Anda di halaman 1dari 21

Atma dan Tat Twam Asi

• Tat Twam Asi mengajarkan tentang Atma Tatwa, kesamaan atma yang
satu dengan yang lainya, telah dijadikan landasan dasar ajaran
kemanusiaan. Melihat yang lain dalam pandangan yang sama seperti
melihat diri kita sendiri. Merasakan kesusahan orang lain seperti
kesusahan diri sendiri. Patih Gajah Mada mengajarkan Masihi samesta
bhuwana; berusaha mengasihi setiap orang, maka orang akan kasih
kepada kita: sih semesta bhuwana.
• Rsi Canakya juga mengajarkan hal yang sama yakni: Swasariram api
parasariram manyate sadhuh, orang-orang bijaksana menganggap
bahwa badannya sendiri juga badan dari makhluk yang lainnya.
lanjuta
• Syasariramiva parasariram manyate sadhuh; orang-orang bijak
mengartikan bahwa badan makhluk lain itu pun adalah
badannya sendiri.
• Matabhumih putro ham prtivyah, bumi adalah ibuku, dan aku
adalah putra dari bumi ( Atharva Weda, prtivi sukta, Kanda 12)
• Canakya Pandit menyusun ajaran kemanusiaan yang universal
yakni : Ibu kita adalah Laksemi, Bapak kita adalah janardhana,
sanak saudara kita adalah penyembah Tuhan Yang Maha Esa,
dan negara kita adalah Tri Bhuvana.
Etika
• Semua Upanisad menekankan pentingnya hidup beretika. Kehidupan yang
bermoral sangat ditekankan oleh semua Upanisad dan menjauhi hidup
yang tanpa moral. Manusia bertanggung jawab atas semua perbuatannya
dan menerima pahala dari perbuatannya itu. Dalam diri manusia atman
sebagai inti dirinya yang sejati, tetapi didalam dirinya terdapat unsur yang
dapat membawa pada kejahatan.
• Sebagai makhuluk rohani hendaknya manusia berbuat baik, berbakti untuk
mencari sumbernya yaitu Brahman. Manusia sebagai perantara Brahman
dan alam semesta maka sudah sepatutnya kita berbakti kepada Brahman,
melakukan cinta kasih kepada sesama dan semua makhluk.
lanjutan
• Menurut Upanisad semua orang dapat memberikan
cahaya yang terang kepada kegelapan pikirannya. Sehingga
mereka dengan mudah untuk mencapai persatuan dengan
Brahman. Untuk menghindari dari berbagai pikirang yang
kurang baik dengan cara melakukan yoga maka akan
timbul dalam diri wairagya yakni tidak terikat dengan
berbagai urusan duniawi. Ini bukan berarti kita acuh tak
acuh kepada dunia, melainkan melepaskan keterikatan.
lanjutan
• Praktek ritualitas menurut Upanisad dilakukan sebagai
persiapan pikiran untuk realisasi rohani yang menuju
kepada persatuan dengan Sang Pencipta. Suatu ritual
dilakukan tanpa pengetahuan akan artinya, tidak
berguna dan berbahaya. Demikian pula upacara yajnya
dilaksanakan dengan kesombongan akan
membahayakan diri sendiri. Dengan demikian
laksanakan upacara itu dengan penuh keyakinan
sehingga mendatangkan pahala yang baik.
Reinkarnasi
• Di dalam semesta material ini ada dua jenis kegiatan atau karma yang
pasti diikuti oleh reaksi atau pahala, seperti nyala api pasti diikuti oleh
asap. Dua karma tersebut adalah subha-karma atau perbuatan
baik/bijaksana, juga disebut punya-karma. Satunya lagi adalah asubh-
karma adalah perbuatan buruk, berdosa disebut dengan apunya-karma.
Keduanya disebut dengan subha-asubha-karma atau sering disebut
dalam bhagawag Gita karma bandhana, ikatan perbuatan, sel sempit dan
ruang VIP di penjara sama-sama mengikat orang untuk tetap berada
didalam penjara. Karma bandhana/ subha-asubha karmalah yang
menyebankan terjadinya punarbhawa/punarjanma. Punar berarti lagi,
berulang kali. Bhawa dan janma berarti lahiar, menjelma.
lanjutan
• Sumber Karma bandhana atau sumber yang mengikat
subha-asubha-karma adalah Tri Guna. Tri Guna
merupakan tiga sifat alam yang terdiri dari Sattwam
(kebajikan), Rajas (kenapsuan) dan Tamas (kebodohan).
Beraneka rakam bentuk kehidupan di dunia ini, seperti
manusia binatang dan tumbuh-tumbuhan, bahkan para
Dewa sekalipun semuanya kena pengaruh Tri Guna,
sesungguhnya alam semesta ini diliputi oleh Tri Guna
lanjutan
• Setiap kehidupan di alam semesta ini ditentukan oleh pengaruh Tri Guna.
Dalam Slokantara mengemukakan, jika sattwam bertemu dengan jiwa-
tamas dan digerakkan oleh jiwa-rajas, maka roh itu akan mengalir menjadi
manusia. Jika tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa setelah
kematian nanti manusia akan tetap lahir sebagai manusia, atau meningkat
menjadi dewa, atau sebaliknya lahir menjadi binatang. Demikian juga
manusia bisa masuk sorga dan neraka sesuai dengan sifat guna yang
mempengaruhinya, dan setelah menikmati pahala di Sorga atau Neraka, dia
dilahirkan kembali ke dunia ini.Itulah sebabnya Slokantara menyebutkan
istilah Swargacyuta dan Nerakacyuta , yaitu dilahirkan dari alam Neraka atau
Sorga.
lanjutan
• Ciri-ciri kelahiran Surga dan Neraka dijelaskan didalam
kitab Sarasamuscaya sebagai berikut: “ Kunang ikang
wwang gumawayikang subhakarma, janmanyan sangke
ring swaga delaha, litu hayu maguna, sujanma, sugih,
mawirya, phalaning subhakarmawasana
tinemunya”(SS.21. Artinya: orang yang melakukan
perbuatan baik, kelahirannya dari Sorga kelak menjadi
orang yang rupawan, gunawan, muliawan, hartawan,dan
berkekuasaan; buah hasil perbuatan yang baik, didapat
olehnya
lanjutan
• “ Kunang lwir nikang mudha, jeek ring adharma, anentasinya sakeng
niraya, mangjanma ta ya tiryakprani. Masemahisadhi, bwat ning
jamanya jemah, mangjanma ta ya ring nica, kasakitan ta ya kinincing
lara prihatin, tan tmuang sukha” (SS.48)
• Artinya : Lagi perbuatan yang bodoh, senantiasa tetap berlaku
menyalahi dharma, setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi
binatang, seperti biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya
kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang hina, sengsara,
diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak
mengalami kesenangan.
lanjutan
• Slokantara menjelaskan ciri-ciri kelahiran Surga dan Neraka sebagai berikut: Berani,
sehat, menikmati, kesenangan yang halal (satwika), berbahkti kepada
Tuhan,menerima harta benda, kehormatan dan cinta dari orang-orang besar dan
orang-orang suci, inilah tanda orang bahagia kelahiran sorga ( slokantara.9).
• Orang mandul, orang wandu, orang banci (wadam), orang lemah, dan tidak punya
urat-urat sebagaimana mestinya, orang berbentuk bundar, orang tumbuh daging
ditempat yang tidak semestianya, orang yang selalu murung, orang yang lidahnya
cacat, orang yang berpenyakitan tulang, orang yang berpenyakitan kencing, bebibir
sumbing (cungih), tuli, ayan, gila berpenyakit lepra, berpenyakit perut, kemasukan
setan, lumpuh bungkuk, buta kedua belah matanya, peceng (buta sebelah), kerdil
tidak karuan dan orang yang bermata rusak, ini semua orang-orang yang datang dari
Neraka
Berbagai sloka yang menyangkut tentang
reinkarnasi secara inplisit sebagai berikut:
• Sebab kelahiran menjadi manusia sekarang ini, adalah kesempatan melakukan kerja
baik ataupun kerja buruk, yang hasilnya akan dinikmati di akhirat; artinya kerja baik
ataupun kerja buruk sekarang ini, di akhirat sesungguhnya dikecap akan buah hasilnya
itu; setelah selesai menikmatinya, menitislah pengecap itu lagi; maka turutlah bekas-
bekas hasil perbuatannya: wasana disebut sangsara, sisa-sisa yang tinggal sedikit dari
buah sesuatu yang masih bekas-bekasnya saja, yang diikuti peng-hukuman yaitu;
jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah neraka; adapun perbuatan baik
ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah itu berakibat sesuatu apapun, oleh
karena yang sangat menentukan adalah perbuatan baik atau buruk yang dilakukan
sekarang juga. (SS.7)
lanjutan
• Makrocosmos atau alam semsta ini, merupakan warisan pahala baik atau
buruk diperolehnya, adalah berdasarkan perbuatan baik atau buruk
orang-orang itu, singkatnya ditentukan oleh perbuatannya dahulu orang-
orang di dunia ini, kita semua dikuasai oleh purwakarma (perbuatan kita
pada hidup yang lampau). Adapun dunia ini, karma (perbuatan) yang
merupakan warisannya; keterangannya pahala karma baik atau buruk
diperolehnya, yang pasti erat hubungannya dengan baik buruk karmanya;
jelasnya purwa karmalah yang menentukannya, demikianlah dunia ini
pada hakekatnya kita semua dikuasai oleh purwa karma.
lanjutan
• Jadi dengan demikian karma bandhana atau subha-
asubha-karma yang bersunber pada Tri Guna, maka
makhul hidup mengalami reinkarnasi dan juga mengalami
:
1. Jamna : kelahiran,
2. Mrtyu: kematian,
3. Vyadhi : penyakit,
4. Jara: usia tua dan
5. Dukha: kesedihan
lanjutan
• Menurut filsafat Hindu attman yang masih dibungkus
oleh sarira, attman masih tetap dipengaruhi oleh unsur
maya. Dengan adanya pengaruh maya ini menyebabkan
atman menjadi avidya, serta masih terikat oleh hukum
karma. Hukum karma ini tidak saja mempengaruhi
kehidupan semasa hidup di dunia sekarang, tetapi juga
keadaan di akhirat. Bahkan tidak terbatas sampai
dimana saja melainkan masih akan berlanjut.
lanjutan
• Setelah batas waktu mengalami sorga dan neraka
sesuai dengan jenis karma phala yang patut
dinimati di akhirat maka atman akan menjelma
kembali. Proses kelahiran kembali dari bentuk
kebentuk berikutnya dalam filsafat Hindu disebut
dengan Punarbhawa dan rangkain dari
punarbhawa disebut “samsara"
Dalam Bhagawad Gita disebutkan :
• Banyak kehidupan yang aku jalani dan demikian juga
engkau. O Arjuna. Semua kelahiran itu Aku ketahui,
tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya, O Arjuna.
(Bg.IV.5)
• Meskipun Aku tidak terlahirkan dan sikapku kekal serta
menjadi isvara dari semua mahkluk akan tetapi aku,
dengan memegang teguh pada sifatKu sendiri. Aku
datang menjelma dengan mayaKu. (Bg.IV.6)
Bukti-Bukti yang Dapat Menyakinkan
Adanya Punarbhawa
• Kalau kita perhatikan keadaan kehidupan manusia dalam masyarakat maka akan
terlihatlah bermacam-macam keadaan yang berbeda-beda di antara manusia satu
dengan yang lainnya. Misalnya ada orang yang lahir ditempat yang mewah, bermatabat
dalam berbagai bidang, keadaan jasmani yang sempurna, sehat walafyat, berpribadi
mulia. Sementara yang lainnya lahir ditempat yang miskin,penuh derita, serba kurang
dalam berbagai hal, berhati kolot dan bercacat tubuh.
• Ada orang mempunyai kemampuan bathin yang luar biasa, sedangkan yang lainnya
bodoh dan idiot, ada orang berbakat jadi orang suci/yogi sedangkan yang lainnya
berbakat dalam bidang jadi pemabuk, perampok dan sejenisnya. Ada pula dari sejak
anak-anak sudah tampak mepunyai kelebihan diberbagai hal.
Berdasarkan adanya kenyataan kehidupan tersebut maka timbulah
pertanyaan, faktor apakah yang menyebabkan perbedaan tersebut,
mungkin dapat timbul bermacam-macam jawaban anatra lain:
• Perbedaan keadaan kehidupan terjadi karena karena suatu kebetulan saja. Tentu
jawababnya tidak dapat diterima kebenarannya, sebab menurut hukum karma tidak
ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan atau tanpa sebab.
• Perbedaan keadaan tersebut disebabkan oleh takdir atau kehendak Tuhan. Kalau ini
benar maka orang-orang miskin, sangsara, menderita, cacat dan sebagainya
dalammkeadaan demikian orang menyesali Tuhan sebagai pencipta kurang adil
didalam memberikan takdir , dan dalam ajaran Hindu dikatakan bahwa proses
penciptaan adalah secara umum atau menyeluruh, sangat netral dan universal yang
penuh dengan suasana kesucian dan keadilan cinta kasih yang meliputi semesta
alam.
lanjuta
• Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor keturunan jasmani,
pengaruh lingkungan, pendidikan yang berbeda. Andaikata perbedaan
keadaan kehidupan tersebut maka bagaimana keadaannya dengan orang
kembar?. Mereka dari keturunan yang sama, lingkungan pendidikan yang
sama. Tetapi nyatanya mereka mempunyai bakat yang berbeda. Apakah
ini keadaan pengaruh jasmaninya?. Pengaruh keadaan jasmani
maksudnya; berat badan, tinggi, warna kesuburan bentuk dan sebagainya
di atur oleh gen. Apapula penyebabnya cara kerja gen itu berbeda?
Apakah juga masalah perangai juga diatur oleh gen? Tentu jawabannya
tidak dapat dipastikan.
lanjutan
• Dibalik jawaban tersebut maka yang jelas bahwa perbedaan-
perbedaan keadaan kehidupan itu bukan karena kebetulan,
bahkan karena takdir Tuhan dan juga tidak semata-mata katena
keturunan, lingkungan pendidikan, namun karena faktor karma
semasa hidup yang lampau. Ini berarti pula ada kelahiran
sebelum, sekarang, selanjutnya logika, itu berarti pula ada
kelahiran yang akan datang. Karena yang lampau itu berasal dari
sekarang, yang telah lalu atau sekarang ini akan menjadi lampau
dimasa kemudian. Dengan kata lain itu adalah punarbhawa.

Anda mungkin juga menyukai