Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep
tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya
konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa
Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan
dikenal dengan sebutan Brahman.
            Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal
namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta.
Brahman berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal
mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk
kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan
malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-
jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.
            Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang
pencipta alam semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada
duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan
sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam
beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati,
Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma (khususnya di Bali), konsep Ida Sang
Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli orang Bali.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Jelaskan pengertian Bhuana Agung dan Bhuana Alit ?


2. Jelaskan asal mula alam semesta beserta unsur-unsurnya ?
3. Jelaskan dampak ketidakselarasan dari Bhuana Agung dan Bhuana Alit ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mampu menjelaskan proses terciptanya Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

2. Mampu mengklasifikasi unsur-unsur Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

3. Mampu menguraikan hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit serta dampak
ketidakselarasan dari keduanya.

1.4 Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
untuk memahami konsep penciptaan alam semesta (Bhuana Agung dan Bhuana Alit)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bhuana Agung

Bhuana Agung artinya alam raya (besar). Jadi semua yang ada di alam semesta ini
termasuk gugusan bintang, matahari, planet, bumi dengan segala isinya ini yang disebut
Bhuana Agung. Istilah lainnya adalah jagat raya, makrokosmos, atau brahmanda.

2.2 Konsep Penciptaan Bhuana Agung dan Unsur-unsurnya

Penggambaran jagat raya termasuk proses penciptaannya banyak diuraikan dalam


beberapa kitab suci Hindu seperti Brhad Aranyaka Upanisad, Brahmanda Purana, Agastya
Parwa dan sebagainya. Kapan sesungguhnya alam semesta ini tercipta, sangat sulit
dipastikan, mengingat keterbatasan kemampuan dan umur manusia. Beberapa peneliti dan
ilmuwan mencoba untuk membuat teori tentang penciptaan alam semesta tetapi tidak
satupun dapat memastikan kapan alam ini tercipta. Menurut Ktab-kitab suci Hindu teori
penciptaan jagat raya banyak diuraikan, jika dicermati dan dipelajari dengan penuh
keyakinan maka alam semesta ini mengalami keadaan dimana jagat raya ini pernah tidak
ada, lalu ada, kemudian tidak ada lagi, demikian seterusnya berulang-ulang. Pada saat alam
semesta ini meng”ada” disebut masa “Srsti“ atau “Brahmadiwa“ (siang hari Brahman).
Sedangkan pada waktu alam ini meniada disebut “Pralaya” atau “Brahmanakta” (malam
hari Brahman). Masa Srsti digabungkan dengan masa Pralaya disebut satu Kalpa atau satu
hari Brahman. Proses dari tidak ada menjadi ada alam semesta ini berlangsung secara
berjenjang, dari jenjang yang amat halus dan tidak berwujud (gaib/niskala) sampai pada
jenjang yang berwujud dan sangat kasar (nyata/sekala).

3
Pralaya
Pralaya adalah masa dimana alam semesta ini tidak ada. Proses pralaya menurut beberapa
kitab suci Hindu digambarkan sebagai berikut :

1. Dimulai dari hancurnya ikatan api atau matahari yang kemudian menyebar keseluruh
alam semesta.
2. Dari sebaran api yang sangat dahsyat ini menyebabkan semua zat cair menguap, semua
zat meleleh kemudian menguap.
3. Semua mahluk hidup mati dan hancur.
4. Unsur-unsur Panca Maha Bhuta kembali menjadi atom yang amat halus sekali.
5. Alam jagat raya dipenuhi hawa panas kemerahan dan dentuman halilintar yang sambung-
menyambung dengan dahsyat.
6. Selanjutnya alam semesta menjadi tidak ada selama satu kalpa atau kurang lebih 432 juta
tahun manusia.

Pada saat alam ini tidak ada Tuhan menarik kembali semua manifestasi beliau di alam
kemudian menjadikan diri dalam wujud sepi, kosong dan hampa. Pada kondisi seperti ini
beliau disebut Paramasiwa atau Nirguna Brahman.

