Anda di halaman 1dari 13

SUSILA II

“Baik Buruk, Benar Salah Berdasarkan Wiweka”

Oleh :
Ni Nengah Aprilia (2011011048)
I Putu Wirayasa Prajadhita (2011011060)

Dosen Pengampu :
Dr. I Nyoman Subagia, S.Ag., M.Ag

UHN I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR


FAKULTAS DHARMA ACARYA
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa) saya telah dapat menyusun/ menyelesaikan paper Susila II ini
dengan tepat waktu.
Adapun judul paper yang kami sajikan ini adalah “Baik Buruk, Benar
Salah Berdasarkan Wiweka”. Semoga kehadiran paper ini akan memberikan
nuansa baru dalam pengajaran khususnya mata kuliah Susila II.
Sudah tentu kehadiran paper ini banyak terdapat kelemahan dan
kekurangannya. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan paper ini serta dapat bermanfaat bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Bangli, 01 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
2.1 Perbuatan Baik Buruk dan Benar Salah .................................................... 2
2.2 Pengertian Wiweka ................................................................................... 3
2.3 Pengaruh Wiweka dalam Penentuan Baik Buruk dan Benar Salah ......... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wiweka sebagai dasar dasar etika agama hindu juga penting dipahami
karena wiweka ini sangatlah menentukan keputusan hati yang disebut
“Nisacaya Jnana”.
Dengan demikian disusunlah paper yang dilakukan terhadap berbagai hal
yang berkaitan dengan baik buruk, benar salah berdasarkan wiweka
tampaknya sangat perlu dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan perbuatan baik buruk dan benar salah ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Wiweka ?
1.2.3 Bagaiamana pengaruh Wiweka dalam penentuan baik buruk dan benar
salah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui tentang perbuatan baik buruk dan benar salah.
1.3.2 Untuk mengetahui tentang pengertian Wiweka.
1.3.3 Untuk mengetahui tentang pengaruh Wiweka dalam penentuan baik
buruk dan benar salah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbuatan Baik Buruk dan Benar Salah
Baik atau buruknya suatu perbuatan ditentukan oleh nilai. Di dalam agama
Hindu perbuatan baik disebut Subha Karma sedangkan perbuatan buruk (tidak
baik) disebut Asubha Karma. Siklus subha karma dan asubha karma senantiasa
berhubungan tidak terpisahkan.
Menentukan suatu perbuatan baik dan buruk bukan hal yang mudah, bisa
dikatakan relatif karena kadang perbuatan baik untuk seseorang belum baik bagi
orang lain begitu juga sebaliknya. Sama halnya dengan perbuatan benar atau salah
yang disebut Dharma dan Adharma. Dalam agama Hindu perbuatan baik atau
Subha Karma adalah segala bentuk tingkah laku yang dibenarkan oleh ajaran
agama yang dapat menuntun manusia untuk hidup yang sempurna, bahagia lahir
bathin dan menuju kepada bersatunya Atman dengan Brahman (Tuhan Yang
Maha Esa). Sedangkan perbuatan tidak baik (buruk) adalah segala tingkah laku
yang menyimpang dan bertentangan dengan ketentuan agama.
Rsi Kanada (dalam Siwananda, 1996:70) menyatakan bahwa hal-hal yang
meningkatkan dan membawa kita lebih dekat kapada Tuhan adalah benar. Yang
membawa kita turun menjauhi Tuhan adalah salah. Yang dilakukan secara tepat
sesuai dengan petunjuk kitab suci adalah benar dan yang dilakukan dengan
melanggarnya adalah salah. Bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan adalah benar,
dan yang melanggarnya adalah salah. Pekerjaan yang memberikan peningkatan,
kebahagiaan dan kedamaian pada pikiran adalah benar, dan yang memberikan
tekanan, penderitaan, dan kecemasan pada pikiran adalah salah. Ini merupakan
jalan mudah untuk menemukan yang benar dan yang salah. Yang membantu kita
dalam evolusi spiritual adalah benar, dan yang menghalangi evolusi spritual
adalah salah. Yang sesuai dengan perintah kitab suci adalah benar, dan yang tidak
sesuai adalah salah. Bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan adalah benar, dan
yang bertentangan dengan kehendak Tuhan adalah salah. Berbuat baik, melayani,
membantu dan memberikan kebahagiaan kepada orang lain adalah benar.

