Anda di halaman 1dari 2

Anjing yang Masuk Surga

Dhene awas tegesipun, weruh warananing urip.


Miwah wisesaning tunggal kan atunggil rino wengi Serat Wulangreh
(Dengan bertumbuhnya sadar-penuh, mampu melihat kehidupan sebagaimana adanya.
Berjumpa ke-u-Tuhan siang dan malam)

Suara kerik jangkrik mengisi teras aula meditasi. Sebelum para muridnya, dua samanera
beristirahat malam. Bhante berkenan untuk bercerita sedikit tentang kisah seekor anjing yang
masuk surga.
Usai perang Bharatayuda, pandawa lima meninggalkan segala urusan keduniawian. Mereka
bertekad untuk mempersiapkan diri guna bekal di kehidupan selanjutnya yang lebih baik.
Bhante mengawali cerita.
Dalam perjalanannya yang sangat jauh, satu persatu anggota pandawa lima meninggal
dunia. Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa tidak bisa meneruskan perjalanan ke sebuah bukit
yang tinggi.
Bima meninggal membawa sifatnya yang blak-blakan, tidak mau berbasa-basi, dan
cenderung kasar. Arjuna meninggal membawa sifatnya yang merasa bisa menyelesaikan apa
saja. Nakula meninggal membawa sifatnya yang penuh keakuan. Sadewa meninggal dengan
sifatnya yang merasa unggul di antara semua saudaranya.
Hanya tinggal Yudhistira dan seekor anjingnya yang masih bernapas. Ketika di puncak bukit
muncullah kereta kencana yang bersiap membawa Yudhistira ke swarga loka. Dengan wajah
yang bahagia, ia hendak melangkahkan kakinya ke kereta kencana tersebut.
Yudhistira mundur selangkah, karena ia diberhentikan. Hanya dirinya seorang yang boleh
naik kereta kencana menuju surga. Anjing tidak boleh masuk surga!

Mendengar perintah tersebut, Yudhistira mengurungkan niatnya untuk ke surga. Ia


berpendapat bahwa anjingnya sangat setia dalam menemani perjalanannya selama ini. Tak
pernah membunuh, tak pernah menyakiti, dan pernah berdusta, alasan apa yang membuat
anjing tak boleh masuk surga? Kalau demikian, biarlah saya tidak masuk surga.
Pembawa kereta kencana mulai berubah pikiran setelah mendengar penjelasan singkat dari
Yudhistira. Kemudian, mereka berdua, Yudhistira dan anjingnya diperkenankan untuk dibawa
dan memasuki swarga loka.
Di swarga loka, anjing tersebut ternyata menampakkan wujud aslinya. Ia berubah menjadi
Bathara Dharma, simbolik dari kesetiaan pada kejujuran.
Nah, sekian kisah kali ini. Jika kalian setia pada kejujuran, bahkan anjing pun bisa masuk
surga. Kita sebagai manusia, tentunya memiliki kualitas melebihi anjing. Bagaimana? tutup
bhante.
Salah satu dari samanera sudah mulai mengantuk, sedangkan yang satunya lagi malah
sebaliknya, kemudian ia mengutarakan satu pertanyaan, Bhante, masa iya, kita sebagai
umat Buddha hanya berhenti di urusan surga atau neraka?
ayo waktunya istirahat pertanyaan itu tidak dijawab oleh bhante. Dua samanera
melakukan namaskara tiga kali sebagai wujud terima kasih karena bhante berkenan
meluangkan waktu untuk berbagi cerita. Pintu ditutup, masing-masing beristirahat.

Andre Sam

Anda mungkin juga menyukai