Hukum Hindu
Oleh Kelompok 1
1. I Putu Adi Satia Laksana (01)
2. I Putu Agus Dika Widiatama (02)
3. K. Andika Abdi Prasetya (03)
4. Ni Putu Anggita Putri Bali Sinarta (04)
5. I Nyoman Arya Titen Suputra (05)
6. Nyoman Arya Wirajaya (06)
Kelas: XII MIA
SMA N 1 MENGWI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
A. Pengertian Hukum Hindu
Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan manusia
secaramenyeluruh yang menyangkut tata keagamaan,mengatur hak dan kewajiban manusia baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, dan aturan manusia sebagai warga negara ( tata
negara).
Kehadiran Hukum Hindu dimulai dari adanya sebuah perdebatan di antara para tokoh
agama pada saat itu. Dengan perdebatan dan kritik masing-masing sehingga melahirkan
beberapa aliran Hukum Hindu di antaranya:
Dari ketiga aliran tersebut akhirnya keberadaan hukum Hindu dapat berkembang dengan
pesat khususnya di wilayah India dan sekitarnya.
Pengaruh Hukum Hindu sampai ke Indonesia nampak jelas pada zaman Majapahit tetapi
sudah dilakukan penyesuaian atau reformasi Hukum Hindu,yaitu dipakai sebagai sumber yang
berisikan ajaran-ajaran pokok Hindu yang khususnya memuat dasar-dasar umum Hukum Hindu,
yang kemudian dikembangkan menjadi sumber ajaran Dharma bagi masyarakat Hindu dimasa
penyebaran Agama Hindu keseluruh pelosok negeri. Bersamaan dengan penyebaran Hindu,
diturunkanlah undang-undang yang mengatur praja wilayah Nusantara dalam bentuk terjemahan-
terjemahan kedalam Bahasa Jawa Kuno.
2. Kelompok UpaVeda/Veda tambahan (Itihasa, Purana, Arthasastra, Ayur Veda dan Gandharwa
Veda).
Bagian terpenting dari kelompok Vedangga adalah Kalpa yang padat dengan isi Hukum Hindu,
yaitu Dharmasastra, sumber hukum ini membahas aspek kehidupan manusia yang disebut
dharma. Bagi umat sedharma atau masyarakat yang beragama Hindu, sumber hukumnya adalah
kitab suci Veda. Ketentuan mengenai Veda sebagai sumber Hukum Hindu dinyatakan dengan
tegas di dalam berbagai jenis kitab suci veda.
Sruti merupakan sumber dari segala sumber hukum. Smrti bersumber pada kitab Sruti.
Baik Sruti maupun Smrti keduanya adalah merupakan sumber Hukum Hindu. Kedudukan Smrti
sebagai sumber Hukum Hindu sama kuatnya dengan Sruti. Smrti sebagai sumber Hukum Hindu
lebih populer dengan istilah Manusmrti atau Dharmasastra. Dharmasastra. Manawa
Dharmasastra atau Manusmrti adalah kitab hukum yang telah tersusun secara teratur, dan
sistematis. Kitab ini terbagi menjadi dua belas (12) bab atau adyaya. dinyatakan sebagai kitab
Hukum Hindu karena didalamnya memuat banyak peraturan-peraturan yang bersifat mendasar
yang berfungsi untuk mengatur dan menentukan sanksi bila diperlukan. Di dalam kitab
Dharmasastra termuat serangkaian materi hukum dasar yang dapat dijadikan pedoman oleh umat
Hindu dalam rangka mencapai tujuan hidup “catur purusartha” yang utama. Dalam Weda, kitab
smrti dianggap sebagai kitab hokum Hindu karena di dalamnya banyak memuat tentang syariat
hokum yang disebut Dharma.Dharma disini berarti aturan atau hukum.Istilah lain tentang hukum
dalam ajaran agama Hindu adalah “Widhi,Dresta,Acara,Agama Wyawahara, Nitisastra ,Rajaniti,
dan Artasastra.Namun dari sekian banyak istilah tersebut yang paling umum dalam ilmu hukum
adalah Dharma.Sumber hukum Hindu ada yang tertulis dan ada juga yang tidak
tertulis.Mengenai sumber hukum Hindu dapat kita tinjau dari berbagai bentuk.Berdasarkan
ilmu,peninjauan sumber hukum hindu dapat disebutkan sebagai berikut. Keempat bentuk kitab
Dharmasastra di atas, sangat penting kita ketahui dalam hubungannya dengan perjalanan sejarah
Hukum Hindu. Hal ini patut kita camkan mengingat Agama Hindu bersifat universal, yang
berarti kitab Manawa Dharmasatra yang berlaku pada zaman Kali Yuga juga dapat berlaku pada
zaman Trata Yuga. Demikian juga sebaliknya.
Sumber Hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber Hukum Hindu yang
dipergunakan oleh para ahli Hindulogi dalam peninjauan dan penulisannya mengenai
pertumbuhan serta kejadian Hukum Hindu itu terutama dalam rangka pengamatan dan
peninjauan masalah aspek politik, flosofi, sosiologi, kebudayaan dan hukumnya sampai pada
bentuk materiil yang tampak berlaku pada satu masa dan tempat tertentu. Menurut buktibukti
sejarah, dokumen tertua yang memuat pokok-pokok Hukum Hindu, untuk pertama kalinya kita
jumpai di dalam Veda yang dikenal dengan nama Sruti. Kitab Veda Sruti tertua adalah kitab Reg
Veda yang diduga mulai ada pada tahun 2000 SM
Penggunaan sumber hukum ini biasanya dipergunakan oleh para sosiolog dalam
menyusun thesa-thesanya, sumber hukum itu dilihat dari keadaan ekonomi masyarakat pada
zaman-zaman sebelumnya. Sumber hukum ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus
ditunjang oleh data-data sejarah dari masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu sumber hukum ini
tidak bersifat murni berdasarkan ilmu sosial semata melainkan memerlukan ilmu bantu lainnya.
Penggunaan sumber hukum ini biasanya dipergunakan oleh para sosiolog dalam
menyusun thesa-thesanya, sumber hukum itu dilihat dari keadaan ekonomi masyarakat pada
zaman-zaman sebelumnya. Sumber hukum ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus
ditunjang oleh data-data sejarah dari masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu sumber hukum ini
tidak bersifat murni berdasarkan ilmu sosial semata melainkan memerlukan ilmu bantu lainnya.
Filsafat merupakan dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum itu sendiri. Sumber hukum
ini dapat bersumber dari banyak sumber dan luas, karena isi sumber hukum ini meliputi seluruh
proses pembentukan sumber hukum sejak zaman dahulu hingga sekarang. Daya mengikat hukum
ini terhadap para anggotanya tergantung pada sifat dan bentuk kaidah-kaidah hukum ini, apakah
bersifat normative.
“Yaá pàvamànir adhyeti åûibhiá saý bhåaý rasam. sarvaý sa pùtam aúnati svaditaý màtariúvanà”
“Iyam te rad yantasi yamano dhruvo-asi dharunah. kryai tva ksemaya tva rayyai tva posaya tva”.
Terjemahan: Wahai pemimpin, itu adalah negara mu, engkau pengawasnya. Engkau mawas diri,
teguh hati dan pendukung warga negara. Kami mendekat padamu demi perkembangan pertanian,
kesejahteraan manusia, kemakmuran yang melimpah” (Yajurveda IX.22).
Berbagai pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat sebagaimana contoh yang
dikedepankan di atas, menunjukkan skala pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat pada
dimensi “Pawongan” dan ”palemahan”. Adanya pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat,
tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa hukum adat itu tidak ada. Gde Pudja mengatakan,
hukum adat haruslah tetap ada, sebagai kaidah yang asli pada masyarakat primer. Namun sejauh
ini pembuktian untuk membedakan hukum adat dengan hukum Hindu, belum banyak dilakukan.
Kalau ada, penulisan ini belum sampai melihat kemungkinan bahwa hukum itu bersumber pada
Hukum Hindu. (Pudja, 1977:34). Demikianlah hubungan hukum Hindu dengan budaya, adat-
istiadat, dan kearifan daerah setempat telah menyatu saling memelihara diantaranya. Keberadaan
adat-istiadat di Indonesia patut dipelihara guna mewujudkan cita-cita bangsa ini yakni menjadi
bangsa yang sejahtera dan makmur serta bahagia.