Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH FILSAFAT KEHIDUPAN DAN KEMATIAN

“REINKARNASI DALAM PEMIKIRAN MASYARAKAT HINDU BALI”

Oleh :

I WAYAN MARDHAWA SANTA

161 441 03

Brahma Widya

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat kehidupan merupakan suatu proses dan pemikiran manusia dalam mencapai

kesempurnaan. Agama merupakan suatu keyakinan yang diperlukan manusia untuk

memperoleh kedamaian dan kesenangan dalam mencapai kesempurnaan tersebut. Masyarakat

Hindu Bali, dalam hidup beragama berpedoman pada ajaran Weda yang merupakan inti ajaran

agama Hindu adalah Panca Sraddha atau lima kepercayaan pokok. Kepercayaan terhadap

reinkarnasi disebut juga Punarbawa, yaitu kelahiran kembali kedunia berulang kali

berdasarkan karma, dan dalam hubungan dengan tubuh manusia digambarkan mengalami

rantai lingkaran lahir, hidup, mati sebagai suatu proses.

. Reinkarnasi merupakan suatu peristiwa kerohanian yang dialami oleh setiap manusia

yang hidup di dunia ini sebelum mencapai moksa, kesempurnaan.

Reinkarnasi merupakan suatu peristiwa unik yang menarik pemikiran para ilmuwan.

Ilmuwan yang percaya pada reinkarnasi seperti :

1. Carl Jung, psikolog yang menggunakan konsep tentang diri yang kekal yang mengalami

banyak kelahiran sebagai alat dalam usaha-usahanya untuk mengerti rahasia-rahasia terdalam

tentang sang diri dan kesadaran.

2. Erik Erikson, psikonalisis Amerika yakni yakin bahwa reinkarnasi memasuki inti setiap

sistem kepercayaan manusia. Berdasarkan kenyataan itu, didalam hati kecil tidak ada

seorangpun yang berpikiran sehat yang dapat membayangkan keberadaan dirinya tanpa

menduga bahwa dia selalu hidup dan bahwa dirinya akan hidup sesudah ini.
3. Thomas Huscley, ahli biologi Inggris memperhatikan ajaran perpindahan sang roh adalah

sarana untuk membuat penjelasan yang masuk akal tentang cara-cara alam semesta

memperlakukan manusia dan tidak seorangpun yang menolak pernyataan itu.

4. Mahatma Gandhi, tokoh politik yang menyebarkan ajaran anti kekerasan,

menjelaskan pengertian praktis reinkarnasi, memberikan harapan kepadanya bagi cita-cita

perdamaian dunia. Dikatakannya bahwa tidak dapat membayangkan rasa benci untuk

selamanya antar sesama manusia, karena percaya pada teori bahwa kita lahir kembali dan

tetap dapat hidup dengan harapan bahwa jika bukan dalam hidup ini, mungkin dalam

kehidupan lain akan dapat merangkul segenap manusia dalam pelukan persahabatan.

Reinkarnasi sangat unik, sehingga perlu diketahui dan dipahami melalui penelitian dengan

pendekatan Fenomenologi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang bagaimana

konsep rinkarnasi dalam pemikiran masyarakat Hindu Bali.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini agar dapat mengetahui bagaimana konsep

reinkarnasi dalam pemikiran masyarakat Hindu Bali.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Reinkarnasi Dalam Pemikiran Hindu Bali

Reinkarnasi disebut juga ”punarbhawa” (menjelma kembali), samsara (mengembara)

yaitu pengembaraan jiwa dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain, dari bentuk kehidupan

yang satu ke bentuk kehidupan yang lain. Karma, adalah buah atau hasil dari perbuatan

manusia sebagai hukum sebab-akibat.

