Anda di halaman 1dari 14

Filsafat India: Wisistadwaita

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat India dan
Cina

Dosen Pengampu:

Drs. Agus Darmaji, M.Fils

Disusun Oleh:

Dhiya As Syamsi Jamharira

(11190331000004)

Renjani Nur Okini

(11190331000017)

PRODI AKIDAH FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas berkah dan inayah-Nya
sehingga pada kesempatan kali ini penulis mencoba menyusun Makalah yang berjudul
“Wisistadwaita” demi memenuhi tugas yang diberikan dosen. Sholawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan
sahabatnya, semoga kita selaku umatnya mendapat syafa'at di yaumil akhir. Tentu saja
dalam penyusunan Makalah ini belumlah cukup serta masih banyak kekurangan-
kekurangan referensi yang perlu dikaji lebih dalam lagi. Penulis mohon maaf, apabila ada
penulisan atau ejaan yang kurang tepat dalam penyusunan makalah. Terimakasih, kepada
dosen pengampu bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils yang telah membimbing dalam
Matakuliah Filsafat India dan China.
Daftar Isi

Daftar Isi
kata Pengantar..................................................................................................................I
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
1. Metafisika Wisistadwaita.......................................................................................4
2. Roh Menurut Wisistadwaita...................................................................................5
3. Pembebasan Menurut Wisistadwaita....................................................................6
4. Pengetahuan Tentang Brahman Menurut Wisistadwaita.......................................8
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Simpulan...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat Wisistadwaita merupakan Waisnawaisme yang mengakui kejamakan, Brahman


atau Narayana hidup dalam kejamakan bentuk dari roh-roh (cit) dan materi (acit). Ramanuja
mensistemasir filsafat dari waisnawaisme dan disebut sebagai Sri Waisnawaisme, karena Sri atau
Dewi Laksmi dibuat memiliki fungsi penting dalam pembebasan roh. Ramanuja menyamakan
Tuhan dengan Narayana yang bersemayam di Waikuntha dengan Saktinya yaitu Laksmi sebagai
Dewi kemakmuran, yang merupakan Ibu Tuhan, dialah yang memohonkan pembebasan dari para
pemuja. Maka dari itu filsafat wisistadwaita disebut dengan monotheistik terbatas, artinya Tuhan
tidak hanya berada dalam satu tempat tertentu melainkan Tuhan juga berada dalam tubuh mahluk
hidup seperti yang tertuang dalam Sloka Bhagavad-Gita.VIII.4;
Adhibutam ksaro bhawah purusah cadhidaiwatam,

Adhiyajno ham ewatra dehe deha bhrtam wara.

Artinya, wahai yang paling baik diantara mahluk yang berada di dalam badan, alam, yang
senantiasa berubah disebuta adhibutam. Bentuk semesta Tuhan termasuk semua para dewa
seperti dewa matahari dan bulan disebut adhidalwa. Aku, Tuhan yang maha esa yang berwujud
sebagi roh yang utama di dalam setiap mahluk yang berda di dalam badan, disebut adhiyajna.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Disebut dengan wisistadwaita karena ajaran ini menanamkan paham adwaita atau kesatuan
Tuhan atau Tuhan hanya ada satu, dengan wisesa atau atributnya. Oleh karena itu ajaran ini juga
disebut dengan ajaran yang bersifat monotheisme terbatas. Dalam hal ini dijelaskan bahwa hanya
Tuhan saja yang ada sedang yang lainya adalah perwujutan-perwujutan Tuhan. Wisistadwaita
menyatakan bahwa Tuhan merupakan yang maha kompleks yang menjadi satu kesatuan dan
menjadi dasar bagi semua yang ada, walaupun pada dasarnya Tuhan hanya ada satu.
Menurut Sri Sankara segala sifat bentuk yang ada itu hanyalah maya dan bersifat
sementara, yang merupakan hasil dari awidya atau kebodohan semata. Akan tetapi dalam ajaran
Sri Ramanuja semua atribut tersebut bersifat nyata dan abadi adanya. Namun dari keabadian dan
kenyataan tersebut kembali pada pengendalian dari satu Brahman. Meskipun demikian Tuhan
akan tetap dapat menjadi satu, karena semua atribut tersebut tidak mungkin ada dengan
sendirinya dan atribut-atribut tersebut bukanlah merupakan satu kesatuan yang bebas yang
benar-benar ada.1
Menurut Ramanuja Tuhan adalah asas yang imanen atau yang berada di dalam jiwa
(purusa) dan didalam benda (prakrti). Jika Tuhan berada bagi diriya sendiri, maka jiwa dan
benda berada bagi Tuhan. Tuhan, jiwa dan benda, ketiga nya mewujudkan suatu kesatuan yang
organis, sama hal nya dengan jiwa dan tubuh pada manusia juga mewujudkan suatu kesatuan
yang organis. Namun ada juga perbedaannya. Perbedaan hubungan antara Tuhan di satu pihak
dan jiwa serta benda di lain pihak dengan hubungan antara jiwa dan tubuh pada manusia adalah
demikian, bahwa hubungan antara jiwa dan tubuh pada manusia adalah lebih erat, sedang
hubungan antara Tuhan di satu pihak dan jiwa serta benda di lain pihak bersifat aprthak-siddhi
atau tak dapat dipisahkan, dalam arti bahwa jiwa dan benda tidak dapat berada tanpa Tuhan.2

Filsafat Wisistadwaita merupakan Waisnawaisme yang mengakui kejamakan, Brahman


atau Narayana hidup dalam kejamakan bentuk dari roh-roh (cit) dan materi (acit). Ramanuja
mensistemasir filsafat dari waisnawaisme dan disebut sebagai Sri Waisnawaisme, karena Sri atau

1
D.R. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia, Jakarta Pusat.
2
D.R. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia, Jakarta Pusat.
2
Dewi Laksmi dibuat memiliki fungsi penting dalam pembebasan roh. Ramanuja menyamakan
Tuhan dengan Narayana yang bersemayam di Waikuntha dengan Saktinya yaitu Laksmi sebagai
Dewi kemakmuran, yang merupakan Ibu Tuhan, dialah yang memohonkan pembebasan dari para
pemuja. Maka dari itu filsafat wisistadwaita disebut dengan monotheistik terbatas, artinya Tuhan
tidak hanya berada dalam satu tempat tertentu melainkan Tuhan juga berada dalam tubuh mahluk
hidup seperti yang tertuang dalam Sloka Bhagavad-Gita.VIII.4;

Adhibutam ksaro bhawah purusah cadhidaiwatam,

Adhiyajno ham ewatra dehe deha bhrtam wara.

 Artinya, wahai yang paling baik diantara mahluk yang berada di dalam badan, alam,
yang senantiasa berubah disebuta adhibutam. Bentuk semesta Tuhan termasuk semua para dewa
seperti dewa matahari dan bulan disebut adhidalwa. Aku, Tuhan yang maha esa yang berwujud
sebagi roh yang utama di dalam setiap mahluk yang berda di dalam badan, disebut adhiyajna.

 Jadi Tuhan Nrayana merupakan sumber dari kehidupan mahluk hidup yang bersemayam
dalam diri pribadi seseorang yang dalam ajaran wisistadwaita disebut dengan roh atau Atman. Di
sisi lain Tuhan Narayana juga sebagi inti dari segala bentuk material atau prakerti seperti yang
tertulis dalam Bhagavad-Gita VII.8-10;

Bahwa akulah rasa segar dari segala air, Akulah cahaya dari segala sumber cahaya, Aku
adalah OM dari semua weda, Aku adalah suara dari segala ether dan benih kekuatan manusia,
Aku adalah wewangian yang sejati dibumi ini, Aku adalah merah dari bara api, Aku adalah
disiplin bagi kehidupan para petapa, dan Akulah kekuatan dari yang maha kuat.

Dari sloka tersebut dapat dikatan bahwa Tuhan adalah satu namun berda dalam segala
lini aspek kehidupan yang nyata dan tidak nyata. Dan semua itu bersifat abadi sesuai dengan
pengendalian dari Brahman itu sendiri. Artinya bara api akan tetap ada dan abadi jika bara itu
semasih diperlukan, dan bara api itu akan hilang jika sudah tidak dipergunakan kembali.
Sehingga terjadi relevansi terhadap kebutuhan yang ada serta tidak menimbulkan tumpang tindih
antara yang satu dengan yang lainya. Maka dari itu filsafat ini disebut dengan monoteisme
terbatas.

