Anda di halaman 1dari 13

JURNALYOGA DAN KESEHATAN Vol. 2, No.

2 Juli – Desember 2019


JURUSAN YOGA KESEHATAN ISSN : 2621-0185 (Cetak)
FAKULTAS BRAHMA WIDYA
IHDN DENPASAR http://ejournal.ihdn.ac.id

ATMAN MENUJU BRAHMAN


(Perspektif Teologi Hindu)

I Gusti Ngurah Elga Putra Sutrawan


Akademisi IHDN Denpasar
Email: ngurahelga@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis terhadap proses kehiduan yang penuh
dengan misteri yang sulit dijelaskan melalui pengalaman indrawi. Kehidupan ini berjalan
sedimikian rupa mengikuti alur yang telah ditentukan. Penentu kehidupan inilah yang disebut
“karma” sebagai penentu kehidupan, kematian, kebahagiaan serta kesengsaraan manusia pada
kehidupan selanjutnya yang disebut dengan “Punarbhawa” dan Karma Pula sebagai penentu
kapan saatnya atma itu kembali kepada Brahman. Sehingga tidak ada lagi kesengsaraan maupun
kebahagiaan yang terasa semua kembali menjadi Achintya. Mengendalikan manah dalam sapta
angga, dengan cara melaksanakan Prayogasandhi dengan Samyagjnana sebagai penuntunnya
serta melaksanakan Catur Yoga berdasarkan pada kebenaran dan ketulusan hati, sehingga
seseorang akan mencapai kesadaran akan sang diri dan hakekat Tuhan. Setelah tercapainya
kesadaran tersebut pasti seseorang akan melaksanakan sesuatu berdasarkan pada kesadaran
tersebut. Perbuatan yang baik tentu akan selalu terlaksana walaupun belum sempurna. Dengan
selalu melaksanakan perbuatan baik, tanpa pamrih, tulus ikhlas dan selalu ada dalam kesadaran
sejati maka seseorang akan dapat terhindar dari lapisan alam bawah yang penuh dengan
kesedihan dan perlahan akan meniti ke atas untuk mencapai satya loka dan pada akhir Atman
akan menyatu dengan Brahman.
Kata Kunci: Atman, Brahman, Teologi Hindu

YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 41


I. PENDAHULUAN juga dengan nama Tri loka (tiga dunia yang
terkenal dalam puja Gayatri dan Tri Sandya).
Ciptaan Hyang Widhi adalah merupakan Berangkat dari penjelasan tersebut proses manusia
pancaran kemahakuasaan-Nya (wibhuti) Hyang untuk kembali kepada Hyang Widhi merupakan
Widi Wasa itu sendiri.Wibhuti ini terpancar suatu hal yang menjadi landasan dalam kehidupan,
melalui tapa.Tapa adalah pemusatan pikiran yang Panca Srada adalah lima keyakinan dalam
terkeram hingga menimbulkan panas yang menjalani kehidupan di dunia ini yang terdiri dari
terpancar. Dengan tapa inilah Hyang Widhi Brahman, Atman, Karma Pala, Punarbhawa dan
menciptakanalam semesta sehingga bagi kita Moksa. Kelima konsep ini saling berkaitan satu
jelaslah bahwa memerlukan pemusatan tenaga dengan yang lainnya, dalam proses penciptaan dan
yaitu yang diamati Tapa tadi. Dalam Upanishada menuju Hyang Widhi konsep Karma Pala,
(Brihadaranyaka dan Chandogya-Upanishada) Punarbhawa dan Moksa sangatlah penting untuk
mengatakan : diketahui, dimaknai dan dilaksanakan dalam
Idam waagranai wakin cidasit, sad ewa kehidupan.
saumyaidam agra asit Eka Ewa adwitya. Dalam Slokantara, 68 dinyatakan: "Karma
Artinya : Phala ngaranya phala ninggawe hala hayu"
Sebelum di ciptakan alam ini tidak ada apa- maksudnya Karma phala adalah akibat phala dari
apa. Sebelum alam diciptakan hanya Hyang baik buruk suatu perbuatan (karma). Hukum karma
Widhi yang ada Maha Esa dan tidak ada itu sesungguhnya amat berpengaruh terhadap baik
duanya. buruknya segala mahluk dan menentukan
Sebelum manusia di ciptakan Hyang Widhi seseorang hidup bahagia atau menderita lahir
telah menciptakan terlebih dahulu, sesuai dengan bathin. Setiap orang berbuat baik (subha karma)
jalannya dari yang halus ke kasar yaitu pasti akan membuahkan hasil yang baik demikian
menciptakan makhluk sebagai dewa-dewa, pula sebaliknya. Karma dan Punarbhawa ini
gandharwa, pisaca, raksasa dan lain sebagainya merupakan suatu proses yang terjalin erat. Setiap
dan makhluk berbadan kasar sebagai binatang, karma yang di lakukan atas dorongan asubha
manusia dan lain-lainnya. Manusia pertama disebut karma akan menimbulkan dosa dan atma akan
dengan nama manu atau lengkapnya Swayambhu- mengalami neraka serta dalam punarbhawa yang
manu. Dengan nama ini jangan mengira bahwa akan datang akan mengalami penjelmaan dalam
Swayambhu-manu ini adalah sebuah nama tingkat yang lebih rendah, sengsara atau menderita
perseorangan karena kalau dilihat artinya Wayam- bahkan menjadi mahluk yang hina. Sebaliknya,
bhu berarti yang menjadikan diri sendiri , (Swayam setiap karma yang baik (subha karma) akan
= dirisendiri ; bhu = menjadi) serta manu berarti Ia mengakibatkan atma menuju sorga dan jika
yang mempunyai pikiran (manah = pikiran). Jadi menjelma kembaliakan mengalami tingkat
kata Swayambhu-manu berarti Makhluk berpikir penjelmaan lebih sempurna atau lebih tinggi
yang menjadikan dirinya sendiri yaitu manusia (Sarasamuscaya.48). Kesimpulannya dengan
pertama. keyakinan akan punarbhawa ini maka orang harus
Zat padat dan zat-zatcairlah yang paling sadar, bahwa bagaimanapun kelahirannya
banyak di dunia kita ini yang dinamai Bhur loka tergantung dari karma wasananya.
atau Manusia Loka. Adapun Bwahloka yang juga DalamBhagawadgita VII.19 disebutkan:
dinamai Pitra loka atau dunia roh banyak di kuasai Bahunam janmanam ante jnanavan man
oleh unsure apah (zatcair) dan teja (sinar). prapadyate
Sedangkan Swah loka atau disebut juga Swarga Vasudevah sarwamitisa mahatma su-
(sorga) atau Dewaloka (duniaparadewa) dikuasai durlabhah.
oleh unsur teja (sinar) dan bayu (hawa). Ketiga
dunia ini yaitu Bhur, Bwah dan Swah loka di kenal Artinya:
42 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
“Pada akhir kelahiran manusia, orang yang perbuatan seseorang. Kita percaya bahwa
berbudi (orang yang tidak lagi terikat oleh perbuatan yang baik (subhakarma) membawa hasil
keduniawian) datang pada-Ku karena yang baik dan perbuatan yang buruk
(mereka) tahu Tuhan adalah segalanya, (Asubhakarma) tentu buruk pula yang akan
sungguh sukar di jumpai jiwa agung seperti diterima. Bahkan kepercayaan akan adanya karma
itu. phala ini dapat memberikan keyakinan kepada kita
untuk mengarahkan segala tingkah laku yang
Berikutnya VIII.15 lebih di tegaskan lagi dilakukan hendaknya selalu berdasarkan pada etika
bahwa : yang baik, keinginan yang baik dan selalu
menghindari diri dari jalan serta tujuan yang buruk.
Mam upetya punarjanmanduh kalayam Kelahiranpun merupakan bagian dari karma itu
asasvatam sendiri tidak. Karma merupakan takdir atau nasib
Napnuvantimahatm anahsamsiddhim seseorang, dan tidak ada jalan untuk melepaskan
paramam gatah diri. Kadang manusia lupa bahwa suratan atau
jalan kehidupannya ditulis oleh dirinya sendiri,
Artinya: semua ditulis oleh tangan seseorang itu sendiri, dan
“Setelah sampai kepada-Ku, mereka yang tangan yang menulis itu pula yang dapat
berjiwa agung Ini tidak lagi menjelma menghapusnya yaitu dengan berkarma yang baik.
kedunia yang penuh dukha dan tak kekal Manusia sering beranggapan bahwa
ini dan mereka tiba pada kesempurnaan Tuhanlah yang bertindak dibalik kedukaan,
tertinggi. kesedihan, kegembiraan dan lain-lain. Sebenarnya
tuhan tidak turut campur, baik dalam ganjaran
“Moksartham Jagadhita ya caiti dharma” ataupun hukuman, beliau hanya mencerminkan,
maka moksa merupakan tujuan yang terakhir atau memantulkan dan bereaksi (Anadas, 2007:46).
tertinggi. Moksa adalah kebebasan dari keterikatan Tuhan adalah saksi abadi yang tidak terpengaruh.
benda-benda duniawi dan terlepasnya atman dari Manusialah yang menentukan nasibnya sendiri.
pengaruh maya serta bersatu kembali dengan Tuhan telah menciptakan hukum alam yang secara
