antara sruti dan smrti ditetapkan pada kitab smrti sebagai sumber dokumen tertulis yang baru.
Smerti merupakan sumber baru yang menambah jumlah kaedah hukum yang berlaku bagi
masyarakat Hindu. Dengan demikian kita melihat adanya sistem di dalam smrti yang dapat kita
simpulkan dalam dua hal, yaitu:
a) Kaidah yang berlaku sebelumnya dinyatakan berlaku dalam satu ketepatan.
b) Selama kaidah itu tidak dihapuskan secara tegas, ketentuan hukum yang baru
berlaku bersama-sama dengan kaedah-kaedah hukum yang telah ada.
Satu kemajuan dalam sejarah hukum Hindu ialah adanya pengesahan berlakunya adat istiadat
sebagai sumber hukum baru disamping kitab smrti. Dalam ilmu sejarah, perkembangan dan
pembagian berlakunya hukumpun dapat kita jumpai yaitu:
a) Manawadharmasastra berlaku untuk jaman Krta Yuga
b) Gautama dharmasastra berlaku pada jaman treat
c) Samkha-likhita Dharmasastra berlaku pada jaman Dvapara
d) Parasara Dharmasastra berlaku pada jaman Kali.
Empat bentuk Dharmasastra di atas, hanya penting kita lihat dalam rangkaian pengertian sumber
hukum dalam arti sejarah bukan materiil karena Manawadharmasastra yang dikatakan berlaku
pada jaman Krta Yuga berlaku pula pada jaman Kali.
Sejarah pertumbuhan hukum Hindu lebih jauh ditandai oleh adanya pertumbuhan tiga madzab
dalam hukum Hindu, yaitu:
a) Aliran yajnawalkya oleh Yajnaneswara
b) Aliran Mitaksara oleh Wijnaneswara
c) Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahan
Adanya kritikus-kritikus sistem yang membahas berbagai aspek hukum Hindu bertanggung
jawab bagi lahirnya aliran-aliran hukum tersebut. Akibatnya timbul sebagai masalah hukum yang
relatif menimbulkan variabilitas kaidah-kaidah hukum Hindu antara berbagai daerah.
Dua Aliran hukum yang terakhir itu mulai berpengaruh di Indonesia, terutama Aliran Mitaksara,
dengan berbagai pengadaptasiannya. Yang terpenting dalam sumber hukum dalam arti sejarah
lainnya adalah adanya Rajasasana yang dituangkan dalam berbagai prasasti dan paswara-paswara
yang merupakan yusprudensi hukum Hindu dilembagakan oleh raja-raja Hindu. Inilah hal-hal
yang tampak pada kita secara garis besarnya mengenai sumber-sumber hukum Hindu didasarkan
atas sejarahnya.
1)
2)
3)
4)
Sumber hukum dalam arti sejarah adalah peninjauan dasar-dasar hukum yang
dipergunakan oleh para ahli sejarah dalam menyusun dan meninjau pertumbuhan suatu bangsa
terutama di bidang politik, sosial, kebudayaan, hukum dan lain- lain, termasuk berbagai lembaga
Negara.
Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode berlakunya hukum tersebut
pun dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain:
Pada jaman Krta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu.
Pada jaman Treta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Gautama.
Pada jaman Dwapara Yuga, berlaku (Hukum Hindu Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Samkhalikhita.
Pada jaman Kali Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Parasara.
Keempat bentuk kitab Dharmasastra di atas, sangat penting kita ketahui dalam
hubungannya dengan perjalanan sejarah hukum Hindu
a)
b)
c)
d)
a)
b)
1)
2)
a)
b)
c)
d)
2)
Dokumen tertua yang memuat hukum Hindu adalah Reg Weda dalam Weda Sruti (2000
SM), yang penulisannya dimulai dari abad 10 SM yang penyampaiannya secara tradisional
(lisan). Fase berikutnya muncul Dharmasastra yang tergolong Smerti (Abad 10 SM). Kitab
Smerti dibedakan dua kelompok, yakni Sad Wedangga dan Upaweda. Dalam Wedangga
Dharmasastra dinyatakan sebagai bagian dari kitab kalpasutra.
Kitab kalpasutra dibagi menjadi empat :
Srautasutra : tentang darsapurnamasa (purnama tilem).
Grhyasutra : tentang upacara garbhadhana sampai antyesti (kematian).
Dharmasutra : tentang hukum, agama kebiasaan atau acara dan sistacara.
Sulwasutra : tentang arsitektur.
Kitab Dharmasutra ini dijadikan dasar dalam menulis dharmasastra , yang penulisannya
dibagi menjadi dua :
Bentuk Sutra (1000 SM) amat singkat, yaitu aphrisme.
Bentuk sastra (Abad 5 SM) yang lebih terurai.
Jadi Sruti adalah UU-nya, Smerti adalah UU Pokok dan UU Pelaksanaannya adalah Nibandha.
Sehingga Sruti dan Smerti mempunyai kekuatan hukum yang sama, seperti disebutkan dalam :
Manawa Dharmasastra II.10, sbb :
Srutistu vedo vijneyo
Dharmasastram tu wai smrtih
Te sarwatheswamimamsye
Tabhyam dhrmohi nirbabhau.
Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti adalah Weda,
Smrti adalah Dharmasastra
Kedua macam pustaka suci ini tidak boleh diragukan kebenarannya
Mengenai apapun juga, karena keduanya adalah sumber hukum.
Sarasamuscaya II.37, sbb :
Sruti vedah samakhyato
Dharmasastra tu vai smrtih,
Te sarwatheswam imamsye
Tabhyam dharma vinir bhrtah.
Artinya :
Sruti adalah Weda (Catur Weda)
Dharmasastra adalah Smrti
Kedua-duanya jangan disangsikan untuk semua tujuan
Kedua-duanya merupakan sumber dharma.
Kitab Dharmasastra dibedakan atas masa berlaku dan pengarangnya seperti :
Manawa Dharmasastra karya Manu berlaku zaman Kerta Yuga
Gautama Dharmasastra karya Gautama berlaku zaman Treta Yuda
Sankhalikhita Dharmasastra berlaku zaman Dwapara Yuda
Parasara Dharmasastra berlaku zaman Kali Yuda
Peninjauan Sumber Hukum Hindu dalam Arti Sosiologis
Kata sosiologi diartikan ilmu tentang sifat, prilaku dan perkembangan masyarakat.
Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang mempunyai hubungan baik
dalam bidang agama, budaya, bahasa, dll. Hubungan antara mereka telah mempunyai aturan
yang melembaga, baik berdasarkan pengaruh-pengaruh yang datang di kemudian hari.
Sumber dharma atau hukum tidak saja Sruti, Smrti, tetapi juga Sila, Acara dan Atmanastuti.
(Manawa Dharmasastra II.6).