FILSAFAT NASTIKA
“ALIRAN CARVAKA”
Kelompok 5
Nama Anggota:
Gede Bagus Dendy Mahapura .P / 06
I Pande Made Sedana / 16
Kadek Wahyuni Diana Putri / 18
Ni Luh Sintya Pratiwi / 29
Ni Putu Agek Satya Ayuprawerthi / 33
Putu Gita Nanda Savitri / 36
ALIRAN CARVAKA
Filsafat Carvaka didirikan oleh Brhaspati yang ajarannya tertuang dalam Brhaspati
Sutra. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan berikut:
Beberapa buah puji-pujian Weda. Yang secara tradisi dilukiskan Brhaspati sebagai
putra loka ditandai oleh semangat revolusi dan kebebasan berfikir.
Sumber sastra aliran Carvaka adalah Brhaspati sutra, ada dijelaskan mengenai
pembebasan. Dimana dalam pembebasan itu berarti pembebasan sepenuhnya dari segala
penderitaan hanya berarti kematian (‘Maranam eva apavargah’- Brhaspati Sutra).
Mereka yang mencoba untuk mencapai keadaan bebas dari kesenangan dan penderitaan
dalam kehidupan ini dengan menekan keinginan yang dialami secara ketat dengan
berfikir bahwa segala kesenangan yang muncul dari pemuasannya bercampur dengan
penderitaan, telah bertindak seperti orang-orang tolol. Karena, tak seorang
bijaksanapun akan menolak daging buah hanya karena ada kulit kerasnya.
B. PENGERTIAN CARVAKA
Secara etimologi kata Carvaka sendiri berasal dari kata ‘caru’ yang
berarti manis dan ‘vak’ yang berarti ujaran, sehingga Carvaka berarti
kata-kata yang manis. Carvaka mengajarkan tentang kenikmatan indrawi
yang merupakan tujuan tertinggi hidup. Carvaka juga berarti seseorang
yang materialis yang mempercayai manusia terbentuk dari materi, dan
tidak mempercayai adanya Atman dan Tuhan. Pengetahuan yang valid
hanya didapatkan dengan pratyaksa (persepsi), yaitu melalui kontak
langsung dengan indriya. Alam hanya terbentuk oleh 4 bhuta elemen zat,
yaitu : udara, api, air, dan tanah.
Kaum Carvaka tidak percaya akan adanya roh/ jiwa, karena mereka tak
melihat dan merasakan adanya roh/ jiwa. Jika seseorang menyatakan
“saya gemuk”, “saya pincang”, “saya buta” dan sebagainya semuanya ini
bertalian dengan badan yang terbuat dan terjadi dari material. Ketika ada
pertanyaan mungkinkah kumpulan dari benda – benda materi itu
menjelmakan sesuatu yang hidup? Mereka menjawab bahwa sifat-sifat
tersebut aslinya tak ada pada setiap komponen, namun akan segera
muncul apabila komponen-komponen tersebut menyatu. Umpamanya:
daun sirih, kapur, gambir, pinang, tak satu pun dari padanya asalnya
berwarna merah, namun secara bersama-sama mereka akan menghasilkan
warna merah bila ditumbuk atau dikunyah jadi satu. Atau, benda yang
sama pun dalam kondisi berbeda dapat menimbulkan sifat yang berbeda
dengan aslinya. Umpamanya, gula tebu yang aslinya manis tak
beralkohol akan menjadi beralkohol apabila ia dibiarkan berfermentasi.
Berhubung adanya kemungkinan demikian, dengan cara yang sama kita
dapat berpikir bahwa unsur-unsur material yang berkombinasi dalam cara
khusus akan menimbulkan sesuatu benda hidup.