3
1. Metafisika Wisistadwaita

Menurut Ramanuja apapun semuanya yang ada adalah Brahman, tetapi Brahman bukanlah
suatu yang bersifat sama dengan semua yang ada. Di dalam diri Brahman terkandung unsur-
unsur kejamakan, dari hal tersebutlah Brahman benar-benar dapat bermanifestasi ke dalam dunia
yang beraneka ragam ini. Seperti yang tertuang dalam sloka diatas yang menyatakan bahwa
Tuhan Narayana berda dalam segala ciptaannya karena Tuhan Narayanalah yang menjadi
sumber kehidupan tersebut.

Menurut Ramanuja Tuhan benar-benar berwujud atau berpribadi, sebagai pengatur,


penguasa, maha bijak, sebagai orang tua dan maha ada di alam raya ini, seperti yang tertuang
dalam kitab Bhagavad-Gita IX. 17;

Pitaham asya jagato mata dhata pitamahah,


Wedyam pawitram omkara rk sama yajur ewaca
Artinya, Akulah ayah dari alam semesta, Akulah ibunya, Akulah penyangga dan kakek alam
semesta, Akulah yang maha suci dan tunggal, Akulah OM dari catur weda, dan Akulah
penunjang, jalan, penguasa, saksi, tujuan, serta sahabat semua yang ada.

Jadi hanya Tuhan sajalah yang menjadi sumber kehidupan serta meresapi semua yang ada
sehingga tidak ada tempat untu dapat membedakan Param Nirguna atau kesucian Tuhan yang
tertinggi dan Aparam Saguna Brahman atau personalitas Tuhan.

Dalam ajaran wisistadwaita Tuhan atau Brahman bukanlah sosok yang mutlak tanpa
pribadi, tetapi Brahman merupakan Tuhan yang berpribadi dengan segala sifat atau guna yang
tak terbatas. Seperti yang tertulis dalam sloka diatas yaitu Tuhan adalah Wibhawa yaitu meresapi
segala yang ada karena Brahman ada dimana-mana, Aham Brahman Asmi. Tuhan meresapi
semua ciptaanya sebagai inti dari roh. Brahman juga merupakan Antaryamin yaitu sebagai
pengendali bhatin, yang menjadi satu dengan roh. Brahman juga disebut Area yaitu yang
merupakan keberadaan tertinggi. Disamping itu Brahman juga merupakan Para Wyuha yaitu
lingkaran yang penuh dengan keuntungan. Dari sifat-sifat itulah Brahman yang bersifat
transendent atau Aparam Saguna Brahman. Dalam perwujudan ini Brahman menyamakan diri
dengan ciptaannya seperti yang tertuang dalam sloka diatas.3

3
SurabayaSiwananda. Sri Swami. 2003. Intisari Ajaran Hindu (All About Hinduism). PARAMITA. Surabaya
4
Menurut Ramanuja Brahman merupakan hakekat dari segala kebenaran, kecerdasan, dan
kebahagiaan. Semua yang ada bergantung kepadanya temasuk materi dan roh. Brahman adalah
Adhara yaitu sebagai penopang alam dan roh. Brahman merupakan pengendali dari
alam, Antaryamin Niyanta Ca Sesin yaitu jiwa dan roh adalah niyama atau sesa yang
dikendalikan oleh Brahman. Tuhan Brahman juga disebut sebagai Urnabawa yaitu seperti halnya
laba-laba yang membuat sarangnya sendiri dari abgian tubuhnya dan menarik kembali sarangnya
tersebut kedalam tubuhnya (Lontar Purwa Bumi Kamulan). Pendapat tersebut sesuai dengan
Bhagavad-gita, IX. 7;4

Sarwa bhutani kaunteya prakertim yanti mamikam,

Kalpa ksaye punas tani kalpadau wisrjamy aham 

Artinya, pada penutupan kalpa semua yang ada akan Ku tarik kembali ke dalam diri-Ku, dan
pada permulaan kalpa akan Ku keluarkan kembali mereka semua.

 Hal serupa juga diterangkan dalam filsafat wisistadwaita, bahwa keseluruhan alam
semesta selama masa Pralaya akan terpendam dalam Diri Brahman, dan akan dipantulkan
kembali saat penciptaan. Namun dari semua proses tersebut tidak akan dapat menyentuh inti dari
Brahman. Brahman yang digambarkan seabagai Narayana yang tidur diatas lautan penyebab atau
yang disebut dengan Waikhunta merupakan sosok penyelamat dari roda samsara.