Srsti
Setelah alam ini tidak ada pada masa pralaya, proses terciptanya alam semesta dapat
digambarkan sebagai berikut :

1. Tuhan Paramasiwa atau Nirguna Brahma menjadikan diri-Nya Sada Siwa (Saguna
Brahma ) yang berwujud Purusa dan Prakerti.
2. Purusa adalah unsur dasar kejiwaan atau rohani, sedangkan Prakerti adalah unsur dasar
kebendaan atau jasmani. Purusa dan Prakerti keduanya sangat halus dan tidak bisa
diamati, tanpa permulaan dan tanpa akhir. Hal ini disebutkan dalam Bhagawad Gita,
Bab XIII sloka 20.
3. Dari Unsur Prakerti lahirlah Triguna yaitu : Sattwam, Rajas, dan Tamas. Sattwam adalah
unsur yang bersifat terang dan tenang. Rajas unsur yang memiliki sifat dasar dinamis dan
aktif. Sedangkan Tamas adalah unsur yang meiliki sifat dasar gelap dan berat.

4
4. Perpaduan Purusa dan Prakerti menyebabkan Triguna tidak seimbang. Padamulanya
unsur Sattwam yang mendominasi maka lahirlah yang disebut Mahat yang berarti Maha
Agung.
5. Dari Mahat terciptalah alam Citta yang didalamnya terdiri dari tiga unsur yaitu Budhi,
Ahamkara dan Manah yang tercipta secara berurutan.
6. Alam citta yang pertama muncul adalah Buddhi, yaitu unsur kejiwaan tertinggi yang
berfungsi untuk menentukan keputusan. Budhi bersifat sattwam sehingga setiap
keputusannya bersifat bijaksana.
7. Dari Buddhi selanjutnya lahir Ahamkara, yaitu benih kejiwaan yang bersifat kedirian
atau individu. Fungsinya adalah untuk merasakan.
8. Selanjutnya dari Ahamkara lahirlah yang disebut Manah, yaitu akal atau pikiran yang
berfungsi untuk berpikir.
9. Evolusi berikutnya dengan pengaruh Tri Guna dengan imbangan yang berbeda terciptalah
Dasendriya, yang terdiri dari

Dasendria
Panca Buddhindria Panca Karmendria
1. Srotendria (rangsang pendengar; indria 1. Garbendria (penggerak perut; indria
pada telinga) pada perut)
2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada 2. Panindria (penggerak tangan; indria pada
kulit) tangan)
3. Caksuindria (rangsang penglihatan; 3. Padendria (penggerak kaki; indria pada
indria pada mata) kaki)
4. Ghranendria (rangsang pencium; indria 4. Payuindria (penggerak organ pelepasan;
pada hidung) indria pada organ pelepasan)
5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria 5. Upasthendria (penggerak alat kelamin;
pada lidah) indria pada alat kelamin)

5
Selanjutnya lahirlah Panca Tan Matra yaitu lima unsur zat yang sangat halus terdiri dari :

a. Sabda Tan Mantra adalah benih suara


b. Rupa Tan Mantra adalah benih dari sari warna
c. Rasa Tan Mantra adalah benih sari rasa
d. Gandha Tan Mantra adalah benih sari bau
e. Sparsa Tan Mantra adalah benih sari raba, sentuhan

Dari Panca Tanmatra selanjutnya muncul Panca Maha Bhuta, yaitu lima macam unsur zat
alam yang bersifat kasar, terdiri dari :
a. Akasa atau Ether timbul dari sabda dan sparsa tan mantra
b. Bayu atau hawa timbul dari sabda dan sparsa tan mantra
c. Teja atau panas timbul dari sabda dan rupa tan mantra
d. Apah atau cair timbul dari sabda, sparsa, rupa dan rasa tan mantra
e. Pertiwi atau padat timbul dari kelima unsur tan mantra
Dari Panca Maha Bhuta inilah kemudian berkembang menjadi alam semesta beserta isinya
yaitu mahluk hidup yang ada di bumi termasuk manusia.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa semua yang ada di alam ini mengalir dan lahir dari Tuhan
dan pada saatnya nanti akan kembali lagi ke dalam tubuh-Nya yang menjadi kosong dan
hampa.