2
Memberikan kebahagian kepada orang lain adalah benar, menyebabkan
kesengsaraan kepada orang lain adalah salah..

2.2 Pengertian Wiweka


Wiweka adalah kebijaksanaan atau daya nalar seseorang agar bijak dalam
berbuat dan bertindak dan dapat mempertimbangkan dalam berbagai hal antara
lain tindakan mana yang benar dan salah, amal dan dosa, baik-buruk (Subha
karma-Asubha karma), sejati dan palsu, dll.
Wiweka merupakan suatu ajaran dalam agama Hindu dimana dalam konsep
ajaran wiweka ini kita diajarkan untuk mampu membeda-bedakan,
menimbang- nimbang dan akhirnya memilih antara mana hal yang baik dan mana
hal yang buruk, salah dan benar dan lain sebagainya. Wiweka sebagai dasar
etika agama hindu penting dipahami karena sangat menentukan “keputusan hati’
yang disebut “Nisacaya Jnana”. Pikiran merupakan hal yang paling harus mampu
untuk dikendalikan. Pikiran diibaratkan seorang kusir yang mampu
mengendalikan dan bertanggung jawab atas pengendalian dari lima kudanya
(panca indriya). Pikiran mampu membuat seseorang berkata yang baik atau
bahkan menyakiti seseorang, begitu pula pikiran mampu membuat seseorang
bertindak yang benar maupun dosa. Inilah yang membuat pikiran dikatakan
sumber dari segala yang dilakukan seseorang. Sehingga wiweka dengan jalan
Jnana Marga disebutkan,
Kecerdasan merupakan hal pokok untuk selalu dapat meningkatkan
pengetahuan, baik pengetahuan secara umum maupun pengetahuan tentang ke-
Tuhanan serta mengamalkan pengetahuan itu bagi kesejahteraan umat manusia
dan kelestarian alam semesta. Pengetahuan umum dan pengetahuan tentang ke-
Tuhanan diperoleh dari pendidikan baik formal maupun non formal.
Dengan gambaran itulah manusia disebutkan wajib memiliki pedoman untuk
bisa membedakan mana perilaku orang baik dan mana perilaku orang yang tidak
baik yang sebagaimana telah dijelaskan pada kitab Slokantara sebagai berikut.

3
Dengan kecerdasan yang dimiliki, diharapkan juga manusia cenderung untuk
dapat memilih melaksanakan perilaku baik berdasarkan susila yang dapat
menyebabkan hidup ini menjadi bahagia.

2.3 Pengaruh Wiweka dalam Penentuan Baik Buruk dan Benar Salah
Wiweka merupakan suatu ajaran dalam agama Hindu dimana dalam konsepajaran
wiweka ini kita diajarkan untuk mampu membeda-bedakan, menimbang-nimbang
dan akhirnya memilih antara mana hal yang baik dan mana hal yang buruk,salah
dan benar dan lain sebagainya. Ajaran ini sangat penting untuk
dipelajari,dipahami, dam akhirnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun unuk memberikan batasan tentang manakah yang disebut tingkah laku
yang baik dan buruk, benar dan salah itu tidaklah mudah. Kita tidak dapat
memberikan batasan batasan seperti dalam ilmu pasti. Walaupun
demikian kita semenjak kecil telah memiliki kemampuan untuk membeda-
bedakan antara tingkah laku yang diperkuat oleh pendidikan ibu bapak dan
pengaruh lingkungan tempat kita berada, sehingga kita makin sadar bahwa
tingkah laku yang salah harus kita jauhi dan hanya tingkah laku yang benarlah
yang harus kita laksanakan. Semakin lanjut umur kita dan makin luas pengetahuan
itu semakin tinggilah kesadaran kita untuk memilih yang baik dan bukan yang
salah atau yang buruk. Dalam Sarasamuscaya menyebutkan :
“Mānusah sarwabhūteṣu warttate wai śubhāśubhe, aśubheṣu samawiṣṭam
śubheswewāwakārayet. Ri sakwehning sarwa bhūta, iking janma wwang juga
wênang gumawayakên ikang śubhaśubhakarma, kunêng panêntasakêna ring
śubhakarma juga ikangaśubhakarma, phalaning dadi wwang” (Sārasamuccaya,
sloka 2).
Terjemahan:
Diantara semua mahluk, hanya manusia jugalah yang dapat melaksanakan (dan
membedakan) perbuatan yang baik maupun yang buruk. Justru dalam melebur
yang buruk menjadi baik itulah merupakan tujuan hidup (phala) menjadi manusia.