Alam dengan berbagai wujud keberadaan materian dan roh bukanlah hal yang maya tetapi
suatu hal yang nyata dan abadi serta merupakan bagian dari Brahman. Dari kedua Prakara itulah
terjadi penciptaan dan peleburan karena kedua Praka tersebut bersifat abadi. Materi adalah salah
satu Prakara Brahman yang tak memiliki kesadaran atau yang disebut dengan Acit. Materi ini
mengalami evolusi dengan sendirinya Dari semua itu maka membentukalah wujud Tuhan atau
yang disebut dengan Suddha Tattwa yaitu substansi yang membentuk badan Tuhan dan tak
terpengaruh oleh sifat Rajas dan Tamas atau hanya didominasi sifat Sattwam.

2. Roh Menurut Wisistadwaita

Roh adalah Prakara Tuhan yang kedua, sifat roh lebih tinggi daripada  materi, karena roh
merupakan kesatuan sadar yang merupakan inti dari Brahman. Menurut Ramanuja, Tuhan, roh
dan alam merupakan satu kesatuan inti yang abadi. Roh yang sadar diri, tak berubah, tak terbagi
4
SurabayaSiwananda. Sri Swami. 2003. Intisari Ajaran Hindu (All About Hinduism). PARAMITA. Surabaya.
5
dan bersifat atom atau anu.  Meskipun demikian roh tetaplah berbeda dengan Brahman karena
roh muncul dari Brahman dan tak pernaha berada diluar Brahman. Sekalipun demikian roh yang
telah memiliki pribadi akan tetap menjadi suatu kepribadian untuk selamanya seperti yang
terdapat dalam Bhagavad-Gita.II.13;

Dehino smin yatha dehe kaumaram yauwanam jara,

Tatha dehantara praptir dhiras yatra na muhyati. 

Artinya, seperti halnya sang roh yang terkurung dalam badan terus-meneru mengalami
perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak hingga remaja sampai tua. Begitu pula
sang roh akan meninggalkan badan setelah mati. Orang yang tenang tidak bingung dengan
pergantian itu.

Sehingga roh akan tetap berkelana hingga apa yang menjadi tanggung jawabnya selesai
dan dapat melampaui karmanya semasa hidup. Namun tidak semua roh dapat terbebas dari ikatan
samsara dan tidak semua roh terbelenggu dalam dunia maya. Menurut Rmanuja roh terbagi
menjadi tiga golongan, yaitu Ntya atau roh yang abadi, mukta atau roh yang telah terbebas dari
samsara, dan baddha roh yang terbelenggu oleh ilusi maya. Bagi roh yang terbebas dari belenggu
akan menyatu dengan Narayana di Waikhunta. Roh-roh yang telah terbebas dari ikatan maya
maka akan sesekali akan menjadi subjek samsara, tetapi sekarang telah mencapai kebebsan dan
menyatu dengan Brahman. Bagi roh yang terperangkap oleh samsara akan berjuang untuk
membebaskan dari jeratan itu.

Manusia atau roh adalah partikel terkecil dari Brahman yang memiliki pribadi seperti
sebuah percikan dari mata api. Ibarat sebuah buah semangka Brahman sebagai semangkanya dan
roh sebagai biji semangkanya. Sehingga roh dan Brahman merupakan satu kesatuan yang utuh
dan roh berada dalam Brahman itu sendiri.

3. Pembebasan Menurut Wisistadwaita

Bila roh pribadi terbenam dalam keduniawian atau samsara, maka pengetahuanya
diciutkan. Ia yang memperoleh badanya sesuai karmanya, dan berjalan dari kelahiran menuju
kematian atau pembebasan akhir. Bila ia mencapai moksa, maka pengetahuannya berkembang
kembali. Ia mengetahui segala sesuatu. Setiap kegiatan yang menciutkan hati roh itu adalah
buruk, setiap kegiatan yang mengembangkan hati dari roh adalah baik. Ini merupakan pendapat
6
dari Ramanuja terhadap roh yang berbaris dalam samsara ini mengembang dan menciut melalui
perbuatan baik dan buruk mereka, hingga ia mencapai pembebasan akhir melalui karunia dewa
wisnu. Karunia itu turun pada roh-roh yang murni dan telah melakukan perjuangan untuk
mendapatkan anugrah. Bhagavad-Gita, IV. 11;5

Ye ytha mam prapadyante tams tathaiwa bhajamy aham,

Mama wartmanuwartante manusyah partah sarwasah.

Artinya, sejauh mana seseorang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku akan menganugrahi mereka
sesuai dengan tingkat penyerahan diri mereka kepada-Ku Parta, karena semua orang menempuh
jalan-Ku dengan segala hal.

Menurut Ramanujua moksa adalah terbebasnya roh dari kesulitan duniawi yang
membelenggu roh tersebut. Bagi roh-roh yang telah terlepas dari belenggu tersebut maka mereka
akan mencapai Waikhunta atau Sorga, di situlah mereka akan hidup tenang dan bahagia
selamanya bersama dengan Tuhan. Hal serupa telah diajarkan dalam Bhagavad-Gita, XII.6-7,
dan XVIII.65;

Bersabda, bahwa orang yang menyembahku dan menyerahkan semua kegiatanya


kepadaku, setia kepadaku, tanpa menyimpang, tekun dalam pengabdian suci bhakti, selalu
bersamadhi kepadaku, maka akan cepat aku selamatkan mereka dari lautan kelahiran dan
kematian.

Dilanjutkan dengan sloka selanjutnya bersabda, bahwa jika engaku bersujud padaku,


berpikir tentang aku, menjadi penyembahku, berbhakti kepadaku maka demikian kau akan
datang kepadaku, aku berjanji demikian kepadamu karena aku adalah sahabatmu.

Meskipun demikian penyatuan antara roh dengan Tuhan tidak akan menjadikan kroh
identik dengan Brahman. Ia hanya hidup bersama Brahman sebagai sahabat, baik melayani
ataupun bermeditasi terhadapnya. Karena mereka tidak akan kehilangan Tuhan dalam dpikiranya
meskipun hanya sekejap. Roh-roh yang telah mencapai tingkatan tersebut dinamakan
sebagai Jiwanmukti. Dan pembebasan akan muncul setelah roh meninggalkan badan.

Pembebasan-pembebasan tersebut adalah sebuah hasil dari kerja keras yang dilakukan oleh
semua roh yang sadar akan otoritas Brahman. Pembebasan hanya akan terjadi jika roh telah

5
Sudadi dan Watra.2007. Dasar-Dasar Filsafat Hindu. PARAMITA.
7
melakukan kepatuhan, disiplin diri dan penyerahan diri dengan mutlak atau prapatti. Karena
karma dan jnana hanya sebagai perantara atau cara pencapaian pembebasan tersebut. 

4. Pengetahuan Tentang Brahman Menurut Wisistadwaita

Pengetahuan merupakan cara dan media untuk mencapai pembebasan. Pengetahuan


didapat dengan malaui tahapan-tahapan tertentu yang meliputi Pratyaksa, Anumana, Sabda, dan
Upamana. Yaitu pengetahuan berdasarkan pengalaman indra atau observasi, dan berdasarkan
para ahli, serta malukan perbandinga hingga pada akhirnya pada tahap penyimpulan sehingga
mendapatkan pengetahuan yang komperhensif khususnya dalam membedah realitas Tuhan

Cara Ramanuja menjelaskan pandanganya itu adalah dengan mempergunakan “cara


orang memakai bahasa” pada umumnya. Di dalam kenyataan sehari-hari kita sering
mengidentikkan hal-hal yang sebenarnya berbeda; umpamanya jepun adalah kuning. jepun
adalah Subtansi, sedangkan kuning adalah suatu sifat. Jadi keduanya tidaklah sama. Akan tetapi
kita menguraikanya seolah-olah keduanya itu sama: “jepun adalah kuning” suatu teladan yang
lain. Dimana kita menyamakan dua hal yang berbeda ialah di dalam ucapan: “aku seorang laki-
laki”. Aku adalah jiwa yang hidup sedangkan orang laki-laki adalah bentuk yang fana. Oleh
karena itu keduanya tidaklah sama, namun di identikkan juga.6
Hubungan yang terdapat antara “jepun dan kuning” antara “aku dan orang laki-laki”
adalah merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan, kalau pada “jepun dan kuning”
merupakan hubungan subtansi dan sifat, sedangkan hubungan antara” aku dengan orang laki-
laki” adalah hubungan subtansi rohani dan subtansi badaniah (jiwa dan tubuh = aku dan laki-
laki). Hal ini menyatakan bahwa kata yang pertama dinyatakan oleh kata yang kedua (jepun
diterangkan oleh kuning, jiwa diterangkan oleh laki-laki). Keduanya tidak bisa dipisahkan
hubunganya (parthak siddhi).

Dengan demikian pula halnya hubungan antara Brahman dengan jiwa dan Brahman
dengan dunia, hubungan antara dua subtansi yakni yang satu rohani dan yang satu lagi badani.
Baik jiwa maupun dunia tidak dapat digambarkan lepas dari pada Brahman. Hubungan antara
Brahman dan jiwa sama dengan hubungan antara jiwa dengan badan manusia. Demikian juga
ubungan antara Brahman dan dunia. Brahman adalah jiwanya dunia, yang sekaligus menjiwai

6
D.R. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia, Jakarta Pusat.
8
jiwa manusia. Ketiganya dapat di gambarkan sebagai dua lingkaran yang berpusat satu. Pusatnya
adalah Brahman, sedangkan jiwa adalah lingkaran yang kecil, dan dunia adalah lingkaran yang
kecil, dan Brahman adalah lingkaran yang besar, yang berada diluar. Jikalau demikian, maka
dapat dikatakan ketiga-tiganya, Brahman jiwa dan dunia adalah sama-sama nyata (riil) namun
tidak sama, tidak identik, tidak ada pada dataran yang sama, seperti halnya dengan jiwa dan
badan manusia adalah sama-sama nyata (riil) namun tidak identik.7

Kesimpulanya adalah bahwa Brahman, jiwa dan manusia memang berbeda, tetapi tidak
dapat dipisah-pisahkan, sekalian tiga-tiganya adalah kekal. Tekanan diletakkan pada berbeda
tetapi berhubungan yang erat sekali. Dasar pemikir Ramanuja banyak yang memberi pujian
dalam hal pemecahan masalah Wasistadwaita ini, sebab secara formal memang memecahkan
kesukaran-kesukaran yang di timbulkan upanisad, yaitu bahwa disatu pihak Brahman dibedakan
dengan jiwa dan dunia tetapi di lain pihak disamakan juga.

Ramanuja berpendapat; “Memang benar Brahman berbeda dengan jiwa dan berbeda
dengan dunia” tetapi dia juga mengatakan “Memang benar Brahman sama dengan jiwa dan sama
dengan dunia ketigannya tidak dapat dipisahkan. sekalipun demikian perlu dipersoalkan apakah
pemisahan ini sehat? sekalipun ada unsure-unsur kebenaran dalam pandangan Ramanuja ini akan
tetapi sukar untuk di anggap sebagai sosok dengan keseluruhan ajaran Upanisad.

7
D.R. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia, Jakarta Pusat.
9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Jadi wisistadwaita adalah ajaran yang didirikan oleh buddhayana yang kemudian dibangun
kembali oleh Ramanuja. Filsafati yang beraliran waisnawa ini tidak mengakui adanya tuhan yang
lain, malainkan semua yang ada adalah bagian dari Tuhan yang disebut dengan atributnya.

Filsafat ini mengakui bahwa prakerti dan roh itu abadi adanya karena semua itu tergantung
dari fungi dan relevansi yang ada. Bagi roh yang terbebas dari belenggu maka dia akan mencapai
Waikhunta alam Narayana yaitu tujuan tertinggi filsafat wisistadwaita.

Pada hakekatnya Tuhan itu Berbeda dengan ciptaannya meskipun banyak orang yang
mengatakan sama. Karena semua ciptaan itu merupakan bagian dari Tuhan dan dari gabungan
ciptaan-ciptaan yang ada akan membentuk badan tuhan yang tak tercemari oleh unsur rajas dan
tamas.

10
DAFTAR PUSTAKA

D.R. Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia Kwitang 22,
Jakarta Pusat.

Sudadi dan Watra.2007. Dasar-Dasar Filsafat Hindu. PARAMITA.

SurabayaSiwananda. Sri Swami. 2003. Intisari Ajaran Hindu (All About Hinduism).
PARAMITA. Surabaya.

11

Anda mungkin juga menyukai