6
Sapta Loka
Bumi sebagai salah satu Brahmanda hasil pembentukan Panca Maha Bhuta memiliki lapisan-
lapisan. Lapisan bumi menuju ruang jagat raya disebut Sapta Loka. Lapisan-lapisan ini
berdasarkan kuat atau lemahnya pengaruh Panca Maha Bhuta.

Sapta Loka terdiri dari :

1. Bhur loka ( alam manusia )


2. Bhuwah loka ( alam pitara )
3. Swah Loka ( alam dewa )
4. Maha loka
5. Jana loka
6. Tapa loka
7. Satya loka ( ruang vakum= Nirguna Brahma )

1. Bhurloka adalah lapisan yang paling bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi;
2. Bhuwahloka adalah lapisan udara di atasnya, antara langit dan matahari;
3. Swahloka atau Swargaloka adalah kediaman Dewa Indra;
4. Maharloka adalah kediaman Resi Bhrigu;
5. Janaloka adalah kediaman para putera Brahma;
6. Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang disebut Weragi;
7. Satyaloka atau Brahmaloka merupakan kediaman Brahma.

7
Sapta Patala
Sapta patala adalah lapisan bumi dari permukaan sampai dengan inti bumi, terdiri atas :

1. Atala
2. Witala
3. Sutala
4. Talatala
5. Mahatala
6. Rasatala
7. Patala
8. Kala Geni Rudra (inti bumi)

Bumi berbentuk bulat dengan inti yang sangat panas di dalamnya. Inti bumi tersebut
merupakan neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi, ada tujuh lapisan yang
menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Sapta Patala. Penghuni lapisan tersebut adalah
makhluk supranatural dan naga. Sapta Patala terdiri dari : Atala, Witala, Sutala, Talatala,
Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala dipimpin oleh
manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali; Talatala
dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan
Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

8
2.3 Umur Alam Semesta

Dalam kitab-kitab suci Hindu disebutkan bahwa alam semesta diciptakan,


dimusnahkan, dan dibuat ulang menurut suatu siklus yang berputar abadi. Siklus tersebut
disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun bagi
manusia sedangkan bagi Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi
Hindu, alam semesta berlangsung selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur
api atau air. Pada saat itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang
satu hari baginya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama seratus
tahun bagi Brahma (311 Triliun tahun bagi manusia) yang merupakan umur Brahma.

Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang berada pada tahun ke-51 bagi
Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlangsung semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma
melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah
dimusnahkan diciptakan kembali. Proses ini merupakan siklus abadi yang terus berulang-
ulang dan tak akan pernah berhenti.

2.4 Pengertian Bhuana Alit

Bhuwana alit sering juga disebut Mikrokosmos adalah alam kecil atau dunia kecil yaitu
isi dari alam semesta, seperti; manusia, hewan dan tumbuhan.

2.5 Konsep Penciptaan Bhuana Alit dan Unsur-unsurnya

Bhuana Alit adalah bagian dari Bhuana Agung, oleh karena itu proses penciptaan sama
termasuk unsur-unsur pembentukannya. Hanya saja ada perbedaan perkembangan
penciptaannya sesuai perimbangan triguna.

Setelah tercipta Brahmanda-brahmanda termasuk bumi maka selanjutnya diciptakanlah


mahluk hidup yang berawal dari mahluk hidup yang terrendah sampai dengan mahluk hidup
yang tertinggi.

9
Dari proses penciptaan Purusa dan Prakerti dengan unsur-unsurnya sampai Panca Maha
Bhuta, dengan sifat tamas yang mendominasi terciptalah kelompok Eka Pramana atau
tumbuh-tumbuhan.
Selanjutnya jika semua unsur penciptaan tersebut lebih banyak guna rajas, maka terciptalah
kelompok Dwi Pramana atau hewan/ binatang.
Terakhir dengan perimbangan satwam, rajas, tamas yang sesuai dan seimbang tercipta
Kelompok Tri Pramana atau manusia.

