Anda di halaman 1dari 4

Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala ( hasil perbuatan ) seseorang

adalah berbentuk materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan, jabatan,


kehormatan dan sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi.
Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan psikis(
batin).
Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan jasmani
melalui panca indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu pada seseorang.
Contoh:
Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh di jalan , suatu
saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain yang menolong. Ini adalah phala secara
fisik.
Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa
karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan oleh orang
lain. Ini berarti secara psikis dia menderita.
Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan. Artinya hasil
karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua nya yaitu fisik dan
psikis. Demikian pula kapan waktunya akan diterima seseorang atas perbuatannya juga
merupakan rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa karmaphala itu ada dan akan hadir tepat
pada waktunya.
Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur atas hasil
perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut.
Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun psikis apakah
mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau tidak. Apakah menyebabkan
kebahagiaan atau penderitaan?
Contoh :
Seseorang yang mendapatkan uang sangat banyak dari hasil judi, diukur dari segi fisik tentu
menyenangkan. Tetapi kemenangan itu justru menyebabkan dia semakin tergila-gila pada
judi, suka berfoya-foya semata-mata memenuhi nafsu keinginannya. Suatu saat jika dia
kalah berjudi maka kekesalan dan kemarahannya akan dilempahkan pada orang lain, seperti
anak atau istrinya.
Ini menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari hasil judi tersebut bukan karmaphala
yang baik, karena akibat dari uang yang diterima terebut justrui menjerumuskan dirinya
pada karma-karma yang lebih buruk.
Contoh lain mungkin ada seseorang yang secara fisik cacat jasmani, tetapi dengan
kekurangannya tersebut memberikan dia inspirasi dan kesadaran bahwa hidup ini tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, sehingga dia menjadi orang yang teguh sradha
bhakti, serta senantiasa merasa tentram . Jadi cacat jasmani tersebut bukan hasil karma
buruk tetapi merupakan hasil karma baik yang membawa kebahagiaan bagi dirinya. Seperti
halnya seseorang minum obat pahit untuk kesembuhan dari penyakitnya.
Kesimpulannya:
Karmaphala yang baik adalah yang dapat meningkatkan kualitas sradha bhakti untuk
mencapai kebahagiaan lahir batin ( moksartham jagat hita )
Karmaphala yang buruk adalah yang menyebabkan seseorang menderita lahir batin dan
menurunkan kualitas sradha bhakti.
Dampak karma bagi seseorang
Setiap karma yang dilakukan setidak-tidaknya ada tiga akibat yang terjadi :
Karma akan memberi akibat atau balasan atas setiap perbuatan manusia. Baik atau
buruk yang akan diterima sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya.
Karma akan memberi kesan tersendiri kepada pelakunya yang akan melekat pada
pikiran pelakunya.
Karma akan membentuk kepribadian seseorang.
Karma yang memberi kesan dan menjadi kepribadian jiwatman inilah yang merupakan
karmawasana setiap orang, selalu melekat pada setiap kelahirannya.
Tiga Macam Karma
Jika dilihat dari segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu :
1. Sanchita Karma
2. Prarabdha Karma
3. Kryamana Karma
Sancitha karma adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis
dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.
Prarabdha karma adalah karma atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima
pada kehidupan ini.
Kryamana karma adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat,
sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang..
Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi dalam kenyataan sangat
sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita terima saat ini. Mengenai
kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang kita lakukan juga merupakan
rahasia Ida sang Hyang Widhi.
Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk meningkatkan sradha dan
bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa apapun yang kita alami pada
kehidupan ini adalah hasil perbuatan diri sendiri. Bukan karena orang lain. Bisa saja
merupakan pahala atas karma kita pada kehidupan terdahulu, atau pahala atas karma kita
masa kini.
Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik-baiknya,
selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang Hyang Widhi. Jika
hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa
yang seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam
Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 :
Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang
senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan
akan menjaga yang sudah dimilikinya.
Pelaksana Karmaphala
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik bisa juga
berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal dunia maka
atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari karma yang
harus dinikmati pada kehidupan ini?
Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui interaksi dengan
lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa saja dirasakan melalui
tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari alam. Sehingga manusia
disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat untuk membalas
karma orang lain.
Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain dimana
pada waktu tersebut kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut. Kejadian ini
buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan
melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa tersebut
yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma tersebut adalah manusia (
orang lain).
Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas karma yang
diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang dilakukannya.
Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam peristiwa tersebut
Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari Andi, pahala tersebut mungkin saja
atas kebaikan Budi di waktu lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat pembalas karma
perbuatan Budi di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas perbuatannya menolong budi
dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.
Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam peristiwa
tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang menerima hasil
karmanya dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan
diterima.
Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah
hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia sendiri.

Anda mungkin juga menyukai