Terjemahannya:
Ketahuilah bahwa Prakrti dan Purusha kedua-duanya adalah tanpa permulaan,
dan ketahuilah juga bahwa segala bentuk dan ketiga guna lahir dari Prakrti.
Terjemahannya:
Ketawakalan, ucapan, kesenangan, nafsu dan kemarahan serta segala isi alam,
Tuhan ciptakan karena Ia ingin menciptakan segala makhluk ini.
Terjemahannya:
Demikian halnya Bhatara Siwa (Tuhan), keberadaan-Nya pada segala
makhluk, pada akhirnya akan kembali pula kepada-Nya, demikian
umpamanya, bagaikan buih banyak timbulnya, tunggallah itu asalnya dari air.
5. Zaman Logam
Zaman logam dalam prasejarah terdiri dari zaman tembaga, perunggu, dan
besi. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga,
sehingga setelah zaman Neolitikum, langsung ke zaman perunggu. Adapun
kebudayaan Indonesia pada zaman Logam terdiri dari; kapak Corong yang disebut
juga kapak sepatu, karena bagian atasnya berbentuk corong dengan sembirnya
belah, dan ke dalam corong itulah dimasukkan tangkai kayunya. Nekara, yaitu
barang semacam berumbung yang bagian tengah badannya berpinggang dan di
bagian sisi atasnya tertutup, yang terbuat dari perunggu. Selain itu, benda lainnya
adalah benda perhiasan seperti kalung, anting, gelang, cincin, dan binggel, juga
manik-manik yang terbuat dari kaca serta seni menuang patung.
Dongson adalah sebuah tempat di daerah Tonkin Tiongkok yang dianggap
sebagai pusat kebudayaan perunggu Asia Tenggara, oleh sebab itu disebut juga
kebudayaan Dongson. Sebagaimana zaman tembaga, di Indonesia juga tidak
terdapat zaman besi, sehingga zaman logam di Indonesia adalah zaman perunggu.
Zaman Weda
Untuk golongan sudra ini yaitu para budak dilarang untuk membaca
kitab Weda dengan segala aturan yang tercantum di dalamnya. Perbuatan suci
dapat di bagi menjadi dua :
Zaman Upanisad
Terjemahan:
‘Om Hyang Prajapati, pencipta alam semesta, tidak ada yang lain yang maha
kuasa, mengendalikan seluruh ciptaan-Mu, kami persembahkan segala cita-
cita kami, kepada-Mu, anugrahkanlah karunia berupa segala kebajikan kepada
kami’ (Ågveda X.121.10).
Dari lembah Sungai Sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok
dunia, seperti; ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai
ke Indonesia. Di Indonesia banyak ditemukan berbagai bentuk peninggalan sejarah
bercorak ke-‘Hindu’-an. Kehadiran budaya Hindu di Indonesia menyebabkan terjadinya
akulturasi dan perubahan tatanan sosial, dan sistem religius dari Bangsa Indonesia.
Akulturasi merupakan perpaduan beberapa budaya, dimana unsur-unsur kebudayaan itu
menyatu dan hidup berdampingan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur
asli dari kebudayaan aslinya. Kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia diterima dengan
tidak begitu saja melainkan dengan melalui proses pengolahan dan penyesuaian kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini
disebabkan karena :
1. Teori Brahmana;
Dikemukakan oleh J.C. Van Leur, berisi bahwa kebudayaan Hindu
dibawa oleh para brahmana yang diundang oleh para kepala suku agar
mereka dapat mensahkan/melegitimasi (investitur) kekuasaan mereka
sebagai kepala suku di Indonesia sehingga setaraf dengan raja-raja di
India. Teori ini pun dapat disanggah karena raja di Indonesia akan sangat
sulit mempelajari kitab Veda dan ada pula aturan bahwa kaum Brahmana
tidak diperbolehkan menyebrangi lautan, apalagi meninggalkan tanah
kelahirannya.
Gambar Brahmana
2. Teori Ksatriya
Dikemukakan oleh F.D.K Bosch dan C.C. Berg, berisi bahwa agama
Hindu dibawa oleh kaum kasta Ksatria (raja, pangeran) yang melarikan
diri ke Indonesia karena kalah perang/ kekacauan politik di India. Di
Indonesia sendiri, mereka mendirikan kerajaan sendiri dengan bantuan
masyarakat sekitar dan karena kedudukannya sebagai raja, maka penduduk
pun akan pula menganut agama Hindu. Teori ini pun juga memiliki
kelemahan yaitu :
a. Kalangan ksatria tidak mengerti agama danhanya mengurusi
pemerintahan.
b. Adanya ketidakmungkinan seorang pelarian mendapat kepercayaan
dan kedudukan mulia sebagai raja.
c. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa raja di Indonesia adalah raja
asli Indonesia, bukan orang India.