Reinkarnasi dan karma merupakan satu kesatuan dalam proses reinkarnasi. Dalam

perputaran ini atman mengalami keberadaannya di dalam tiga tempat, yang disebut

Tri Loka, yaitu (1) Bhur loka, atau alam bawah, yaitu bumi; (2) Bhuah loka, atau alam

tengah, yaitu udara; dan (3) Swah loka, atau alam atas, yaitu ruang angkasa, tempat yang

ada di luar bumi dan udara.

Lamanya roh berada disetiap alam ini tidak sama, tidak dapat ditentukan lamanya,

tergantung dari banyaknya baik-buruk karma yang dibawa oleh Atman. Antara karma

dan reinkarnasi merupakan suatu jalinan kesatuan, yang mana karma, adalah perbuatan

yang meliputi pikiran, perkataan dan perbuatan jasmaniah, sedangkan reinkarnasi, adalah

perwujudan dari keseluruhan tersebut.

Setelah manusia mati, atmanya berada di alam sana dan tidak bisa berbuat apa- apa,

kecuali hanya menikmati buah karmanya. Apabila sewaktu hidupnya di dunia karma

baiknya lebih banyak, maka setelah mati atmanya akan lebih lama tinggal di sorga untuk

menikmati kebahagiaan hingga buah karma yang dibawa habis. Setelah itu karma

jeleknya akan menarik atman untuk menjelma kembali ke dunia. Karma sebagai

pengalaman hidup manusia pada masa lalu yang membekas pada atma disebut

karmawasana, seperti: kesenangan tertentu, pengetahuan tertentu, maka sebelum atma itu
menjelma ke dunia, terlebih dahulu mencari dan memilih calon orang tua (suami- istri)

yang cocok dengan karma wasananya. Watak dan sifat calon orang tua inilah yang dapat

menarik atma akan dilahirkan kembali. Orang Hindu percaya, bahwa yang menumpuk

pada kehidupan sebelumnya pindah ke masa kini dan sangat menentukan wujud kelahiran

jiwa kembali. Setiap orang Hindu berusaha menghindarkan diri dari efek karma pada

kelahiran kembali berikutnya dengan melakukan perbuatan baik atau Dharma.

”Bhagawad Gita” mengajarkan berbuatlah dharma, bahwa itulah satu-satunya cara supaya

dapat dilahirkan kembali dengan sedikit karma. Karma yang buruk memastikan, bahwa

jiwa manusia akan kembali pada kehidupan yang akan datang dengan tingkat yang

lebih rendah, karma yang baik ke tingkat yang lebih tinggi.

Manusia dalam menjalankan kehidupan berbuat atau berkarma sesuai dengan triguna

yang terdapat dalam dirinya yang selalu bergerak aktif. Perbuatan yang dilakukan

itu, kadang-kadang disadari, kadang-kadang tidak disadari dan perbuatan tersebut ada

yang baik, ada yang tidak baik yang semua itu disebut karma yang bersumber pada Tri

Kaya Parisudha, yaitu (1) manacika atau pikiran; (2) wacika atau perkataan dan (3) kayika

atau perbuatan.

Perbuatan atau karma yang bersumber pada pikiran, ucapan, perbuatan, akan

mendapatkan hasil atau phala, sehingga hukum karma atau hukum alam yang menjelaskan

bahwa segala perbuatan akan menimbulkan hasil. Perbuatan baik akan menimbulkan

kebaikan dan perbuatan jahat akan menimbulkan penderitaan.

Semua bentuk kehidupan yang diperbuat manusia pada masa lalu akan terhimpun dan

menjadi dasar hidup dari kelahiran seseorang sekarang maupun kelahiran yang akan

datang, sesuai dengan evolusi kesadaran sang roh dapat mengubah karmanya. Sang roh

didalam badan manusia berada dititik pertengahan dalam evolusi, bisa merosot atau turun,

meningkat atau naik sampai bebas dari reinkarnasi.


