Selain itu juga agar pawiwahan dianggap sah maka harus dibuatkan akta pernikahan
sesuai dengan undang – undang yang berlaku. Orang yang berwenang
melaksanakan upacara pawiwahan adalah pendeta yang memiliki status Loka Pala
Sraya. Demikian juga cara pengajuan pembatalan pawiwahan menurut pasal 23 bab
IV undang – undang no 1 tahun1974 sebagai berikut :
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau istri
2. Suami atau istri
3. Pejabat yang berwenang selama perkawinan belum diputuskan
4. Pejabat yang ditunjuk dalam ayat 1 pasal 16 undang – undang no 1 tahun 1974
dan setiap orang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap
perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.
Pawiwahan dapat dicegah atau dilarang apabila calon mempelai tidak memenuhi
persyaratan untuk melangsungkan pernikahan. Pencegahan akan dilakukan secara
hukum dan agama. Pencegahan dilakukan oleh pendeta atau Brahmana dengan
menolak untuk mengesahkannya karena dipandang tidak layak secara hukum agama.
Selain itu pencegahan dapat dilakukan apabila ada indikasi penipuan dan kekerasan.
Misalnya, mengambil sistem raksasa wiwaha, paisaca wiwaha atau melegadang, sakit
jiwa. Dalam peristiwa yang disengaja dalam perkawinan maka pelaku dapat
dikenakan sanksi.
Menurut dharmasastra pencegahan dilakukan apabila ada indikasi perkawinan
sapinda.menurut undang – undang no 1 tahun 1974 suatu perkawinan dapat
dibatalkan sesuai dengan ketentuan pasal 24 dan pasal 27 yang isinya sebagai berikut
:
1) Bertentangan dengan hukum agama
2) Calon masih terikat dengan perkawinan atau tidak single
3) Bila calon suami atau istri mempunyai cacat yang disembunyikan, sehingga salah
satu pihak merasa ditipu.
4) Perkawinan yang masih ada hubungan darah.
5) Apabila si istri tidak menganut agama yang sama dengan suami menurut hukum
Hindu.