Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN KARMAPHALA

Karma phala merupakan salah satu bagian dari ajaran Sraddha dalam Agama Hindu.
Karma phala sudah sangat lumrah dalam masyarakat yang sering juga disebut dengan
hukum karma. Kata “Karmaphala” terdiri atas dua (2) kata, yaitu Karma dan Phala. Kata
“Karma” dari urat kata “Kr” berarti berbuat, bekerja. Kata Karma dapat diartikan sebagai
Perbuatan. Karma bersumber dari Pikiran, Perkataan dan tingkah laku. Sehingga sesuai
dengan sumbernya, karma ada 3 yaitu karma dalam bentuk pikiran, karma dalam bentuk
perkataan, dan karma dalam bentuk tingkah laku. Manusia seringkali melakukan
perbuatan adaa yang disadari maupun yang tidak disadari. Walau demikian karma itu
mencakup segala bentuk perbuatan baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian Karma adalah segala bentuk
perbuatan yang ada dalam pikiran, perkataan dan tingkah laku baik yang disadari maupun
yang tidak disadari.

Kata phala berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buah atau hasil. Dalam
hubungannya dengan Karmaphala maka kata phala berarti segala bentuk hasil yang
diterima. Kita tahu bahwa segala akibat pasti ada sebabnya, maka demikian halnya dengan
karma phala, segala perbuatan yang dilakukan cepat atau lambat pasti akan mendapatkan
hasil yang setimpal.

Karmaphala berarti hasil atau buah yang diterima atas perbuatan yang dilakukan dalam
pikiran, perkataan, dan perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Hokum
karmaphala adalah hokum yang bersifat universal, artinya bahwa kharmaphala akan
diterima oleh siapapun dan tidak memandang hubungan keluarga maupun status social
dalam masyarakat.
2. MACAM – MACAM KARMA PHALA

1. Sancita Karmaphala
Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang
belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan
kita sekarang. Contoh, di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi milyaran rupiah,
namun karena sedang berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum sempat dinikmati,
kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup jadi sengsara, atau
menjadi perampok sehingga dihukum penjara. Kewajiban kita sebagai umat Hindu dalam
hal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah dengan akibat dari
perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam pelanggaran ajaran Veda.
Seperti contoh, teroris yang melakukan pembunuhan secara biadab terhadap orang-
orang yang sama sekali tidak melakukan kesalahan terhadap dirinya. Mereka membunuh
dengan bom berdaya ledak tinggi. Dengan meyakini hukum karma, ke manapun mereka
sembunyi untuk menghilangkan jejak, dapat juga ditangkap oleh penegak hukum,
kemudian diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman setimpal. Mereka tidak menyadari
bahwa tujuan hidup yang sebenarnya adalah untuk saling melayani agar mendapatkan
kebahagiaan lahir dan batin. Ilustrasi lain untuk meneguhkan keyakinan kita terhadap
karmaphala adalah kisah hidup orang-orang sukses di sekitar kita. Kisah seorang sahabat
bernama Nasution dari Medan, Sumatera Utara.
Sejak kecil, Nasution tekun belajar dan selalu melatih dirinya menjadi seorang
pemberani. Setiap tugas yang diberikan oleh gurunya selalu dikerjakan dengan cepat dan
ikhlas, mulai dari pekerjaan untuk membersihkan halaman sekolah, sampai pekerjaan yang
sulit dalam latihan kepramukaan. Ia tidak pernah mengeluh, selalu semangat, tersenyum,
dan sopan santun. Begitu juga dalam berpakaian, ia sangat sederhana walaupun
sesungguhnya ia mampu membeli yang lebih baik. Terhadap teman ia ramah dan suka
menolong dengan ikhlas. Kalau dihubungkan dengan hukum karmaphala, Nasution adalah
sosok orang yang mempunyai banyak tabungan karma baik cukup banyak. Setelah remaja,
ia meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Jakarta.
Nasution muda ini mulai bekerja sebagai pedagang keliling dari satu kampung ke
kampung yang lainnya. Ia mencoba bekerja sebagai pemandu wisata sambil kuliah di
sekolah tinggi pariwisata. Tabungan karma baiknya tergolong sudah banyak, terbukti
ketika ia mulai membuka bisnis biro perjalanan wisata, banyak orang yang membantunya.
Sekarang Nasution adalah pemilik beberapa hotel berbintang di Indonesia dengan kualitas
kehidupan yang sangat makmur dan mapan. Walaupun Nasution sudah kaya raya, dia
masih sabar, rendah hati, ikhlas menolong orang susah, dan tidak sombong. Ini berarti
Nasution adalah sosok yang perlu ditiru karena telah melaksanakan ajaran Veda dengan
baik.

