XI MIA 3
31
Baik Sruti maupun Smerti keduanya merupakan sumber hukum Hindu. Smerti sebagai sumber hukum
Hindu lebih popular dengan sebutan Manusmerti atau Dharmasastra.
Dharmasastra dinyatakan sebagai kitab hukum Hindu karena di dalamnya banyak membuat peraturan
yang bersifat mendasar, dan juga memuat serangkaian materi hukum dasar yang dapat dijadikan
pedoman oleh umat Hindu dalam rangka mencapai tujuan hidup “catur purusartha” yang utama. Setiap
pelanggaran baik itu merupakan delik biasa ataupun delik adat, tindak pidana semuanya itu diancam
hukuman. Sifat ancamannya mulai dari yang ringan sampai yang terberat “ hukuman mati”.
Prof. L. Oppenheim mengemukakan bahwa masalah sumber hukum itu dilihatnya dari arti kata, beliau
menyebutnya “source”. Menurut Oppenheim di dalam bukunya yang berjudul International Law A
Treatire I, mengemukakan bahwa sumber yang dimaksud adalah darimana kaidah-kaidah itu bertumbuh
dan berkembang.
Diantara kedua bentuk tersebut, sutra yang paling tua waktu penulisannya yakni sektar 1000
SM. Sedangkan bentuk sastra kemungkinan ditulis pada abad 6 SM. Kitab Smerti merupakan sumber
hukum baru yang menambahkan kaida-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat Hindu. Menurut
catatan sejarah perkembangan hukum Hindu,periode berlakunya hukum tersebut pun
dibedakanmenjadi beberapa bagian,antara lain :
1) Pada zaman Krta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh Manu.
2) Pada zaman Treta Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Gautama.
3) Pada zaman Dwapara Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Samkhalikhita.
4) Pada zaman Kali Yuga, berlaku hukum Hindu (Manawa Dharmasastra) yang ditulis oleh
Parasara.
Keempat bentuk kitab Dharmasastra di atas, sangat penting kita ketahui dalam hubungannya
dengan perjalanan sejarah hukum Hindu. Maka dari itu kita patut camkan mengingat agama hindu
bersifat universal, yang berarti kitab Manawa Dharmasastra yang berlaku pada zaman Kali yuga juga
dapat berlaku pada zaman Treta Yuga. Dan sejarah perkembangan hukum terus berkembang. Hal ini
ditandai dengan munculnya tiga mazhab yaitu 1) Aliran Yajnawalkya oleh Yajnawalkya, 2) Aliran
Mitaksara oleh Wijnaneswara, 3) Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana.
Muncul dan tumbuhnya aliran-aliran hukum Hindu ini merupakan fenomena sejarah hukum
Hindu yang semakin luas berkembang. Sebagai akibatnya makan timbullah berbagai masalah hukum
yang relative menimbulkan realitas kaidah-kaidah hukum Hindu di antara berbagai daerah Hindu.
Dua dari aliran hukum tersebut akhirnya berpengaruh terhadap perkembangan Hukum Hindu di
Indonesia. Terutama aliran Mitaksara. Yang mewarisi berbagai lontar di Indonesia seperti Usana,
Gajahmada, Sarasamuscaya, Kutara, Manawa, Agama, Adigama, Purwadigama, Krtapati, Krtasima,
dan lainnya.
Yang dimaksud sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang berdasarkan
bentuknya yang dapat menimbulkan hukum positif. Artinya dibuatoleh badan atau lembaga yang
berwenang. Yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah : 1. Undang-undang, 2.
Kebiasaan dan adat, 3. Traktat.
Dan selain itu ada juga sumber hukum yang diambil dari yurisprudensi dan pendapat ahli hukum
yaitu : 1. Undang-undang, 2. Kebiasaan dan adat, 3. Traktat, 4. Yurisprudensi, 5. Pendapat ahli
hukum yang terkenal.
Dengan demikian susunan hukum dapat dilihat juga sebagai :
1. Traktat internasional yang kedudukannya sama dengan undang-undang terhadap Negara itu
2. Kebiasaan internasional
3. Azas2 hukum yang diakui oleh bangsa yang beradab
4. Keputusan hukum sebagai yurisprudensi suatu Negara
5. Ajaran-ajaran yang diplublisir oleh para ahli dari berbagai Negara hukum tersebut sebagai
alat tambahan dalam bidang pengetahuan hukum
Sumber hukum hindu menurut Manawa Dharmasastra adalah Veda Sruti, Veda Smerti, Sila,
Acara, Atmanastusti.
Sruti berdasarkan penafsiran adalah Veda dalam arti murni, yaitu wahyu-wahyu yang dihimpun
dalam beberapa buah buku, yang disebut mantra samhita.
Sila merupakan tingkah laku orang-orang beradab, dalam kaitannya dengan hukum, sila menjadi
tingkah laku orang beradab sebagai contoh kehidupan, sedangkan acarya adalah adat isti adat yang
hidup dalam masyarakat yg merupakan hukum positif.