Kalau
Sarasamuscaya 353 mencapai sorga maka kita akan lahir kembali,
Artha grhe niwartante smasane sedangkan kalau moksa, maka jiwa kita akan
mitrawandhawah bersatu dengan Ida Sanghyang Widi Wasa. Disitu
Sukrtam duskrtam caiwa akan dinikmati kebahagian tertinggi. Karana itu
chayawadanugacchati selama kita hidup sepatutnya kita selalu berpikir,
berkata dan berbuat baik dan selalu mengikuti atau

Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019 57


melaksanakan ajaran ajaran agama Hindu agar kita tiga bagian yaitu : a. Sat Karma adalah karma
dapat mencapai tujuan hidup tertinggi itu yakin yang benar atau karma yang suci karma ini penuh
moksa. Dan Karmapahala Berdasarkan Masa dengan kandungan nilai kemanusia seperti : Satya
Kehidupan dalam kitab suci agama Hindu pada (kebenaran), Dharma (kebajikan ), Prema (kasih
umumnya Menjelaskan jenis jenis karmaphala sayang), Sanih (kedamian) dan Ahimsa (tidak
berdasarkan cepat lambatnya waktu untuk menyakit).b.Dush Karma adalah yang penuh
menikmati buah, pahala atau hasil dari pada karma dengan kandungan sad ripu yaitu karma, kroda,
itu. Dalam hal ini karmaphala di bedakan tiga jenis loba, matsarya, mada dan moha.c. Misra Karma
yaitu : a. Sancita Karmaphala adalah karmapala adalah karma yang bercampur antara sat karma
dimana perbuatan atau karma yang dilakukan dan misra karma. Dan Karmaphala berdasarkan
masa lampau, hasil atau pahalanya belum dapat di tri sarisa yaitu : karmaphala yang didasarkan
nikmati sepenuhnya dalam kehidupan sekarang b. kepada tri sarira yaitu: badan kasar atau linga
Prarabdha Karmaphala adalah dimana perbuatan sarira, badan mental atau suksma sarira dan badan
atau karma yang dilakukan pada waktu itu hasil penyebab atau karma sarira dapat dibedakan
atau pahala dinikmati pada waktu ini juga. sebagai berikut : a. Karma Pisik adalah karma yang
c.Kryamana Karmaphala adalah dimana perbuatan disebabkan oleh dan mempunyai akibat terhadap
atau karma yang dilakukan pada waktu sekarang badan kasar.b.Karma Astral adalah karma yang
ini. Hasil atau pahalanya baru dapat dinikmati disebabkan oleh dan menimbulkan akibat terdapat
pada masa kehidupan yang akan datang. Dan perasaan atau keinginan.c. Karma Mental adalah
didalam kitab suci karmaphala berdasar unsur karma yang di sebabkan oleh dan menimbulkan
triguna. Yaitu : satwika, rajasika, dan tamasika akibat terhadap badan mental, terhadap hal ini
yang ada dalam karmaphala itu maka jenis pikiran. Dan karmaphala berdasarkan kadar
karmaphala ini dapat di bedakan dalam tiga jenis keter-ikataanya, maka karmaphala itu dapat
yaitu : wikarma karma merupakan karma yang di bedakan menjadi tiga jenis yaitu : a. Vishaya
mempunyai kandung sifat satwika yaitu : a. lemah Karma adalah perbuatan yang terikat dengan
lembut, tenang, jujur dan jernih. b. sahaja karma obyek indra, terutama yang bertalian dengan
merupakan karma yang mempunyai kandungan kepemilikan, keturunan, kemampuan. Dalam
sifat rajasika yakni dinamis, lincah, emosional, hal ini ada keinginan untuk memdapatkan
tidak tenang. c. Akarma karma merupakan karma hasilnya. b.Sreyo Karma adalah perbuatan atau
yang mempunyai kandungan sifat tamasika yaitu karma yang dilakukan untuk mendekatkan
: lamban dan malas. Dalam kitab suci di sebut ada diri dengan Tuhan. Dalam hal ini tidak ada
karmaphala berdasarkan sifat baik dan tidak maksud untuk mengharapkan hasilnya (Niskama
baik yang di dasarkan kepada unsur subha dan Karma).c.Karma Campuran adalah perbuatan
asubha karma atau unsur baik dan buruk dapat di campuran antara sreyo dan vishaya karma. Dan
bedakan dalam dua bagian yaitu : a. Subha Karma berdasarkan karmaphala frekwensinya, maka
adalah karma yang dilakukan dengan cara berbuat karmaphala itu dapat dibedakan sebagai berikut
baik. Berbuat baik hasilnya akan baik pula. b. : a.Nitya Karma merupakan karma atau kegiatan
Asubha Karma adalah : karma yang menimbulkan tiap hari. b. Naimitika Karma adalah karma yang
perbuat buruk. Berbuat tidak baik menghasilkan tidak harus dilakukan setiap hari, dilakukan pada
karma yang buruk. Apa yang kita lakukan dalam waktu tertentu.c. Kamya Karma adalah merupakan
perbuat selaku berpikir lebih dahulu sebelum kita karma atau kegiatan yang bersifat khusus. d.
melakukan perbuatan, didalam kitab suci ajaran Nishida Karma adalah karma atau perbuatn yang
karmaphala berdasarkan ajaran kebenaran, bersifat tidak baik, seperti kejahatan.e.Prayascita
maka karmaphala itu dapat di bedakan dalam Karma adalah : karma atau perbuatan baik dan suci

