Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Penginjilan Agama Hindu

Nama : GIATTONY
ARIES KARNOVA LAOWO
FARINA HULU
LUDI
Matkul : Penginjilan
Dosen : IBRAHIM FEOH,M.Th.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hikmat penyertaannya,
sehingga kami sebagai seorang mahasiswa dapat menyelesaikan makalah dengan tema “AGAMA HINDU”,
yang merupakan tanggung jawab yang ditugaskan kepada kami oleh pengajar.
Dalam makalah ini, kita mengetahui tentang pengertian agama hindu dan bagaimana cara menginjili
mereka. Maka dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
kritikan dan saran untuk membangun kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Dan jika dalam
penyusunan makalah ini ada kesalahan dan tutur kata yang kurang berkenan dihati saudara, kami minta maaf
dan semoga saudara dapat memakluminya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bab 1. Pendahuluan

A.Latar belakang
Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia Selatan terutama di
India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran di antaranya
Saiwa, Waisnawa, dan Sakta serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-
hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti
himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan
seragam.

Agama Hindu diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga
kini,dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari), artinya "darma
abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal"
untuk diikuti oleh seluruh umatnya tanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian,
dan pengendalian diri.

Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang] dan pembacaan
doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut sadu (orang suci)
memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu
melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai
moksa.

Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti
(apa yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya (kurban), prosesi ritual,
dan bahkan kaidah arsitektur Hindu. Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda, Upanishad (keduanya
tergolong Sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama (semuanya
tergolong Smerti).

Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa,agama Hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia,
setelah Kristen dan Islam
Bab 2. Pembahasan

1. Konsep tentang Tuhan

Berbicara tentang Tuhan, Tuhan adalah Roh yang dipercaya di setiap agama yang diperacayai
sebagai pencipta dari alam semesta. Sistem ketuhanan dalam agama Hindu terkoordinasi dengan
konsep Trimutri. Trimutri ini terbagi menjadi 3 yaitu: Brahman, Wisnu, dan Siwa.

Dalam kekristenan pun mempercayai sistem ketuhanan Tritunggal yaitu: Allah Bapa, Anak, dan
Roh Kudus. Nah dari kesamaan ini kita bisa menginjili saudara agama Hindu dengan berbicara
tentang konsep Tuhan yang hampir sama dan kita meluruskan dan menyetir mereka bahwa Allah
Bapa, mengutus anak-Nya yaitu Yesus kedunia untuk menebus dosa kita, dan Roh Kudus adalah
yang menuntun kita untuk melakukan hal-hal yang baik.

Kita harus berusaha menyampaikan Injil dengan hati-hati tanpa harus menghina atau
merendahkan keyakinan mereka, kita harus menjadi seperti dan tetap seperti. Kita hanya perlu
menjelaskan bahwa Brahman yang sebenarnya adalah Allah Bapa, Wisnu adalah Yesus yang
menyelematkan kita dari dosa, dan Siwa adalah Roh kudus yang selalu menuntun kita untuk
melakukan kebaikan.

2. Konsep tentang Manusia

Dalam agama Hindu mereka peracaya bahwa manusia di ciptakan oleh Tuhan. Ada kutipan dari
kitab Bhagawan Gita disebutkan sebagai berikut :

Etadyonini bhutani sarwani‟ ty upadharaya aham kritsnasya jagatah pralayas tatha.

Artinya : Ketahuilah bahwa semua mahluk adanya berasal dari garba ini, Aku (Tuhan) adalah asal
mula dan peleburnya alam semesta ini.

Sama halnya juga dengan agama Kristen bahwa manusia diciptakan sendiri oleh Allah serupa
dengan gambar-Nya sehingga menjadi mahkluk yang paling istimewa dari semua mahkluk ciptaan
Allah lainnya. manusia juga memiliki akal budi, perasaan, dan kehendaknya sendiri. (Kejadian 1:26-
27)

Begitu juga dengan agama Hindu manusia adalah ciptaan yang istimewa bagi Tuhan. Mereka
percaya bahwa manusia tersusun dari beberapa unsur yang membuat manusia tetap hidup yaitu:
Atma, Citta, Sarira.

a. Atma, adalah roh yang luput dari sakit dan bersifat kekal.
b. Citta, adalah pikiran dan pikiran manusia.
c. Sarira, adalah tubuh jasmani.
Ketiga unsur yang ada pada manusia ini disebut triguna, triguna ini saling berhubungan erat dan
menentukan manusia berbuat baik atau jahat. Mereka juga percaya bahwa manusia bisa merasakan
surga dan neraka jika Atma (roh) telah meninggalkan Sarira (tubuh).