2. Prarabdha Karmaphala

Prarabda Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang yang
pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga. Sekarang korupsi, kemudian
tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi antara perbuatan dan akibatnya lunas.
Di Bali jenis karmaphala ini biasa disebut Karmaphala cicih. Contoh Prarabda
Karmaphala:
a. Bila anda mencaci seseorang tanpa alasan jelas, maka anda akan dipukul dan sakit.
b. Kita bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.
c. Saat kita mencubit lengan (sebab), maka rasa sakitnya (akibat) dapat dirasakan secara
langsung pada saat itu juga.
d. Seorang mencuri sepeda motor, kemudian dia dihakimi oleh warga sampaitewas.
e. Seseorang melakukan kegiatan korupsi, kemudian dia langsung dihukumpenjara seumur
hidup.
f. Sekelompok orang yang melakukan kegiatan terorisme, kemudian diaditangkap dan
diberi hukuman mati.
g. Seseorang yang mengigit cabe pasti akan langsung merasa pedas.
h. Seorang siswa yang menyontek dan ketika ketahuan dia mendapatkan nilai jelek serta
hukuman dari gurunya.

3. Kriyamana Karmaphala

Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada
waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang akan datang.
Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana kejahatannya itu tidak
berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal dunia. Dalam kehidupan yang
akan datang pahalanya akan diterima, namun orang tersebut akan lahir jadi orang yang
hina. Sebaliknya, dalam kehidupan sekarang kita berbuat baik, saleh, santun, taat pada
keyakinan, suka menolong dan sebagainya, namun meninggal dunia dalam kesederhanaan.
Dalam kehidupan yang akan datang, kita akan dilahirkan menjadi orang yang bahagia, atau
dilahirkan di keluarga orang terhormat dan kaya, di mana tak ada penderitaan yang dialami.

Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas, tetapi dalam


kenyataannya sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita terima
saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang kita lakukan
merupakan rahasia Ida Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan
adalah melaksanakan tugas sebaikbaiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan
bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Laksanakan semua kewajiban sebagai Yajna
dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti
akan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan pasti akan
terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22:

“Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang
senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan
akan menjaga yang sudah dimilikinya”.

Buku Kelas VII Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Edisi Revisi 2014, Kurtilas

https://hindualukta.blogspot.com/2017/03/jenis-jenis-karma-phala-dan-contohnya.html
3. Macam-Macam Bentuk Karma

Bentuk karma jumlahnya sangat banyak, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi
delapan pokok bentuk karma, yaitu sebagai berikut :

1. Mohaniya Karma
Karma ini akan mengaburkan kesadaran kita atau menghambat peningkatan
kualitas kesadaran kita. Membuat jatuh kedalam gelap tanpa ada cahaya sehingga
tidak dapat melihat mana yang disebut baik dan tidak baik. Karma ini terbentuk
dengan cara-cara misalnya seperti berikut :

1. Terlalu banyak marah, sering membenci,prilaku kasar, berselingkuh dll.


2. Terlalu larut dengan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi.
3. Terlalu fanatisme dalam beragama (tidak adanya toleransi akan keberagaman
kepercayaan).

2. Darsanavaraniya Karma

Karma yang menghalagi kemampuan fisik kita serta menghilangkan kemampuan


pengindera dalam diri. Misalnya seperti contoh berikut :

1. Caksur-Darsanavaraniya Karma : Yang menghilangkan kemampuan sebernanya


pada mata. Yang sejatinya dapat melihat alam halus dan mahluk halus dan yang
paling parah kehilangan kemampuan mata untuk melihat secara normal.
2. Acaksur-darsanavarana Karma : Yang membuat kita kehilangan kemampua yang
sebenarnya pada indra tubuh selain mata (telinga,hindung,lidah dll)
3. Avadhi-darsanavarana Karma : yang membuat kita kehilangan kemampuan
sebenarnya pada badan fisik.

3. Jnanaravaniya Karma

Karma yang menghalangi penyerapan ilmu pengetahuan. Karma ini akan


membuat kita sulit berjodoh dengan ilmu pengetahuan sehingga membuat pikiran jadi
tumpul,tidak pintar dan buntu.

4. Antaraya Karma

Karma yang menghambat kita untuk melakukan kebaikan, menerima pemberian,


atau menikmati dari hasil kerja kita. Contohnya yaitu sebagai berikut :

1. Dana-antaraya Karma : menyebabkan kita tidak dapat menolong seseorang. Misalnya


kita ingin memberikan bantuan berupa uang kepada mereka yang terkena bencana tapi
kita sendiri dalam kondisi kekurangan uang.
2. Labha-antaraya Karma : menyebabkan kita tidak dapat menerima pemberian orang lain.
Misalnya sedang ada bagi-bagi sembako akan tetapi kita tidak kebagian meskipun telah
ikut mengantre.
3. Virya-Antaraya Karma : menyebabkan munculnya rasa tidak inginan dalam diri untuk
melakukan sesuatu.

5. Vedaniya Karma

Karma yang mempengaruhi gejolak emosi,perasaan dan pikiran positi-negatif.