Apabila diperhatikan kelahiran manusia didnia ini semakin lama semakin bertambah

banyak. Ini bukan berarti bahwa kelahiran itu ditentukan oleh reinkarnasi yang selalu

mengalami proses perputaran, melainkan karena kridanya (kasasinya) Brahman yang

melahirkan (energi) dan akasa (materi) yang jumlah satuannya tidak terhingga dan dapat

berubah-ubah, namun jumlah dalam keseluruhannya itu tetap, dalam arti tidak bertambah

maupun berkurang. Hanya bentuk, tempat dan susunannya yang selalu mengalami

perubahan.

Atman yang suci adalah atman yang lepas, bebas, tidak terikat oleh karmawasana dan

tidak mengalami inkarnasi, sehingga dapat mencapi moksa, yaitu Atman kembali bersatu

dengan Brahman. Atman yang mengalami moksa dapat menguasari ruang dan waktu

dapat keluar masuk disegala tempat dengan laluasa, dan dapat menjelma di dunia apabila

diperlukan. Penjelmaan kembali didunia ini disebut ”awatara”. Atman yang dapat

menjalani ”awatara” telah berubah fungsi sebagai dewa, yaitu wakil Brahman yang dalam

tugasnya untuk mengatasi kesulitan atau kesusahan umat manusia yang hidup di muka

bumi ini yang tidak dapat diatasi oleh manusia sendiri, maka dewa akan ”awatara”.

Makna reinkarnasi, suatu lingkaran kehidupan lahir, hidup, mati secara berulang

kali sebagai suatu proses, karena kesadaran sang roh untuk masuk ke bentuk kehidupan

baru berdasarkan karma. Sebelumnya sang roh mengembara di angkasa menikmati karma

baik yaitu ”Sorga” dan karma buruk yaitu ”Neraka”. Demikian seterusnya sampai sang

roh

suci berada pada titik kesempurnaan, kekal abadi yaitu ”Moksa”. Sang roh sebagai

sinar suci Tuhan, percikan Tuhan, diciptakan Tuhan kembali ke sang pencipta, Tuhan

Yang Maha Esa sesuai dengan tujuan kehidupan.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pemikiran masyarakat Hindu Bali tentang reinkarnasi, bersifat dogmatis yang

bersumber pada ajaran agama Hindu yaitu ”Panca Sradha”, dan sudah merupakan suatu

keyakinan yang harus ditaati dalam menjalani kehidupan. Reinkarnasi memang ada dan selalu

terjadi, merupakan suatu lingkaran lahir, hidup, mati. secara berulang kali berdasarkan karma,

roh tetap hidup dengan terleburnya badan. Sebelumnya sang roh mengembara diangkasa

menikmati karma baik yaitu ”Sorga”, karma buruk ”Neraka” dan akhirnya masuk kebentuk

badan baru.

Proses reinkarnasi terjadi karena kesadaran sang roh untuk masuk kebentuk kehidupan

baru sesuai karma, dan sang roh dalam kehidupan dapat merubah karma, mau turun atau

merosot, naik atau meningkat. Demikian seterusnya sampai sang roh suci berada pada titik

kesempurnaan, kekal abadi yaitu ”moksa”. Reinkarnasi memiliki nilai positif sebagai

pedoman untuk menuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan untuk melakukan

kebaikan sampai tingkat kerohanian kesucian atau kesempurnaan yaitu ”Moksa”


DAFTAR PUSTAKA

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta,Penerbit Kanisius.

Sri Srimad.A.C. Bhaktiwedanta Swami Prabhupada. 2002. Kembali Lagi, Ilmu

Pengetahuan Reinkarnasi. Bali: Hanuman Sakti. 2008. Kehidupan Berasal Dari

Kehidupan. Bali: Hanuman Sakti.

Sudharta Tjok Rai. 2005. Upadesa Tentang Ajaran Agama Hindu.

Surabaya:Paramita.

Wastra, Wayan. 2000. Filsafat Manusia Dalam Perspektif Hindu. Surabaya:

Paramita.

Anda mungkin juga menyukai