Anda di halaman 1dari 3

A.

KONSEP DEWA DEWI


Dewa dalam agama Hindu, terkhususnya dewa tertinggi yang digambarkan dengan
memiliki suatu kekuatan atau tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas yang
harus dijalankannya, sehingga kekuatan atau tenaga yang dimiliki oleh para dewa-dewa dan
dewi-dewi gunakan disebut sakti, maka sebagian umat Hindu berpendapat bahwa sakti
merupakan kekuatan Deva Siva, sehingga seringkali diwujudkan sebagai dewi pasangan dari
dewa-dewa, dalam aliran Vaisnava bahwa sakti Visnu diwujudkan sebagai Laksmi dan dalam
aliran Saiva, sakti Siva disebut Dev. 1 Menurut kitab Purana, sakti Siva atau dewi terdapat dua
aspek yakni aspek santa atau saumya dan aspek krodha atau randra. Sebagai bagian
kepentingan pemujaannya kedua aspek Devi tersebut menjelma menjadi dewi-dewi yang
begitu sangat banyak jumlahnya, salah satu sakti Siva yaitu Devi Durga, sehingga Devi
Durga termasuk kedalam salah satu aspek krodha.2
Dalam memahami konsep dewa-dewi pada agama Hinduisme, bahwa tidak bergantung
hanya pada kitab suci tunggal yang biasanya dilakukan terhadap agama besar lain di dunia,
akan tetapi keseluruhan tubuh dari kepustakaan filosofis menerima kitab-kitab upanisad dan
Bhagavad Gita sebagai sumber yang dapat dipercaya dan tidak bertentangan.3 Ketika
berbicara tentang konsep dewa-dewi dalam agama Hindu, wajar bagi manusia untuk terlebih
dahulu untuk dari dunia tempat tinggal dan bergerak, sebab jika dipandang dari sudut saat ini
dewa- dewi dalam Hinduisme ialah sang pencipta. Akan tetapi, dewa-dewi menciptakan
segenap alam semesta dan dunia bukan dari ketiadaan yang logis, namun berasal dari dirinya
sendiri. setelah menciptakan, dia memeliharanya dengan kekuasaanya, mengatur seluruhnya
bagaikan seorang kaisar Maha Kuasa, membagi keadilan sebagai ganjaran dan hukuman
sesuai dengan perbuatan masing-masing setiap individu terhadap individu yang lain. Pada
akhir dari siklus penciptaan bahwa Hinduisme mendukung teori siklus penciptaan, dia
menyerap segenap tatanan dunia kedalam dirinya.4 Kitab suci Hindu dalam melukiskan sifat-
sifat yang ada pada dewa-dewi digambarkannya sebagai Maha mengetahui, Maha kuasa,
perwujudan keadilan, kasih sayang, dan keindahan. Akan tetapi dalam kenyataannya ialah
1
Musyarofah Darajat. Pandangan Masyarakat Hindu Tentang Devi Durga: Studi Kasus Pura Dalem
Purnajati, Jakarta Utara. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2008). Hal 1.
2
Hariani Santiko. Kedudukan Bhatari Durga di Jawa Pada Abad X Sampai XV Masehi. (Jakarta, 1987).
Hal 243.
3
I Wayan Maswinara. Dewa-Dewi Hindu. (Surabaya, paramita, 1999) hal 15.
4
Musyarofah Darajat. Pandangan Masyarakat Hindu Tentang Devi Durga: Studi Kasus Pura Dalem
Purnajati, Jakarta Utara. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2008). Hal 19-20.
merupakan perwujudan dari segala kualitas yang terberkati dan senantiasa dapat untuk
dipahami oleh setiap manusia. Dia senantiasa siap mencurahkan anugerah dan berkahnya
terhadap makhluk-makhluk, membimbing secara bertahap dari keadaan yang kurang
sempurna menuju keadaan yang lebih sempurna, sehingga dengan mudah dapat disenangkan
dengan doa dan permohonan dari para pemujanya, akan tetapi tanggapanya terhadap doa dan
permohonan dituntun oleh prinsip yang hendaknya tidak bertentangan dengan hukum kosmis
yang berkenaan dengan kesejahtraan umum dunia dan hukum karma yang berkaitan dengan
kesejahteraan, terkhususnya pada setiap masing-masing pribadi.5
Konsep dewa-dewi Hindu memiliki dua gambaran khas, hal tersebut tergantung dengan
kebutuhan dari para setiap pemujanya sehingga dia dapat terlihat dalam suatu wujud yang
disukainya untuk pemujaan dan menanggapinya melalui wujud tersebut serta dia juga dapat
menjelmakan dirinya di antara manusia untuk membimbing menuju kerajaan ilahi-Nya, dan
penjelamaan tersebut merupakan proses berlanjut yang dapat mengambil tempat dimanapun
dan kapanpun yang menurutnya dianggap perlu. 6 Kemudian ada aspek dewa-dewi lainnya
yang mutlak, yang disebutnya sebagai Brahman (tak terbatas), Brahman merupakan
ketakterbatasan akan tetapi Brahman juga bersifat immanen dalam segala yang tercipta,
sehingga tidak sama halnya yang dikenal bahwa Brahman menentang segala uraian
tentangnya. Pada sifat esensialnya Brahman didefinisikan sebagai “Sat-cit-ananda” atau
“keberadaan-kesadaran-kebahagiaan” sehingga hal tersebut merupakan dasar dari segala
keberadaan-kesadaran-kebahagiaan.

