100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
161 tayangan4 halaman
Tiga poin utama tentang karmaphala (hasil perbuatan) menurut dokumen tersebut:
1. Karmaphala dapat berwujud fisik maupun psikis, dan akan dirasakan secara langsung oleh badan atau memberikan dampak pada batin seseorang.
2. Dampak karmaphala yang sebenarnya penting diukur adalah apakah meningkatkan kualitas iman dan kebahagiaan atau malah menyebabkan penderitaan.
3. Manusia dapat
Tiga poin utama tentang karmaphala (hasil perbuatan) menurut dokumen tersebut:
1. Karmaphala dapat berwujud fisik maupun psikis, dan akan dirasakan secara langsung oleh badan atau memberikan dampak pada batin seseorang.
2. Dampak karmaphala yang sebenarnya penting diukur adalah apakah meningkatkan kualitas iman dan kebahagiaan atau malah menyebabkan penderitaan.
3. Manusia dapat
Tiga poin utama tentang karmaphala (hasil perbuatan) menurut dokumen tersebut:
1. Karmaphala dapat berwujud fisik maupun psikis, dan akan dirasakan secara langsung oleh badan atau memberikan dampak pada batin seseorang.
2. Dampak karmaphala yang sebenarnya penting diukur adalah apakah meningkatkan kualitas iman dan kebahagiaan atau malah menyebabkan penderitaan.
3. Manusia dapat
Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala ( hasil perbuatan ) seseorang
adalah berbentuk materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan, jabatan,
kehormatan dan sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi. Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan psikis( batin). Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan jasmani melalui panca indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu pada seseorang. Contoh: Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh di jalan , suatu saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain yang menolong. Ini adalah phala secara fisik. Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan membuat hatinya tersiksa karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu dayanya akan ketahuan oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia menderita. Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan. Artinya hasil karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua nya yaitu fisik dan psikis. Demikian pula kapan waktunya akan diterima seseorang atas perbuatannya juga merupakan rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa karmaphala itu ada dan akan hadir tepat pada waktunya. Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur atas hasil perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut. Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun psikis apakah mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau tidak. Apakah menyebabkan kebahagiaan atau penderitaan? Contoh : Seseorang yang mendapatkan uang sangat banyak dari hasil judi, diukur dari segi fisik tentu menyenangkan. Tetapi kemenangan itu justru menyebabkan dia semakin tergila-gila pada judi, suka berfoya-foya semata-mata memenuhi nafsu keinginannya. Suatu saat jika dia kalah berjudi maka kekesalan dan kemarahannya akan dilempahkan pada orang lain, seperti anak atau istrinya. Ini menunjukkan bahwa uang yang diperoleh dari hasil judi tersebut bukan karmaphala yang baik, karena akibat dari uang yang diterima terebut justrui menjerumuskan dirinya pada karma-karma yang lebih buruk. Contoh lain mungkin ada seseorang yang secara fisik cacat jasmani, tetapi dengan kekurangannya tersebut memberikan dia inspirasi dan kesadaran bahwa hidup ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, sehingga dia menjadi orang yang teguh sradha bhakti, serta senantiasa merasa tentram . Jadi cacat jasmani tersebut bukan hasil karma buruk tetapi merupakan hasil karma baik yang membawa kebahagiaan bagi dirinya. Seperti halnya seseorang minum obat pahit untuk kesembuhan dari penyakitnya. Kesimpulannya: Karmaphala yang baik adalah yang dapat meningkatkan kualitas sradha bhakti untuk mencapai kebahagiaan lahir batin ( moksartham jagat hita ) Karmaphala yang buruk adalah yang menyebabkan seseorang menderita lahir batin dan menurunkan kualitas sradha bhakti. Dampak karma bagi seseorang Setiap karma yang dilakukan setidak-tidaknya ada tiga akibat yang terjadi : Karma akan memberi akibat atau balasan atas setiap perbuatan manusia. Baik atau buruk yang akan diterima sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya. Karma akan memberi kesan tersendiri kepada pelakunya yang akan melekat pada pikiran pelakunya. Karma akan membentuk kepribadian seseorang. Karma yang memberi kesan dan menjadi kepribadian jiwatman inilah yang merupakan karmawasana setiap orang, selalu melekat pada setiap kelahirannya. Tiga Macam Karma Jika dilihat dari segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu : 1. Sanchita Karma 2. Prarabdha Karma 3. Kryamana Karma Sancitha karma adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang. Prarabdha karma adalah karma atau perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima pada kehidupan ini. Kryamana karma adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.. Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi dalam kenyataan sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang kita lakukan juga merupakan rahasia Ida sang Hyang Widhi. Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa apapun yang kita alami pada kehidupan ini adalah hasil perbuatan diri sendiri. Bukan karena orang lain. Bisa saja merupakan pahala atas karma kita pada kehidupan terdahulu, atau pahala atas karma kita masa kini. Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan tugas sebaik-baiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang Hyang Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi, sebagaimana wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 : Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga yang sudah dimilikinya. Pelaksana Karmaphala Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik bisa juga berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal dunia maka atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari karma yang harus dinikmati pada kehidupan ini? Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa saja dirasakan melalui tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari alam. Sehingga manusia disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat untuk membalas karma orang lain. Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain dimana pada waktu tersebut kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut. Kejadian ini buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma tersebut adalah manusia ( orang lain). Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas karma yang diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang dilakukannya. Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam peristiwa tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari Andi, pahala tersebut mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat pembalas karma perbuatan Budi di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas perbuatannya menolong budi dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut. Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam peristiwa tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang menerima hasil karmanya dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan diterima. Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia sendiri.