Adapun kepergian atma dari badan jasmani manusia disertai oleh citta (budhi, manah dan
ahamkara) dan karma.

Ada kutipan dari kitab mereka yang menuliskan : Kala nikang pati ngaranya wih, tuhun mepasah
lawan panca maha bhuta juga tekang atma ri sarira, ikang aganal juga hilang, ikang atma langgeng
tan melah. Ikang panca tan matra pinaka waknya lawan ikang dasendriya, budhi, manah, ahangkara,
sattwa, rajah, tamah. Huwus rumuhun ikang raga dwesa moha lawan ikang karma wesana ika kabeh,
kapwa rumaketing atma mwang sipanoa bhutadi, sinurakenig awakening atma anpaka sarira ikang
panoa tan matra, nahan sariraning atma rikalaning pati (Wraspati Tattwa, - : 52).

Artinya : Pada saat apa yang disebut kematian maka berpisahlah unsur-unsur panoa maha bhuta
dalam badan kasar manusia denga atma, jadi yang hilang (hanour) hanyalah unsur-unsur yang besar
(panoa maha bhuta) itu saja, sedangkan atma keadaannya kekal dan tidak berubah. Panca tan matra
itulah menjadi badannya disertai dengan bekas-bekas dari sepuluh indriya, buddi, manah, ahangkara,
mattwa, rajah, tamah terutama kenikmatan duniawi, kemarahan serta kedengkian dan karma wesana
kesemua itu melekat pada atma. Jadi panoa tan maha bhuta itulah yang berbentuk panca tan matra,
demikianlah badannya atma pada saat kematian.

Sebagaimana manusia pada waktu masih hidup, badan kasar yang berasal dari pada panoa
bhuta mengalami kehancuran, kembali ke unsur panoa tan matra bersama citta dan karmanya itu juga
dapat dipisah-pisahkan dan akhirnya menjadi suatu kesatuan baru yang disebut “sukma sarira”
(badan halus). Atma setelah meninggalkan badan jasmaninya keadaanya ditentukan oleh standarisasi
dari pada pengaruh sukma sarira itu sendiri, keadaan yang dialami oleh atma adalah satu diantaranya
sorga, neraka atau punarbhawa. Akan tetapi jika atma tidak lagi menjadi sumber sarira, maka ia
dapat mencapai kebebasan dan kebahagiaan serta dapat bertemu dengan asalnya yang disebut moksa.
Usaha untuk melepaskan atma dai belenggu suksma sarira untuk di Bali umat hindu melaksanakan
upacara pitra yadnya dari tingkat ngaben, memukur dan akhirnya sewa pitra pratistha.

3. Konsep tentang Dosa

Dalam agama Hindu mereka tidak menerima atau mereka tidak menyakini dosa melainkan karma
atau ganjaran atas setiap prilaku yang kita lakukan. Mereka memandang dosa adalah kebodohan dan
sumber dari kejahatan adalah kebodohan.
Kebodohan adalah ilusi atau maya. Dunia adalah maya, yang berarti bahwa dunia ini selalu
berubah dari apa yang sekarang menjadi sesuatug yang lain tanpa henti. Agama Hindu mengenal
adanya dualitas dalam dunia, seperti benar dan salah, baik dan buruk, asli dan palsu, yang semunya
ditimbulkan oleh maya. Kita semua menderita karena maya atau persepsi dualitas (rwa bhineda).
Maya membuat kita lupa kepada jati diri dan hakikat kita yang sebenarnya. Jadi, mayalah yang
membuat kita semua melakukan dosa.
Disaat kita keliru menganggap Brahman yang bersifat advaita (tanpa dualitas)
dan puurna (sempurna) sebagai jiwa yang terpisah serta tidak sempurna dan kita menderita karena
kekeliruan itu. Khayal-lah yang menyebabkan segala penderitaan kita. Khayal muncul akibat
kekaburan batin serta keterikatan.

Ciri-ciri kekaburan batin antara lain :


1. Terikat pada tubuh
2. Merasa diri sebagai aku adalah jiwa
3. Percaya pada kehidupan jagat yang berubah-ubah (maya)
4. Jiwa mengabaikan dan melupakan sifat sejatinya sebagai kesadaran murni tanpa dualitas Dosa
Khusus. Dosa khusus yang dimaksudkan adalah dosa yang timbul karena situasi tertentu dan
dilakukan oleh orang-orang tertentu.