sumberNya. otomatis akan merekam dan memberikan apa yang
seharusnya menjadi haknya sesuai dengan
II. PEMBAHASAN kewajiban yang dilaksanakannya. Maka dari itu
lakukanlah kebaikan maka kebaikan yang akan
2.1 Karma phala diterima begitu pula sebaliknya ketika kita
Karma phala berasal dari kata karma dan melakukan perbuatan buruk maka buruk pula yang
phala. Karma artinya perbuatan, dan phala artinya akan didapat.
hasil atau buah. Jadi karma phala artinya hasil dari Manusia juga sering mengatakan bahwa
perbuatan yang telah kita lakukan. Menurut Tuhan adalah penyebab utama segala sesuatu yang
Anandas (2007:45) menguraikan bahwa Karma terjadi, sampai batas-batas tertentu memang benar,
artinya bukan saja perbuatan, tetapi karma juga namun tuhan tidak pernah menjerumuskan
hasil perbuatan. Sesungguhnya hasil dari manusia kedalam kurungan besi nasib yang tidak
perbuatan tidak bisa dipisahkan dari perbuatan itu adapt dihindari lagi. Tuhan telah membekali
sendiri. Sesuatu perbuatan, perkataan maupun manusia dengan akal (pikiran, idep).itulah yang
pikiran yang menyebabkan suatu akibat disebut harusnya dipergunakan dengan baik untuk
karma. Hukum karma adalah hukum tentang sebab mencapai suatu tujuan akhir manusia yaitu moksa.
dan akibat. Tidak ada satupun akibat tanpa sebab, Namun untuk mencapai tujuan akhir bukanlah hal
begitupun sebaliknya. yang mudah. Manusia harus lahir berulang kali
Berdasarkan uraian tersebut jadi dapat untuk memetik dan membayar buah karmanya.
diartikan bahwa karma phala merupakan hasil dari
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 43
Oleh karena itu terdapat tiga karma yang yang merupakan tujuan akhir manusia yaitu
berhubungan dengan masa kehidupan yakni moksa.
sebagai berikut: Namun ketika ia dilahirkan kembali, tidak
1. Sancita Karma Phala yaitu phala dari selalu dilahirkan menjadi manusia yang bertempat
perbuatan kita dari perbuatan terdahulu di Bumi. Semua berdasar pada karma. Alam
yang belum habis dinikmati dan masih Semesta di dalam Hindu, memiliki struktur-
merupakan benih yang menentukan struktur lapisan-lapisannya. Terdapat tingkatan
kehidupan manusia sekarang. dalam setiap lapisannya, yang mana tujuh lapisan
2. Prarabda Karma Phala yaitu phala dari keatas, kebawah, maupun lapisan yang ada dalam
perbuatan kita pada kehidupan ini habis tubuh manusia. Lapisan dunia keatas disebut
dinikmati sekarang tanpa ada sisanya. dengan Sapta Loka, lapisan dunia kebawah disebut
3. Kriyamana Karma Phala ialah hasil dengan sapta patala, dan lapisan yang ada dalam
perbuatan yang tidak sempat dinikmati tubuh manusia disebut dengan sapta angga. Dalam
pada saat berbuat, sehingga harus diterima lapisan sapta angga, maka tentu atma akan
pada kehidupan yang akan datang. dilahirkan menjadi manusia, namun dalam sapta
Jadi adanya orang menderita walaupun patala atma ditempatkan sesuai dengan karma
pada kehidupannya selalu berbuat baik adalah wasana yang dilakukannya, begitu pula pada
disebabkan oleh sancita karma phala (karmanya lapisan sapta loka. Dalam bhagawadgita dijelaskan
terdahulu). Tegasnya cepat atau lambat, dalam bahwa memang benar bahwa alam semesta
kehidupan sekarang ataupun nanti segala phala dari dibedakan menjadi beberapa lapisan yaitu lapisan
perbuatan itu pasti diterima, karena sudah atas (sapta Loka), Lapisan Tengah (bumi) dan
merupakan alam (hukum Rta). lapisan Bawah (sapta patala). Sloka dalam
bhagawat gita tersebut berbunyi:
2.2 Hubungan Punarbhawa Sapta Loka dan Urdhvam gacchanti sattca-stha madhye
Sapta Patala tistanti rajasah,
Punarbhawa ialah kelahiran yang berulang- Jaghanya-guna-vrrti-stha adho gacchanti
ulang yang disebut juga penitisan atau tamasah.
Samsara.kelahiran manusia kedunia ini membawa Terjemahannya:
suka dan duka. Punarbhawa atau Samsara ini Orang-orang yang mantap didalam sifat
terjadi karena jiwatman dipengaruhi oleh kebaikan akan pergi ke atas ke alam-alam
kenikmatan duniawi dan kematian yang akan yang lebih tinggi. Merkea yang berada
diikuti oleh kelahiran. Sgala perbuatan ini didalam sifat-sifat kenafsuan akan pergi
menyebabkan adanya bekas (wasana dalam kealam-alam yang menengah, sedangkan
jiwatman. Dan bekas-bekas perbuatan atau yang berada dalam sifat kegelapan yang
karmawasana itu ada bermacam-macamjika bekas- menjijikan akan meniti jalan turun (menuju
bekas itu hanya bekas-bekas keduniawian maka alam-alam rendah.
jiwatma akan lebih cenderung dan gampang ditarik Berdasarkan sloka diatas penulis tangkap
oleh hal-hal keduniawian yang menyebabkan atma bahwa dunia terbagi menjadi beberapa lapisan,
lahir kembali (Parisadha Hindu Dharma, 2014: 21). yakni: lapisan atas yang dibagi lagi menjadi
Jika tidak ada bekas-bekas lagi pada jiwatman, beberapa lapisan, yang disebut dengan sapta Loka;
maka tidak aka nada yang menarinya ke dunia fana lapisan tengah yaitu Bumi beserta isinya; dan
ini, dan atman akan bersatu dengan Brahman (Ida Lapisan bawah yang terbagi juga menjadi beberapa
Sang Hyang Widhi Wasa). Yang dimana atma lapisan yang disebut dengan sapta patala.
sadar akan hakekatnya, lepas dari ikatan Puji (2010) dalam penelitiannya yang
keduniawiannya maka atma tidak akan dilahirkan berjudul “Konsep Kosmologi Dalam Lontar
kembali,atma akan kembali pada Sang pencipta Bhuwana Sangksepa” menjelaskan bahwa
44 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
keseluruhan lapisan ini merupakan tempat dari kebahagiaan”, di bali sering diucapkan
berbagai perwujudan dari Tuhan termasuk manusia bahwa “ amongken sebete, amonto legane”,
maupun dewata. Seseorang akan mencapai pada di alam ini kita akan selalu dihadapkan
lapisan teratas maupun terbawah, dan tetap pada dengan perasaan suka dan bahagia yang
