BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana yang ampuh agar kualitas para generasi penerus
tidak menurun.
Sebagai generasi muda yang merupakan generasi penerus hendaknya
agama sebagai pengetahuan harus dimengerti secara baik dan benar, serta
mampu diaplikasikan dalam tindakan yang baik dan benar pula, agar mampu
diwahyukan Ranying Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa kepada Raja Bunu dan
dapat dilihat dalam beberapa pasal dalam Kitab Suci Panaturan yang
pelaksanaan perkawinan. 1
Pelaksanaan ritual perkawinan termuat dalam Kitab Suci Panaturan.
cara yang telah diwahyukan Ranying Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa pada
keluarga baru di Pantai Danum Kalunen (dunia). Apa yang ada dalam Kitab
Panaturan baik nilai, tata cara, ritual dan sebagainya diperoleh secara turun-
ejaan baru yang disempurnakan oleh para tokoh dan kaum intelektual dan
dibukukan sebagai buku yang diberi nama Panaturan serta dianggap sebagai
kitab suci penganut Hindu Kaharingan. Inilah yang menjadi ciri tersendiri
sebagai bentuk kearifan lokal khususnya dalam ritual upacara dimana agama
pasangan pria dan wanita. Semua agama menaruh perhatian yang besar
dibentuk dari pasangan yang berkualitas. Hal ini tentunya melalui tahapan-
menjadi keturunan yang sempurna, anak yang memiliki sifat dan budi pekerti
yang luhur serta berkepribadian mulia. Ritual perkawinan dalam Kitab Suci
Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan
Tambun, yakni atas restu dari Ranying Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa, sebab
yang sempurna.
Dewasa ini, pelaksanaan perkawinan telah mengalami pergesaran
Locke, kualitas anak bisa dilacak jauh sebelum dilahirkan ke dunia dilihat dari
latar belakang kedua orang tuanya. Anak yang dilahirkan dari hubungan yang
sah secara hukum dan agama relatif lebih mudah untuk dididik dari anak yang
anak penting diberikan sejak dini oleh orang tuanya. Jika kedua orang tuanya
sebaliknya. Seperti kata pepatah bahwa buah tidak akan jatuh jauh dari
pohonnya. Anak akan selalu mengikuti orang tuanya (baik fisik maupun
perilaku).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji
Kitab Suci Panaturan, sebab belum ada peneliti sebelumnya yang mengangkat
yang terdapat dalam Kitab Suci Panaturan dengan rumusan masalah sebagai
berikut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
Panaturan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah untuk
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
a. Memberikan masukan kepada masyarakat dan khususnya keluarga
penelitian. Metode penelitian merupakan hal penting yang perlu dipahami oleh
berikut:
Metode penelitian merupakan satu desain atau rencana menyeluruh
tentang urutan kerja penelitian dalam bentuk suatu rumusan
operasional suatu metode ilmiah, rincian garis-garis besar keputusan
sebagai suatu pilihan beserta dasar atau alasan-alasan ilmiahnya.
jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang
sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang
ditetapkan.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dalam hal ini memerlukan pendekatan yang sesuai untuk
mengungkap objek yang diteliti. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan
penelitian.
Pendekatan dalam suatu penelitian penting dilakukan agar tujuan
penelitian terarah dan dapat tercapai dengan baik, serta proses kerja dalam
kualitatif.
Mengenai pendekatan penelitian kualitatif, Jonathan (2006: 257),
berdasarkan fakta yang ada tentang nilai pendidikan anak. Pendekatan ini
Panaturan.
8
kualitatif dan data kuantitatif. Penggunaan dua jenis data ini sejalan
bahwa:
Terdapat dua jenis data dalam penelitian, yakni data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data hasil observasi
dan wawancara lapangan, sedangkan data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka yang bersumber dari data
9
berikut:
Pengertian data primer dan sekunder bersifat relatif tergantung
dari jenis dan tujuan penelitian. Ia menambahkan bahwa hasil
wawancara, survei, observasi, dan diskusi kelompok
merupakan data primer dalam penelitian lapangan, tetapi
menjadi data sekunder dalam penelitian pustaka.
data yang digunakan adalah karya sastra, karya seni, kitab suci,
sekunder.
1) Sumber data primer, yaitu buku-buku yang secara langsung
Hatungku.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan suatu data yang nantinya akan digunakan
dalam suatu penelitian, diperlukan suatu teknik atau metode yang tepat.
lapangan.
11
informasi yang diteliti berupa bahan tertulis dan bersifat bedah buku
berbagai literatur agama maupun literatur umum, baik dalam bentuk buku,
jurnal, majalah, dokumen maupun dalam bentuk lain seperti kitab tafsir
dan sebagainya. Dalam hal ini, untuk memperoleh sumber data yang
Palangka Raya.
daftar isi dalam buku tersebut, peneliti akan mengetahui pasal mana yang
yang berkaitan dengan sumber data primer, yaitu Panaturan terbitan tahun
mencatat data pada kartu data, yang terdiri dari empat cara, maka peneliti
penting, karena dalam analisis data yang ada tampak manfaatnya dan ada
satuan uraian dasar. Selain itu, juga perlu adanya satu interpretasi atau
diakibatkannya.
Ricard Budd (dalam Suprayogo & Tobroni, 2009: 71)
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
suci.
Dari pendapat di atas maka dengan menggunakan teknik
analisis isi diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi
pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa, kitab suci atau
didokumentasikan.
Dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik tersebut
bahwa:
Hermeneutika secara leksikal dari hermeneuen yang berarti
menafsirkan, sedangkan orang yang menafsirkan disebut
hermeneus. Hermeneutika pada periode klasik disebut sebagai
hermeneutika kitab suci, yang mendasarinya adalah setiap ayat
kitab suci menyediakan ruang penafsiran sebagai ruang
kosong, bahkan belum jelas sehingga perlu ditafsirkan.
Diantara metode-metode yang lain, hermeneutika adalah
metode yang paling sering digunakan dalam penelitian karya
sastra maupun penafsiran kitab suci. Hermeneutika dianggap
sebagai metode ilmiah yang paling tua.
makna-makna yang terkandung dalam ayat kitab suci yaitu ayat dalam
Panaturan, sehingga yang dikaji dalam penelitian ini dimulai dari anak sejak
dalam kandungan (prenatal) sampai pada tahap anak setelah dilahirkan dan
pasal dalam Kitab Suci Panaturan cukup banyak, maka peneliti mengambil
nilai-nilai pendidikan anak, yang peneliti anggap sebagai intisari dari konsep
BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN
A. Kajian Pustaka
Supaya lebih memahami secara mendalam tentang Pendidikan anak
menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan dalam Kitab Suci Panaturan, maka
digunakan beberapa kajian pustaka yang relevan sebagai bahan acuan dalam
penelitian ini. Kajian pustaka yang ada dan lebih banyak berupa studi
mendukung kajian teks dalam skripsi ini yang membahas tentang pendidikan
Kalimantan Tengah.