4
Karena kemampuan, dan atas dasar pilihan tersebut ia dapat meningkatkan
hidupnya dari tidak baik menjadi baik, maka manusia mendapat kedudukan
istimewa diantara semua makhluk hidup. Walaupun ia telah memiliki kemampuan
memilih yang baik, namun seringkali pula manusia memilih yang tidak baik.
Banyak faktor yang dapat menyeret orang pada hal-hal yang yang tidak baik,
seperti karena lelah, karena bodoh, karena keinginan yang tidak terkendali dan
sebagainya, semuanya itu membawa orang pada kebingungan sehingga salah pilih
dalam mengambil tindakan. Sering juga orang tidak dapat memilih karena ruang
dan waktu tidak mengijinkan. Oleh karena demikian, manusia harus memiliki
kebijaksanaan, ketetapan hati, naya, yaitu tuntunan berpikir, sehingga tetap tenang
dalam menentukan pilihan. Banyak contoh dapat kitabaca dalam Kitab Tantri
Kamandaka tokoh-tokoh cerita yang mengalami nasib sialakibat dari wiweka.
Ini mendorong kita supaya mempertajam kemampuan kitaberwiweka
sehingga dapat tercapainya keselamatan dan kebahagiaan hidup. Dua cerita dalam
Tantri Kamandaka disebutkan sebagai berikut:
“Hanasira sira brahmana sasiki, sira ta mararya mangaji weda ring
bhagawan Wrehaspati. Labdawara ta sira, mulih ta sira maring wanwanira.
Mahawan gunung alas amanggih ta sira mong mati sinahut dening sarpa.
Karuna ta sang brahmana tuminghal ikang mong, ageng kasambeganira.
Minantranira ikang mong, ikang maurip. Mulat kang mong ring sang brahmana,
kunang ling nikang mong : Ah mangsangkukapwa kita sang brahmana, paweh
twas bhatara rudra: mangkana ling nikang mong. Ya ta dinemak sang
brahmana denikang mong, pejah dening sambeganira”.
Terjemahan :
Ada seorang brahmana, tamat belajar Weda pada Bhagawan
Wrehaspati.Sempurnalah sudah ilmunya, hendak pulang ke daerahnya sendiri,
melalui gunung danhutan, didapatnya seekor harimau telah mati karena dipagut
ular berbisa. Terharulah brahmana itu melihat sang harimau, besarlah rasa
belas kasihannya. Dijumpainya bangkai harimau itu, hiduplah. Ketika dilihat
sang pendeta oleh harimau itu, maka kata harimau: “inilah harus kumakan,
engkau sang brahmana, pemberian dewa Rudra yang benar-benar memuaskan

5
hatiku”. Demikianlah kata harimau itu, maka diterkamlah brahmana itu oleh sang
harimau. Matilah ia karena sambeganya.
“Hana sira rajaputra macangkramamengameng ring taman
sidempati.Hana ta hamengamenganira wre lanang tunggal, atyanya idepnya, kadi
janma, tan sahumiring ing lampahira, tan hana muwah kadyahan. Kasrepan sira
tumihat ing lengening taman, aheb denikang sarwa kusuma sugandha. Amrem
aguling kalawan strinirarisedhenging maha pralaya nira dateng. Kunang
kasihira wre si garuguh ngaranya.Yateka winekasnira tunggwaguling: “Ndan
kong wre, tunggwaku maguling. Ya hanangalang-ngalangana pagulingmami,
tuwi yan dusta mangrabasa, kakawasantasekarwirnya ngalang-ngalangna
ryaku maguling. Aywa kita ngundur i jurang, mahkandaga pinaka sahayanta.
Mangkana ling sang rajaputra. Enak manindranira kalih.Kancit pwa ya hana
laler lakistri tumrap ing gulunira kalih sang manidra. Ikang stritumrap ing
tenggek sang rajaputri. Umulat pwaya wre, matutur i pawekasnira, yekadosaning
tan wruh ring peryaya mwang ring nitiyoga”.
Terjemahan :
Ada seorang raja putra bercengkrama, bermain-main di Taman Sidempati. Ada
padanya seekor kera jantan yang dipeliharanya, sangat cerdas seakan-
akan manusia. Selalu kera itu mengikuti barang kemana saja raja putra pergi, tiada
pengikut lain untuk menjaga keselamatannya. Raja putra sangat bersenang hati
melihat keindahan taman itu, rindang karena bunga-bunga yang sangat harum.
Tidak tahulah ia bahwa waktu ajalnya telah hampir, masih pula ia asyik
mengenyam keindahan alam memejamkan mata hendak tidur,
berdampingan dengan istrinya. Kera yang dipeliharanya itu si Garuguh
namanya. Ia diberinya pesan supaya menjaga dirinya (Sang raja putra dan raja
putri); “ Hai engkau kera, jagalah keselamatanku selama aku tidur. Barangkali ada
yang mengganggu kepadaku selama tidur. Jangan engkau mundur ketebing. Inilah
pedang untuk temanmu”. Demikianlah sabda sang raja putra, senang-senang
mereka tidur. Tak lama kemudian ada lalat hijau sekelamin yang hinggap
padaleher raja putra, yang jantan hinggap pada leher sang putri. Dilihatnya hal itu
pada kera,dan ingat ia akan pesan sang raja putra. Kuat-kuat ditekannya lalat itu,

