Anda di halaman 1dari 10

MANAWA DHARMASÃSTRA (KITAB HUKUM HINDU) DALAM FUNGSI

MEMPERKUAT KONSEP EGALITARIAN DI MASYARAKAT

Oleh Made Adi Nugraha Tristaningrat

Abstract

Dharmaṡāstra (Smrti) dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena di dalamnya


banyak dimuat tentang dharma. Kitab Dharmasastra yang memuat bidang hukum Hindu
tertua dan sebagai sumber hukum Hindu yang paling terkenal adalah Manawa Dharmasastra.
Berbagai bidang hukum Hindu yang termuat dalam Kitab Manawa Dharmasastra, seperti
Bidang Hukum Keagamaan dan bidang Hukum Kemasyarakatan, dan Bidang Hukum Ketata
Negaraan. Adapun beberapa sumber-sumber hukum Hukum Hindu, antara lain: sumber
hukum menurut sejarah, sumber hukum dalam arti sosiologi, dan sumber hukum dalam arti
formal. Selanjutnya, berkaitan dengan konsep egalitarian dimana merupakan salah satu aspek
dalam masyarakat madani. Egalitarian merupakan sifat seseorang, yang antara lain
ditunjukkan melalui perilaku atau keyakinan tentang persamaan hak, meraih kesejahteraan
dan kesempatan yang sama bagi setiap individu. Hal ini diperkuat dengan beberapa sloka
yang mendukung konsep egalitarian atau keadilan. Dalam Manawa Dharmasastra I.32 juga
terdapat pernyataan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh Tuhan.
Dalam ajaran Hindu tidak dikenal bahwa wanita itu berasal dari tulang rusuk laki-laki. Ini
artinya menurut sloka Manawa Dharmasastra tersebut bahwa laki dan perempuan menurut
pandangan Hindu memiliki kesetaraan. Hal inilah yang mendasari bahwa Manawa
Dharmaṡāstra sebagai Kitab Hukum Hindu dapat digunakan dalam memperkuat pemahaman
masyarakat Hindu berkaitan dengan konsep egalitarian atau keadilan dalam bermasyarakat.
Kata kunci: Dharmaṡāstra, Egalitarian, Manawa Dharmaṡāstra
Abstract
Dharmaṡāstra (Smriti) seen as Hindu Law because in it a lot of loaded about dharma.
The book of Dharmaśāstra which contains the oldest Hindu Law and as a source of law is the
most famous Hindu Dharmaśāstra Manawa. Various Hindu Law Book Manawa
Dharmaśāstra, as Religious Law and Civil law, and the Law up his U.s. Ketata. As for some
of the legal sources of Hindu Law, legal resources, among others: according to history, the
source of law in the sense of sociology, and sources of law in the formal sense. Furthermore,
with regard to the concept of egalitarian which is one of the aspects of the civil society. A
person's nature is egalitarian, which among other things is shown through the conduct or
beliefs about equality, achieve prosperity and equal opportunity for each individual. This was
confirmed by several verses that support the concept of egalitarian or justice. In the
Dharmaśāstra Manawa I. 32 also contains the statement that men and women are equally
created by God. In the teachings of Hinduism is not recognized that the woman came from
the rib of man. This means that according to the Dharmaśāstra Manawa sloka that men and
women according to the Hindu view have equality. This underlying that Law as
Dharmaṡāstra Manawa Hinduism can be used in strengthening the understanding of the
Hindu society with regard to the concept of egalitarian or fairness in society.
Keyword: Dharmaṡāstra, egalitarian, and Manawa Dharmaśāstra.

