Anda di halaman 1dari 23

PENGENDALIAN DIRI

DAN ETIKA MENURUT


KITAB SARASAMUSCAYA
Kelompok 3
OM SWASTYASTU
PENGENDALIAN DIRI DAN ETIKA
Kemampuan berwiweka orang dapat memilih yang baik dan
benar serta menghindar dari yang buruk dan yang salah,
karena itu dalam diri orang kedua hal tersebut selalu
berdampingan, yaitu unsur baik dan unsur buruk, unsur
raksasa dan unsur dewata, maka orang harus mengarahkan
daya pikir dan daya-daya lain dalam dirinya untuk
menundukkan daya-daya yang tidak baik itu. Ini berarti
orang harus mampu mengendalikan diri dalam segala hal,
baik berpikir, berkata dan bertindak (Tri Kaya Parisudha),
sehingga segala daya menuju kepada yang baik.
Etika adalah bentuk pengendalian diri dalam pergaulan hidup bersama.
Pratyaksa ialah memperoleh kebenaran atas pengamatan langsung. Anumana
ialah memperoleh kebenaran atas dasar logika berpikir. Agama ialah
memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan orang-orang lain yang dapat
dipercaya. Sastratah ialah pertimbangan atas dasar ajaran-ajaran sastra, gurutah
atas dasar pertimbangan ajaran-ajaran guru, dan swatah ialah pertimbangan atas
dasar belajar sendiri dari pengalaman dan sebagainya.
PEMBAHASAN

1. Apa itu pengendalian diri dan etika?

2. Bagaimana Pengendalian Diri dan Etika


menurut Sarasamuscaya?
Pengertian pengendalian diri
Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk tidak
melakukan yang tidak baik dan tidak patut dilakukan. Untuk
dapat mengendalikan diri, seseorang hendaknya mengenal ajaran
tentang Viveka atau Vivekajnana. Yang dimaksud dengan Viveka
adalah kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk,
salah dan benar.Yang baik belum tentu benar, sebaliknya yang
benar belum tentu baik dan selanjutnya yang dengan
pengetahuan Viveka ini seseorang akan dapat mengendalikan
dirinya, sebab diantara berbagai makhluk hidup dengan tegas
dinyatakan hanya manusialah yang memiliki pengetahuan itu
sebab, oleh karena itu menjelma sebagai manusia disebut
sebagai penjelmaan utama bila dibandingkan dengan makhluk
lainya
Manusah sarve bhutesu varttate

Vai dubhasubhe asubhesu samavistam

Subhesvevakarayet

Ri sakwehning sarva bhuta, iking wwang juga wenangguma ikang sebha asubha karma,
kunang panentasekena ring asubhakarma juga ikang subha karma, phala ning dadi
wwang