Misalnya ada yang mudah marah, ada yang penyabar, ada yang humoris, ada yang
pemurung dan ada yang pemberani, ada pula yang penakut. Karma ini terbentuk dari
akumulasi sifat2 dalam menjalani kehidupan sebelumnya atau saat ini. Jika kita menjalani
hidup dengan welas asih kepada semua mahluk maka akan mendapatkan karma yang
sifatnya baik sedangkan jika menjalani hidup dengan menyakiti dan merugikan mahluk lain,
maka akan mendapatkan karma yang sifatnya tidak baik.

6. Ayusua Karma

Karma yang membawa kita ke alam-alam setelah kematian. Karma ini terbentuk dari
akumulasi karma kita semasih hidup yang akan menentukan kita akan menuju bhur loka,
swah / svarga loka, atau langsung terlahir kembali.

7. Nama Karma

Karma yang menentukan kita lahir dalam tubuh mahluk apa dan kondisi badan fisik
bagaimana.

8. Gotra Karma

Karma yang menentukan nasib hidup kita, seperti tempat, situasi lingkungan dan
keluarga seperti apa kita dilahirkan serta bertemu dengan siapa.

http://inputbali.com/budaya-bali/8-macam-bentuk-karma-dan-memahami-makna-karma-yang-
sesungguhnya

4. Sifat Hukum Karmaphala

1. Abadi
Keberadaan hukum ini dimulai pada saat alam semesta ini ada dan akan berakhir
pada saat pralaya (kiamat). Walaupun demikian, tidak ada seorang pun yang tahu kapan
penciptaan dan berakhirnya alam semesta ini. Inilah yang menjadi rahasia Pencipta.
Penciptaan alam semesta bersamaan dengan penciptaan hukum-hukum yang bekerja secara
amat sangat canggiiiih sekali dan memiliki ketepatan yang tiada tara. Hukum grafitasi
diciptakan bersamaan dengan diciptakan-Nya alam semesta. Kebetulan saja ada mahluk
Tuhan yang bernama Isaac Newton yang menggunakan akal/pikiran dan budinya dengan
baik, sehingga berhasil mengungkap “keberadaan” dan “cara kerja” hukum ini, walaupun
sebelumnya pun kalau ada benda yang dilemparkan ke atas, pasti akan jatuh lagi ke bumi.
Lalu manusia lain mengakuinya dan menamakan hukum ini dengan “hukum Newton”.

2. Universal
Hukum ini berlaku pada setiap ciptaan Tuhan,. Di mana pun berada, bagaimanapun
wujud ciptaan itu, hukum ini berlaku baginya. Mempercayai atau tidak mempercayai
keberadaan hukum ini, jika masih berada di alam semesta ini, hukum ini tetap bekerja
baginya. Kalau ia berbuat baik, hasilnya pasti baik juga, dan hasilnya dia juga yang akan
menikmatinya. Kalau sebaliknya, ya demikian juga. Kalau ada anggapan bahwa hanya
kalau berbuat dosa saja kena hukum karma, ya inilah salah kaprah yang luar biasa.

3. Berlaku sepanjang zaman:


Pada zaman apa pun hukum ini tetap berlaku dan tidak mengalami perubahan. Baik
pada zaman satya (kerta) yuga, treta yuga, dwapara yuga, kali yuga hukum ini tetap
berlaku. Kalau di zaman sekarang (yang diidentifikasi sebagai zaman kali, zaman terakhir)
sepertinya hukum karmaphala ini tidak lagi efektif bekerja, ya anggapan itu keliru lagi.
Kalau kelihatan bertentangan, itu hanya penglihatan dan analisis manusia yang sangat
terbatas, yang tidak mampu melintasi dan menggabungkan berbagai fakta dari zaman
lainnya dengan lengkap. Demikian singkatnya pengetahuan dan pemahaman manusia tak
mampu mengungkap lintas zaman tadi, karena rentang waktunya demikian lamaaaaa
sekali, yang ribuan bahkan jutaan kali rentang umur manusia. Sedangkan pengetahuan
tentang diri dan perbuatannya semasa bayi atau anak-anak saja tak tersimpan lagi di
memorinya, bagaimana mau menyimpan peristiwa lintas zaman?

4. Sempurna
Karena kesempurnaannya, kerja hukum ini tak dapat diganggu-gugat, diubah atau
dipaksa berubah. Sifatnya konstan dan tidak berubah dari zaman ke zaman. Hukum ini
hanya dapat “ditaklukkan”dengan cara mengikuti alur kerjanya, diiringi dengan keihklasan
yang dalam. Kalau menurut penglihatan dan analisis manusia, dia menerima hasil yang
tidak sesuai dengan perbuatannya, bisa dipastikan penglihatan dan analisisnya itu tidaklah
lengkap. Kalau rasa-rasanya telah dan selalu berbuat baik, lalu hidupnya begitu-begitu saja
atau malah menderita sepanjang hayat, mesti ada yang belum terungkap. Ada mata rantai
kausalitas yang menyebabkan demikian. Itulah yang tak mampu dijangkau nalar, pikir, dan
budi manusia. Karena bak iklan sebuah produk, hukum ini mengikuti yang berbuat atau
yang berkarma kapan dan di manapun berada.

Anda mungkin juga menyukai