29
I. PENDAHULUAN
Kata dharmaṡastra berasal dari Dharmaṡāstra; keduanya harus diyakini
bahasa Sansekerta (dharma – Šāstra). dan dituruti agar sempurna dalam
Dharma (masculine) m : perintah melaksanakan dharma itu”. Hukum Hindu
menetapkan; lembaga; adat kebiasaan; adalah sebuah tata aturan yang membahas
aturan; kewajiban; moral; pekerjaan yang aspek kehidupan manusia secara
baik; kebenaran; hukum; keadilan menyeluruh yang menyangkut tata
(Kamus Kecil Sansekerta Indonesia keagamaan, mengatur hak dan kewajiban
(KKSI) hal. 121). Šāstra (neuter) n : manusia baik sebagai individu maupun
perintah; ajaran; nasihat; aturan; teori; sebagai makhluk sosial, dan aturan
tulisan ilmiah (KKSI hal. 246). manusia sebagai warga negara (tata
Dharmaṡāstra berarti ilmu hukum. Negara).
Bila kita membaca kitab-kitab Hukum Hindu juga berarti
mantra dan sastra-sastra Sansekerta yang perundang-undangan yang merupakan
tersedia kitab Smrti dinyatakan sebagai bagian terpenting dari kehidupan
kitab Dharmaṡāstra. Smrti adalah beragama dan bermasyarakat. Ada kode
kelompok kitab yang kedua sesudah kitab etik yang harus dihayati dan diamal- kan
Sruti. Dharmaṡāstra (Smrti) dipandang sehingga menjadi kebiasaan- kebiasaan
sebagai kitab hukum Hindu karena di yang hidup dalam masyarakat. Dengan
dalamnya banyak dimuat tentang dharma. demikian pemerintah dapat menggunakan
Dharma disamakan artinya dengan syariat hukum ini sebagai kewenangan mengatur
di dalam bahasa arab. Tentang tata pemerintahan dan pengadilan, dapat
Dharmaṡāstra sebagai kitab Hukum menggunakan sebagai hukuman bagi
Hindu selanjutnya didapatkan keterangan masyarakat yang melanggarnya.
yang sangat mendukung keberadaannya
sebagai berikut. Mengingat umat Hindu juga
sebagai warga negara yang terikat oleh
“Šruti wedaá samākhyato hukum nasional. Berikut ini adalah
dharmaṡāstram tu wai smṛtiá, te beberapa alasan mengapa hukum Hindu
sarwātheswam imāmsye tābhyāṁ dharmo penting untuk dipelajari.
winirbhþtaá. Nyang ujaraken
sekarareng, Šruti ngaranya Sang Hyang 1. Hukum Hindu merupakan bagian
Catur Veda, Sang Hyang Dharmaṡāstra dari hukum positif yang berlaku
Smṛti ngaranira, Sang Hyang Šruti lawan bagi masyarakat Hindu di
Sang Hyang Smṛti sira juga Indonesia yang berdasarkan
prāmanākena, tūtakena warah-warah Pancasila dan Undang-Undang
nira, ring asing prayojana, yawat Dasar 1945, khususnya pasal 29
mangkana paripurna alep Sang Hyang ayat 1 dan 2, serta pasal 2 aturan
Dharmaprawṛtti“ peralihan Undang-Undang Dasar
(Sarasamuscaya, 37) 1945.
2. Untuk memahami bahwa
Terjemahannya: berlakunya hukum Hindu di
“Ketahuilah oleh mu Šruti itu adalah Indonesia dibatasi oleh falsafah
Veda dan Šmṛti itu sesungguhnya adalah Negara Pancasila dan ketentuan-