Kelompok Eka Pramana

Yaitu makhluk hidup yang hanya memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yaitu Bayu.
Mahluk hidup ini juga dikenal dengan nama Sthawara yaitu mahluk hidup yang tidak
berpindah-pindah seperti tumbuhan.
Termasuk dalam golongan Sthawara adalah :

1. Trna yaitu bangsa rumput baik yang hidup di air maupun di darat.
2. Lata adalah tumbuhan menjalar di tanah atau di pohon.
3. Taru yaitu semak dan pepohonan.
4. Gulma adalah bangsa tumbuhan yang bagian luar pohon berkayu keras dan
bagian dalam berongga atau kosong.
5. Jangama yaitu tumbuhan yang hidupnya menumpang pada pohon lain.

Kelompok Dwi Pramana

Adalah mahluk hidup yang memiliki dua kekuatan hidup yaitu Bayu dan Sabda. Mahluk
ini dikenal dengan nama Satwa atau Sato..
Adapun yang tergolong dalam Sato adalah :

1. Swedaya yaitu binatang bersel Satu.


2. Andaya yaitu binatang bertelur.
3. Jarayuja yaitu binatang menyusui.

10
Kelompok Tri Pramana

Adalah mahluk hidup yang memiliki tiga kekuatan hidup yaitu; Bayu, Sabda dan Idep.
Mahluk ini disebut juga Manusya.
Bayu adalah kekuatan nafas, Sabda adalah kekuatan suara dan Idep kekuatan pikiran.
Diantara mahluk hidup hanya manusialah yang memiliki semua unsur ciptaan Tuhan secara
lengkap. Baik unsur terhalus sampai unsur paling kasar.
Yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain adalah komposisi dan
perimbangan unsur-unsur pembentukannya serta karmawasana yang telah dibentuknya.

Manusia memiliki unsur :

1. Purusa yaitu atman sebagai sumber kehidupan


2. Pradana terdiri dari :
a. Suksma sarira dari unsur Cita, budhi, manah, ahamkara, Dasendria, dan Panca
Tanmatra.
Bentukan hasil karma manusia antara suksma sarira dengan stula sarira menghasilkan
Panca Maya Kosa yaitu lima lapisan halus badan manusia.
Panca Maya Kosa terdiri dari :
1). Annamaya kosa yaitu badan dari sari makanan
2). Pranamaya Kosa yaitu badan dari sari nafas.
3). Manomaya Kosa yaitu badan dari sari pikiran.
4). Wijnanamaya Kosa yaitu badan dari sari pengetahuan.
5). Anandamaya Kosa yaitu badan dari sari kebahagiaan
Suksma sarira yang dihidupi dengan unsur purusa ( atman ) disebut jiwatman.
Jiwatman inilah yang selalu mengalami reinkarnasi jika selama bersatu dengan stula
sarira sebagai manusia hidup di dunia belum berhasil melepaskan ikatan-ikatan karma
untuk mencapai moksa yaitu bersatunya Atman dengan Brahman.

b. Stula sarira yang berasal dari unsur Panca Maha Bhuta.


Dari hasil karma dan konsumsi makanan manusia membentuk Sad Kosa yaitu enam
lapis pembungkus stula sarira.

11
Sad Kosa terdiri dari :
1). Asti ( tulang)
2). Odwad ( Otot )
3). Sumsum ( sumsum)
4). Mamsa ( daging).
5). Rudhira ( darah )
6). Carma ( kulit )

2.6 Hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Bhuana Agung dan Bhuana Alit memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain.
Hubungan itu dapat diuraikan minimal sebagai berikut :

1. Bhuana Agung dan Bhuana Alit diciptakan oleh pencipta yang sama.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Ida Sang
Hyang Widhi pada masa Srsti dan akan kembali kepada-Nya pada masa pralaya,
sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Bhagawad Gita Bab VII, sloka 6.

2. Bhuana Agung dan Bhuana Alit memiliki unsur-unsur yang sama.

Dalam proses penciptaan meskipun ada perbedaan waktu antara penciptaan alam semesta
dengan mahluk yang ada di dalamnya, tetapi unsur-unsur pembentukannya adalah sama.

12
2.7 Penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit
Penyucian Bhuana Agung dilakukan dengan mengadakan Bhuta Yajna yang bertujuan untuk
menyeimbangkan kembali unsur-unsur alam. Bhuwana agung yang menjadi tempat kita
hidup dan menyediakan segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan kita, dapat
disucikan dengan karma yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Dengan demikian,
segala tindakan yang menyebabkan terjadinya pemusnahan sumber daya hayati dan sumber
daya mineral, serta segala hal yang menyebabkan terjadinya polusi lingkungan, baik polusi
oleh bahan-bahan kimia, polusi budaya, mental, pada prinsipnya merupakan tindakan yang
menyebabkan penyakit bhuwana agung semakin kronis. Dan semua tindakan itu tergolong
Adharma. Dalam tradisi budaya Bali, hubungan antara manusia dengan alam, bhuwana alit
dengan bhuwana agung digambarkan seperti janin dalam rahim ‘kadi manik ring cecupu’.
Dalam konteks itu, jika manusia merusak alam, maka merekalah yang akan menerima
akibatnya.

Semasih Bhuana Agung diliputi oleh berbagai macam pencemaran, maka sulit untuk
mendapatkan kesucian Bhuana Alit. Kesadaran ini semestinya dibangun secara global,
sehingga masalah lingkungan menjadi urusan semua orang. Kita tidak mungkin melakukan
penyucian di suatu tempat, karena bumi dan atmosfer kita satu. Di sisi lain, aspek akasa
(sunya) Bhuana Agung dan seluruh Bhuwana Alit sesungguhnya adalah tunggal. Ruang
sunya tersebut tidak benar-benar kosong, tetapi dipenuhi dengan berbagai gelombang, dan
yang paling suci sampai dengan yang paling maksiat. Manusia tinggal mengakses jenis
gelombang yang diperlukannya, dan bisa jadi yang diinginkannya.

Mengenai penyucian Bhuana Alit, Manavadarmasastra V: 109, menyebutkan tubuh


dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dengan pelajaran
suci dan tapa brata, serta kecerdasan dengan pengetahuan yang benar. Kitab Manusmrti itu
mensejajarkan air, kebenaran, dan ilmu pengetahuan sama-sama sebagai alat “pembersih”.
Air adalah pembersih fisik, sedangkan kebenaran untuk menyucikan pikiran yang bersifat
abstrak. Pikiran sebagai gelombang dapat dibersihkan dengan gelombang kebenaran.
Mengingat frekuensi gelombang pikiran tidak konsisten, maka pikiran perlu dilatih agar
vibrasinya sesuai dengan vibrasi pikiran orang-orang suci, dan vibrasi tarian kosmis Sang
Jagatnata.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Bhuana agung merupakan jagat raya yang berasal dari masa pralaya (masa dimana
alam tidak ada ) sampai srti (masa penciptaan) sehingga lahirlah tri guna, alam citta,
dasendria, panca tan mantra, panca maha bhuta, sapta loka, sapta patala

Bhuana alit adalah alam kecil yaitu alam semesta beserta isinya. unsur – unsur
pembentukkannya sama dengan bhuana agung, karena bhuana alit merupakan bagian
dari bhuana agung. Tetapi yang membedakan pada penciptaannya yang sesuai dengan
tri guna.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, adapun saran yang dapat disampaikan
yaitu: kita sebagai sesama ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa harus menjaga dan
melestarikan Bhuana Agung mulai dari menyucikan diri kita sendiri ( Bhuana Alit),
karena Bhuana Agung merupakan tempat kita bernaung sehingga baik buruknya
Bhuana Agung akan berpengaruh pada kehidupan kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://sanayasa.blogspot.com/2011/09/bab-bhuana-agung.html
Posted by I Gst. Ngr. Agung Sandy Warman, S.Pd.H at 9:16 PM
http://suryadistira.blogspot.com/2010/07/unsur-unsur-bhuana-agung.html

http://bepositive7.multiply.com/journal/item/20
http://sayakatakemuraw.blogspot.com/2011/10/dampak-ketidakselarasan-antara-bhuana.html
http://manacikapura.wordpress.com/tattwa/bhuana-alit/

15

Anda mungkin juga menyukai