Kitab Suci Panaturan (2013) yang merupakan kitab suci Hindu
kitab yang harus dimaknai dan dijadikan landasan dan pedoman umat Hindu
tentang penciptaan alam semesta beserta isinya serta ajaran yang diajarkan
dunia sebagai leluhur umat manusia (suku Dayak) agar tetap menjaga dan
ketuhanan dan perlu dikaji secara mendalam terkait landasan dan pedoman
hidup. Panaturan ini sebagai bahan kajian pustaka terkait pendidikan anak
19
menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan yang tertuang dalam ayat-ayat suci
Panaturan.
Etika (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Aspek Ketuhanan
interaksional simbolik dan teori simbol. Penelitian Etika dalam buku ini
banyak menganalisis isi dari Kitab Suci Panaturan, sehingga menjadi acuan
bagi peneliti untuk mengkaji tentang pendidikan anak. Penelitian Etika dapat
Perkawinan Nyai Endas Bulau Lisan Tingang dan Raja Garing Hatungku,
nilai/norma yang baik pada anaknya sebab keluarga adalah lembaga pertama
dan utama bagi setiap anak. Namun, sebelum membangun sebuah kehidupan
bahagia dan sejahtera/ Oleh sebab itu, perkawinan dalam ajaran kepercayaan
Hindu Kaharingan adalah upacara yang sakral dan suci. Meskipun dalam
Raja Garing Hatungku dan Nyai Endas Bulau Lisan Tingang, namun dapat
dijadikan acuan dalam penelitian ini untuk membahas lebih mendalam tentang
anak dimulai dari pasangan pria dan wanita yang telah menjalin ikatan
1974.
B. Landasan Konsep
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep dasar yang perlu
berkualitas.
Muhajir (dalam Kadir, 2012: 59) menjelaskan bahwa:
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, kata
paedagogy yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang
mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa
Romawi, pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris
pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki
moral dan melatih intelektual.
Pendidikan merupakan usaha sadar oleh orang dewasa baik berupa
kedewasaan. Hal ini sesuai dengan apa yang didefinisikan dalam Undang-
pendidikan adalah proses atau cara mendidik. Menurut Tanu (2010: 2),
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
pengetahuan dari seseorang kepada orang lain tidak hanya dapat dilakukan
dapat dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri
bahwa:
adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun dan
(delapan belas) tahun. Definisi ini sejalan dengan definisi yang termuat
anak ialah seseorang baik laki-laki atau perempuan yang belum mencapai
orang tua, masyarakat, dan pemerintah, yang dimulai dari lingkup terkecil,
yaitu orang tua sejak kelahiran seorang anak, setiap orang tua berharap
didaktis yaitu:
Tabel
Tahapan Perkembangan Individu Beserta Ciri Khas
Periode Usia Ciri kasar
Masa prenatal konsepsi- Sel organisme yang membentuk
27
atas, lebih jauh dalam penelitian ini nantinya peneliti mengkaji tahapan
kandungan, bayi, setelah lahir, anak-anak, remaja, dewasa, dan saat anak
agar anak menuju karakter yang mulia dan sesuai ajaran Dharma.
2. Hindu Kaharingan
Sebelum membahas tentang Hindu Kaharingan terlebih dahulu
berintegrasi dengan Hindu tahun 1980, sehingga sejak saat itu penganut
berasal dari bahasa Yunani, hydros atau hidos, dan sebagai nama untuk
berikut:
Perkataan Hindu sendiri sebenarnya merupakan bentuk perubahan
ucapan dari kata Sindhu Sesuai yang diperkenalkan pertama kali
oleh Brahma kepada para guru kerohanian serta para orang suci di
brahmanda, Sanatana Dharma atau agama Hindu yang merupakan
agama universal untuk keseluruhan dunia yang pada dasarnya
secara langsung berasal dari Tuhan Yang Maha Tinggi.
diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan
berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir dan bathin.
29
sebagai berikut:
Kepercayaan asli suku Dayak adalah kepercayaan Agama Heloe
atau Kaharingan. Kaharingan berasal dari kata haring artinya
hidup, dengan demikian Kaharingan mempunyai pengertian
kehidupan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepercayaan orang-orang
Dayak terutama penganut kepercayaan Kaharingan, Kaharingan
telah ada sejak awal penciptaan, sejak awal Ranying Hatalla
(Tuhan) menciptakan manusia. Sejak ada kehidupan Ranying
Hatalla telah mengatur segala sesuatunya untuk menuju jalan
kehidupan ke arah kesempurnaan yang kekal dan abadi.
(Kaharingan), sejak tahun 1980 telah bersatu dengan Hindu dan menjadi
Palangka Raya.
Dengan demikian, dalam penelitian ini Hindu Kaharingan adalah
Maha Esa.
Terkait Panaturan menurut Tim Penyusun (2007: 11-12)
menjelaskan berikut:
Secara etimologi Panaturan berasal dari bahasa Sangiang, tutur
(segala sesuatu kejadian, riwayat penciptaan alam semesta oleh
Ranying Hatalla Langit, pada awal kejadian jaman dahulu kala).
Kata nutur, artinya memberitahukan, menyampaikan,
31
tahun 1980 dengan Hindu. Kini penganut Hindu Kaharingan bukan hanya
kitab yang meriwayatkan penciptaan alam semesta dan isinya sejak jaman
dahulu kala mengandung tata aturan (petunjuk), yang banyak memuat nila-
nilai, ajaran, tata cara, petunjuk pelaksanaan ritual upacara kepada umat
Maha Esa.
32
BAB III
ritual, yang bersumber dari ajaran Ranying Hatalla kepada Raja Bunu dan
keturunannya.
Menurut Tim Penyusun (2005: 2), mendefinisikan Panaturan
sebagai berikut:
Istilah Panaturan berasal dari bahasa Sangiang yaitu kata naturan
yang artinya menuturkan atau mensilsilahkan yang kemudian
mendapatkan awalan Pa sehingga menjadi kata Panaturan
yang mempunyai arti kitab suci yang menuturkan atau
mensilsilahkan tentang proses penciptaan alam semesta beserta
isinya, para Malaikat atau Dewa serta fungsinya bagi umat
manusia, atau aturan kehidupan manusia serta tata cara ritual umat
Hindu Kaharingan
34
33
dunia.
2.899 ayat dan ketebalan halaman yaitu 652 halaman, serta bahasa yang
Indonesia.