30
ketentuan dalam Undang-Undang aliran Hukum Hindu, misalnya:
Dasar 1945. Yajnawalkya, Mitaksara, dan Dayabhaga.
3. Untuk dapat mengetahui
persamaan dan perbedaan antara Para Maha Rsi yang melakukan
hukum adat (Bali) dengan hukum penafsiran-penafsiran pada Manawa
agama Hindu atau hukum Hindu. Dharmaṡāstra menyesuaikan dengan
4. Untuk dapat membedakan antara tradisi dan kondisi setempat. Aliran yang
adat murni dengan adat yang berkembang di Indonesia adalah
bersumber pada ajaran-ajaran Mitaksara dan Dayabhaga. Di zaman
agama Hindu. Majapahit, Manawa Dharmaṡāstra lebih
populer disebut sebagai Manupadesa.
Proses penyesuaian kaidah-kaidah hukum
II. PEMBAHASAN Hindu nampaknya berjalan terus hingga
a. Hubungan Dharmaṡāstra dengan abad ke-12 dipelopori oleh tokoh-tokoh
Manawa Dharmaṡāstra suci: Wiswarupa, Balakrida,
“Šruti dvaidhaṁ tu yatra syāt tatra Wijnaneswara, dan Apararka. Dua tokoh
dharmāvubhau smrtau, ubhāvapi hi tau pemikir Hindu, yaitu Sankhalikhita dan
dharmau samyag uktau maniṣibhiá”. Wikhana berpandangan bahwa Manawa
Terjemahannya: Dharmaṡāstra adalah ajaran dharma yang
“Jika dalam dua kitab suci ada perbedaan, khas untuk zaman Krtayuga, sedangkan
keduanya dianggap sebagai hukum, sekarang adalah zaman Kaliyuga.
karena keduanya memiliki otoritas Keduanya mengelompokkan
kebajikan yang sepadan” (Manawa Dharmaṡāstra yang dipandang sesuai
Dharmasastra II.14) dengan zaman masing-masing, yaitu
seperti di bawah ini.
Manawa Dharmasastra adalah
sebuah kitab Dharmasastra yang 1. Manu; Manawa Dharmaṡāstra
dihimpun dengan bentuk yang sistematis sesuai untuk zaman Krta Yuga
oleh Bhagawan Bhrigu, salah seorang 2. Gautama; Manawa Dharmaṡāstra
penganut ajaran Manu, dan beliau pula sesuai untuk zaman Treta Yuga
salah seorang Sapta Rsi. Kitab ini 3. Samkhalikhita; Manawa
dianggap paling penting bagi masyarakat Dharmaṡāstra sesuai untuk zaman
Hindu dan dikenal sebagai salah satu dari Dwapara Yuga
kitab Sad Wedangga. Wedangga adalah 4. Parasara; Manawa Dharmaṡāstra
kitab yang merupakan batang tubuh Veda sesuai untuk zaman Kali Yuga
yang tidak dapat dipisahkan dengan Veda Dari temuan-temuan di atas
Sruti dan Veda Smrti. Penafsiran terhadap dapatlah disimpulkan bahwa ajaran Manu
pasal-pasal Manawa Dharmaṡāstra telah atau Manawa Dharmaṡāstra tidaklah
dimulai sejak tahun 120 M dipelopori dapat diaplikasikan begitu saja tanpa
oleh Kullukabhatta dan Medhiti di tahun mempertimbangkan kondisi, waktu, dan
825 M. Kemudian beberapa Maha Rsi tempat (desa-kala-patra). Di Indonesia,
memasyarakatkan tafsir-tafsir Manawa reformasi tentang Hukum Hindu telah
Dharmasastra menurut versinya masing- dilakukan di zaman Majapahit dengan
masing sehingga menumbuhkan beberapa menghasilkan produk-produk hukum
lainnya seperti: Sarasamuscaya, Syara