58 Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019


yang termasuk sebagai perbuatan subhakarma. sangat penting artinya dalam kehidupan. karana
Dan di lihat sudut pandang sasarannya, maka kurang menyadari hal itu dan melaksanakan
karmaphala berdasarkan sasaranya dapat konsekwen tidak saja mempengaruhi hidup juga
di bedakan dalam dua jenis yaitu : a. Ista karma hidup yang akan datang bila kita sudah meninggal
merupakan karma atau kegiatan yang ditujukan dunia, karmaphala (hasil perbuatan) itu berdampak
untuk berbakti kepada Tuhan.b. Putra Karma luas terhadap hasil kehidupan hari dan pada waktu
adalah merupakan karma yang ditujukan untuk kemudian (setelah menitis kembali) baik buruk
kepentingan umum atau sosial. Dan di lihat dari dari perbuatan pasti akan minimbulkan akibat oleh
akibat kelahiranya karmaphala dibedakan dalam karana itu berbahagialah bagi yang sadar pada
4 jenis yaitu :.a. Ayu Karma adalah karma / dirinya yang ingat dengan hukum karmaphala,
perbuatan yang dapat menyebabkan umur menjadi dimana hidup ini tidak bisa lepas dengan
panjang atau pendek. Seperti hidup tenang atau menjalankan hidup ini dengan berpedoman pada
stress makan makanan vegetarian atau makanan ajaran agama serta menempatkan makna (arti)
banyak daging, minum minuman keras dan lain hidup pada posisi yang setinggi tingginya.karana
lain.b. Jnana Karma adalah merupakan karma yang itu waspadalah dan sadar di dalam memcapai
dapat menyebabkan orang menjadi cerdas atau tujuan hidup ini sangat penting artinya untuk
bijaksana.c. Dharsana karma adalah merupakan dicermati dan di renungkan bahwa hidup ini selalu
perbuatan yang dapat menimbulkan pandangan di dampingin oleh karma yang kita lakukan
baru dalam kehidupan. d. Bhuta Karma adalah Pada dasarnya Menurut Adler manusia hidup
merupakan karma yang dapat mempengaruhi dengan tujuan dan harapan -harapan terhadap
bentuk kelahiran. Misanya bunuh diri dapat masa depan yang lebih baik dan itu tidak lepas
mempengaruhi bentuk kelahir kelak dari hukum karmaphala yang mana setiap manusia
melakukan perbuatan baik sengaja maupun tidak
B.Karma Dalam Kehidupan Sehari - hari sengaja, tujuan ini ada secara subyektif (dalam
diri sisubyek) dan mempengaruhi pola kehidupan
Karmaphala adalah hukum yang abadi yang sehari hari,.tujuan dan dalam hidup ini bersifat
melekat dalam diri manusia, sedang Rta adalah semu semata mata karana tidak ada bukti dalam
hukum alam termasuk isinya tanpa terkecuali. realitas setia. Adler setiap orang, mempunyai
Hukum alam (Rta) dan karmaphala sangat leitline yaitu : rancangan pola hidup yang tidak
sempurna karena lahir dari yang maha sempurna di sadari yang diperjuangkan terhadap segala
yaitu Tuhan. Karmaphala berati hasil dari rintangan, tujuan yang ingin dikejar manusia
perbuatan, karana setiap perbuatan baik perbuatan semua itu mungkin hanya suatu fiksi suatu cita
kecil maupun besar pasti akan berakibat. Tidak ada – cita yang tak mungkin direalisasikan namun
perbuatan yang sia sia semua akan membuahkan merupakan motivator bagi pola hidup manusia.
hasil baik disadari maupun tidak disadari proses (Farozin,1987:67)
karmaphala sangat rumit sekali, sangat komplek
wujudnya, bisa konkrit bisa pula abstrak Semua kekayaan material yang diperoleh
manusia di dunia ini adalah sarana pencapaian
Pandangan agama seperti yang di sebutkan keinginan tidak lebih dari hanya untuk kesenangan
dalam Begawadgita bahwa materi itu memang raga, dalam memperolehnya pun tentu dengan
sengaja di ciptakan oleh Tuhan dengan rangsangan beranegam ragam cara yang dilakukan oleh
yang sangat dasyat.materi itu seperti rumah mewah, manusia dituntut untuk melangsungkan hidupnya.
mobil, uang, harta dan lainya. Kewaspadaan Karma sangat menentukan kehidupan manusia
terhadap makna hidup dan hukum karmaphala dalam kehidupan dan di samping itu besar

Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019 59


pengaruh karma dalam pembentukan karater, 1. Manusia bernasib buruk karana kelahiran
dan harta benda kekayaan yang bersifat maya di terdahulunya sebagai binatang yang
gunakan untuk keperluan, didalam kitab suci niti mengalami peningkatan status sebagai
sastra di sebutkan sebagai berikut : “tempat terakhir manusia, ketika mereka mendapatkan siraman
rohani dalam kehidupannya akan tercerahkan
dari harta benda kekayaan itu adalah sampai di
kendali cacat fisik, miskin, dan sebagainya
rumah saja, tidak dapat dibawa ketika kita mati,
2. Mereka yang dalam hidupnya masa lalu
sementara sanak keluarga hanya mengantarkan dari seorang pendosa, perbuatan buruk lebih
sampai di kuburan kemudian pulang sambil banyak daripada perbuatan baiknya
menanggis hanya perbuatan baik dan buruk saja 3. Mereka yang dilahirkan cacat karana, ketika
yang mengantar kita keakhirat.” ibunya mengandung, sijabang bayi kelahiran
tidak di kehendaki oleh orang tuanya dengan
Dalam hidup ini selalu perbuat kebajikan
sengaja di gugurkan tetapi tidak tergugurkan,
sebagai perahu untuk mendapat kesejahteraan dan sehingga kelahiran sang bayi mejadi cacat
kebahagian jiwa di alam belaka,bagi orang Hindu fisik dan mental
hal semacam menebus dosa tidak memdapat
tempat, karana orang Hindu percaya hukum Mereka yang di lahirkan bernasib baik, cantik
karmaphala siapa yang berbuat dialah berhak rupawan, kaya raya, panjang umur, pengabdian
menerimanya hasilnya.dan hukum karmphala yang suci, para pekerja sukses, peminpin yang
tidak dapat di ubah-ubah dan tidak dapat diubah berhasil, penguasan sukses dan negarawan itu
oleh siapapun. merupakan akibat dari karma phala dan buah
perbuatan masa lalu yang belum habis dinikmati
Investasi kebajikan, moral dan kejujuran
adalah akan berbuah kebahagiaan. Perilaku Ada tiga jenis karma dalam ajaran weda yaitu :
baik dan bijak menghasilkan aura kedamaian 1. Karma masa lalu yang di nikmati masa kini
kepada sang diri dan lingkungan. Begitu juga 2. Karma masa kini yang dinikmati masa kini
sebaiknya perilaku buruk dari sang pendosa akan juga
3. Karma masa kini yang di nikmati masa
menimbulkan aura buruk pada sang diri dan
kehidupan yang akan datang
lingkungan.
Di dalam kitab suci disebutkan
Kelahiran, kdehidupan, kematian, miskin, Swaih sa evair – mumurat
kaya, umur panjang, umur pendek, adalah suratan
Artinya
nasib dari purwa karmanya sendiri. Sedangkan
karmaphala itu sendiri lahir dari Hyang Widhi Orang yang bersalah mati karana perbuatanya
Wasa yang maha adil. Kehidupan kita tidak akan sendiri
berhenti setelah kematian, dia akan berputar Rg weda VIII.97.3
sesuai hukum tumimbal lahir (reinkarnasi).
karma merupakan rangkaian, untaian kehidupan Agham astw aghakrte sapathab sapathiyate
dan phala adalah akibat dari untaian kehidupan. Artinya
bayangkan saja berfikir saja merupakan karma Mereka yang berdosa menderita dari dosanya
mental sendiri, orang yang menyutuk juga dari
Jaran karma phala ini berlaku bagi seluruh kutuknya sendiri.
umat Hindu yang ada di Indonesia dimuka bumi Rg weda X.1.5
ini tanpa tercuali. Hukum karma ini indentik
Sesungguhnya amat banyak yang belum
dengan hukum sebab akibat. Ada beberapa aspek
kita ketahui, karana terbatasnya waktu hendaklah
yang mengakibatkan nasib buruk antara lain :
kita selalu belajar dari alam agar kita rendah