Sarasamnuccaya 2

(Di antara semua makhluk, yang hanya dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat
melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk. Leburlah ke dalam perbuatan baik itu
menjelma sebagai manusia.)
Di dalam kitab Sarasamuccaya dijelaskan pula bahwa menjelma sebagai manusia adalah
kesempatan yang utama dan sangat sulit untuk diperoleh (parama durlabha) dan hidup
sebagai manusia dinyakan sangat singkat (ksanikasvabhava) bagaikan kerdipan kilat.
Pengertian Etika
Etika adalah bentuk pengendalian diri di dalam pergaulan hidup bersama.
Manusia adalah homo sosius, makhluk berteman. Ia tidak dapat hidup sendirian, ia
selalu bersama dengan orang lain. Manusia hanya dapat hidup dengan sebaik-baiknya
dan akan mempunyai arti, apabila ia hidup bersama-sama manusia yang lain di dalam
masyarakat. Tidak bergaul dengan sesama manusia lainya. Hanya dalam hidup
bersama manusia akan dapat berkembangan dengan wajar. Aturan atau peraturan
untuk bertingkah laku yang baik dalam agama Hindu disebut dengan “Sila” yang
dalam Bahasa Indonesia menjadi Tata Susila. Nama lainya untuk istilah ini adalah
Etika. Kata etiket artinya sopan santun dalam pergaulan. Bila itikad beretika masih
dalam angan-angan disebut dengan Budi Luhur (Budi baik) dan bila diwujudkan
dalam tungkah laku disebut pekerti yang baik.
Pengendalian Diri dan Etika
menurut Sarasamuscaya
Kitab Sarasamuscaya sebuah pengantar pendek dan 517 sloka
yang diterangkan dalam bahasa Jawa kuno. Menurut Raghu
Vira, M.A, PH.D bahwa isi kitab Sarasamuscaya adalah
pedoman bertingkah laku yang baik di dalam kehidupan. Isi
pokok ajaran sarasamuccaya ini adalah ajaran etika. Berbagai
suruhan, larangan mengenai tingkah laku disajikan oleh kitab
ini.
Dalam kitab ini memiliki pokok bahasan yaitu:
1) Catur Purusa Artha
2) Tri kaya
3) Tentang pergaulan
4) Hormat kepada orang lain dan orang tua
5) Ajaran tentang dasa yama dan dasa niyama.
Catur Purusa Artha
Catur purusa artha artinya empat tujuan hidup manusia. Walaupun kitab
Sarasamuccaya tidak ada menyebut nama catur purusa artha, tetapi perincian dari
catur purusa artha itu yaitu dharma, artha, kama dan moksa beberapa kali disebut dan
diuraikan maknanya dalam beberapa ayat. Hal ini misalnya dapat kita baca pada sloka
1 kitab ini sebagai berikut:
Dharma carthe ca kame ca mokse ca bharatarsabha,
Yadihasti tadanyatra yannehasti na tat kvacit.
Terjemahan:
Oh engkau bentengnya keluarga Bhatara, dalam lapangan dharma, artha, kama
dan moksa, sebagaimana tertulis disini terdapat juga ditempat lain, dan apa yang tidak
tercantum disini tidak akan dijumpai ditempat lain.
Trikaya
Segala apa saja yang dilakukan orang dapat berlangsung melalui trikaya, tiga anggota badan yaitu:
Kaya, Wak dan manah. Kaya ialah anggota badan, seperti tangan, kaki, punggung, mulut dan
sebagainya. Sedangkan wak ialah kata-kata, dan manah adalah pikiran. Dengan tiga alat inilah manusia
dapat berbuat sesuatu, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, dan lingkungannya.
Sebutan trikaya itu dalam kitab Sarasamuccaya kita dapati dalam ayat 157 sebagai berikut:
Adrohah sarvabhutesu,
Kayena manasa gira,
Anugrahasca danam ca,
Silametadvidurbudhah.
Ikang kapatyaning sarwabhawa, haywa jugenulahaken, makasadhanang trikaya, nang kaya, wak
manah, kunang prihen ya ring trikaya anugraha lawan dana juga, apan ya ika sila ngaranya, ling sang
pandita.