31
Jamba, Siwa Sasana, Purwadigama, Berbagai bidang hukum Hindu yang
Purwagama, Dewagama, Kutaramanawa, termuat dalam Kitab Manawa
Adigama, Krta Sima, Paswara, dll. Dharmasastra antara lain sebagai berikut.
Kutaramanawa yang disusun pada 1. Bidang Hukum Keagamaan
puncak kejayaan Majapahit menjadi Bidang hukum ini banyak memuat
acuan pokok terbentuknya Hukum Adat ajaran-ajaran yang mengatur tentang tata
di Indonesia, karena penguasa Majapahit cara keagamaan yaitu menyangkut
berkepentingan menjaga tertib hukum di tentang beberapa hal seperti berikut ini.
kawasan Nusantara. Zaman terus beredar
dan peradaban manusia meningkat a. Bahwa semua alam semesta ini
dengan segala aspeknya. Pada tahun 1951 diciptakan dan dipelihara oleh
Raad Kerta atau Lembaga Peradilan suatu hukum yang disebut rta
Agama Hindu (di Bali) dihapuskan. atau dharma.
Ditinjau dari segi kehidupan beragama, b. Ajaran-ajaran yang diturunkan
penghapusan Raad Kerta merupakan bersifat anjuran dan larangan
kemunduran yang serius karena pada yang semuanya mengandung
kehidupan sehari-hari umat Hindu di Bali konsekuensi atau akibat (sanksi)
bersandar pada hukum-hukum agama c. Tiap-tiap ajaran mengandung
Hindu, namun bila terjadi sengketa/ sifat relatif yaitu dapat
perkara Pemerintah RI menyediakan disesuaikan dengan zaman atau
lembaga Hukum Peradilan Perdata/Pidana waktu dan di mana tempat dan
yang mengacu pada sumber hukum Eropa kedudukan hukum itu
(Belanda) dan Yurisprudensi. dilaksanakan, dan absolut berarti
mengikat dan wajib hukumnya
Sampai abad ke-21 (tahun 2013) dilaksanakan.
umat Hindu di Bali (Indonesia) d. Pengertian warna dharma
menginginkan adanya Lembaga Peradilan berdasarkan pengertian golongan
Agama Hindu yang dapat memutuskan fungsional.
kemelut perbedaan pendapat dan tingkah 2. Bidang Hukum Kemasyarakatan
laku dalam melaksanakan kehidupan Bidang hukum ini banyak memuat
beragama. Kebutuhan ini dipandang tentang aturan atau tata-cara hidup
mendesak agar terwujud kedamaian dan bermasyarakat (sosial). Dalam bidang ini
keamanan individu. Sampai saat ini banyak diatur tentang konsekuensi atau
nampaknya keinginan itu hanya sebatas akibat dari sebuah pelanggaran, kalau kita
wacana saja karena belum ada upaya- telusuri lebih jauh saat ini lebih dikenal
upaya riil dari lembaga-lembaga terkait dengan hukum perdata dan pidana.
untuk menyusun tatanan organisasi dan Lembaga yang memegang peranan
acuan hukum bagi suatu lembaga penting yang mengurusi tata
peradilan belum dapat diwujudkan. kemasyarakatan adalah Badan Legislatif
menurut Hukum Hindu adalah Parisadha.
Kitab Dharmasastra yang memuat Lembaga ini dapat membantu
bidang hukum Hindu tertua dan sebagai menyelesaikan masalah dengan cara
sumber hukum Hindu yang paling pendekatan perdamaian sebelum nantinya
terkenal adalah Manawa Dharmasastra.

32
kalau tidak memungkinkan masuk ke hampir semua tatanan kenegaraan yang
pengadilan. digunakan sekarang ini bersumber pada
hukum Hindu.
3. Bidang Hukum Tata Kenegaraan
Bidang ini banyak memuat tentang Demikian hukum Hindu
tata-cara bernegara, di mana terjalinnya (Dharmaṡāstra) dituliskan secara utuh
hubungan warga masyarakat dengan dalam kitab Manawa Dharmasastra yang
negara sebagai pengatur tata selanjutnya digunakan sebagai sumber
pemerintahan yang juga menyangkut hukum Hindu guna menata umat Hindu
hubungan dengan bidang keagamaan. Di mewujudkan moksartham jagadhita ya ca
samping sistem pembagian wilayah iti dharma (sejahtera dan bahagia) lahir
administrasi dalam suatu negara, Hukum batin.
Hindu ini juga mengatur sistem
masyarakat menjadi kelompok – b. Sumber-sumber Hukum Hindu
kelompok hukum yang disebut Warna, “Ahaṁ manur abhavaṁ sūryaṡ ca
Kula, Gotra, Ghana, Puga, dan Sreni. ahaṁ kakṣivaṁ ṛṣir asmi viprah, ahaṁ
Pembagian ini tidak bersifat kaku karena kutsam arjuneyaṁ ny ṛnje ahaṁ kavir
dapat disesuaikan dengan perkembangan uṡana paṡyantā mā”.
jaman. Terjemahannya
Sumber hukum tata negara dan tata “Aku, bersabda sebagai kesadaran
praja serta hukum pidana yang berlaku di tertinggi, Aku adalah sumber utama
Indonesia adalah sebagian besar permenungan dan cahaya yang tertinggi.
merupakan hukum yang bersumber pada Aku seorang ṛṣi yang dapat melihat jauh
ajaran Manawa Dharmaṡāstra. Hal ini dan merupakan pusat orbit alam semesta.
kemudian dikenal sebagai kebiasaan- Aku mempertajam intelek, Aku seorang
kebiasaan atau hukum adat seperti yang penyair, Aku memenuhi keinginan
berkembang di Indonesia dan khususnya semuanya, oleh karena itu, wahai engkau
dapat dilihat pada hukum adat di Bali. semua, patuhlah kepada Aku”.
(Rg Veda IV. 26. 1)
Istilah-istilah wilayah hukum dalam
rangka tata laksana administrasi hukum Sumber hukum bagi umat Hindu
dapat dilihat pada desa praja adalah atau masyarakat yang beragama Hindu
administrasi terkecil dan bersifat otonomi adalah kitab suci Veda. Ketentuan
dan inilah yang diterapkan pada zaman mengenai Veda sebagai sumber hukum
Majapahit terbukti dengan adanya sesanti, Hindu dinyatakan dengan tegas di dalam
sesana dengan prasasti – prasasti yang berbagai jenis kitab suci Veda. Sruti
dapat ditemukan di berbagai daerah di adalah merupakan sumber dari segala
seluruh Nusantara. Lebih luas lagi sumber hukum. Sruti merupakan sumber
wilayah yang mengaturnya dinamakan dari Smerti.
krama, dan daerah khusus ibu- kota
Manawa Dharmasastra atau
sebagai daerah istimewa tempat
Manusmerti adalah kitab hukum yang
administrasi tata pemerintahan disebut
telah tersusun secara teratur, dan
pura, penggabungan atas pengaturan
sistematis. Kitab ini terbagi menjadi dua
semua wilayah ini dinamakan dengan
belas (12) Bab atau adyaya. Bila kita
istilah negara atau rastra. Maka dari itu
mempelajari kitab-kitab hukum Hindu