lapisan sekarang, semua tergantung kepada karma silih berganti. Hal tertinggi yang harus
yang dilakukan semasa hidupnya. Itulah sebabnya dicapai untuk menghilangkan keterikatan
setiap ajaran Agama selalu mengajarkan kita untuk dua hal tersebut yaitu mencapai kesadaran
tetap berbuat sebaik mungkin, karena semakin baik sejati di dunia.
perbuatan kita maka kualitas kesengsaraan dari 2. Bhwahloka merupakan lapisan kedua
kelahiran kembali seseorang setidaknya dapat di setelah Bhuloka. Pada lapisan ini
minimalkan. Karena setiap lapisan kelahiran Candraditya (bulan dan matahari) sebagai
tersebut memiliki kadar kesengsaraan yang dewatanya, dan pada umumnya ditempati
berbeda, semakin kebawah kadar kesengsaraan oleh para raksasa yang memiliki setengah
akan semakin tinggi pula , begitupun sebaliknya sifat kebaikan (keilahian), yang di
semakin seseorang berbuat baik, semakin dalamnya hanya terdapat langit dan udara.
menyadari hakikat sang diri maka kelahiran 3. Swahloka merupakan lapisan dunia yang
manusia akan menuju lapisan atas (lapisan yang dipimpin oleh Dewa Indra dan wisnu
lebih tinggi) dan sampai pada akhirnya mencapai sebagai dewatanya. Lapisan ini pada
tujuan tertinggi yaitu moksa. Makrokosmos umumnya juga disebut dengan Swargaloka
maupun mikrokosmos memiliki hubungan yang atau sorga yang merupakan kediaman dari
sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Bila para Dewata. Lapisan badan yang dipakai
dalam makrokosmos terdapat lapisan atas yang di alam ini adalah karana sarira (sukshma
disebut sapta loka, dan lapisan bawah yang disebut sarira sudah terurai bersih). Sang jiwa akan
sapta patala, maka dalam mikrokosmos terdapat lahir di alam ini karena dalam hidupnya dia
yang disebut dengan Sapta angga. bathinnya bersih dan banyak melakukan
2.2.1 Sapta Loka kebaikan. Sang jiwa akan merasakan
Sapta loka merupakan tujuh lapisan dunia kebahagiaan dan kedamaian yang
ke atas sebagai pembentuk alam semesta. Puji berlimpah. Jauh melebihi kebahagiaan dan
(2010:115) menguraikan bahwa sapta loka kedamaian dalam kehidupan biasa yang
merupakan tempat yang terdapat dialam semesta kita rasakan di bumi. Hal ini tidak bisa
yang dikenal sebagai keberadaan dari bhuwana dijelaskan, kecuali kalau kita pernah
agung (makrokosmos) yang dijadikan tempat mengalami samadhi dalam meditasi, sedikit
berbagai makhluk, termasuk dewa-dewa. Adapun banyak akan paham maksudnya. Akan
ketujuh lapisan dunia yang berada dalam tetapi lahir di Svarga Loka belum
makrokosmos ini yaitu sebagai berikut : menghentikan roda samsara, ada waktunya
1. Bhuhloka adalah bhumi dimana tempat kita nanti sang jiwa harus kembali lahir ke
berpijak saat ini, bersama dengan makhluk dunia untuk melanjutkan evolusi bathinnya
hidup lainnya dan semua ciptaan tuhan serta menyelesaikan sisa putaran karmanya
yang kita lihat sekarang ini. Bhuh loka sendiri.
merupakan alam tengah di antara jalan 4. Mahaloka merupakan lapisan dunia yang
menuju keatas (Loka) maupun jalan terdiri dari pada rsi, pada lapisan dunia ini
menuju ke bawah (patala). Kelahiran di dipimpin oleh Rsi Brigu dan Brahma
alam bhuh loka memiliki kadar yang sama adalah dewatanya. Para Rsi ini berada di
antara kebahagiaan dan kesengsaraan. dalam Mahaloka dikarenakan melakukan
Maka dari itu sering kita dengar istilah yadnya api yang sangat besar. Para Rsi ini
bahwa “kedukaan selalu mengikuti juga dijelaskan dapat berpindah dari satu
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 45
planet yang lainnya. Lapisan badan yang kuliah umumnya, Tapaloka ini didiami oleh
dipakai di alam ini adalah vijnanamaya 4 kumara yang bernama Sanat, Sanak,
kosha (karana sarira sudah terurai bersih). Sanandan dan Sanatan. Lapisan badan yang
Sang jiwa akan lahir di alam ini karena dipakai di alam ini adalah vijnanamaya
dalam hidupnya dia merealisasi kesadaran, kosha. Sang jiwa yang lahir di alam ini
hanya saja belum sempurna. Lahir di Maha menjadi apa yang disebut kesadaran
Loka berarti roda samsara (siklus kosmik. Dengan cara yang rahasia beliau
kehidupan-kematian) telah berhenti. Sang tidak perlu turun lahir ke dunia, beliau
jiwa bisa melanjutkan evolusi bathinnya selalu membimbing umat manusia, semua
dan menyelesaikan sisa putaran karmanya mahluk-mahluk lainnya, serta termasuk
di lapisan alam ini juga. Akan tetapi banyak membimbing para dewa di loka
juga jiwa yang lahir di lapisan alam ini sebelumnya menuju penerangan dan
karena welas asih memutuskan untuk pembebasan.
reinkarnasi kembali. Lahir ke dunia 7. Satyaloka merupakan lapisan dunia yang di
menjadi satguru yang terang dan diami oleh Siwa, diakui sebagai realitas
membebaskan bagi umat manusia, tertinggi. Lapisan ini merupakan lapisan
sekaligus untuk melanjutkan evolusi tertinggi dari ketujuh lapisan yang
bathinnya. dijelaskan sebelumnya. Lapisan ini juga
5. Janaloka merupakan lapisan dunia tempat dapat dikatakan sebagai dunia yang hanya
kediaman dari Sapta Rsi dan Rudra sebagai ada kebenaran. Lapisan badan yang dipakai
dewatanya. Sapta Rsi ini merupakan tujuh di alam ini adalah anandamaya kosha
rsi yang menerima wahyu veda dan [vijnanamaya kosha sudah terurai bersih].
menyebarkannya ke bumi. Lapisan badan Sang jiwa yang lahir di alam ini menjadi
yang dipakai di alam ini adalah apa yang disebut maha-kesadaran kosmik.
vijnanamaya kosha. Sang jiwa akan lahir di Kesadaran beliau sedikit lagi sempurna
alam ini karena dalam hidupnya dia untuk bisa menyatu (manunggal) dengan
merealisasi kesadaran (lebih sadar dari jiwa yang maha tidak terpikirkan (Brahman).
yang lahir di Maha Loka), tapi tetap saja Dengan cara yang rahasia (tidak perlu turun
belum sempurna. Lahir di Jana Loka berarti lahir ke dunia) beliau selalu membimbing
roda samsara (siklus kehidupan-kematian) umat manusia, semua mahluk-mahluk