63 pasal yang memuat 2.899 ayat. Mengingat banyaknya jumlah pasal dan
ayat tersebut, maka dalam penelitian ini diambil beberapa pasal yang
memiliki tiga anak laki-laki sekaligus yang diberi nama: Raja Sangen,
saudaranya. Sehingga Raja Bunu tidak dapat tumbuh gemuk dan sehat
suatu makanan bagi Raja Bunu, sehingga ia bisa tumbuh sehat seperti
kedua saudaranya.
Pasal 23 terdiri dari 25 ayat, tentang Raja Sangen, Raja Sangiang,
permukaan air dan bagian sisi lainnya lagi tenggelam. Selanjutnya bagian
dan Raja Bunu Kanuah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
oleh Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu dengan senjata pusaka
Raja Bunu yang menikam Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Danum Tiawu Bulau yang dipenuhi dengan harta kekayaan, emas, intan,
lilis lamiang, harta kekayaan tempat yang abadi selamanya, yang telah
isi pasal Kitab Panaturan yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Pasal 19 Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut I-atuh Gawin
diberikan dan sudah direncanakan oleh setiap pasangan pria dan wanita
Raja Bunu kelak sebagai petunjuk Ranying Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa
berikut:
Ayat 1:
Kilen kea amun jadi kinjap tutu pajanjuri dahan Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun palus hindai atun
mandinun garing tarantange, sihung lalundung.
38
Terjemahannya:
Melihat beberapa kejadian yang telah berlalu, sering Kameluh Putak
Bulau Janjulan Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun pajanjuri
darahnya, namun masih belum juga mendapat anak keturunannya.
Hasil analisis:
Sejak Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung
Terjemahannya:
RANYING HATALLA sudah berkehendak demikian, begitu pula IA
menjadikan segala Kehendaknya untuk masa mendatang; Maka IA
berfirman: Sekarang tibalah saatnya AKU menjadikan kehidupan dunia,
AKU menciptakan wujud serupa AKU untuk mengisi kehidupan dunia
yang AKU kehendaki, karena sesungguhnya kehidupan itu adalah AKU.
Hasil analisis:
Ranying Hatalla adalah Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencipta dan
Terjemahannya:
Sesungguhnya mereka berdua ini adalah wujudKU sendiri, AKU akan
melaksanakan Upacara Perkawinannya agar mereka dapat memberikan
keturunan serupa AKU, bagi kehidupan dunia yang AKU kehendaki, dan
ini pula yang akan mereka lakukan pada kehidupan dunia nantinya.
Hasil analisis:
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau
Terjemahannya:
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU berfirman kepada
Raja Uju Hakanduang agar segera turun menuju Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring.
Hasil analisis:
40
Raja Uju Hakanduang adalah wujud kesaktian Ranying Hatalla dan Jatha
Nyaring.
Ayat 5:
Hemben te kea RANYING HATALLA tuntang JATHA BALAWANG BUL
AU hapeteh rawei umba RAJA UJU HAKANDUANG pajing malalus
lunuk hakaja pating, baringen hatamuei bumbung akan Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan.
Terjemahannya:
Pada saat itu RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU
berfirman lagi kepada Raja Uju Hakanduang, agar segera melaksanakan
Upacara Perkawinan bagi Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
Hasil analisis:
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau melalui kuasanya
atas kehendak Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau bagi kehidupan
di dunia nantinya.
Ayat 6:
Limbah jadi mandinun peteh mandehen, janji manjiret bara RANYING
HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU, te RAJA UJU
HAKANDUANG palus tingang nusang hadurut lunuk nanturung Bukit
Batu Nindan Tarung.
Terjemahannya:
Kemudian setelah mendapat firman RANYING HATALLA dan JATHA
BALAWANG BULAU, Raja Uju Hakanduang langsung berangkat menuju
Bukit Batu Nindan Tarung.
Hasil analisis:
41
Raja Uju Hakanduang yang memiliki kesaktian Yang Maha Kuasa, setelah
Terjemahannya:
Raja Uju Hakanduang itu, yaitu:
- Raja Mandurut Untung
- Raja Mandurut Bulau
- Raja Barakat
- Raja Angking Penyang
- Raja Garing Hatungku
- Raja Panimbang Darah
- Raja Tamanang
Mereka ini adalah Raja Uju Hakanduang yang disebutkan sebelumnya
pada awal kejadian dari RANYING HATALLA.
Hasil analisis:
Ayat 8:
Terjemahannya:
Raja Uju Hakanduang berangkat membawa semua peralatan Upacara
Perkawinan, yaitu pohon Sawang Tanggan Tarung, Manuk Darung
Tingang, Lamiang Bua Garing Belum, Manas Sambelum Perun Tambun
dan yang lainnya merupakan kelengkapan Upacara.
Hasil analisis:
Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan oleh Raja
Ayat 9:
Terjemahannya:
Segala sesuatu yang dibawa oleh Raja Uju Hakanduang, yang semuanya
itu adalah oleh Kebesaran Kekuasaan RANYING HATALLA dan JATHA
BALAWANG BULAU, sebagaimana yang IA kehendaki.
Hasil analisis:
Sarana dan prasarana yang disediakan oleh Raja Uju Hakanduang bagi
Hatalla bagi kehidupan di dunia. Peralatan inilah yang nantinya juga ada
Ayat 10:
Terjemahannya:
Setiba Raja Uju Hakanduang di Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang
Bantilung Nyaring, mereka langsung bertemu dengan Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
Hasil analisis:
Atas petunjuk Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau kepada Raja
Ayat 11:
Terjemahannya:
Di dalam pertemuan mereka, Raja Uju Hakanduang menyampaikan
firman RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU, bahwa
kedatangan mereka tersebut, untuk melaksanakan Upacara Perkawinan
bagi Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dengan Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan.
Hasil analisis:
Ayat 12:
Terjemahannya:
Sekarang sesuai dengan firman RANYING HATALLA dan JATHA
BALAWANG BULAU, untuk kalian berdua akan dilaksanakan Upacara
Perkawinan.
Hasil analisis:
dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan dilaksanakan oleh Raja Uju
Ayat 13:
Terjemahannya:
Senang sekali Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut menerima
firman RANYING HATALLA, demikian karena sesungguhnya IA akan
mengawali kehidupan dunia dan kehidupan itu adalah diriNYA sendiri.
Hasil analisis:
keturunannya.
Ayat 14:
45
Terjemahannya:
Maka Raja Uju Hakanduang langsung melaksanakan firman dari
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU untuk melakukan
Upacara Perkawinan itu.
Hasil analisis:
Ayat 15:
Terjemahannya:
Pada saat melaksanakan Upacara Perkawinan, disitu Raja Uju
Hakanduang menempatkan Manyamei Tunggul Garing Janjuhanan Laut
dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan duduk di atas gong dan
tangan kanan mereka berdua memegang pohon Sawang serta telunjuk
jarinya menunjuk ke atas, begitu pula kaki mereka berdua menginjak batu.
