Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pande Made Gede Arvin Putra Semara Jaya

Kelas : XII MIPA 6


Absen : 36
Mata Pelajaran : Agama Hindu

APA ITU WEDA ?

Weda, juga dikenal sebagai Veda, adalah salah satu karya sastra kuno yang sangat
penting dalam agama Hindu. Weda dianggap sebagai teks suci tertua dalam tradisi Hindu dan
telah memberikan dasar bagi agama dan filosofi Hindu selama ribuan tahun. Kata "Weda"
sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "pengetahuan" atau "wahyu".
Weda terdiri dari empat kitab utama yang disebut sebagai Rigveda, Samaveda,
Yajurveda, dan Atharvaveda. Setiap kitab ini memiliki gaya, struktur, dan fokus yang
berbeda-beda, tetapi mereka semua berisi mantra, doa, himne, dan instruksi ritual yang
digunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

1. Rigveda adalah kitab Weda tertua dan paling terkenal. Kitab ini berisi himne-himne
yang dipersembahkan kepada dewa-dewa seperti Agni (dewa api), Indra (dewa petir
dan perang), dan Surya (dewa matahari). Himne-himne ini menggambarkan kekuatan
dan kebesaran para dewa dan berfungsi sebagai permohonan dan pujian kepada
mereka.
2. Samaveda, seperti namanya, adalah kitab Weda yang berfokus pada nyanyian atau
melodi. Kitab ini mengandung mantra-mantra yang diambil dari Rigveda dan diatur
dalam bentuk nyanyian atau musik. Samaveda digunakan oleh para pendeta dalam
upacara-upacara keagamaan yang melibatkan penyanyian himne dan mantra dengan
instrumen musik.
3. Yajurveda adalah kitab Weda yang berisi petunjuk dan instruksi terkait ritual dan
upacara keagamaan. Kitab ini menjelaskan bagaimana melaksanakan korban dan
persembahan kepada dewa-dewa dengan benar. Yajurveda memberikan panduan
tentang pelaksanaan upacara seperti yajna (pengorbanan api), yang dianggap penting
dalam praktik agama Hindu.
4. Atharvaveda adalah kitab Weda yang paling terakhir ditulis. Kitab ini berisi himne,
mantra, dan doa yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan sehari-hari,
termasuk penyembuhan penyakit, perlindungan dari roh jahat, dan pemenuhan
keinginan duniawi. Atharvaveda menawarkan wawasan tentang praktik magis dan
ramalan masa depan.
Selain empat kitab utama, Weda juga mencakup literatur tambahan seperti Brahmana,
Aranyaka, dan Upanishad. Brahmana adalah teks yang menjelaskan teks-teks Weda secara
lebih rinci dan memberikan petunjuk terperinci tentang pelaksanaan upacara keagamaan.
Aranyaka adalah teks yang ditujukan untuk para pertapa atau pertapa yang tinggal di hutan.
Upanishad, yang paling penting di antara karya-karya tambahan ini, adalah teks filosofis yang
membahas konsep-konsep spiritual, filsafat, dan pencarian pengetahuan yang lebih dalam.
Weda memiliki peran sentral dalam praktik agama Hindu dan memberikan dasar bagi
sistem kepercayaan dan praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat Hindu. Kitab-kitab ini
tidak hanya berfungsi sebagai panduan ritual, tetapi juga menyimpan pengetahuan tentang
filsafat, moralitas, kosmologi, dan konsep-konsep spiritual yang masih relevan hingga saat
ini.
Dalam kesimpulannya, Weda merupakan kumpulan teks suci yang sangat penting
dalam agama Hindu. Terdiri dari empat kitab utama dan berbagai literatur tambahan, Weda
memberikan panduan ritual, himne, mantra, doa, dan wawasan filosofis yang menjadi
landasan praktik keagamaan dan pemahaman spiritual umat Hindu selama ribuan tahun.
PERKEMBANGAN HUKUM HINDU

Perkembangan hukum dalam tradisi Hindu memiliki akar yang sangat kuno dan
kompleks. Hukum Hindu berkembang seiring dengan perkembangan agama Hindu dan
masyarakat India selama ribuan tahun. Dalam resume ini, akan dibahas tentang
perkembangan hukum Hindu dari masa kuno hingga zaman modern.
Hukum Hindu pada masa kuno terutama terdokumentasi dalam kitab-kitab Weda,
khususnya dalam bagian Brahmana dan Aranyaka. Kitab-kitab ini memberikan panduan
tentang tata cara upacara, aturan perkawinan, dan pengaturan sosial lainnya. Hukum Hindu
pada masa ini sangat dipengaruhi oleh kasta, di mana aturan-aturan dan kewajiban berbeda
untuk setiap kasta. Prinsip utama dalam hukum Hindu pada masa ini adalah karma, yang
berarti bahwa tindakan individu memiliki konsekuensi dan dampak pada kehidupan
berikutnya.
Selanjutnya, perkembangan hukum Hindu terus berlanjut dengan munculnya smriti
dan shastra. Smriti, yang berarti "yang diingat", adalah karya-karya yang ditulis oleh para
tokoh agama dan sarjana Hindu. Karya terkenal dalam smriti termasuk Manusmriti (Dharma
Shastra), Yajnavalkya Smriti, dan Parashara Smriti. Karya-karya ini memberikan petunjuk
tentang hukum keluarga, pernikahan, warisan, keadilan, dan tata cara upacara.
Selain smriti, hukum Hindu juga berkembang melalui berbagai naskah sastra lainnya
seperti Mahabharata dan Ramayana. Keduanya mengandung kisah-kisah epik yang mencakup
berbagai konflik hukum dan pertanyaan etis. Prinsip dan nilai-nilai hukum Hindu tercermin
dalam karakter dan tindakan tokoh-tokoh dalam epik-epik ini.
Pada era pertengahan, hukum Hindu terpengaruh oleh pengaruh hukum Islam yang
dibawa oleh pemerintahan Muslim di India. Di bawah pengaruh ini, hukum Hindu mengalami
beberapa perubahan dan penyesuaian. Banyak karya hukum Hindu yang ditulis pada masa ini
mencerminkan pengaruh Islam dalam hal struktur organisasi hukum dan metode penyelesaian
sengketa.
Perkembangan hukum Hindu terus berlanjut pada masa kolonial dengan kedatangan
penjajah Eropa di India. Pada abad ke-19, Inggris menguasai sebagian besar India dan
memperkenalkan sistem hukum Barat yang didasarkan pada hukum Inggris. Namun, mereka
juga mempertahankan beberapa aspek dari hukum Hindu dalam praktik hukum di India,
terutama dalam hal perkawinan, perceraian, dan warisan. Konsep hukum Hindu seperti harta
keluarga (joint family) dan pewarisan terus berlaku dalam sistem hukum modern India.
Setelah kemerdekaan India pada tahun 1947, negara ini mengadopsi konstitusi baru
yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi, keadilan sosial, dan pluralisme. Konstitusi India
menjamin kebebasan beragama dan melindungi hak-hak minoritas. Hukum Hindu diakui
sebagai satu dari banyak sistem hukum pribumi yang berlaku di negara ini.
Dalam beberapa dekade terakhir, ada perubahan penting dalam hukum Hindu yang
berkaitan dengan hak-hak perempuan. Beberapa praktik yang dulu dianggap diskriminatif
terhadap perempuan telah dilarang atau dibatasi, seperti praktik perceraian sepihak (triple
talaq) dalam komunitas Muslim India dan praktik duduk di belakang (sati) di kalangan
Hindu.
Dengan demikian, perkembangan hukum Hindu telah melibatkan pengaruh dari
berbagai sumber, termasuk kitab Weda, smriti, epik Hindu, pengaruh Islam, dan sistem
hukum Barat. Hukum Hindu terus beradaptasi dengan perubahan sosial dan nilai-nilai
masyarakat India. Saat ini, hukum Hindu masih merupakan bagian penting dari kerangka
hukum India dan terus berperan dalam mengatur perkawinan, warisan, dan praktik
keagamaan Hindu.
Berikut ini Sloka-slokas kitab suci yang menjelaskan sumber Hukum Hindu antara lain
adalah sebagai berikut: beberapa sloka dari kitab suci yang menggariskan Veda sebagai
sumber hukum yang bersifat universal, antara lain sebagai berikut:

“Ahaý gåbhóàmi manasà manàýsi mama cittam anu cittebhir eta. mama vaseûu hrdayàni
vah krnomi, mama yàtam anuvartmàna eta”

Terjemahan:
“Wahai para prajurit, Aku pegang (samakan) pikiranmu dengan pemikiran- Ku. Semoga anda
semua mengikuti aku menyesuaikan pikiran mu dengan pikiran-ku. Aku tawan hatimu.
Temanilah aku dengan mengikuti jalan-Ku, (Atharvaveda, VI.94.2).

Veda merupakan karunia ibu Saraswati, dan orang-orang yang mempelajari serta
mengamalkannya dengan keyakinan yang mantap akan terpenuhi keinginannya. Mantra-
mantra Veda mengandung kekuatan kedevataan dan sabda suci ini hendaknya diajarkan
kepada semua orang dalam profesi apapun di masyarakat bahkan orang-orang asingpun tidak
tertutup untuk mempelajari kitab suci Veda, ajarannya bersifat abadi memberikan
perlindungan kepada umatnya. Selanjutnya kitab smrti menjelaskan sebagai berikut;

“Kàmàtmatà na praúasta na caiwe hàstya kàmatà, kàmyo hi wedàdhigamaá karmayogasca


waidikaá” 
Terjemahan:
Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa
keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan-keinginan itu
bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda (Manawa
Dharmasastra, II.2).

“Teûu samyag vartta màno gacchatya maralokatàm, yathà samkalpitàýúceha sarwan kaman
samaúnute”

Terjemahan:
Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur
dengan cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh
semua keinginan yang ia mungkin inginkan (Manawa Dharmasastra, II.5) dalam (Mudana
dan Ngurah Dwaja, 2015:82).

Anda mungkin juga menyukai