Terjemahan:
Yang membuat matinya segala makhluk hidup, sekali-kali jangan hendaknya dilakukan dengan
menggunakan trikaya, yaitu perbuatan dan pikiran. Adapun yang harus diikhtiarkan dengan trikaya,
hanyalah pemberian dan sedekah saja, sebab itulah yang disebut sila, kata orang arif.
Tiga anggota badan itu dapat digunakan untuk tujuan-tujuan
yang buruk dan dapat pula digunakan untuk tujuan-tujuan
yang baik. Bila orang dapat menggunakan untuk tujuan-
tujuan yang baik, maka trikaya itu akan disebut trikaya
parisud artinya tiga anggota badan yang telah disucikan
meliputi Kayika (Perbuatan), Wacika (Perkataan), dan
Manacika Parisudha (Pikiran)
Hidup Saling Bantu Membantu dan Menghormati
Sebagaimana sudah kita maklumi manusia tidak dapat hidup
sendiri. Ia selalu hidup bersama orang lain, karena satu dengan yang
lainnya saling bergantungan. Sebenarnya setiap orang memiliki
kelebihan dan kekurangan dari yang lain, baik berupa harta benda
ataupun kemampuan. Karena itu bagi yang lebih harus bersedia
menerima atau mendermakan kelebihannya kepada yang kurang dan
yang kurang harus bersedia menerima dari yang lebih.
Demikian kitab Sarasamuccaya mengajarkan kita supaya bersedia
berdana karena sesungguhnya apa yang kita miliki adalah juga untuk
menbantu orang lain. Hal ini kita baca dalam kitab Sarasamuccaya ayat
178 berikut ini :
Djanena kin janna dadati nasnute balena kin yena ripun na badhate,
srutena kin yena na, dharma macaret kimatnayo na jitendriyo vasi.
Ndta kari doning dhana, yang tan danakkena, tan tan bhutin,
mangkanang kasaktin, tan padan ika yan tan sadhana ning
mangalahanang musuh, mangkanang aji, tan padon ika, yan tan suluha
ring dharmasadhana, mangkanang buddhi kaprajnana tan padon ika yan
tan pangalahakenendriya, tan pangawasakenang rajah tamah.
Terjemahan:
Apa gerangan gunanya kekayaan bila tidak untuk disedekahkan
dan untuk dinikmati. Demikian pula kesaktian, tidak ada gunanya
jika bukan alat untuk mengalahkan musuh. Demikian pula ajaran
suci tidak ada gunanya bila tidak untuk suluh dalam pelaksanaan
dharma. Demikian pula budi yang arif bijaksana tidak ada gunanya
bila tidak untuk menaklukkan hawa nafsu, agar tidak dikuasai rajah
tamas.
Mengormati Orang Lain dan Orang Tua
Dengan anrsangsya itu berarti pula kita harus hormat menghormati satu
sama lain karena setiap orang mempunyai harga diri yang harus
dihormati. Diantara yang dihormati dalam pergaulan hidup bersama para
guru dan ibu bapa mendapat penghormatan yang istimewa. Menurut
kitab Sarasamuccaya ayat 242 bapak adalah:
- Sarirakrt yaitu yang mengadakan tubuh.
- Pranadata yaitu yang memberikan hidup.
- Annadata yaitu yang memberi makan.
Sedangkan ibu adalah sumber kasih sayang yang tiada taranya. Tidak ada kasih sayang yang
melebihi kasih ibu. Dari ibulah mengalir kasih pertama meresapi tubuh kita. Pengertian yang
demikian dinyatakan oleh ayat 244 kitab Sarasamuccaya. Maka itu hanya baktilah balasan kita
kepada mereka itu bukan khianat, karena barang siapa berkhianat kepada mereka akan
memikul dosa yang luar biasa. Kitab Sarasamuccaya ayat 234 mengatakan demikian :
Upadhyayam pitaram
Mataram ca ye’ bhidruhyanti manasa karmana va,
Tesam papam bhrunahatyavisistam nanyastasmat papa krccastiloke.
Hana pwa drohaka ring pangajyanya, ring bapebu kunang, maka karanang kaya, wak, manah,
ikang mangkana kramanya, agong papanika, lwih sakeng papa ning bhrunaha ngaraning
rurugarbha, sangksepanya atyanta papanika.
Terjamahan:
Jika ada orang yang berkhianat kepada guru, terhadap ibu dan bapa, dengan jalan perbuatan,
perkataan dan pikiran, orang yang demikian perilakunya amat besarlah dosanya, lebih besar
daripada dosa bhrunaha, bhrunaha artinya menggugurkan kandungan. Pendeknya, amat
besarlah dosanya.
Dasa Yama Niyama Brata dan Rwa Wlas Brata Ning Brahmana
Bila dalam astangga yoga terdapat ajaran panca Yama niyama, maka dalam kitab
Sarasamuccaya terdapatlah ajaran dasa yama niyama brata. Ajaran ini adalah ajaran etika
yang amat luhur. Adapun dasa yama brata perinciannya seperti dibawah ini :
Anrsangsya ksama satyamahimsa dama arjavam, Pritih prasado madhuryam mardavam
ca yama dasa.
Nyang brata ikang inaranan yama, pratyekanya nihan, sapuluh, kwehnya, anrsangsya,
ksama, satya, ahingsa, dama, arjawa, priti, prasada, madhurya, mardawa, nahan
pratyekanya sapuluh, anrsangsya, si harimbawa, tan swartha kewala, ksama si kelan
panastis, satya, si tan mrsawada, ahigsa, manuke sarwa, bhawa, dama, si upasama
wruh mituturi manahnya, arjawa, si duga-duga bener, priti, si gong karuna, prasada
heningning manah, madhurya, manisning wulat lawan wuwus, mardawa, pos ning
manah.(S.S.259)
Terjemahan:
Inilah brata yang disebut yama, perinciannya demikian:
- Anrsangsya yaitu harimbawa, tidak mementingkan diri sendiri saja.
- Ksama yaitu tahan akan panas dan dingin.
- Satya yaitu tidak berdusta.
- Ahingsa yaitu membahagiakan semua makhluk.
- Dama yaitu sabar, dapat menasehati dirinya sendiri.
- Arjawa, tulus hati, berterus terang.
- Priti, sangat welas asih.
- Prasada, jernih hatinya.
- Madhurya, manisnya pandangan dan manisnya perkataan.
- Mardawa, lembut hatinya.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai dasa niyama brata yang ajarannya lebih
banyak ajaran adhyatmika, ajaran yang mengarah kepada diri sendiri. Adapun
perinciannya sebagai berikut:
Danamijya tapo dhyanam svadhyayopasthanigrahah vratopavasamaunam ca
snanam ca niyama dasa. Nyang brata sapuluh kwehnya, ikang niyama ngaranya,
pratyekanya, dana, ijya, tapa, dhyana, swadhyaya, upasthanigraha, brata,
upawasa, mauna, snana, nahan ta awak ning niyama, dana weweh, annadanadi,
ijya, dewapuja, pitrapujadi, tapa, kayasangsosana, kasatan ikang sarira, bhusarya,
jalatyagadi, dhyana, ikang siwasmarana, swadhyaya, wedabhyasa, upasthanigraha,
kahrta ning upastha, brata, annawarjadi, mauna, wacangyama, kahrtaning ujar,
haywakecek kuneng, snana, trisangdhyasewana, madhyusa ring kala ning sandhya.
(S.S.260)
Terjemahan:
Inilah brata sepuluh banyaknya yang disebut niyama perinciaannya:
- Dana yaitu pemberian, pemberian makanan, minuman dan lain-lainnya.
- Ijya yaitu pujaan kepada Dewa, kepada leluhur dan lain-lainnya, pujaan sejenis
itu.
- Tapa yaitu pengekangan nafsu jasmaniah, seluruh badan kering berbaring di atas
tanah, pantang air dan sebagainya.
- Dhyana yaitu terfokus merenungkan Bhatara Siwa.
- Swadhyaya yaitu mempelajari Weda.
- Upasthanigraha yaitu pengekangan upastha, pengekangan nafsu kelamin.
- Brata yaitu pengekangan nafsu terhadap makanan dan minuman.
- Mona yaitu wacang yama artinya menahan, tidak mengucapkan kata-kata yaitu
tidak berkata sama sekali, tidak bersuara.
- Snana yaitu trisandhya sewana mengikuti trisandhya, mandi membersihkan diri
TERIMA KASIH
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM

Anda mungkin juga menyukai