Hasil analisis:
Ayat 16:
Ewen sintung ndue jadi mandukan hunjun garantung, hete Raja Uju
Hakanduang manyaki ewen sintung ndue mahapan darah manuk, bawui,
46
Terjemahannya:
Mereka berdua berada di atas gong, saat itu pula Raja Uju Hakanduang
mengoles darah ayam, babi, menetes minyak di kepalanya dan mengikat
lilis lamiang, manas sambelum, serta seusai itu semua, mereka berdua
memakan sirih pinang.
Hasil analisis:
Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan yang duduk di atas
gong, saat itu Raja Uju Hakanduang mengoles darah ayam, babi, menetes
Ayat 17:
Terjemahannya:
Sesudah duduk di atas gong, mereka berdua berdiri untuk menuju pintu
rumah dan di situ tangannya memegang sisi pintu seraya mengucapkan
pekikan tujuh kali, mereka berdua berjanji memegang teguh firman
RANYING HATALLA.
Hasil analisis:
untuk menuju pintu rumah dan di situ tangannya memegang sisi pintu
Ayat 18:
47
Terjemahannya:
Mereka berdua telah melaksanakan semua firman RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU, dan ini pulalah yang menjadi contoh
kemudian hari bagi kehidupan dunia sebagaimana dikehendaki RANYING
HATALLA.
Hasil analisis:
kehendak Yang Maha Kuasa agar nantinya upacara yang dilakukan oleh
Ayat 19:
Hasil analisis:
Raja Uju Hakanduang atas petunjuk dari Ranying Hatalla mereka kembali
Bulau.
Anake
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Suci Panaturan diberikan oleh orang tua sejak anak berada dalam
Terjemahannya:
Sudah sekian lama setelah upacara perkawinan dilaksanakan, Kameluh
Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun, merasa
ada perubahan dalam tubuhnya.
Hasil analisis:
49
Ayat 2:
Awi atun angat kahubah biti berenge Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan, hete ie palus malawu rawei umba Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut, kuae: Kahandak Ranying Hatalla ampi uras manjadi
akan pambelum kalunen.
Terjemahannya:
Oleh karena merasa ada perubahan dalam tubuhnya, Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan berkata pada suaminya Manyamei Tunggul
Garing Janjahuan Laut, katanya: Sesungguhnya RANYING HATALLA
menjadikan kehidupan dunia.
Hasil analisis:
Perubahan yang terjadi dalam tubuh Kameluh Putak Bulau Janjulen
Laut.
Ayat 3:
Nahingan auh riwut rawei bulan bawi bambaie Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan kalute, Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
paham hanjak rantang pahalawang huange, awi bulan bawi bambaie jadi
Handiwung Kanyurung Pusue, Pandung Bapangku Anake.
Terjemahannya:
Mendengar pembicaraan isterinya Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan demikian, maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
sangai gembira riang rasa hatinya, bahwa isterinya sudah mulai
mengandung.
Hasil analisis:
Hatalla.
50
Ayat 4:
Palus hamauh ie, kuae: Kareh amun sama bujur kabajuran karangkan
lingungku nuah garing tarantang, aku mangan tung hajat, mandehen miat
umba RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU.
Terjemahannya:
Berkata pula ia, nanti kalau betul-betul terwujud harapanku mendapatkan
anak keturunanku, kini aku berjanji untuk bersyukur kepada RANYING
HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU.
Hasil analisis:
Ayat 5:
Magun Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, kuta-kutak pahalawu
rawei, balaku asi belum, palakuan awat maharing umba RANYING
HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU tau kanuah garing
tarantang hatue kanampan bunu, rayung kanenjek ruhung.
Terjemahannya:
Masih berkata-kata di dalam hatinya Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut, ia bermohon pada RANYING HATALLA dan JATHA
BALAWANG BULAU, agar diberikan anak keturunannya, laki-laki.
Hasil analisis:
Ayat 6:
Ampie RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU,
atun manahingan pahariwut rawei Manyamei Tunggul Garing
51
Janjahunan Laut, ije balaku asi belum, palakuan awat maharing, hayak
balaku karambang kilau pulau pehun Sawang, hambalat ruwan Jumpung
Bunge.
Terjemahannya:
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU, sesungguhnya
sudah mengetahui dan mendengar kehendak Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut memohon agar selalu dilindungi dan mendapat kasih
sayang.
Hasil analisis:
ia sudah mengetahui apa yang ada dalam hati Manyamei Tunggul Garing
lahir kelak.
Ayat 7:
Terjemahannya:
Demikian Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, hampir tiada hari
yang dilewatkan untuk berjalan dikaki- kaki bukit, menelusuri kaki
gunung, mencari sesuatu yang dikehendaki oleh isterinya.
Hasil analisis:
Setelah mengetahui isterinya sedang mengandung, Manyamei Tunggul
Terjemahannya:
Di saat itu RANYING HATALLA berfirman kepada Raja Uju Hakanduang,
untuk memberitahukan kepada Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut, bahwa isterinya Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
mengandung, agar ia bersungguh-sungguh memelihara isterinya baik-baik.
Hasil analisis:
mengandung.
Ayat 9:
Basa kareh, huang ampin tamparan daha ije manjadi bereng ulun
mangalunen, hete atun kajadian ije pangkasulake, jete ije inyewut bagare
LUMPUK MATA, limbah te harun ie kajadian tinai manjadi BITI
BERENG, ISI DAHA, TULANG UHAT tuntang PUPUS BULU.
Terjemahannya:
Sebab nantinya pada saat awal darah menjadi badan manusia, di situ ada
kejadian yang paling pertama, yaitu yang disebut Lumpuk Mata, setelah itu
baru kejadian lagi menjadi Biti Bereng, Isi Daha, Tulang Uhat, Pupus
Bulu, yaitu berbentuk badan, darah daging, urat tulang, kulit dan bulu.
Hasil analisis:
tersebut di atas.
Ayat 10:
Limbah ewen te jadi sukup atun tuntang tanggar genep katikae, bulan
patendue, banama te baungkar puate, hayak auh Nyahu Batengkung
Ngaruntung Langit, homboh Malentar Kilat Basiring Hawun, IE masuh
Nyalung Badehes Bakarampung Bua Buntis, ngasuhan Guhung Batiki
Bakatepas Sapanakir Mendeng; Huang katika jete atun dumah Janjalung
Tatu Riwut, tame berenge umba hinje ie.
Terjemahannya:
Setelah mereka itu semuanya lengkap dan tiba saatnya serta tepat
waktunya; Darah daging, urat tulang, kulit dan bulu yang berbentuk badan
itu, ia lahir disertai Bunyi Guntur Menggemuruh Semesta Alam, Petir
53
Hasil analisis:
Setelah semua bagian tubuh telah terbentuk, saat bayi tersebut lahir
Ayat 11:
Huang katika jete kea, ie nukiii naharungking bahinge, mandehen riwute
ije manjadi ASENG PANJANG, tuntang palus atun pahalingei bitie umba
kalawa ain RANYING HATALLA ije rantep hinje umba ie; jete inyewut
HAMBARUAN
.
Terjemahannya:
Disaat itu pula IA berfirman: Bahwa sesungguhnya IA ada hidup bersama
diriNYA, IA berwujud bayangan dari sinar suci RANYING HATALLA yang
menyatu padanya, dan sesungguhnya itu dalam kehidupan, disebut
HAMBARUAN.
Hasil analisis:
sinar suci Ranying Hatalla ikut menyertainya yaitu jiwa yang bersifat
Ayat 12:
Kalute peteh RANYING HATALLA hajamban RAJA UJU HAKANDUANG
ije inyampaie umba Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, palus ie
mahagae bua-buah kakare asi tuntang kahandak ije i-atuh awi RANYING
HATALLA akae, ije kareh akan i-atuh tinai huang pambelum Pantai
Danum Kalunen, tumun jalae tesek, kalute kea jalae buli nanturung
RANYING HATALLA.
Terjemahannya:
Demikian pesan RANYING HATALLA melalui Raja Uju Hakanduang yang
disampaikan kepada Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, dan ia
memeliharanya dan serta kehendak yang diatur oleh RANYING HATALLA
54
Hasil analisis:
Dalam ayat tersebut bagaimana Ranying Hatalla menjadikan dan
berasal dari Ranying Hatalla, dan sampai ketikanya semua unsur yang
Pencipta.
Ayat 13:
Jadi sukup bulan tagalae, genep bintang patendue, nduan telu bulan
tanggar langit Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan handiwung
kanyurung pusue, hete Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
malalus kakare gawi tumun peteh RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU, Paleteng Kalangkang Sawang manyadiri, akan
tihin bulan bawi bambaie.
Terjemahannya:
Sudah tiba saatnya, genap tiga bulan langit, Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan mengandung anaknya, maka Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut, melaksanakan semua upacara yang sudah
dipesan oleh RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU,
yaitu: Melakukan Upacara Paleteng Kalangkang Sawang, untuk
kandungan isterinya.
Hasil analisis:
Saat kehamilan telah tiga bulan lamanya, Manyamei Tunggul Garing
Terjemahannya:
55
Demikian pula apabila sudah tiba saatnya tujuh bulan langit, Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut, melaksanakan lagi pesan RANYING
HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU manyaki Ehet isterinya
langsung mempersiapkan Sangguhan Manak, yaitu: Tempat melahirkan
untuk isterinya Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
Hasil analisis:
Ayat 15:
Sukup jadi bulan tagalae, genep bintang patendue, nduan jalatien bulan
jalatien andau tanggar langit, hete palus banama baungkar puat, ajung
baurai dagangae.
Terjemahannya:
Tiba sudah saatnya, genap sembilan bulan sembilan hari, Banama
Baungkar Puat, Ajung Baurai Dagangae, yaitu: Si bayi dalam kandungan
lahir.
Hasil analisis:
dunia.
Ayat 16:
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan luas bujur-kabajuran, uras
hatue kanampan bunu, rayung kanenjek ruhung sintung telu.
Terjemahannya:
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan melahirkan anaknya dengan
selamat, tiga orang bayinya semua laki-laki.
Hasil analisis:
Bayi Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan yang lahir ke dunia dengan
Ayat 17:
Hanjak rantang pahalawang huange, rindang pahateluk kalingun
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, nuntun uluh garing
tarantang sintung telu, uras linga batanjung pulu, engkan bapilik jalatien,
uras mangkang barangkap, kilau bulan babangkang langit.
Terjemahannya:
Gembira riang perasaan hati Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
melihat ketiga orang anak keturunannya yang kesemuanya cantik molek,
tampan, gagah perkasa tiada bandingnya.
Hasil analisis:
Ayat 18:
Ie Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut maluput hajat niat umba
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU, palus
malalus gawi Nahunan manampa gangguranan aran anake sintung telu.
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, menyampaikan
kurban suci kepada RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU, sekaligus melaksanakan Upacara Nahunan, yaitu: Upacara
pemberian nama bagi ketiga bayinya.
Hasil analisis:
suci kepada Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau atas kasih
Ayat 19:
Huang katika ie malalus Nahunan manampa gangguranan aran anake
sintung telu, te Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut balaku Raja
Uju Hakandung tingang nusang hadurut lunuk, hayak balaku asi umba
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU.
Terjemahannya:
57
Hasil analisis:
Karangan, dihadiri juga oleh Raja Uju Hakanduang dan dimohon Ranying
tersebut.
Ayat 20:
Sana ewen RAJA UJU HAKANDUANG jadi sembang Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring, te ewen malalus gawin
Nahunan garing tarantang Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
sintung telu, palus manyaki-malase tumun peteh tuntang kahandak
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU, hayak
nanggare gangguranan arae, iete:
- Raja Sangen
- Raja Sangiang
- Raja Bunu
Terjemahannya:
Setiba Raja Uju Hakanduang di Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang
Bantilung Nyaring, mereka melaksanakan Upacara Nahunan bagi bayi
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut. Raja Uju Hakanduang
mengoles darah hewan kurban pada ketiga bayi tersebut, sesuai pesan
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU, sekaligus
memberikan nama ketiga bayi tersebut, yaitu:
- RAJA SANGEN
- RAJA SANGIANG
- RAJA BUNU
Hasil analisis:
mengoles darah hewan kurban yang dilakukan oleh Raja Uju Hakandunga
dan anak-anak tersebut diberi nama, yaitu: Raja Sangen, Raja Sangiang
Ayat 21:
Terjemahannya:
Setelah itu Raja Uju Hakanduang kembali ke tempatnya dan demikian
pula segala yang telah terjadi atas kehendak RANYING HATALLA kepada
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan pada saat itu.
Hasil analisis:
Pinang
Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan masa-masa
yang tepat bagi anak. Orangtua sebagai orang yang pertama dekat dengan
Terjemahannya:
Setelah beberapa hari sudah lamanya, kelihatannya Raja Bunu lain sekali
dari kedua saudaranya.
Hasil analisis:
Raja Bunu mengalami hambatan dalam pertumbuhannya.
Ayat 2:
Raja Bunu dia maku hakananan pantar pinang, aluh ie hakananae jatun
tau nyurung isi daha tuntang dia kea tau baseput barigas kilau tambun
pahari sintung due.
