OLEH
KELAS : XI (IPA) D
Kitab Dharmasastra yang memuat bidang hukum Hindu tertua dan sebagai
sumber hukum Hindu yang paling terkenal adalah Manawa Dharmasastra. Berbagai
bidang hukum Hindu yang termuat dalam Kitab Manawa Dharmasastra antara lain
sebagai berikut.
1. Bidang Hukum Keagamaan
Bidang hukum ini banyak memuat ajaran-ajaran yang mengatur tentang tata cara
keagamaan yaitu menyangkut tentang beberapa hal seperti berikut ini.
a) Bahwa semua alam semesta ini diciptakan dan dipelihara oleh suatu hukum
yang disebut rta atau dharma.
b) Ajaran-ajaran yang diturunkan bersifat anjuran dan larangan yang semuanya
mengandung konsekuensi atau akibat (sanksi)
c) Tiap-tiap ajaran mengandung sifat relatif yaitu dapat disesuaikan dengan
zaman atau waktu dan di mana tempat dan kedudukan hukum itu
dilaksanakan, dan absolut berarti mengikat dan wajib hukumnya
dilaksanakan.
d) Pengertian warna dharma berdasarkan pengertian golongan fungsional,
(Mudana dan Ngurah Dwaja, 2014:77).
Bidang hukum ini banyak memuat tentang aturan atau tata-cara hidup
bermasyarakat (sosial). Dalam bidang ini banyak diatur tentang konsekuensi atau
akibat dari sebuah pelanggaran, kalau kita telusuri lebih jauh saat ini lebih dikenal
dengan hukum perdata dan pidana. Lembaga yang memegang peranan penting yang
mengurusi tata kemasyarakatan adalah Badan Legislatif menurut Hukum Hindu
adalah Parisadha. Lembaga ini dapat membantu menyelesaikan masalah dengan cara
pendekatan perdamaian sebelum nantinya kalau tidak memungkinkan masuk ke
pengadilan.
Kekuasaan Yudikatif menurut kitab ini diletakkan pada tangan seorang raja
atau kepala negara, beliau bertugas memutuskan semua perkara yang timbul pada
masyarakat, Raja dibantu oleh Dewan Brahmana yang merupakan Majelis Hakim
Ahli, baik sebagai lembaga yang berdiri sendiri maupun sebagai pembantu
pemerintah di dalam memutuskan perkara dalam sidang pengadilan (dharma sabha),
pengadilan biasa (dharmaastha), pengadilan tinggi (pradiwaka) dan pengadilan
istimewa.
Sumber hukum tata negara dan tata praja serta hukum pidana yang berlaku di
Indonesia adalah sebagian besar merupakan hukum yang bersumber pada ajaran
Manawa Dharmaṡāstra. Hal ini kemudian dikenal sebagai kebiasaan-kebiasaan atau
hukum adat seperti yang berkembang di Indonesia dan khususnya dapat dilihat pada
hukum adat di Bali.
Istilah –istilah wilayah hukum dalam rangka tata laksana administrasi hukum
dapat dilihat pada desa praja adalah administrasi terkecil dan bersifat otonomi dan
inilah yang diterapkan pada zaman Majapahit terbukti dengan adanya sesanti, sesana
dengan prasasti – prasasti yang dapat ditemukan di berbagai daerah di seluruh
Nusantara. Lebih luas lagi wilayah yang mengaturnya dinamakan krama, dan daerah
khusus ibu-kota sebagai daerah istimewa tempat administrasi tata pemerintahan
disebut pura, penggabungan atas pengaturan semua wilayah ini dinamakan dengan
istilah negara atau rastra. Maka dari itu hampir semua tatanan kenegaraan yang
digunakan sekarang ini bersumber pada hukum Hindu.
Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang
digunakan oleh para ahli hindulogi dalam peninjauannya dan penulisannya mengenai
pertumbuhan dan kejadian hukum Hindu itu terutama dalam rangka pengamatan dan
peninjauan masalah aspek-aspek politiknya, filosofinya, sosiologinya, kebudayaannya
dan hukumnya sampai pada bentuk materiil yang tampak berlaku pada satu masa dan
tempat tertentu. Dalam definisi lain sumber hukum hindu memiliki pengertian Adalah
peninjauan dasar-dasar hukum yang dipergunakan oleh para ahli sejarah dalam
menyusun dan meninjau pertumbuhan dalam suatu bangsa terutama di bidang politik,
sosial, kebudayaan, hukum dll, termasuk berbagai lembaga Negara seperti perbedaan
hukum formal dan materiil .
Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode berlakunyahukum
tersebut pun dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain :
Hal ini patut kita camkan mengingat agama Hindu bersi!at universal, yang berarti
kitab Manawa Dharmasatra yang berlaku pada zaman Kali yuga juga dapat berlaku
pada zaman Trata Yuga.
Menurut Prof. Mr. Dr. J.L. Van Appeldoorn sumber hukum ini timbul dan dibuat
berdasarkan cara dan bentuk yang dapat menimbulkan hukum positif, seperti:
Undang-Undang
Kebiasaan
Traktat
Di samping sumber sumber hukum yang disebutkan di atas, ada juga sumber
hukum yangdiambil dari yurisprudensi dan pendapat para ahli hukum. Sistem dan
a(as yang digunakan untuk masalah sumber hukum
terdapat pula dalam kitab Veda terutama dalam kitab Manawa Dharmasastra sebagai
berikut :
“Idanim dharma pra mananya bavedokhilo dharma mulam smrti sile,ca tad vidam
acarasca iva, sadhunam atmanastustireva ca”.(Manawa Dharmasastra II.6 ).
“Seluruh pustaka suci Veda (sruti) merupakan sumber utama dharma (agama
Hindu) ,kemudian barulah smerti di samping sila (kebiasaan”kebiasaan yang baik dari
orang”orang yang menghayati Veda) dan kemudian acara (tradisi”tradisi dari
orang”orang suci) serta akhirnya atmanstuti (rasa puas diri sendiri).” Berdasarkan
penjelasan sloka suci kitab hukum Hindu tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
sumber-sumber hukum Hindu menurut Manawa Dharmasastra adalah Veda Sruti,
Veda Smerti, Sila, Acara (Sadacara), Atmanastuti.
Sruti
Di dalam Manawadharmasastra 11.10 dikatakana ‘Srutistu wedo wijneyo dharma
sastram tu wai smerti, te sarwatha wam imamsye tabhyam dharmohi nirbhabhau”.
Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Weda, Smerti itu Dharmasastra, keduanya tidak
boleh diragukan apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber
dari pada hukum.
Smrti
Sila
Sila di sini berarti tingkah laku. Bila diberi awalan su maka menjadi susila yang
berarti tingkah laku orang-orang yang baik atau suci. Tingkah laku tersebut meliputi
pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci. Pada umumnya tingkah laku para maharsi
atau nabi dijadikan standar penilaian yang patut ditauladani. Kaedah-kaedah tingkah
laku yang baik tersebut tidak tertulis di dalam Smerti, sehingga sila tidak dapat
diartikan sebagai hukum dalam pengertian yang sebenarnya, walaupun nilai-nilainya
dijadikan sebagai dasar dalam hukum positif sebagaimana tujuan hukuman mati .
Sadacara
Sadacara dianggap sebagai sumber hukum Hindu positif. Dalam bahasa Jawa
Kuna Sadacara disebut Drsta yang berarti kebiasaan. Untuk memahami pemikiran
hukum Sadacara ini, maka hakekat dasar Sadacara adalah penerimaan Drsta sebagai
hukum yang telah ada di tempat mana Hindu itu dikembangkan. Dengan demikian
sifat hukum Hindu adalah fleksibel.
Atmanastuti
Atmanastuti artinya rasa puas pada diri sendiri. Perasaan ini dijadikan ukuran
untuk suatu hukum, karena setiap keputusan atau tingkah laku seseorang mempunyai
akibat. Atmanastuti dinilai sangat relatif dan subyektif, oleh karena itu berdasarkan
Manawadharmasastra109/115, bila memutuskan kaedah-kaedah hukum yang masih
diragukan kebenarannya, keputusan diserahkan kepada majelis yang terdiri dari para
ahli dalam bidang kitab suci dan logika agar keputusan yang dilakukan dapat
menjamin rasa keadilan dan kepuasan yang menerimanya.
Nibanda