6
putus pula leher raja putradan raja putri itu. Matilah mereka karena pesannya
sendiri. Itulah akibat takmengenal peristiwa barang sesuatu dan tidak dapat
mengambil sikap yang selayaknya.
Semua kekeliruan yang membawa sang pendeta dimakan harimau, raja putra dan
raja putri tewas ditangan si kera, adalah disebabkan oleh kurang wiweka, sehingga
yang dipilih adalah pilihan yang salah. Apa yang dipilih itu meripakan keputusan
yang ditetapkan oleh pikiran. Maka pikiranlah yang paling utama sebab pikiranlah
yang menentukan semuanya itu, sebagaimana yang dinyatakan dalam
Sarasamuscaya sloka79 sebagai berikut:
“manasa niscayam krtva
Tato vaca vidhiyate,
Kriyate karmana pascat
Pradhanam vai manastatah”
Terjemahan :
Adapun kesimpulan, pikiranlah yang merupakan unsur yan menentukan; jika
penentuan perasaan hati telah terjadi, maka mulailah orang berkata atau
melakukan perbuatan. Oleh karena itu pikiranlah yang menjadi pokok sumbernya.

Lebih lanjut di dalam Sarasamuscaya Sloka 315, dinyatakan pula sebagai berkut:
” Pratyham pratyaveksete
Hyatmano vrttamatmana,
Kinnu me pasubhistulyam
Kimu satpurusaih samam”.
Terjemahan :
Oleh karena itu jangan hendaknya tidak waspada, hendaknya
memikirkanperbuatan diri sendiri sehari-hari, pikirkan, apakah perbuatan ini salah
atau benarkah,sama dengan hewankah atau sama dengan panditakah tingkah laku
ini? Demikianlah hendaknya pikiranmu dari hari ke hari dan senantiasa
menasihati diri sendiri mengenaiperbuatan diri sendiri.

7
Keselamatan, keringanan, kebahagiaan hidup amat bergantung kepada
pikiran dan kemampuan pikiran kita dalam memutuskan suatu kebijaksanaan
dengan pertimbangan pertimbangan atau wiweka. Setiap gerak tindakan itu
hendaknya selalu berdasarkan wiweka, Demikianlah uraian wiweka yang
dijelaskan dalam kitab Sārasamuccaya, sebagaimana manusia yang memiliki daya
nalar yang tinggi patut bisa membedakan hal baik dan buruk, benar dan salah,
serta memilah, memilih segala hal yang ada dalam kehidupan ini. Sehingga
dengan menjalankan ajaran wiweka, senantiasa kehidupan ini akan menjadi
tentram, damai dan mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yakni :

3.1.1 Di dalam agama Hindu perbuatan baik disebut Subha Karma sedangkan
perbuatan buruk (tidak baik) disebut Asubha Karma.
3.1.2 Wiweka adalah kebijaksanaan atau daya nalar seseorang agar bijak dalam
berbuat dan bertindak dan dapat mempertimbangkan dalam berbagai hal
antara lain tindakan mana yang benar dan salah, amal dan dosa, baik-
buruk (Subha karma-Asubha karma), sejati dan palsu, dll.
3.1.3 Setiap gerak tindakan itu hendaknya selalu berdasarkan wiweka,
sebagaimana manusia yang memiliki daya nalar yang tinggi patut bisa
membedakan hal baik dan buruk, benar dan salah, serta memilah,
memilih segala hal yang ada dalam kehidupan ini. Sehingga dengan
menjalankan ajaran wiweka, senantiasa kehidupan ini akan menjadi
tentram, damai dan mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Awaniua, Made dkk, 1994. Sila dan Etika Hindu, Dirjen Bimas Hindu Budha,
Jakarta.

Anonim. 2020. https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/11/wiweka.html,


diakses pada tanggal 2 November 2021 pukul 18.40 Wita

Anda mungkin juga menyukai