60 Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019


diri untuk menghadapi waktu sehingga kita itu yakin moksa. Dan didalam Karmapahala
mengggunakannya dengan baik. Waktu tidak Berdasarkan Masa Kehidupan dalam kitab suci
pernah tidur terus terjaga, waktu tidak bisa diatasi agama Hindu pada umumnya Menjelaskan jenis
oleh seluruh makluk hidup dan waktu hanya jenis karmaphala berdasarkan cepat lambatnya
tunduk pada tuhan. waktu untuk menikmati buah, pahala atau hasil
Sang roh / atma melakukannya kegiatanya dari pada karma itu. Dalam hal ini karmaphala di
sendiri, sendirilah pula merasakan baik buruknya bedakan tiga jenis yaitu : a. Sancita Karmaphala b.
phahala dari perbuatan itu. Dia sendiri pula yang Prarabdha Karmaphala c.Kryamana Karmaphala.
menyebabkan dirinya jatuh kedalam atma duniawi Karmaphala berdasar unsur triguna. Yaitu :
yang penuh penderitaan. Oleh karana itu ia sendiri Satwika, Rajasika, dan Tamasika yang ada dalam
pula yang harus membebaskan dirinya sendiri dari karmaphala itu maka jenis karmaphala ini dapat
kesangsaraan. Dan kembali lagi ketempat asal di bedakan dalam tiga jenis yaitu : Wikarma
sang atma (roh) dunia rohani atas karma phalanya Karma b. Sahaja Karma c. Akarma Karma.
Karmaphala berdasarkan sifat baik dan tidak
Karma itu bergerak dalam kehidupan ini ada 3 hal
yaitu : baik yang di dasarkan kepada unsur subha dan
asubha karma atau unsur baik dan buruk dapat di
1. Karena Ica ( keinginan) umat manusia
bedakan dalam dua bagian yaitu : a. Subha Karma
2. Karana jnana ( pengetahuan) umat manusia
b. Asubha Karma. Karmaphala berdasarkan
3. Karana krya (kehendak) umat manusia
ajaran kebenaran, maka karmaphala itu dapat di
Karma phala itu adil, obyektif dan tidak bedakan dalam tiga bagian yaitu : a. Sat Karma
memihak.karma phala itu bergerak ibarat orang b.Dush Karma .c. Misra Karma. Karmaphala
main catur, begitu pula nasib itu terjadi, ketika berdasarkan tri sarisa yaitu : karmaphala yang
bermain catur langkah pertama orang punya didasarkan kepada tri sarira yaitu: badan kasar
kebebasan, langkah selanjutnya tergantung pada atau linga sarira, badan mental atau suksma sarira
reaksi yang di timbulkan oleh langkah pertama. dan badan penyebab atau karma sarira dapat
dibedakan sebagai berikut : a. Karma Pisik.b.
Karma Astral c. Karma Mental. Karmaphala
III. KESIMPULAN
berdasarkan kadar keter-ikataanya, maka
Perbuatan mendatangkan hasil sesuai karmaphala itu dapat di bedakan menjadi tiga
dengan baik buruk karma atau perbuatan yang jenis yaitu : a. Vishaya b. Sreyo Karma.c. Karma
kita kerjakan. Dengan itu hati hatilah dalam Campuran. Karmaphala frekwensinya, maka
perbuatan usahakanlah selalu berbuat baik, sebab karmaphala itu dapat dibedakan sebagai berikut
dengan berbuat baik kita boleh jadi akan masuk : a. Nitya Karma. b. Naimitika Karma.c.Kamya
sorga. Maka kebahagiaanlah kita akan diperoleh. Karma. d. Nishida Karma.e.Prayascita Karma
Memang tujuan hidup umat Hindu adalah karmaphala berdasarkan sasaranya dapat di
bukalah mencari sorga, tetapi moksa. Kalau bedakan dalam dua jenis yaitu : a. Ista Karma.b.
mencapai sorga maka kita akan lahir kembali, Putra Karma.Akibat kelahiranya karmaphala
sedangkan kalau moksa, maka jiwa kita akan dibedakan dalam 4 jenis yaitu :.a. Ayu Karma b.
bersatu dengan Ida Sanghyang Widi Wasa. Disitu Jnana Karma c. Dharsana Karma. d. Bhuta Karma
akan dinikmati kebahagian tertinggi. Karana itu
Dalam hidup ini selalu perbuat kebajikan
selama kita hidup sepatutnya kita selalu berpikir,
sebagai perahu untuk mendapat kesejahteraan dan
berkata dan berbuat baik dan selalu mengikuti
kebahagian jiwa di alam belaka,bagi orang Hindu
atau melaksanakan ajaran ajaran agama Hindu
hal semacam menebus dosa tidak memdapat
agar kita dapat mencapai tujuan hidup tertinggi

Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019 61


tempat, karana orang Hindu percaya hukum
karmaphala siapa yang berbuat dialah berhak
menerimanya hasilnya.dan hukum karmphala
tidak dapat di ubah-ubah dan tidak dapat diubah
oleh siapapun.
Investasi kebajikan, moral dan kejujuran
adalah akan berbuah kebahagiaan. Perilaku
baik dan bijak menghasilkan aura kedamaian
kepada sang diri dan lingkungan. Begitu juga
sebaiknya perilaku buruk dari sang pendosa akan
menimbulkan aura buruk pada sang diri dan
lingkungan.
Kelahiran, kdehidupan, kematian, miskin,
kaya, umur panjang, umur pendek, adalah suratan
nasib dari purwa karmanya sendiri. Sedangkan
karmaphala itu sendiri lahir dari hyang widhi wasa
yang maha adil. Kehidupan kita tidak akan berhenti
setelah kematian, dia akan berputar sesuai hukum
tumimbal lahir (reinkarnasi).karma merupakan
rangkaian, untaian kehidupan dan phala adalah
akibat dari untaian kehidupan. bayangkan saja
berfikir saja merupakan karma mental

DAFTAR PUSTAKA
Suhardana. K.M. Panca Sradha (Lima Keyakinan
Umat Hindu) Paramita. Surabaya. 2009
...........,Catur Marga (Empat Jalan Menuju
Brahman).paramita.surabaya. 2010
Jendra I. Wayan. Karmaphala. Paramita.
Surabaya.2004
Pudja Gede. Sarasmuscaya.Departemen agama
RI. Jakrata 1981
Zoetmulder.PJ. Kamus Jawa Kuno-Indonesia.
Gramedia.Jakarta.1997
Ngurah Made IGusti.dkk. Buku Pendidikan
Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi.
Paramita,Surabaya. 1999
Farozin.H.Muh.Dkk.Pemahami Tingkah Laku.
Rineka Cipta.Jakarta1987
Suraba I.Wayan. cara praktis untuk memahami
agama hindu. (melalui kumpulan
dharmawacana). Paramita Surabaya.2013

62 Jurnal Sanjiwani, Volume 10, No 1, Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai