Anda di halaman 1dari 6

HUKUM HINDU

Posted on 10 January 2015


SUMBER-SUMBER HUKUM HINDU
Peninjauan sumber hukum dapat kita lihat dalam berbagai kemungkinan. Peninjauan ini
dibenarkan berdasarkan ilmu hukum, mengingat pengertian sumber hukum itu sendiri tidak ada
persamaan.
1. Sumber Hukum Hindu menurut Sejarah
Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu yang digunakan oleh para
ahli hindulogi dalam peninjauannya dan penulisannya mengenai pertumbuhan dan kejadian
hukum Hindu itu terutama dalam rangka pengamatan dan peninjauan masalah aspek-aspek
politiknya, filosofinya, sosiologinya, kebudayaannya dan hukumnya sampai pada bentuk materiil
yang tampak berlaku pada satu masa dan tempat tertentu.
Peninjauan sumber hukum Hindu secara historis ditujukan pada penilaian data-data mengenai
berlakunya kaidah-kaedah hukum berdasarkan dokumen tertulis yang ada. Kemungkinan kaidahkaedah berasal dari pra-sejarah ditulis dalam jaman sejarah, dapat dinilai sebagai satu proses
pertumbuhan sejarah hukum dari satu phase ke phase yang baru.
Berdasarkan pengertian sumber tertulis, peninjauan sumber hukum Hindu dilihat berdasarkan
penemuan dokumen yang dapat kita baca dengan melihat secara umum dan intensitasnya.
Menurut bukti-bukti sejarah dokumen tertua yang membuat pokok-pokok hukum Hindu,
pertama-tama kita jumpai di dalam Weda yang dikenal dengan nama sruti. Kitab Weda Sruti
tertua adalah kitah Rg Weda yang diduga mulai ada pada tahun 2000 SM-1000 SM, ajaran
hukum yang ada masih bersifat tradisional dimana isi seluruh kitab weda itu disampaikan secara
lisan dari satu generasi ke generasi yang baru.
Adapun kitab-kitab berikutnya yang merupakan sumber hukum pula timbul dan dikembangkan
pada jaman berikutnya, dalam jaman smerta. Dalam jaman ini terdapat yajur Weda, Atharwa
Weda dan Sama Weda. Kemudian berkembang pula kitab Brahmana dan Aranyaka.
Phase II dalam sejarah pertumbuhan sumber hukum adalah adanya kitab Dharma sastra yang
merupakan kitab undang-undang murni dibandingkan dengan kitab sruti. Kitab ini dikenal
dengan kitab smerti, jenis buku-buku ini banyak dan mulai berkembang sejak abad ke X SM.
Kitab Smerti ini terutama dibagi menjadi enam bidang kodifikasi, mulai dari ilmu bahasa sampai
pada agama. Keenam itu disebut sad wedangga. Dari enam wedangga itu, yang terpenting untuk
bidang hukum adalah dharma sastra (ilmu hukum). Menurut bentuk penulisannya dapat
dibedakan antara dua macam yaitu:
a) Sutra, yaitu bentuk penulisan yang amat singkat, semacam aphorisme.
b) Sastra, yaitu uraian-uraian panjang atau yang lebih terurai.
Antara kedua bentuk itu, bentuk sutra dianggap paling tua yang ditulis tahun 1000 SM. Adapun
bentuk sastra kemungkinan ditulis pada abad ke VI SM. Dari dua penemuan di atas, hubungan

antara sruti dan smrti ditetapkan pada kitab smrti sebagai sumber dokumen tertulis yang baru.
Smerti merupakan sumber baru yang menambah jumlah kaedah hukum yang berlaku bagi
masyarakat Hindu. Dengan demikian kita melihat adanya sistem di dalam smrti yang dapat kita
simpulkan dalam dua hal, yaitu:
a) Kaidah yang berlaku sebelumnya dinyatakan berlaku dalam satu ketepatan.
b) Selama kaidah itu tidak dihapuskan secara tegas, ketentuan hukum yang baru
berlaku bersama-sama dengan kaedah-kaedah hukum yang telah ada.
Satu kemajuan dalam sejarah hukum Hindu ialah adanya pengesahan berlakunya adat istiadat
sebagai sumber hukum baru disamping kitab smrti. Dalam ilmu sejarah, perkembangan dan
pembagian berlakunya hukumpun dapat kita jumpai yaitu:
a) Manawadharmasastra berlaku untuk jaman Krta Yuga
b) Gautama dharmasastra berlaku pada jaman treat
c) Samkha-likhita Dharmasastra berlaku pada jaman Dvapara
d) Parasara Dharmasastra berlaku pada jaman Kali.
Empat bentuk Dharmasastra di atas, hanya penting kita lihat dalam rangkaian pengertian sumber
hukum dalam arti sejarah bukan materiil karena Manawadharmasastra yang dikatakan berlaku
pada jaman Krta Yuga berlaku pula pada jaman Kali.
Sejarah pertumbuhan hukum Hindu lebih jauh ditandai oleh adanya pertumbuhan tiga madzab
dalam hukum Hindu, yaitu:
a) Aliran yajnawalkya oleh Yajnaneswara
b) Aliran Mitaksara oleh Wijnaneswara
c) Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahan
Adanya kritikus-kritikus sistem yang membahas berbagai aspek hukum Hindu bertanggung
jawab bagi lahirnya aliran-aliran hukum tersebut. Akibatnya timbul sebagai masalah hukum yang
relatif menimbulkan variabilitas kaidah-kaidah hukum Hindu antara berbagai daerah.
Dua Aliran hukum yang terakhir itu mulai berpengaruh di Indonesia, terutama Aliran Mitaksara,
dengan berbagai pengadaptasiannya. Yang terpenting dalam sumber hukum dalam arti sejarah
lainnya adalah adanya Rajasasana yang dituangkan dalam berbagai prasasti dan paswara-paswara
yang merupakan yusprudensi hukum Hindu dilembagakan oleh raja-raja Hindu. Inilah hal-hal
yang tampak pada kita secara garis besarnya mengenai sumber-sumber hukum Hindu didasarkan
atas sejarahnya.

A. Sumber Hukum dalam Arti Sejarah

1)
2)
3)
4)

Sumber hukum dalam arti sejarah adalah peninjauan dasar-dasar hukum yang
dipergunakan oleh para ahli sejarah dalam menyusun dan meninjau pertumbuhan suatu bangsa
terutama di bidang politik, sosial, kebudayaan, hukum dan lain- lain, termasuk berbagai lembaga
Negara.
Menurut catatan sejarah perkembangan hukum Hindu, periode berlakunya hukum tersebut
pun dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain:
Pada jaman Krta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu.
Pada jaman Treta Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Gautama.
Pada jaman Dwapara Yuga, berlaku (Hukum Hindu Manawa Dharmasastra) yang
ditulis oleh Samkhalikhita.
Pada jaman Kali Yuga, berlaku Hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Parasara.
Keempat bentuk kitab Dharmasastra di atas, sangat penting kita ketahui dalam
hubungannya dengan perjalanan sejarah hukum Hindu

1. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Sejarah


Peninjauan sumber hukum dalam arti sejarah (historis) ditujukan pada penelitian

data-data mengenai berlakunya kaidah-kaidah hukum berdasarkan dokumen tertulis


yang ada. Menurut bukti-bukti sejarah, dokumen tertua yang memuat pokok-pokok
hukum Hindu, pertama-tama dijumpai pada dalam Weda Sruti. Ajaran hukum Hindu
yang ada masih bersifat tradisional, yaitu seluruh isi Weda disampaikan secara lisan
dari generasi ke generasi yang baru.
Fase berikutnya dalam sejarah pertumbuhan hukum Hindu adalah adanya kitab
Dharmasastra yang merupakan kitab undang-undang murni dibandingkan kitab
Sruti.Dharmasastra dinyatakan sebagai bagian dari kitab Kalpasutra. Kitab Kalpasutra
ini dibagi menjadi empat, yaitu :
1) Srautasutra isinya tentang berbagai cara pemujaan, pemeliharaan atau melakukan penghormatan
kepada Triagni.
2) Grhyasutra isinya memuat keterangan penting tentang berbagai upacara yang berlaku untuk
golongan tertentu.
3) Dharmasutra memuat tentang aturan-aturan dasar yang mencakup bidang hukum, agama,
kebiasaan atau acara, dan sistacara.
4) Sulwasutra isinya memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat
bangunan yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.
Smrti sebagai sumber hukum Hindu lebih dikenal dengan sebutan Dharmasastra.
Dalam ilmu sejarah, perkembangan dan pembagian berlakunya Dharmasastra, yaitu :
a) Manawa Dharmasastra karya Manu berlaku pada zaman Kerta Yuga.
b) Gautama Dharmasastra karya Gautama berlaku zaman Treta Yuga.
c) Samkhalikhita Dharmasastra karya Samkhalikhita berlaku zaman Dwapara Yuga.
d) Parasara Dharmasastra karya Parasara berlaku zaman Kali Yuga.
2. Peninjauan Sumber Hukum dalam Arti Sosiologis
Dalam mempelajari data-data tertentu yang bersumber pada Weda seperti
Menawa Dharmasastra II.6. Secara tegas mengatakan bahwa sumber Dharma atau
hukum tidak saja Sruti dan Smrti, tetapi juga Sila, Acara dan Atmanastuti. Sosiologi
tidak saja mempelajari bentuk masyarakat tetapi juga kebiasaan dan moral dalam
masyarakat itu. Dengan demikian, faktor sosiologi sangat besar pengaruhnya sebagai
sumber hukum Hindu.
Penerapan Dharma didasarkan pada asas-asas tertentu, yaitu berdasarkan
Samaya (waktu), Desa (tempat), Acara (kebiasaan), Kula (keluarga), Warna (golongan),
dan Samanya (sifat-sifat umum). Yang berarti ilmu sosiologis sangat berperan dalam
menunjang sumber-sumber hukum Hindu itu.

1. Peninjauan Sumber Hukum Dalam Arti Sejarah

a)
b)
c)
d)
a)
b)
1)

2)

a)
b)
c)
d)
2)

Dokumen tertua yang memuat hukum Hindu adalah Reg Weda dalam Weda Sruti (2000
SM), yang penulisannya dimulai dari abad 10 SM yang penyampaiannya secara tradisional
(lisan). Fase berikutnya muncul Dharmasastra yang tergolong Smerti (Abad 10 SM). Kitab
Smerti dibedakan dua kelompok, yakni Sad Wedangga dan Upaweda. Dalam Wedangga
Dharmasastra dinyatakan sebagai bagian dari kitab kalpasutra.
Kitab kalpasutra dibagi menjadi empat :
Srautasutra : tentang darsapurnamasa (purnama tilem).
Grhyasutra : tentang upacara garbhadhana sampai antyesti (kematian).
Dharmasutra : tentang hukum, agama kebiasaan atau acara dan sistacara.
Sulwasutra : tentang arsitektur.
Kitab Dharmasutra ini dijadikan dasar dalam menulis dharmasastra , yang penulisannya
dibagi menjadi dua :
Bentuk Sutra (1000 SM) amat singkat, yaitu aphrisme.
Bentuk sastra (Abad 5 SM) yang lebih terurai.
Jadi Sruti adalah UU-nya, Smerti adalah UU Pokok dan UU Pelaksanaannya adalah Nibandha.
Sehingga Sruti dan Smerti mempunyai kekuatan hukum yang sama, seperti disebutkan dalam :
Manawa Dharmasastra II.10, sbb :
Srutistu vedo vijneyo
Dharmasastram tu wai smrtih
Te sarwatheswamimamsye
Tabhyam dhrmohi nirbabhau.
Artinya :
Yang dimaksud dengan Sruti adalah Weda,
Smrti adalah Dharmasastra
Kedua macam pustaka suci ini tidak boleh diragukan kebenarannya
Mengenai apapun juga, karena keduanya adalah sumber hukum.
Sarasamuscaya II.37, sbb :
Sruti vedah samakhyato
Dharmasastra tu vai smrtih,
Te sarwatheswam imamsye
Tabhyam dharma vinir bhrtah.
Artinya :
Sruti adalah Weda (Catur Weda)
Dharmasastra adalah Smrti
Kedua-duanya jangan disangsikan untuk semua tujuan
Kedua-duanya merupakan sumber dharma.
Kitab Dharmasastra dibedakan atas masa berlaku dan pengarangnya seperti :
Manawa Dharmasastra karya Manu berlaku zaman Kerta Yuga
Gautama Dharmasastra karya Gautama berlaku zaman Treta Yuda
Sankhalikhita Dharmasastra berlaku zaman Dwapara Yuda
Parasara Dharmasastra berlaku zaman Kali Yuda
Peninjauan Sumber Hukum Hindu dalam Arti Sosiologis
Kata sosiologi diartikan ilmu tentang sifat, prilaku dan perkembangan masyarakat.
Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah tertentu yang mempunyai hubungan baik
dalam bidang agama, budaya, bahasa, dll. Hubungan antara mereka telah mempunyai aturan
yang melembaga, baik berdasarkan pengaruh-pengaruh yang datang di kemudian hari.

Sumber dharma atau hukum tidak saja Sruti, Smrti, tetapi juga Sila, Acara dan Atmanastuti.
(Manawa Dharmasastra II.6).

Anda mungkin juga menyukai