telah berhenti. Sang jiwa bisa melanjutkan lainnya, serta termasuk membimbing para
evolusi bathinnya dan menyelesaikan sisa dewa di ke-empat Loka sebelumnya
putaran karmanya di lapisan alam ini juga. menuju penerangan dan pembebasan.
Akan tetapi banyak juga jiwa yang lahir di
lapisan alam ini karena welas asih 2.2.2 Sapta Patala
memutuskan untuk reinkarnasi kembali. Sapta patala merupakan kebalikan dari
Lahir ke dunia menjadi satguru yang terang sapta loka. Bila sapta loka menuju keatas maka
dan membebaskan bagi umat manusia, sapta patala menuju ke bawah. Tujuh wilayah di
sekaligus untuk melanjutkan evolusi bawah Bumi yang terdiri atas Atala, Witala, Sutala,
bathinnya. Rasatala, Tala-tala, Mahatala dan Patala. Ketujuh
6. Tapaloka ini merupakan lapisan dunia yang lapisan inilah yang disebut dengan Sapta Patala.
mana memiliki tingkatan anugrah. Sang Adapun sapta patala tersebut dapat diuraikan
Hyang Mahadewa sebagai dewatanya. Di sebagai berikut:
alam ini merupakan kualitas dari jutaan 1. Atala merupakan lapisan dibawah Bumi
materi yang lebih besar maupun lebih kecil yang berisikan jiwa yang selama hidupnya
dalam lapisan dunia. Menurut Bath Dalam tidak melaksanakan wacika parisudha. Jiwa
46 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
ini selalu menjelaskan segala sesuatu yang 3. Sutala merupakan Penghuni alam ini adalah
tidak benar misalnya berbohong, menfitnah para preta, mahluk berwujud manusia
dan lain-lain. Penghuninya adalah para kurus, berwajah pucat dan suara
wong samar. Mereka yang masuk alam ini melengking atau suara histeris. Ada juga
biasanya disaat kematian, karma buruknya mahluk yang wujudnya manusia kumal,
lebih dominan dibandingkan dengan karma dengan rambut kusut kotor. Selain itu ada
baiknya dan pikiran buruknya lebih juga mahluk-mahluk mirip seperti manusia
dominan dibandingkan dengan pikiran di alam ini yang terus mengejar hasrat-
luhurnya. Sehingga saat kematian tiba dia hasrat duniawi palsu, tapi semuanya akan
akan gagal menemukan jalan terang. berujung kepada siksaan dan kesengsaraan.
Sumber kesengsaraan utama di alam ini Kejadian ini, yaitu mengejar hasrat-hasrat
adalah pikiran dan ingatan (kenangan) akan duniawi palsu yang kemudian berujung
rasa bersalah, rasa tersinggung [marah], kepada siksaan dan kesengsaraan, akan
rasa tidak terima, rasa sakit fisik, dan terus terjadi berulang-ulang dan berulang
sebagainya. Sumber kebahagiaan utama di kembali di alam ini.
alam ini adalah pikiran dan ingatan Alam sutala ini memiliki banyak dunia-
(kenangan) akan kasih sayang dan dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang
kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan. sama. Dinamika alam, pengalaman dan
2. Witala merupakan lapisan yang berisikan wujud para penghuninya juga ada beberapa
jiwa yang selama hidupnya memendam perbedaan satu sama lain. Mereka yang
banyak kekecewaan, dendam atau sakit masuk alam ini biasanya yang dimasa
hati, selain juga tidak punya tabungan kehidupan gemar sekali mengumbar hawa
karma baik yang mencukupi. Juga mereka nafsu indriya [hedonis] dan serakah
yang mati mendadak dalam kondisi mengejar berbagai macam kenikmatan dan
sengsara atau salah pati seperti misalnya kepuasan-kepuasan lainnya. Selain juga
karena : kecelakaan, dibunuh, dan tidak punya akumulasi karma baik yang
sebagianya. Tanpa punya akumulasi karma mencukupi. Pada dasarnya mereka bukan
baik yang mencukupi. Sehingga saat mahluk-mahluk yang jahat, hanya saja
kematian tiba dia akan gagal menemukan tingkat kesadaran dan kebijaksanaannya
jalan terang. Termasuk mereka yang mati lebih rendah dari manusia pada umumnya,
bunuh diri juga akan cenderung masuk sehingga mereka tidak mampu
alam ini. Penghuni dimensi alam witala ini mengendalikan dirinya.
sangat beragam, yaitu berbagai macam Dan proyeksi energi negatif dan kondisi
mahluk-mahluk yang wujudnya ganjil dan berat alam sutala ini juga mempengaruhi
aneh-aneh, seperti wujud dengan badan dan membuat mereka seperti itu. Sumber
rusak atau tidak lengkap, kepala berkaki kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan
tanpa tubuh dan tangan, berwujud bola ingatan (kenangan) akan berbagai
dengan lidah-lidah api, wujud yang keinginan-keinginan badan dan pikiran
menjijikkan, berwujud bola mata merah yang tidak terpenuhi, seperti nafsu seks
menyala, dsb-nya. Sumber utama yang dilampiaskan sepuas-puasnya sampai
kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan maksimal, makan enak yang dilampiaskan
ingatan (kenangan) akan berbagai sepuas-puasnya sampai maksimal, dsb-nya.
kekecewaan, ketidakpuasan dan keinginan- Sumber kebahagiaan utama di alam ini
keinginan pikiran yang tidak terpenuhi. adalah pikiran dan ingatan (kenangan) akan
Juga berbagai dendam dan sakit hati yang keinginan-keinginan badan dan pikiran
menurut mereka harus dilampiaskan. yang tidak pernahn terpuaskan.
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 47
4. Tala-tala merupakan Penghuni alam ini amarah yang menyebabkan orang lain
adalah para rakshasa, makhluk bertubuh menderita.
tinggi-besar, berkulit hitam, berwajah 5. Tala merupakan lapisan yang di huni oleh
sangar dan seram. Ini adalah lapisan alam para mahluk yang mudah berubah menjadi
gelap yang menjadi habitat bagi jiwa-jiwa beragam wujud. Sering disebut para
yang hanya sedikit saja punya rasa welas siluman. Dari wujud yang sangat buruk
asih dan dominan punya bathin gelap sampai wujud yang sangat indah. Kadang
seperti : iri hati, kemarahan, ketidakpuasan, wujudnya seperti manusia, kadang
dendam dan kebencian. Alam tala-tala ini wujudnya binatang, kadang wujudnya naga,
memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, kadang wujud lainnya. apabila mereka
dalam satu dimensi yang sama. Wujud para hadir di dimensi halus alam marcapada
rakshasa ini juga berbeda-beda, misalnya (alam manusia) biasanya hadir dalam
kulitnya ada yang tidak berbulu, ada yang wujud binatang seperti ular, harimau, dan
berbulu seperti rambut, ada yang berbulu sebagainya. Alam tala ini memiliki banyak
duriduri tajam seperti jarum, dsb-nya. dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi
Mereka yang masuk alam ini biasanya yang sama. Suasana alam dan wujud para
semasih hidup punya akumulasi karma penghuninya juga ada beberapa perbedaan
buruk yang bertumpuk-tumpuk. Yang satu sama lain. Mereka yang masuk alam
jiwanya dominan dengan rasa iri hati, ini biasanya semasih hidup punya
serakah, tidak puas, kemarahan, dendam akumulasi karma buruk yang bertumpuk-
dan kebencian. Sering melakukan tumpuk. Yang punya ego dan sifat
kekerasan dan teror fisik maupun mental manipulatif yang kuat serta banyak
kepada orang lain. Lihatlah pada manusia- melakukan kesalahan-kesalahan berbahaya
manusia yang pikirannya jarang welas asih, bagi banyak orang. Mungkin pernah dalam
mementingkan diri sendiri, cenderung suka masa kehidupannya dia baik secara fisik
mengintimidasi dan menyebarkan jejak- maupun melalui perkataan dan pikiran
jejak kemarahan, kebencian dimana-mana. seperti melaksanakan hinaan, fitnah,
Termasuk mereka yang semasa hidupnya penipuan, manipulasi, ajaran spiritual
belajar ilmu hitam atau ilmu-ilmu kesaktian palsu, hasutan, dan sebagainya, yang
lainnya dan menggunakannya untuk menyebabkan seseorang atau sekelompok
menyakiti dan menyiksa orang lain. orang mengalami kesengsaraan atau
Kecenderungan bathin mereka selalu ingin kebingungan panjang dan mendalam.
lebih hebat [lebih sakti] dari yang lain, Misalnya : melakukan korupsi dengan
tidak punya toleransi kepada yang lebih dampak besar, melakukan penipuan besar
lemah, penuh prasangka buruk, rasa curiga, kepada sekelompok orang, mengeksploitasi
iri hati, serakah, tidak puas, marah, dendam tenaga kerja, berpura-pura menjadi guru
dan benci. Sumber kesengsaraan utama di spiritual padahal ajarannya tidak benar,
alam ini adalah siksaan mental yang yang tujuan sesungguhnya hanya untuk
mendalam akibat dari siksaan mental yang kepentingan pribadi, memuaskan ego dan
ekstrim [iri hati, marah, benci, dendam, keserakahan religiusnya, dan sebagainya.
debagainya. Serta proyeksi energi negatif 6. Santala merupakan lapisan yang dihuni
dan kondisi berat alam ini yang semakin para mahluk yang tidak mewujud, hanya
menekan. Sumber kebahagiaan utama di berwujud bayangan halus atau kabut yang
alam ini adalah pikiran dan ingatan lembut. Sering disebut para lelembut.
(kenangan) akan puasnya melampiaskan Kehadiran mereka akan menghabiskan
kebencian, ketidak-puasan, dendam dan energi yang hidup bagi lingkungan sekitar
48 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
maupun bagi mahluk lain termasuk 7. Patala merupakan dimensi alam bawah
manusia. Sesama makhluk-mahluk alam yang paling mengerikan. Sulit untuk
bawah pun juga tidak tahan berdekatan diceritakan. Mereka yang masuk alam ini
dengan mereka. Hanya mereka yang biasanya semasih hidup punya akumulasi
memiliki kemampuan supranatural tinggi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk dan
yang bisa berhadapan dengan mereka tanpa melakukan kesalahankesalahan fatal.
terhisap energi hidupnya. Mereka yang Dimensi alam ini adalah apa yang disebut
masuk alam ini biasanya semasih hidup sebagai Naraka Loka [neraka]. Di alam ini
punya akumulasi karma buruk yang berlaku hukum rimba, dimana yang kuat
bertumpuk-tumpuk. Yang jiwanya dominan yang berkuasa. Alam patala atau Naraka
dengan rasa keras, serakah, tidak puas, Loka ini memiliki banyak sekali dunia-
kemarahan dendam dan kebencian. dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang
Umumnya yang masuk alam ini adalah sama. Sumber kesengsaraan di alam ini
mereka yang aktif menyebarkan adalah akan merasakan kesengsaraan
propaganda yang memecah-belah manusia. mental yang sangat berat, akibat proyeksi
Terutama mereka yang pernah melakukan energi negatif yang ekstrim dan kondisi
kesalahan-kesalahan berbahaya bagi alam berat ektrim yang tidak terhingga di
banyak orang seperti melakukan alam ini. Termasuk tersiksa akibat
penganiayaan, memanipulasi atau penyiksaan, konflik, persaingan dan
mengorganisir kebencian pada orang lain peperangan abadi antar sesama mereka.
[melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, Tidak ada kebahagiaan sedikitpun di alam
dsb-nya] yang sampai pada terjadinya aksi ini. Sangat sulit untuk keluar dari alam ini.
kekerasan fisik kepada sekelompok orang
atau bahkan memicu peperangan antar SKEMA PROSES ATMA MENCAPAI
wilayah. Lihatlah pada manusia-manusia MOKSA
yang haus darah, senang dengan MOKSA
kekacauan, serta puas melihat ketakutan, SATYALOKA
kepedihan, dan penderitaan. Alam rasatala
ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, TAPALOKA
dalam satu dimensi yang sama. Sumber
kesengsaraan utama di alam ini adalah akan JANALOKA
merasakan kesengsaraan mental yang
sangat berat, akibat proyeksi energi negatif MAHALOKA
dan kondisi alam berat yang tidak terhingga SWAHLOKA
di alam ini. Hampir tidak ada kebahagiaan
di alam ini. Termasuk tersiksa akibat BWAHLOKA
perbudakan mental dan manipulasi dari
jiwajiwa gelap yang menjadi raja atau BHUHLOKA
penguasa di alam ini, serta sang jiwa P
KARMA
merasa demikian putus asa akibat kecilnya U
N
peluang untuk bisa keluar atau bebas dari A
Atala, Witala
alam ini. Sumber kebahagiaan utama di R
B
alam ini adalah setitik harapan kecil bahwa H
Sutala, Tala-tala, Maha Tala
suatu hari akan ada mahluk suci yang A
W
menolong keluar dari kesengsaraan panjang A
Rasa Patala, Patala
dan mendalam ini.

YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 49


2.3 Prayogasandhi, Samyagjnana dan Catur Jnana juga dijelaskan dengan menggunakan
Yoga Sebagai Jalan Menuju Brahman Prayoghasandhi dan Samyagjnana (pengetahuan
Moksa berarti kebebasan dari ikatan yang benar) sebagai penuntun dalam pelaksanaan
keduniawian untuk mencapai, bebas dari Prayoga Sandhi tersebut. Adapun bagian bagian
karmaphala, bebas dari Samsara, moksa akan dari Prayogasandhi tersebut adalah sebagai berikut:
tercapai bukan hanya setelah manusia mengakhiri 1. Asana. Asana terdiri dari padmasana,
hidupnya di dunia ini, tetapi di dalam dunia ini pun wajrasana, payyangkasana, swastikasana,
moksa ini di capai (Parisada Hindu widyasana, dan mandasana. Demikianlah
Dharma,2014:23). asana itu enam jenisnya namun hakekatnya
Tujuan utama makhluk hidup di dunia ini satu. Itu lah hendaknya yang dipilih oleh
tanpa kecuali manusia itu sendiri adalah mencapai orang yang melatih prayogasandhi ketika ia
Moksa. Untuk mencapai moksa seseorang hendak duduk.
hendaknya mengetahui hakekat Tuhan. 2. Pranayama. Yaitu usaha untuk mengatur
Mengetahui bahwa dirinya bersumber dari tuhan nafas, menyimpan sang hyang urip,
dan akan kembali kepada tuhan. Manusia usahakan supaya menyatu setelah sang
seringkali lupa akan hakekat sendiri, selalu hyang urip tersimpan barulah mulai
mengejar materi yang membahagiakan di dunia ini melaksanakan pranayama. Dalam
tanpa ia ketahui bahwa kebahagiaan itulah yang melakukan pranama terdapat tiga wayu
akan membuat kesengsaraan yang lebih mendalam (angin) pembasuh diantaranya recaka,
di kehidupannya. Dalam tattwa jnana dijelaskan puraka, dan kumbaka. Recaka ialah
tentang penyebab ketidak sadaran manusia disebut mengeluarkan nafas lebih dahulu dari
dengan Ambek atau pikiran. Ambek itulah yang mulut, diamkan dan usahakan kunci, tahan
dijadikan wujud Sang Hyang Atma pada diri sekuat tenaga mengunci. Puraka ialah
manusia. Ambek yang menyatu dengan Badan itu menghirup nafas kembali. Dan kumbaka
disebut dengan Angga Pradhana. Angga adalah ialah setelah menghirup nafas, tahan, kunci
badan dan Ambek adalah Pradhana. kuat-kuat. Setelah dapat mengunci
Anggapradhana inilah yang menyebabkan Ambek hembuskan keluar melalui netradwara
menyatu dengan apa yang disebut baik dan buruk. (pintu mata). Bila belum berlatih, keluarkan
Dari ambek ini pula baik dan buruk itu timbul, melalui hidung pelan-pelan. Bila payah
suka dan duka, bahagia, kecewa dan lain-lain. Dari hentikanlah. Tujuan pranayama yakni
Ambek ini pula timbulnya rasa menikmati objek untuk menjadikan rajah dan tamas teduh
kenikmatan melalui Dasendrya, sehingga Ambek kedalam terangnya sattwam dan jangan
meresap dalam dunia kenikmatan tersebut. Itulah hanya pada jasmani saja. Ketika
sebabnya Dasendrya hendaknya ditarik dari objek melaksanakannya maka rasakanlah
keinginan, dan kendalikan kedalam ambek pendeknya cetana saja dibiarkan bercahaya
tersebut, dari Ambek kembalikan ke dalam terang, dudukkan pada kentalipuspa (bunga
Pramana, dari Pramana kmbalikan kedalam pisang). Bila sudah ditempatkan disana,
Dharma Wisesa, dari Dharma Wisesa kembalikan akan terdengar hati hati yang teduh, terus
kedala Anta Wisesa dan Dari Anta WIsesa sampai ke antahkarana. Itulah yang disebut
kembalikan kedalam Ananta Wisesa hingga memuja pranasandhilajati, yaitu pujajati,
kembali menyatu Sang Parama Siwa. Itulah sembah Hyang suksma. Bila sudah
pentingnya mengendalikan pikiran (manah) yang demikian maka melaksanakan samdhi itu
terdapat dalam sapta Angga tersebut untuk dapat sudah tajam. Benar-benar hilanglah wayu
mencapai kesadaran sejati. (nafas) yang kasar, mati lenyap ke asalnya,
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk sebab atma itu tak dapat dipikirkan.
melakukan pengendalian tersebut dalam Tattwa 3. Pratyaharayoga. Usaha yang dilakukan

50 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019


dengan menarik semua dari objek mencari kesatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi
kenikmatan, kumpulkan dalam citta, budhi, Wasa. Dalam melaksanakan catur Yoga hendaknya
dan manah. Janganlah biarkan ia pergi dapat dilaksanakan dengan dasar Dharma
kesana kemari, pusatkan ia pada pikiran (kebenaran, kebaikan) dan Rasa Tulus Ikhlas.
yang tak terganggu apapun. Adapun bagian dari Catur Yoga adalah sebagai
4. Dhyanayoga. Bhatin yang tidak mendua, berikut:
tidak berobah-obah, jernih, dengan 1. Jnana Yoga Yaitu menyatukan diri dengan
enaknya, tetap teguh tanpa ditutupi apa- Ida Sang Hyang Widhi dengan cara
apa. mengabdikan pengetahuan seperti,
5. Dharanayoga. Ada om kara sabda mempelajari segala pengetahuan,
bertempat dalam hati, hendaknya itu mengamalkan pengetahuan, serta
pegang kuat-kuat. Itulah yang merealisasikan pengetahuan dengan baik.
menghilangkan apa yang didengar pada 2. Bhakti Yoga Yaitu menyatukan diri dengan
waktu melaksanakan yoga, itulah sunya. tuhan dengan cara melakukan kebaikan dan
Dalam keadaan demikian bhatara siwa kesujudan yang tulus dengan dasar
berwujud siwatma. ketulusan hati.
6. Tarkkayoga. Seperti halnya Sang hyang 3. Karma Yoga Yakni dengan melaksanakan
paramartha (hakekat yang tertinggi) adalah perbuatan-perbuatan yang mulia dan
konon agkasa, bedanya dengan akasa ialah bermanfaat tanpa pamrih.
tidak ada suara padanya. Demikianlah 4. Raja Yoga yakni dengan melaksanakan
hakekat paramartha itu bedanya dengan Bratha, Tapa, Yoga dan Semadhi sebagai
awang-awang, persamaannya adalah sama- bentuk pengendalian diri dari ikatan
sama jernih. keduniawian.
7. Samadhi. Bathin yang tidak mengenal, Demikianlah hal-hal yang dilakukan dalam
tidak lupa, tidak mengharap apa-apa, tidak mencapai Brahman. Semua cara dalam Catur Yoga
ada sesuatu yang ingin dicapai, jernih tanpa ini diatur sedemikian rupa setelah disesuaikan
ada yang hilang, tidak ditutupi apa-apa, dengan kepribadian, watak dan kesanggupan
maka sang hyang tanpa kesulitan, karena ia manusia. Jika seseorang kesanggupannya itu
tidak lagi memikirkan badan jasmani, bebas terletak pada mencari Ilmu pengetahuan dan ilmu
dari catur kalpana (dikenal, mengenal, dan kesucian maka ajaran Jnana-Yogalah yang
membuat kenal, semua kembali kedalam seyogyanya dilakukan. Jika seorang itu
pikiran, awal cetana dihadirkan. Maka mempunyai watak yang halus dan perasa dan
tercapailah kesadaran sejati dalam diri. mempunyai ketekunan dalam memuja Sang Hyang
Widhi maka cara Bhakti-Yogalah yang hendaknya
Prayoghasandi dapat dilakukan oleh orang- dilakukan, jika seseorang memiliki kesanggupan
orang yang memiliki penuntun yang kuat. pada melaksanakan pekerjaan dan pengabdian
Penuntun itu adalah Samyagjnana, Karena tanpa yang tulus tanpa pamrih maka ajaran Karma-
adanya Samayagjnana maka Sang Jiwa akan Yogalah yang harus dijalaninya. Sedangkan Bila
meluncur tanpa memiliki tujuan yang pasti, orang yang tekun bersemadhi, melaksanakan
seorang akan merasa sangan kebingungan, dan bratha serta tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal
tidak tau kemana sasaran jiwanya. Oleh karena itu yang bertentangan yang ada dalam hidup ini maka
Prayoghasandhi hendaknya dilaksanakan dengan Raja yogalah yang dilakukan.
Samyagjnana sebagi penuntunya. Selain prayoga
sandhi adapula cara lain yang dilakukan untuk 2.4 Hubungan Karma, Punarbhawa, dan Moksa
mencapai Brahman yakni dengan melaksanakan Sebelum masuk pada hubungan Karma,
Catur Yoga dengan teguh ( Parisadha Hindu punarbhawa dan Moksa, hendaknya terlebih
Dharma,2014:23). Catur Yoga adalah empat cara
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 51
dahulu seseorang mengetahui unsure pembentuk adanya hukum karma phala bahkan kita percaya
manusia yang sangat berpengaruh dalam dengan hal tersebut. Hukum alam yang
berkharma. Adapun unsure pembentuk manusia merealisasikan bahwa lahir hidup mati itu akan
yakni sebagai berikut: Sapta angga merupakan menjadi siklus yang tidak akan pernah berubah.
tujuh lapisan tubuh manusia. Dalam Ketika manusia sudah mengetahui bahwa kematian
Wrhaspatitattwa sloka 62 menjelaskan bahwa itu adalah hal yang pasti hendaknya seseorang
“Prthiwi, apah, teja, wayu, akasa, budhi, telah menyiapkan hal tersebut mulai sekarang
manah, yeka sapta angga ngaranya” dengan cara menabung karma baik, guna untuk
Terjemahan: mencapai tujuan akhir hidup ini yakni Moksa.
Tanah (Prthiwi), Air (apah), Cahaya (teja), Agar terhindar dari kelahiran kembali yang disebut
Udara (wayu), ether (akasa), akal (buddhi) dengan Samsara atau Punarbhawa.
dan pikiran (manah), itulah yang disebut Punarbhawa merupakan kelahiran kembali
dengan Sapta Angga. seseorang untuk menyelesaikan karma yang belum
Menurut sloka diatas berarti bahwa Sapta tuntas diselesaikan pada kehidupannya tersebut.
Angga terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta Karma yang diakibatkan oleh ketidak sadaran akan
ditambah dengan Budhi (akal) dan manah sang diri, dan keterikatan akan keduniawian.
(pikiran). Dimana sapta angga merupakan lapisan Seseorang akan lahir kembali sesuai dengan karma
yang membentuk manusia. Sehingga manusia yang dilakukan semasa hidupnya. Apabila dalam
melaksanakan sesuatu dengan badan kasar (stula hidupnya selalu melakukan perbuatan yang buruk
sarira) dan menentukan apa yang harus dilakukan maka ia akan turun meniti lapisan Sapta Petala.
dengan badan halus (suksma sarira atau Budhi dan Dan dalam lapisan tersebut ia kembali akan
manah). Apabila sumber penentu keputusan yaitu dilahirkan sesuai dengan prosentase Karma buruk
Budhi dan Manah tersebut sudah dapat yang dilakukannya. Yang dimana dalam sapta
dikendalikan dengan baik maka tentu setiap yang patala tersebut telah dijelaskan diatas terdapat
kita lakukan sudah berdasarkan pada wiweka yang tujuh lapisan mulai dari dibawah Bumi yaitu dri
baik dan benar. lapisan Atala sampai dengan Lapisan Patala yang
Manusia terlalu sibuk berperang dengan merupakan Maha Neraka yang tanpa kebahagiaan
bagian dari sapta angga yang paling licah dalam sedikitpun. Begitupula apabila seseorang selalu
diri manusia, bagian itu adalah Manah (pikiran) berbuat baik, menyadari akan sang diri, tanpa
yang masih terikat dengan segala hal-hal yang pamrih dalam segala hal yang dilakukan sampai
bersifat duniawi, seperti terikat dengan kenikmatan ada dalam kesadaran sejati maka seseorang
melalui dasendrya, terikat dengan dualisme baik tersebut akan meniti ke atas menuju alam Sapta
dan buruk, tampan dan cantik dan lain-lain. Loka, yang juga terdiri dari tujuh lapisan. Lapisan
Hingga manusia lupa mempersembahkan pertama dimulai dari Bhuhloka yaitu Bumi tempat
waktunya untuk pikirannya, kebijaksanaanya, dan kita berpijak sampai pada alam Satyaloka dimana
bhatinnya untuk melakukan hal-hal yang lebih baik di alam satya loka merupakan tempat bagi manusia
untuk kenyamanan dalam hatinya. Kenyamanan kosmik yang di dalamnya hanya ada kebenaran. Di
yang sebenarnya yaitu hakikat dari Sang diri alam ini di kuasai oleh Siwa dan alam inilah Alam
tersebut. Hendaknya pikiran tersebut dapat trakhir pada kesadaran tertinggi untuk mencapai
dikendalikan dengan melaksanakan Prayogasandhi Brahman (Tuhan).
guna untuk menarik segala Indiya yang
menyebabkan ikatan yang semakin mendalam akan III. SIMPULAN
kenikmatan duniawi. Orang yang ingin mencapai Dari pembahasan tersebut diatas dapat
moksa hendaknya mulai mencapai kesadaran akan ditarik kesimpulan bhawa untuk mencapai
hakekat sang diri, dan mulai memahami akan Brahman manusia harus memahami hakekat sang
hakekat tuhan. dalam hidup ini kita mengenal akan diri, mampu mengendalikan manah dalam sapta
52 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
angga, dengan cara melaksanakan Prayogasandhi
dengan Samyagjnana sebagai penuntunnya serta
melaksanakan Catur Yoga berdasarkan pada
kebenaran dan ketulusan hati, sehingga seseorang
akan mencapai kesadaran akan sang diri dan
hakekat Tuhan. Setelah tercapainya kesadaran
tersebut pasti seseorang akan melaksanakan
sesuatu berdasarkan pada kesadaran tersebut.
Perbuatan yang baik tentu akan selalu terlaksana
walaupun belum sempurna. Dengan selalu
melaksanakan perbuatan baik, tanpa pamrih, tulus
ikhlas dan selalu ada dalam kesadaran sejati maka
seseorang akan dapat terhindar dari lapisan alam
bawah yang penuh dengan kesedihan dan perlahan
akan meniti ke atas untuk mencapai satya loka dan
pada akhir Atman akan menyatu dengan Brahman.

DAFTAR PUSTAKA
Anandas. 2007. Hukum Karma dan Cara
Menghadapinya. Surabaya: Paramita.
Dunia, I Wayan. 2009. Kumpulan Ringkasan
Lontar. Surabaya: Paramita.
Parisadha Hindu Dharma. 2014. UPADESA.
Denpasar: ESBE Buku .
Pujiani. 2014. Konsep Kosmologi Dalam Lontar
Bhuwana Sang Ksepa. Denpasar: Fakultas
Brahma Widya, Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar.
http:// Hindualukta.blogspot.co.id/2015/03/Tri
Loka-pertama-bhur-loka-alam-alam.html.

YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 53

Anda mungkin juga menyukai