3. Teori Wesya
4. Teori Sudra
Dikemukakan oleh Van Faber berisi bahwa agama Hindu dibawa oleh
para orang buangan berkasta Sudra (tawanan perang) yang dibuang dari
India ke Nusantara. Teori ini lemah karena pada dasarnya kebudayaan
Hindu bukanlah milik dan cakupan varna mereka sebab kebudayaan Hindu
dianggap terlalu tinggi untuk mereka.
Teori ini berisi dua cara bagaimana Agama Hindu masuk ke Indonesia,
antara lain:
a. Para Brahmana diundang kepala suku di Indonesia untuk
memberikan ajaran Hindu dan juga melakukan upacara
Vratyastoma, yaitu upacara khusus untuk meng-Hindukan
seseorang.
b. Para raja di Indonesia pergi ke India untuk mempelajari Agama
Hindu setelah ke Indonesia, memiliki kasta Brahmana, Arus-balik
lalu mengajarkan agama Hindu kepada masyarakatnya.
Dari seluruh teori yang telah disebutkan di atas, teori Brahmana adalah teori
yang paling dapat diterima karena yaitu.
“Etadàkhyànamàyuûyaý
paþhan ràmàyaóaý naraá,
saputrapautraá sagaóaá
pretya svage mahiyate.
Terjemahan:
‘Seseorang yang membaca ceritera Ràmàyaóa ini akan memperoleh umur
panjang dan setelah meninggal akan memperoleh kebahagiaan di sorga
bersama putra-putranya, cucu-cucunya, dan pengikutnya (Úrimadvàlmikiya
Ràmàyaóa I.1).
1. Kapak Genggam
Kapak genggam juga disebut dengan
nama kapak perimbas. Alat ini berupa
batuyang dibentuk menjadi semacam
kapak.Teknik pembuatannya masih kasar, bagian
tajam hanya pada satu sisi. Alat tersebut
belum bertangkai, dan digunakan dengan
cara digenggam. Daerah atau tempat Sumber: http://4.
bp.blogspot.com 15-07-
2013
ditemukannya benda prasejarah ini adalah
di wilayah Indonesia, antara lain di; Lahat Gambar Kapak
Genggam
Sumatera Selatan, Kalianda Lampung,
Awangbangkal Kalimantan Selatan, Cabbenge Sulawesi Selatan
danTrunyan Bali. Gambar: 3.11 ini adalah hasil temuannya;
2. Alat Serpih.
Alat serpih adalah merupakan batu pecahan
sisa dari pembuatan kapak genggam yang
dibentuk menjadi tajam. Alat tersebut
berfungsi sebagai serut, gurdi, penusuk dan
pisau. Daerah atau tempat ditemukannya
benda-benda pra-sejarah ini adalah; di
daerah Punung, Sangiran, dan Ngandong
(lembah Sungai Bengawan Solo).
3. Sumateralith.
4. Beliung persegi
5. Kapak Lonjong
6. Mata Panah
Mata panah adalah merupakan benda
prasejarah berupa alat berburu yang sangat
penting. Selain untuk berburu, mata panah
digunakan untuk menangkap ikan, mata
panah dibuat bergerigi. Selain terbuat dari
batu, mata panah juga terbuat dari tulang.
Daerah ditemukan benda prasejarah adalah
di; Gua Lawa, Gua Gede, Gua petpuruh
(Jatim), Gua Cakondo, Gua Tomatoa
kacicang, Gua Saripa (sulsel). Gambar ini adalah hasil temuannya.
8. Bangunan megalithic
9. Nekara
1. Kutai
Kutai terletak di Pulau Kalimantan bagian Timur.
Pada abad ke empat (4) Masehi berkembanglah
disana sebuah kerajaan yang bernama Kutai,
dipimpin oleh Aswawarman yang disebut-
sebut sebagai putra dari Kundungga. Di Kutai
diketemukan 7 buah Prasasti yang berbentuk
Yupa. Yupa adalah tiang batu/tugu peringatan
untuk melaksanakan upacara kurban. Yupa sebagai
prasasti bertuliskan huruf Pallawa, berbahasa
sanskerta dan tersusun dalam bentuk syair. Salah
satu diantara batu bertulis tersebut ada yang
menuliskan “Sang Maha Raja Kundungga yang
amat mulia, mempunyai putra yang masyur, Sang
Açwawarman namanya, seperti Ançuman (Deva
Matahri ) oleh karena itu mereka dianugrahi 3 putra.
eperti api yang suci ketiganya. Yang terkemuka dari ketiganya itu ialah Sang
Mulawarman raja yang bijaksana, kuat, dan berkuasa. Sang Mulawarman telah
mengadakan yajna dengan mempersembahkan emas yang banyak”. Pada bagian lain
disebutkan pula bahwa “Sang Mulawarman raja mulia dan terkemuka, telah
mempersembahkan yajna berupa dua puluh ribu (20.000) ekor sapi kepada para
brahmana bertempat di lapangan suci waprakeswara. Waprakeswara adalah lapangan
suci sebagai tempat untuk memuja Çiwa.