B. KONSEP ATMAN (JIWA)


Atman (jiwa) berasal dari akar kata “an” yang artinya “bernafas”, dengan bernafas maka
artinya hidup, sehingga nafas ialah satu kehidupan. Atman merupakan sebagai hakekat dasar
dalam kehidupan manusia yang dianggap roh atau jiwa dan menyebabkan manusia hidup,
mengalami rasa senang dan duka, akan tetapi perlu disadari bahwasannya Atman atau jiwa
bersifat kekal sehingga Atman yang menyebabkan manusia terus hidup, tanpa Atman
manusia akan mati, sebab Atman merupakan percikan Widhi yang berada dalam tubuh

5
Musyarofah Darajat. Pandangan Masyarakat Hindu Tentang Devi Durga: Studi Kasus Pura Dalem
Purnajati, Jakarta Utara. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2008). Hal 20.
6
Musyarofah Darajat. Pandangan Masyarakat Hindu Tentang Devi Durga: Studi Kasus Pura Dalem
Purnajati, Jakarta Utara. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2008). Hal 20.
manusia.7 Dalam ajaran agama Hindu, Atman merupakan penyebab segala sesuatu itu hidup
di alam semesta, karena Atman ada di dalam tubuh setiap makhluk, maka makhluk tersebut
tidak bergerak atau mati, dengan demikian Atman merupakan sumber kehidupan dari seluruh
makhluk atau Atman merupakan penyebab munculnya kehidupan. Dalam kitab Upanisad
disebutkan bahwa pada hakekatnya Atman adalah Brahman, hal tersebut dinyatakan dengan
“Brahman atman aikyam” artinya Brahman dan Atman ialah tunggal adanya. Brahman
merupakan kosmis atau asas alam semesta, sedangkan Atman merupakan asas hidup manusia
dan disebut juga jiwa karena memberikan hidup pada raga atau badan jasmani. Jiwa yang
memberikan hidup pada makhluk hidup disebut Jiwatman. Untuk membedakan Atman
sebagai jiwa dan bersifat jamak (Àtmani) dari Atman dalam arti Jiwa Agung atau Brahman
atau Roh Kudus, dipergunakan pula istilah Paramatman (Paratman) yaitu Brahman. 8
Sehingga Atman memiliki dua pengertian, yakni:
1. Atman dalam artian Paratman yang disebut juga Brahman ialah Atman dalam bentuk
dan kedudukan serta sifat yang transcendental
2. Atman dalam artian jiwatman ialah jiwa atau semangat atau Atman yang ada pada
dalam setiap makhluk hidup sehingga makhluk-makhluk berjiwa dan hidup.
Atman yang merupakan bagian dari Brahman, maka pada hakekatnya Atman memiliki
sifat yang sama dengan sumbernya yakni Brahman. Atman bersifat sempurna dan kekal
abadi, tidak mengalami kelahiran dan kematian, bebas dari suka dan duka. Walau masih
merupakan salah satu bagian akan tetapi hal tersebut terdapat perbedaan, yang dimana
Brahamn merupakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai maha kuasa terhadap seluruh alam
semesta, sedangkan Atman merupakan maha kuasa terhadap badan jasmani yang dihidupinya
sahaja.

7
Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Oka. Sanatana Hindu Dharma. (Jakarta: Widya Dharma Denpasar,
2009) Hal 30.
8
Gede Pudja. Isa Upanisad. (Surabaya: Paramita Surabaya, 1999) Hal 42

Anda mungkin juga menyukai