33
maka kita banyak menemukan pokok- tertulis (Prasejarah), tidak bersifat sejarah
pokok pikiran yang berkaitan dengan titel melainkan secara tradisional atau
hukum. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan yang di dalam hukum Hindu
hukum Hindu mengalami proses disebut Acara. Kemungkinan kaidah-
perkembangan. kaidah yang berasal dari jaman prasejarah
ditulis dalam zaman sejarah, dapat dinilai
Kitab hukum Manawa sebagai satu proses pertumbuhan sejarah
Dharmasastra menjelaskan sebagai hukum dari satu fase ke fase yang baru.
berikut.
Menurut bukti-bukti sejarah,
“Idanim dharma pramananya ha, Wedo dokumen tertua yang memuat pokok-
‘khilo dharma mulam pokok hukum Hindu, untuk pertama
smrti sile ca tad widam, ācāraṡca iwa kalinya kita jumpai di dalam Veda yang
sādhūnām ātmanasyuṣþir ewa ca” dikenal dengan nama Sruti. Kitab Veda
Terjemahannya: Sruti tertua adalah kitab Reg Veda yang
“Seluruh Veda merupakan sumber utama diduga mulai ada pada tahun 2000 SM.
daripada dharma (Agama Hindu) Adapun kitab-kitab berikutnya yang
kemudian barulah Smrti di samping merupakan sumber hukum pula timbul
kebiasaan-kebiasaan yang baik dari dan berkembang pada jaman Smerti.
orang- orang yang menghayati Veda serta Dalam jaman ini terdapat Yajur Veda,
kemudian acara tradisi dari orang-orang Atharwa Veda dan Sama Veda.
suci dan akhirnya atma tusti (rasa puas Kemudian dikembangkan pula kitab
diri sendiri).”(Manawa Dharmasastra, II. Brahmana dan Aranyaka.
6).
Fase berikutnya dalam sejarah
Berdasarkan sloka tersebut di atas pertumbuhan sumber hukum Hindu
kita dapat mengenal sumber-sumber adalah adanya kitab Dharmasastra yang
hukum Hindu menurut urut-urutannya merupakan kitab undang-undang murni
adalah : 1) Veda Sruti, 2) Veda Smrti, 3) bila dibandingkan dengan kitab Sruti.
Sila, 4) Acara (Sadacara, dan 5) Atmanas Kitab ini dikenal dengan nama kitab
tusti. smerti, yang memiliki jenis-jenis buku
dalam jumlah yang banyak dan mulai
Berdasarkan perkembangan ilmu
berkembang sejak abad ke 10 SM. Kitab
pengetahuan, peninjauan sumber hukum
Smerti ini dikelompokkan menjadi enam
Hindu dapat dilakukan melalui berbagai
jenis yang dikenal dengan istilah Sad
macam kemungkinan antara lain sebagai
Vedangga. Dalam kaitannya dengan
berikut.
hukum yang terpenting dari Sad
1. Sumber Hukum Hindu menurut Vedangga tersebut adalah dharma sastra
Sejarah (Ilmu Hukum).
Sumber Hukum Hindu dalam arti
Kitab dharma sastra menurut
sejarah adalah sumber hukum Hindu yang
bentuk penulisannya dapat dibedakan
digunakan oleh para ahli Hindulogi dalam
menjadi dua macam, antara lain; 1) Sutra,
peninjauan dan penulisannya mengenai
yaitu bentuk penulisan yang amat singkat
pertumbuhan serta kejadiannya. Kaidah-
yakni semacam aphorisme. 2) Sastra,
kaidah yang ada dalam bentuk tidak

34
yaitu bentuk penulisan yang berupa Putrasasana, Rsisasana dan yang lainnya.
uraian-uraian panjang atau lebih terinci. Semuanya itu adalah merupakan gubahan
yang sebagian bersifat penyalinan dan
Di samping kitab-kitab tersebut di sebagian lagi bersifat pengembangan.
atas yang digunakan sebagai sumber
hukum Hindu, juga diberlakukan adat- Perlu dan penting kita ketahui
istiadat. Hal ini merupakan langkah maju sumber hukum dalam arti sejarah adalah
dalam perkembangan hukum Hindu. adanya Rajasasana yang dituangkan
Menurut catatan sejarah perkembangan dalam berbagai prasasti dan paswara-
hukum Hindu, periode berlakunya hukum paswara yang digunakan sebagai
tersebut pun dibedakan menjadi beberapa yurisprudensi hukum Hindu yang
bagian, antara lain; dilembagakan oleh raja- raja Hindu. Hal
semacam inilah yang nampak pada kita
1. Pada zaman Krta Yuga, berlaku secara garis besarnya mengenai sumber-
hukum Hindu (Manawa sumber Hukum Hindu berdasarkan
Dharmasastra) yang ditulis oleh sejarahnya.
Manu.
2. Pada zaman Treta Yuga, berlaku 2. Sumber Hukum Hindu dalam
hukum Hindu (Manawa Arti Sosiologi
Dharmasastra) yang ditulis oleh Pengetahuan yang membicarakan
Gautama. tentang kemasyarakatan disebut dengan
3. Pada zaman Dwapara Yuga, sosiologi. Masyarakat adalah kelompok
berlaku hukum Hindu (Manawa manusia pada daerah tertentu yang
Dharmasastra) yang ditulis oleh mempunyai hubungan, baik hubungan
Samkhalikhita. agama, budaya, bahasa, suku, darah dan
4. Pada zaman Kali Yuga, berlaku yang lainnya. Hubungan di antara mereka
hukum Hindu (Manawa telah mempunyai aturan yang
Dharmasastra) yang ditulis oleh melembaga, baik berdasarkan tradisi
Parasara. maupun pengaruh-pengaruh baru lainnya
Selanjutnya sejarah pertumbuhan yang datang kemudian. Pemikiran tentang
hukum Hindu dinyatakan terus berbagai kaidah hukum tidak terlepas dari
berkembang. Hal ini ditandai dengan pandangan-pandangan masyarakat
munculnya tiga mazhab dalam hukum setempat. Terlebih pada umumnya hukum
Hindu di antaranya adalah, 1) Aliran itu bersifat dinamis, maka peranan para
Yajnawalkya oleh Yajnawalkya, 2) Aliran pemikir, orang-orang tua, lembaga desa,
Mitaksara oleh Wijnaneswara, 3) Aliran parisadha dan lembaga yang lainnya turut
Dayabhaga oleh Jimutawahana. mewarnai perkembangan hukum yang
dimaksud.
Di Indonesia kita warisi berbagai
macam lontar dengan berbagai nama, Di dalam mempelajari data-data
seperti Usana, Gajahmada, tertentu yang bersumber pada kitab Veda,
Sarasamuscaya, Kutara Manawa, Agama, kitab Nirukta menjelaskan sebagai
Adigama, Purwadigama, Krtapati, berikut.
Krtasima, dan berbagai macam sasana di
antaranya Rajasasana, Siwasasana,

35
“Sakṣat kṛta dharmana ṛṣayo, undang-undang, 2) kebiasaan dan adat, 3)
bubhuvuste’ sakṣat kṛta dharmabhya traktat, 4) yurisprudensi, dan 5) pen-
upadesena mantran sampraduh”. dapat ahli hukum yang terkenal.
Terjemahannya : Sistematika susunan sumber hukum
seperti tersebut di atas ini, dianut pula
“Para ṛṣi adalah mereka yang memahami dalam hukum internasional sebagai
dan mampu merealisasikan dharma tertera dalam pasal 38 Piagam Mahkamah
dengan sempurna. Beliau mengajarkan Internasional dengan menambahkan azas-
hal tersebut kepada mereka yang mencari azas umum hukum yang diakui oleh
kesempurnaan yang belum merealisasikan berbagai bangsa yang beradab sebagai
hal itu” (Nirukta I. 19). sumber hukum juga. Dengan demikian,
susunan hukum dapat dilihat juga
Kitab suci tersebut secara tegas
sebagai: a) traktat internasional yang
menyatakan bahwa sumber hukum
kedudukannya sama dengan undang-
(dharma) bukan saja hanya kitab-kitab
undang terhadap negara itu, b) kebiasaan
sruti dan smerti, melainkan juga termasuk
internasional, c) azas-azas hukum yang
sila (tingkah laku orang-orang beradab),
diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab,
acara (adat-istiadat atau kebiasaan
d) keputusan-keputusan hukum sebagai
setempat) dan atmanastusti yaitu segala
yurisprudensi bagi suatu negara, dan e)
sesuatu yang memberikan kebahagiaan
ajaran-ajaran yang dipublisir oleh para
pada diri sendiri. Oleh karena aspek
ahli dari berbagai negara hukum tersebut
sosiologi tidak hanya sebatas mempelajari
sebagai alat tambahan dalam bidang
bentuk masyarakat tetapi juga kebiasaan
pengetahuan hukum.
dan moral yang berkembang dalam
masyarakat setempat. Sistem dan azas yang digunakan
untuk masalah sumber hukum terdapat
3. Sumber Hukum Hindu dalam
pula dalam kitab Veda, terutama dalam
Arti Formal
kitab Manawa Dharmasastra sebagai
Yang dimaksud dengan sumber
berikut.
hukum dalam arti formal menurut Prof.
Mr. J.L. Van Aveldoorm adalah sumber ”Idanim dharma pra mananya ha,
hukum yang berdasarkan bentuknya yang vedo’khilo dharma mulam smrti sile, ca
dapat menimbulkan hukum positif. tad vidam acarasca iva, sadhunam
Artinya dibuat oleh badan atau lembaga atmanastustireva ca”.
yang berwenang. Yang termasuk sumber (Manawa Dharmasastra II.6).
hukum dalam arti formal dan bersifat
pasti, yaitu; 1) undang-undang, 2) Terjemahannya:
kebiasaan dan adat, 3) traktat. ”Seluruh pustaka suci Veda (sruti)
merupakan sumber utama dharma (agama
Di samping sumber-sumber hukum Hindu), kemudian barulah smerti di
yang disebutkan di atas, ada juga sumber samping sila (kebiasaan-kebiasaan yang
hukum yang diambil dari yurisprudensi baik dari orang-orang yang menghayati
dan pendapat para ahli hukum. Dengan Veda) dan kemudian acara (tradisi-tradisi
demikian dapat kita lihat susunan sumber dari orang-orang suci) serta akhirnya
hukum dalam arti formal sebagai 1) atmanstuti (rasa puas diri sendiri).”

36
Berdasarkan penjelasan sloka suci Terjemahannya:
kitab hukum Hindu tersebut di atas, dapat
kita ketahui bahwa sumber-sumber Dimana wanita dihormati disanalah para
hukum Hindu menurut Manawa Dewa senang dan melimpahkan
Dharmasastra, adalah Veda Sruti, Veda anugerahnya. Dimana wanita tidak
Smerti, Sila, Acara (Sadacara), dihormati tidak ada upacara suci apapun
Atmanastuti. yang memberikan pahala mulia.

c. Konsep Egalitarian dalam Dalam Manawa Dharmasastra I.32


Hukum Hindu juga terdapat pernyataan bahwa laki-laki
Menurut Meyer (2002), egalitarian dan perempuan sama-sama diciptakan
merupakan salah satu aspek dalam oleh Tuhan. Dalam ajaran Hindu tidak
masyarakat madani, egalitarian dikenal bahwa wanita itu berasal dari
merupakan sifat seseorang, yang antara tulang rusuk laki-laki. Ini artinya menurut
lain ditunjukkan melalui perilaku atau sloka Manawa Dharmasastra tersebut
keyakinan tentang persamaan hak, meraih bahwa laki dan perempuan menurut
kesejahteraan dan kesempatan yang sama pandangan Hindu memiliki kesetaraan.
bagi setiap individu. Jika masyarakat Sayang dalam adat istiadat Hindu seperti
merupakan kumpulan individu, maka di Bali misalnya wanita masih belum
masyarakat egalitarian merupakan tatanan sepenuhnya setara terutama dalam
masyarakat dimana masing-masing perlakuan adat beragama Hindu.
individu menunjukkan perilaku dan
Padahal kesetaraan wanita dan laki
memiliki komitmen tentang persamaan
itu terdapat juga dalam ceritra Lontar
hak, kesempatan meraih kesejahteraan,
Medang Kamulan. Dalam lontar tersebut
kebahagiaan dan kesempatan.
ada mitologi tentang terciptanya laki dan
Berkitan dengan egalitarianisme perempuan. Dalam mitology itu
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diceritrakan Dewa Brahma menciptakan
diartikan sebagai pandangan yang secara langsung laki dan perempuan.
menyatakan bahwa manusia itu Pada awalnya Dewa Brahma atas
ditakdirkan dengan derajat yang sama kerjasama dengan Dewa Wisnu dan Dewa
(kbbi.web.id, 2019). Siwa membuat manusia dari tanah, air,
udara, api dan akasa. Selanjutnya Dewa
Berkaitan dengan konsep Bayu memberikan napas dan tenaga,
egalitarian, terdapat pula dalam Veda Dewa Iswara memberikan suara dan
terutama dalam kitab Manawa kemampuan berbahasa. Sang Hyang
Dharmasastra sebagai berikut. Acintya memberikan idep sehingga
manusia bisa berpikir. Jadi dapat
“Yatra naryastu p jyante, Ramante tarra disimpulkan bahwa dengan adanya
dewatah, yatraitastu na p jyante, kepercayaan oleh umat Hindu khususnya
sarvastatra phalah kriyah” pada Mana Dharmasastra, konsep
egalitarian dapat berkembang dengan
(Manawa Dharmasastra III.58)
baik dan dengan mudah dapat dipercaya
di kalangan masyarakat.

37
III. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
Dari pemahaman di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu Kitab Fukuyama, Francis. 1999. Social Capital
Dharmasastra yang memuat bidang and Civil Society.The Institute of
hukum Hindu tertua dan sebagai sumber Public Policy, George Mason
hukum Hindu yang paling terkenal adalah University.
Manawa Dharmasastra. Berbagai bidang
KKBI Online. 2019. Arti Kata
hukum Hindu yang termuat dalam Kitab
Egalitarianisme. Tersedia pada
Manawa Dharmasastra, seperti Bidang
http//:kbbi.web.id/egalitarianisme.
Hukum Keagamaan dan bidang Hukum
Diakses pada tanggal 2 April 2019.
Kemasyarakatan, dan Bidang Hukum
Ketata Negaraan. Adapun beberapa Meyer J.P. (2002). The Measurement and
sumber-sumber hukum Hukum Hindu, Antecendents of Affective,
antara lain: sumber hukum menurut Continuance and Normative
sejarah, sumber hukum dalam arti Commitment to The Organization,
sosiologi, dan sumber hukum dalam arti Journal of Occupational
formal. Hal terpenting lainnya adalah Psychology. Vol.63. No.1. pp. 1-18.
bahwa Manawa Dharmaṡāstra sebagai
Kitab Hukum Hindu dapat digunakan Pudja, Gde dan Sudharta, Tjokorda Rai.
dalam memperkuat pemahaman 1878, Manawa Dharmasastra
masyarakat Hindu berkaitan dengan (Manu Dharmacastra), Dit. Jen
konsep egalitarian atau keadilan dalam Bimas Hindu dan Departemen
bermasyarakat. Agama RI, Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai