Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa, karena atas limpahan rahmat dan karunianya,
sehingga kami kelompok empat dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Terima
kasih pula kepada rekan-rekan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, semoga
apa yang telah kita perbuat akan bermanfaat di suatu hari nanti.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan yang perlu di benahi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari
dosen mata kuliah agama dan pembaca sangat diharapkan, guna kesempurnaan makalah
berikutnya. Saran dan kritik itu akan menjadi pedoman dan motivasi kami di tugas-tugas
berikutnya, sehingga akan menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Kelompok 4
i |A G A M A H I N D U
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDUHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Tuhan bagi Agama Hindu ....................................................................................... 2
2.2 Yang termasuk Tiga Dewa Teringgi dalam Agama Hindu ......................................................... 3
2.3 Peranan Dewa Wisnu dalam Agama Hindu .............................................................................. 4
2.4 Penjelmaan Dewa Wisnu menjadi Awatara.............................................................................. 5
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 11
ii |A G A M A H I N D U
BAB I
PENDUHULUAN
Seperti rambut di kepala dan badan orang, demikianlah alam semesta ini muncul dari Tuhan.
Tuhan menyebabkan mata dapat melihat, telinga dapat mendengar, lidah mengecap,
hidung membaui, kulit merasakan rasa sentuhan dan pikiran kita dapat berpikir. Ia sumber hidup
dan sumber tenaga, dan Ia lah asal dari segala yang ada. Dan kepada-Nya pula segala yang ada ini
kembali. Karena itu Ia disebut Sangkan Paraning Dumadi, asal dan kembalinya semua makhluk
dan mendukung kehidupan semua makhluk. Fungsi Tuhan saat mencipta disebut Utpatti dalam
hal ini Tuhan dipanggil sebagai Bhatara Brahma, fungsi Tuhan saat memelihara disebut Sthiti
dalam hal ini Tuhan dipanggil sebagai Bhatara Wisnu, fungsi Tuhan saat mengembalikannya
disebut Pralina, dalam hal ini Tuhan dipanggil sebagai Bhatara Siwa. Tidak ada apapun yang luput
dari proses Utpatti, Sthiti, dan Pralina itu kecuali Tuhan. Tuhan bersifat kekal abadi, bebas dari
segala perubahan alam semesta. Dan kemudian akan mengalami Pralaya atau kiamat, hidup
manusoa pun akan demikian juga.
1 |A G A M A H I N D U
BAB II
PEMBAHASAN
· Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta
· Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada
· Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan
makanan
2 |A G A M A H I N D U
· Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp
· Maha suci tidak ternoda
· Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada terucapkan, tiada
duanya.
· Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada dengan sendirinya
(swayambhu)
Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha
menggambarkan Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh karena itu
kitab-kitab Upanisad menyatakan definisi atau pengertian apapun yang ditujukan untuk
memberikan batasan kepada Tuhan Yang Tidak Terbatas itu tidaklah menjangkau
kebesaranNya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan tidak ada definsi yang tepat
untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan ini, bukan ini.
Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama,
memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran
ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan kitab suci Veda dan temasuk kitab-
kitab Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang paling diakui otoritasnya dalam
menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
1. Dewa Brahma
Dewa Brahma dianggap sebagai manifestasi tuhan dalam hal penciptaan alam semesta.
Dewa Brahma digambarkan memiliki empat wajah (catur mukha), memiliki wahana
berupa angsa, bersenjatakan gada, dan memiliki sakti Dewi Saraswati. Keempat wajah
3 |A G A M A H I N D U
Brahma menghadap 4 penjuru mata angin. Dewa ini dilukiskan sebagai sesosok pria tua
berjanggut putih yang mempunyai empat buah tangan. Masing-masing tangan salah satu
dewa tertinggi agama Hindu ini memegang alat-alat antara lain: Aksamala atau tasbih yang
menyimbol kekekalan yang tiada awal dan tiada akhir. Sruk dan Surva (sendok besar dan
sendok biasa) yang menyimbolkan upacara yadnya. Kamandalu atau kendi sebagai simbol
keabadian. Pustaka atau buku yang menyimbolkan ilmu pengetahuan.
2. Dewa Wisnu
Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa pemelihara semesta dan segala ciptaan Dewa Brahma.
Dewa Wisnu akan turun ke dunia bila kejahatan merajarela. Dewa Wisnu adalah dewa
berkulit hitam-kebiruan, mempunyai sakti Dewi Sri, beraksara Ung, bersenjatakan Cakra
dan berwahanakan Burung Garuda.
3. Dewa Siwa
Dewa siwa dianggap sebagai dewa pelebur yang akan menghancurkan semua ciptaan
brahma yang sudah usang jika waktunya sudah tiba. Dewa Siwa diwujudkan sebagai
seorang dewa bermata tiga (trinetra), menggunakan ikat pinggang kulit haimau, hiasan
leher berupa ular kobra, dan berwahanakan lembu Nandini. Dewa Siwa memiliki sakti
Dewi Durga, bersenjatakan trisula, dan memiliki 4 buah tangan yang masing-masing
memegang tri wahyudi, kendi, cemara, dan tasbih.
Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam
kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang
membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat
dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai
salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di
tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang
4 |A G A M A H I N D U
lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia
yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti
misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya
tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok
sebagai Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat
itu pula Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan
wujud semestanya kepada Arjuna.
1. Matsya Awatara
Dalam ajaran agama Hindu, Matsya (Dewanagari :मत् स्य; IAST: matsya) adalah awatara
Wisnu yang berwujud ikan raksasa. Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan.
Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja
Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, dewa matahari.
Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan
melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.
5 |A G A M A H I N D U
2. Kurma Awatara
Dalam agama Hindu, Kurma (Sanskerta: कुमम; Kurma) adalah awatara (penjelmaan) kedua
dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga.
Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan
mengapung di lautan susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat
harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para Dewa dan Asura
berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan
sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan para Asura
mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang
dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar
tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu
mengambil alih. Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.
3. Waraha Awatara
Waraha (Sanskerta: िाराह; Varāha) adalah awatara (penjelmaan) ketiga dari Dewa Wisnu yang
berwujud babi hutan. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah
mengenai Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam kitab Warahapurana dan Purana-
Purana lainnya.
Menurut mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang raksasa
bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya (raksasa).
Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu
tempat antah berantah di ruang angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki
dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa.
Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh
Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa Wisnu.
Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan waktu ribuan tahun pula. Pada
akhirnya, Dewa Wisnu yang menang.
6 |A G A M A H I N D U
Setelah Beliau memenangkan pertarungan, Beliau mengangkat bumi yang bulat seperti bola
dengan dua taringnya yang panjang mencuat, dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali bumi
pada orbitnya. Setelah itu, Dewa Wisnu menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara tersebut.
4. Narasinga Awatara
Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang
raja asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang berhubungan
dengan Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang memuja Wisnu. Sebab
bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha, awatara
Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya
pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan menanyakan permohonannya,
Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati dan tak akan bisa
dibunuh. Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk meminta permohonan lain.
Akhirnya Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh oleh manusia, hewan
ataupun dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam, tidak bisa dibunuh di darat,
air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar rumah, dan tidak bisa dibunuh
oleh segala macam senjata. Mendengar permohonan tersebut, Dewa Brahma mengabulkannya.
5. Wamana Awatara
Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: िामन ; Vāmana) adalah awatara Wisnu yang
kelima, turun pada masa Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia
(Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali
(Mahabali, seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari kekuasaan Dewa
Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi hukuman pada Raja Bali.
Wamana awatara dilukiskan sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung.
7 |A G A M A H I N D U
Wamana Awatara merupakan penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia
lengkap, meskipun berwujud Brahmana mungil.
6. Parasurama Awatara
8 |A G A M A H I N D U
(inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi
perguruan Hindu, misalnya Gaudiy Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran
mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan
Wisnu atau Kresna, misalnyaBhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang
mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracaritaMahabharata ia dikenal sebagai sosok
pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang
memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat
kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.
9. Buddha Awatara
Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai
awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu. Dalam
Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai awatara kedua puluh empat di antara dua puluh lima
awatara Wisnu. Kata buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan" dan dapat mengacu kepada
Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal pada masa sekarang.
Berbeda dengan ajaran Hindu, ajaran Gautama Buddha tidak menekankan keberadaan "Tuhan
sang Pencipta" sehingga agama Buddha termasuk bagian dari salah satu aliran nāstika (heterodoks;
secara harfiah berarti "Itu tidak ada") menurut aliran-aliran agama Dharma lainnya, seperti Dwaita.
Namun beberapa aliran lainnya, seperti Adwaita,sangat mirip dengan ajaran Buddhisme, baik
bentuk maupun filsafatnya.
10. Kalki Awatara
Dalam ajaran agama Hindu, Kalki (Dewanagari: कल्कि; IAST: Kalki; juga ditulis sebagai
Kalkin dan Kalaki) adalah awatara Wisnu kesepuluh sekaligus yang terakhir, yang akan datang
pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran) saat ini. Nama kalki seringkali
dipakai sebagai metafora untuk kekekalan dan waktu. Berbagai tradisi memiliki berbagai
kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki muncul.
Penggambaran yang umum mengenai Kalki yaitu Beliau adalah awatara yang mengendarai kuda
putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya Devadatta [anugerah Dewa] dan dilukiskan
sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk memusnahkan
kejahatan dan menghancurkan iblis Kali kemudian menegakkan kembali dharma dan memulai
zaman yang baru.
9 |A G A M A H I N D U
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuhan dalam agama Hindu dikatakan tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Dalam
agama hindu, Tuhan atau sering disebut pula dengan nama Narayana, Iswara, dan Shang Hyang
Widhi, dianggap sebagai satu dzat yang berkuasa mutlak, tak berwujud, dan kekal. Tuhan yang
Tunggal dalam Hindu memiliki manifestasi terhadap keberadaan para dewa di kahyangan
(suargaloka). Dewa dianggap sebagai mahluk suci yang supernatural memegang kendali dan
memiliki tugas-tugas tertentu. Dalam ajaran agama Islam dan Nasrani, Dewa dapat dianalogikan
sebagai malaikat-malaikat yang memiliki tugasnya masing-masing.
Ada banyak dewa dalam ajaran Hindu. Masing-masing dewa memiliki tugasnya sendiri. Di
antara sekian banyak dewa tersebut, ada istilah trimurti. Trimurti merupakan istilah untuk
menyebutkan 3 dewa tertinggi agama Hindu yang memegang kuasa penuh terhadap tugas-tugas
berat. Ketiga dewa tertinggi agama Hindu tersebut adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa
Siwa.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan
melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dewa wisnu turun dari masa ke
masa untuk menyelamatkan dunia dari Adharma dengan menjelma sebagai Awatara.
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara atau 10 Awatara. 10 Awatara itu Ialah, Matsya
Awatara, Kurma Awatara, Waraha Awatara, Narasinga Awatara, Wamana Awatara, Parasurama
Awatara, Rama Awatara, Buddha Awatara, Kresna Awatara, dan Kalki Awatara.
10 |A G A M A H I N D U
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4766010/KONSEP_KETUHANAN_DALAM_AGAMA_HINDU
https://grelovejogja.wordpress.com/2008/10/17/konsep-ketuhanan-dalam-agama-hindu/
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/dewa-tertinggi-agama-hindu-trimurti.html
http://inspirasihindu.blogspot.co.id/2013/03/cerita-10-awatara-dari-zaman-ke-zaman_9352.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wisnu
11 |A G A M A H I N D U