Terjemahannya:
Raja Bunu tidak mau memakan pantar Pinang, walaupun ia memakannya,
akan tetapi tidak bisa menjadi darah dagingnya dan ia tidak bisa gemuk
sehat sebagaimana saudaranya berdua.
Hasil analisis:
tidak bisa memakan pantar pinang. Pantar pinang adalah makanan pokok
Ayat 3:
Amun tambun pahari sintung due, jete Raja Sangen tuntang Raja
Sangiang puna akan indu kaseput karigase.
60
Terjemahannya:
Kalau saudaranya berdua, yaitu Raja Sangen dan Raja Sangiang betul-
betul bisa membuat mereka gemuk dan sehat.
Hasil analisis:
Sangen dan Raja Sangiang dapat tumbuh gemuk dan sehat dengan
Ayat 4:
Kilen kea uluh tingang apange Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut, ewen ndue tingang indange Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan paham kapehen itung huange nuntun garing tarantange Raja
Bunu ije kalute ampie.
Terjemahannya:
Bagaimanapun juga ayahnya Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
bersama ibunya Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, sangat
khawatir melihat anaknya Raja Bunu yang mempunyai kelainan
sedemikian rupa.
Hasil analisis:
Ayat 5:
Ie Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, ewen ndue bulan bawi
bambaie Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan malawu raweie, pasi-
pasi lingun itah sintung due lalau nuah RANYING HATALLA lalangena,
nyambung JATHA BALAWANG BULAU sampalangen.
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut bersama isterinya
Kameluh Pulak Bulau Janjulen Karangan berkata: Kasihan sekali kita
berdua ini, dianugerahi RANYING HATALLA masih tanggung, juga
disayangi JATHA BALAWANG BULAU tidak sepenuhnya.
61
Hasil analisis:
Ayat 6:
Kilen kea RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU,
nahingan pahariwut rawei Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
ewen ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, balaku asi belum,
palakuan awat maharing.
Terjemahannya:
Sesungguhnya RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU
mendengar keluhan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan memohon kasih sayang bagi
hidup anaknya.
Hasil analisis:
Apa yang ada dalam hati dan pikiran Manyamei Tunggul Garing
diketahui oleh Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau bahwa agar
Ayat 7:
Palus japa-japan tatah, jima-jimat tanteng RANYING HATALLA ewen
ndue JATHA BALAWANG BULAU, masi Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan,
manjapa Lalang Tambangap Langit, ije ba- suang Behas Nyangen
Tingang, hayak inutup mahapan pundang lauk Ila-Ilai Langit, ije dia tau
una tuntang dia tau rugi.
Terjemahannya:
Dengan segala Kekuatan dan Kekuasaannya RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU berfirman kepada Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulan Janjulen Karangan,
IA menjadikan sebuah guci Lalang Tambangap Langit yang di dalamnya
telah berisi Behas Nyangen Tingang dan mulut guci tersebut ditutup
62
dengan dendeng ikan Ilai-ilai Langit, yang telah kering dan kedua barang
ini tidak pernah kurang untuk selama-lamanya.
Hasil analisis:
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau senantiasa mendengar apa
dalamnya telah berisi Behas Nyangen Tingang dan mulut guci tersebut
ditutup dengan dendeng ikan Ilai-ilai Langit, yang telah kering dan kedua
Terjemahannya:
Disertai bunyi Guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, Petir
Halilintar menggetarkan buana, kehendak RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU semuanya terjadi saat itu juga.
Hasil analisis:
Ayat 9:
Tinai Behas Nyangen Tingang ije akan suang Lalang Tambangap Langit,
ingaut ije supak nyurung ije gantang, ingaut ije gantang nyurung ije
luntung palundu, kalute laju-lajur palus katatah ie.
Terjemahannya:
Kemudian Behas Nyangen Tingang yang menjadi isi Lalang Tambangap
Langit, apabila diminta ia akan bertambah banyak berlipat ganda untuk
selama-lamanya.
Hasil analisis:
63
Ayat 10:
Kalute kea pundang lauk Ila-Ilai Langit; Imipih kahain lukap, nyurung
kahain kiap; Awie Lalang Tambangap Langit te, atun Nyalung
Kaharingan Belum mijen hila palempange.
Terjemahannya:
Demikian pula Dendeng Ikan Ilai-Ilai Langit, apabila diminta sebesar
telapak tangan, ia akan bertambah semakin lebar, ini disebabkan karena di
dasar guci Lalang Tambangap Langit ada Air Suci Kehidupan.
Hasil analisis:
Dendeng ikan Ilai-Ilai Langit yang diminta sebesar telapak tangan, akan
Ayat 11:
Ie RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU nyahuan
RAJA UJU HAKANDUANG tingang nusang hadurut lunuk, ngagahan
Lalang Tambangap Langit ije basuang Behas Nyangen Tingang tuntang
pundang lauk Ila-Ilai Langit, nanturung Bukit Batu Nindan Tarung,
Kereng Liang Bantilung Nyaring.
Terjemahannya:
Maka RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU menyuruh
Raja Uju Hakanduang, agar mereka turun mengantar Lalang Tambangap
Langit yang berisikan Behas Nyangen Tingang dan dendeng ikan Ilai-llai
Langit menuju Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung
Nyaring.
Hasil analisis:
64
diberikan bagi kehidupan Raja Bunu yaitu Lalang Tambangap Langit yang
Ayat 12:
Sembang Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring,
RAJA UJU HAKANDUANG narui rangkan panginan, Behas Nyangen
Tingang tuntang pundang lauk Ila-Ilai Langit, akan panginan Raja Bunu,
ije mijen Lalang Tambangap Langit.
Terjemahannya:
Setibanya di Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring,
maka Raja Uju Hakanduang memberikan makanan, Behas Nyangen
Tingang dan dendeng ikan Ilai-Ilai Langit, yang berada di dalam guci
Lalang Tambangap Langit.
Hasil analisis:
Ayat 13:
Limbah jadi hapeteh rawei umba Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut ewen ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, te RAJA UJU
HAKANDUANG gandang halalian buli, garantung kamalesan mulang,
nanturung RANYING HATALLA.
Terjemahannya:
Setelah berpesan dengan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, maka Raja Uju Hakanduang
kembali menuju RANYING HATALLA.
Hasil analisis:
65
yang berisikan Behas Nyangen Tingang dan dendeng ikan Ilai-llai Langit
menuju Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring telah
Hatalla.
Ayat 14:
Ie Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan, mampakasak rangkan panginan simpan, iran
sakunyatan sukup, akan garing tarantange Raja Bunu.
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan memasak makanan tersebut untuk anaknya Raja
Bunu.
Hasil analisis:
Ayat 15:
Sana hakananan rangkan panginan simpan, iran sakunyatan sukup. Raja
Bunu harue nunjung karigase, baseput nyurung isi daha, sama kilau
tambun paharie ewen sintung due.
Terjemahannya:
Setelah memakan makanan tersebut, Raja Bunu mulai sehat dan gemuk,
makanan tersebut dapat menjadi darah dagingnya, sama seperti kedua
saudaranya.
Hasil analisis:
Behas Nyangen Tingang dan dendeng ikan Ilai-llai Langit yang dimasak
untuk makanan Raja Bunu oleh orang tuanya, ternyata cocok dimakan
oleh Raja Bunu. Raja Bunu tidak lagi mengalami hambatan dalam
Terjemahannya:
Setelah itu RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU,
mencipta lagi Hanggulan Garing yang selalu mengeluarkan Api
Kehidupan yang tidak akan pernah padam untuk selama-lamanya bagi
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan beserta anak-anaknya.
Hasil analisis:
Untuk memasak Behas Nyangen Tingang dan dendeng ikan Ilai-llai
selama-lamanya.
Ayat 17:
Hayak Auh Nyahu Batengkung Ngaruntung Langit, homboh Malentar
Kilat Basiring Hawun, kahandak RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU manjapa Hanggulan Garing ije basalupu Apui
Pambelum, palus manjadi; te bukue atun hanggulan garing ije basalupu
Apui Pambelum intu Lewu Bukti Batu Nindan Tarung.
Terjemahannya:
Bersama bunyi Guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, Petir
Halilintar menggetarkan buana, kehendak RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU menciptakan Hanggulan Garing yang
mengeluarkan Api Kehidupan langsung terjadi, dan itulah sebabnya
Hanggulan Garing berada di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung.
Hasil analisis:
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau menciptakan Hanggulan
Terjemahannya:
67
Hasil analisis:
dan Dendeng Ikan Ilai-Ilai Langit tidak boleh dipindahkan dari tempat
asalnya sebab bila dipindahkan maka benda yang diciptakan tersebut akan
habis.
Ayat 19:
Kalute ampin kahandak RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU mampajadi kare kahandake huang katika jete, intu
Bukit Batu Nindan Tarung.
Terjemahannya:
Demikian RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU
menjadikan segalanya kehendakNYA pada saat itu, di Lewu Bukit Batu
Nindan Tarung.
Hasil analisis:
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau di Lewu Bukit Batu Nindan
Tarung.
Terjemahannya:
Dari hari ke hari, mereka bertiga sudah semakin besar dan mulai dewasa,
ditambah lagi semakin gagah rupanya, ibu dan bapaknya sangat gembira
sekali hatinya melihat perkembangan/pertumbuhan ketiga anaknya
tersebut.
Hasil analisis:
dan Raja Bunu sudah semakin besar dan terlihat kedewasaaannya, gagah
tersebut.
Ayat 2:
Ewen sintung telu karas kabangange, habayang teras tapang bentuk
lawang parintaran tingang, basangkelang kea nalanjung lawin kayun
Sangalang Garing tuntang halangunyan bilun nyalung.
Terjemahannya:
Ketiga mereka sangat suka bermain-main, bermain gasing dipekarangan,
di samping itu pula mereka suka menaiki pohon kayu dan mandi di sungai.
69
Hasil analisis:
Perkembangannya anak-anak Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
mandi di sungai.
Ayat 3:
Kalute kahanjak pahalawang huang indang apange, nuntun garing
tarantang uras baling tambange.
Terjemahannya:
Demikian gembiranya ibu dan bapak mereka, melihat anak-anaknya semua
sehat dan gagah perkasa.
Hasil analisis:
membuat orang tuanya senang gembira sebab anak-anak tumbuh sehat dan
gagah perkasa.
Ayat 4:
Kilen kea huang sinde andau ewen sintung telu, salenga atun tiruk
karangkan huange muhun pandui tingang, halangunyan bilun nyalung,
huang batang danum, panapian Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang
Bantilung Nyaring.
Terjemahannya:
Entah bagaimana, pada satu hari mereka bertiga ada keinginan dan
rencananya turun mandi ke sungai, di tepian Bukit Batu Nindan Tarung,
Kereng Liang Bantilung Nyaring.
Hasil analisis:
Ayat 5:
70
Sana jadi hakabuah tiruk karangkan lingun ewen sintung telu, ie ewen
sintung telu palus muhun pandui tingang, hanyalung repang, nanturung
bilun nyalung.
Terjemahannya:
Setelah sudah sepakat rencana mereka bertiga, mereka langsung berangkat
mandi menuju ke sungai.
Hasil analisis:
berangkat mandi.
Ayat 6:
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU manuntun
ewen sintung telu ije metuh karehue pandui tingang, hanyalung repang
bagantung bilun nyalung.
Terjemahannya:
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU melihat dan
mengetahui ketiga mereka yang sedang asyik mandi di sungai tersebut.
Hasil analisis:
Kegiatan yang dilakukan Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu
yang mandi di sungai sudah dilihat dan diketahui oleh Ranying Hatalla
Ayat 7:
Ie RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU,
halaluhan ije kadereh sanaman, lampang puntunge tuntang leteng
puntunge.
Terjemahannya:
Maka RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU memberikan
sepotong besi, yang bagian ujungnya timbul dan bagian pangkalnya
tenggelam.
71
Hasil analisis:
Ayat 8:
Kilen kea, kabantengan ewen sintung telu pandui tingang, hanyalung
repang, salenga ewen sintung telu nuntun atun ije kadereh sanaman,
puntunge lampang hunjun bilun nyalung, tuntang hila puntung leteng
mijen kahaleman nyalung.
Terjemahannya:
Entah bagaimana, dipertengahan mereka bertiga mandi tersebut, tiba-tiba
saja mereka bertiga melihat ada sepotong besi yang ujungnya timbul di
permukaan air dan dibagian pangkalnya tenggelam di bawah air.
Hasil analisis:
Ayat 9:
Sana ewen sintung telu nuntun atun sanaman te, ie ewen sintung telu
haya- hayak manting nangkaruan tambang nanturung sanaman te hayak
kea manekape.
Terjemahannya:
Begitu mereka bertiga melihat ada besi itu, maka mereka bertiga serentak
berlari menuju besi itu dan serempak memegangnya.
Hasil analisis:
Ayat 10:
72
Kilen kea Raja Sangen tuntang Raja Sanging manekap sanaman te hila
puntunge ije lampang; Limbah te ampie Raja Bunu manekap puntunge
sanaman hila ije leteng.
Terjemahannya:
Entah bagaimana Raja Sangen dan Raja Sangiang memegang besi itu di
bagian ujungnya yang timbul, kemudian Raja Bunu memegang bagian
pangkal besi itu yang tenggelam.