Sebenarnya jika kita lihat mereka memang tidak mempercayai dosa tapi manusia tetap
melakukan kesalahan dan tetap membutuhkan yang namanya pertobatan dan disitulah kita bisa
masuk untuk menginjili bahwa manusia butuh yang namanya pengampunan dosa atau yang mereka
ketahui adalah memperoleh kesucian kembali.(Kejadian 3)

4. Konsep tentang Keselamatan

Pemahaman tentang keselamatan dari perspektif agama Hindu dipaparkan oleh Budi Raharjo.
Menurutnya, keselamatan dialami ketika seseorang sudah mencapai perwujudan dirinya (self
realization), yakni keinsyafan akan jati dirinya yang sejati sebagai bagian dari Tuhan. Dengan kata
lain, keselamatan adalah kembalinya manusia (roh) ke alam rohani sehingga terhindar dari jarra,
vyadhi, dan mrtyu (penyakit, usia tua, dan kematian.

Manusia dapat mencapai keselamatan bila ia berupaya menjadi sadar akan Tuhan, senantiasa
mencari kesempatan untuk tekun berbhakti kepada Tuhan, mengendalikan pikiran yang menjadi
sumber hawa nafsu, mengikuti petunjuk guru spiritual yang dapat dipercaya, dan mematuhi hukum
moral. Dalam konteks pemahaman keselamatan seperti ini, perayaan keagamaan khususnya Hari
Raya Nyepi bertujuan untuk menjalin relasi yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia,
antara menusia dengan alam lingkungannya, dan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi Tuhan
YME.

Sebenarnya pandangan keselamatan dari Hindu intinya adalah mereka selamat apa bila
melakukan amal baik, memang benar seperti halnya pada perjanjian lama dimana dengan hukum
taurat yang dimana kita akan selamat jika melakukan itu namun pada hakekatnya manusia tidak ada
yang dapat memenuhi semuanya itu dan Allah punya cara-Nya sendiri untuk menyelamatkan
manusia dengan cara mengutus Yesus sebagai penebus dosa manusia.(Keluaran 20, Yohanes 3:16)

5. Konsep tentang Akhir zaman

Agama Hindu, mempercayai hari Kiamat bukanlah akhir dari segalanya karena ada sebuah
kehidupan kekal didalamnya yang memiliki siklus dari penciptaan hingga akhir zaman. Dan setelah
akhir zaman, maka akan tiba kehidupan baru yang dimulai dari awal.
Namun, sebelum akhir dari zaman tiba, pemeluk agama Hindu percaya akan kedatangan Kalki
atau Kalkin atau Kalaki adalah Awatara Wisnu kesepuluh, sekaligus yang terakhir, yang akan datang
pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran).
Berbagai tradisi Hindu memiliki berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan,
bagaimana, dan dimana, dan mengapa Kalki muncul. Secara umum, Kalki dikatakan sebagai
Awatara yang mengendarai kuda putih dengan pedang berkilat yang memusnahkan kejahatan dan
menghancurkan iblis.
Pengertian ini hampir sama dengan Agama Abrahamik yang mengenal adanya Imam Mahdi
atau Messiah, dalam kiamat Hindu juga muncul seseorang pada hari penghabisan munculnya Kalki
dalam wujud manusia berkuda putih.

Nah disini kita juga bisa melihat bahwa akhir zaman mereka itu ada sosok orang yang disebut
Kalki datang dan akan menghakimi orang-orang yang jahat. Hal itu hampir sama dengan kita orang
kristen bahwa Yesus akan datang untuk mejemput orang-orang yang percaya dan menghukum orang-
orang yang jahat bersama dengan antikris. Dan peristiwa itu adalah awal dari kehidupan yang kekal
di Surga bersama dengan Yesus.

Dengan kesamaan tersebut kita dapat menyampaikan bahwa Kalki itu adalah Yesus yang
datang untuk menghakimi orang-orang jahat dan menyelamatkan orang-orang yang percaya padanya.
Dengan bahasa yang tidak menyinggung maka kita dapat menginjili mereka tanpa perlu
mengkritenkan mereka.
Bab 3. Penutup
Kesimpulan

Agama Hindu sebenarnya memiliki beberapa pemahaman yang tidak terlalu berbeda tentang
Tuhan, manusia, dosa, keselamatan dan bahkan tentang akhir zaman. Dan jika kita ingin meninjili
mereka kita harus menjadi seperti dan tetap seperti, kita tak perlu menghakimi jika ada beberapa
pehaman yang mungkin sedikit berbeda dengan kita bukan menghakimi mereka melainkan kita
menuntun mereka agar mereka percaya bahwa Yesus lah Juruslamat yang akan datang
menyelamatkan mereka tanpa perlu mengkristenkan mereka kita hanya mengubah cara pandang
mereka terhadap dunia dan mengungkapan kebenaran Tuhan yang sebenarnya kepada mereka.

Anda mungkin juga menyukai