Hasil analisis:
Kejadian ketiganya ketika memegang besi tersebut yaitu Raja Sangen dan
sedangkan Raja Bunu memegang bagian pangkal besi itu yang tenggelam.
Ayat 11:
Hanjak rantang pahalawang huang ewen sintung telu palus haduanan
sanaman te; Ie kuan riwut raweie, itah sintung telu kanuah awi RANYING
HATALLA ewen ndue JATHA BALA WANG BULAU.
Terjemahannya:
Bukan main gembiranya hati mereka bertiga dan langsung mengambil besi
tersebut, seraya berkata; Kita bertiga dianugerahi RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU.
Hasil analisis:
Anugerah sepotong besi tersebut oleh Ranying Hatalla dan Jatha
Terjemahannya:
Mereka bertiga langsung membawa besi tersebut pulang kembali menuju
rumah mereka dan menemui ayah dan ibunya.
Hasil analisis:
Sangiang dan Raja Bunu pulang kembali menuju rumah mereka dan
Ayat 13:
Amun ewen sintung telu jadi sembang parung mahawang, hasembang
umba uluh tingang apange, ie ewen sintung telu janjaruman panalataie,
ewen sintung telu jadi kanuah ije kadereh sanaman, ije puntunge lampang
tuntang puntunge letenge.
Terjemahannya:
Begitu mereka bertiga tiba di rumahnya dan bertemu dengan ayahnya,
mereka menceriterakan tentang sesuatu yang telah terjadi pada mereka
bertiga, dianugerahi sepotong besi, yang ujungnya timbul dan pangkalnya
tenggelam.
Hasil analisis:
Ayat 14:
Ie ewen sintung telu palus hajalukan sanaman te, akan uluh tingang
apange hayak janjaruman panalataie hila sanaman ije lampang, tuntang
hila sanaman ije leteng; Hayak balaku umba uluh tingang apange
nabasan sanaman te manjadi Duhung Papan Benteng, Ranying Pandereh
Bunu tuntang Sipet Lumpung Nanjeman Penyang.
Terjemahannya:
Mereka bertiga langsung memberikan besi itu kepada ayahnya dan
memberitahukan tentang segalanya yang telah terjadi, bahwa besi itu di
bagian ujungnya timbul dan di bagian pangkalnya tenggelam, serta
bersama itu pula mereka memohon kepada ayahnya agar membuat besi itu
menjadi Duhung Papan Benteng, Ranying Pendereh Bunu, dan Sipet
Lumpung Nanjeman Penyang.
Hasil analisis:
ayahnya agar membuat besi itu menjadi senjata: Duhung Papan Benteng,
Ayat 15:
Tumbah uluh tingang apange, kuae; Narai bulan salae tingang anak ketun
sintung telu, itah balaku asi umba RANYING HATALLA ewen ndue
JATHA BALAWANG BULAU nabasan akan ketun sintung telu.
Terjemahannya:
Ayah mereka berkata; Baiklah anak-anakku kalian bertiga, sekarang kita
mohon kasih sayang dari RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU untuk menjadikannya, bagi kalian bertiga.
Hasil analisis:
ayahnya menjadikannya sebagai senjata. Hal ini tidak mampu terjadi tanpa
kehendak dari Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau, maka dari itu
Ayat 16:
Ie Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan, kuta-kutak pahalawu rawei, kuae: Jakae
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU tau masi
karangkan lingun uluh garing tarantangku sintung telu.
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan, berkata: Alangkah bahagianya kita jika
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU, dapat
mengabulkan kehendak anak-anakku ini.
Hasil analisis:
Ayat 17:
75
Terjemahannya:
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU sudah terlebih
dahulu mengetahui akan semuanya itu: Disertai bunyi Guntur
menggemuruh alam semesta, Petir Halilintar menggelegar buana, besi
tersebut langsung berubah menjadi tiga buah Duhung Papan Benteng, tiga
buah Ranying Pendereh Bunu, dan tiga buah juga Sipet Lumpung
Nanjeman Penyang.
Hasil analisis:
Papan Benteng, tiga buah Ranying Pendereh Bunu dan tiga buah juga
Ayat 18:
Limbah kajadian urase, taluh ije ingahandak awi ewen sintung telu,
Duhung Papan Benteng, Ranying Pandereh Bunu tuntang Sipet Lumpung
Nanjeman Penyang hemben te palus atun intu bentuk Parang Mahawang.
Terjemahannya:
Setelah segala sesuatu yang diinginkan oleh mereka bertiga itu semuanya
ada, yaitu Duhung Papan Benteng, Ranying Pendereh Bunu, dan Sipet
Lumpung Nanjeman Penyang, yang telah siap berada di ruang tengah
rumah mereka.
Hasil analisis:
Tidak perlu waktu lama bagi Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau
Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, sebab dalam sekejap
Ayat 19:
Hete uluh tingang apange nyahuan garing tarantange ewen sintung telu
haya-hayak haduanan ayue tumun kanahuange.
Terjemahannya:
Saat itu pula ayahnya menyuruh mereka bertiga masing-masing
mengambilnya sesuai menurut kehendak mereka masing-masing.
Hasil analisis:
masing-masing.
Ayat 20:
Amun ewen sintung telu jadi atun nuntun Duhung Papan Benteng,
Ranying Pandereh Bunu tuntang Sipet Lumpung Nanjeman Penyang,
huang bentuk labehun parung mahawang, te ewen sintung telu palus
haduanae.
Terjemahannya:
Begitu mereka bertiga melihat Duhung Papan Benteng, Ranying Pendereh
Bunu dan Sipet Lumpung Nanjeman Penyang, ada di tengah-tengah
ruangan rumah dan ayahnya telah menyuruh mereka bertiga
mengambilnya, maka mereka bertiga langsung memegang dan mengambil
untuk miliknya masing-masing.
Hasil analisis:
Melihat kebesaran dan kasih sayang Ranying Hatalla dan Jatha Balawang
Ayat 21:
Ampie Raja Sangen tuntang Raja Sangiang magun taratekap Duhung
Papan Benteng, Ranying Pandereh Bunu tuntang Sipet Lumpung
Nanjeman Penyang ije bara hila sanaman lampang, Raja Bunu magun
taratekap ije bara hila puntung sanaman leteng.
Terjemahannya:
Raja Sangen dan Raja Sangiang tetap mendapatkan Duhung Papan
Benteng dan Ranying Pendereh Bunu serta Sipet Lumpung Nanjeman
Penyang yang telah jadi bagian besi yang timbul, sedangkan Raja Bunu
sendiri tetap mengambil dari bagian besi yang tenggelam.
Hasil analisis:
Anugerah yang diterima oleh Raja Sangen dan Raja Sangiang yaitu
Lumpung Nanjeman Penyang yang telah jadi dari bagian besi yang timbul,
Ayat 22:
Kalute ampin kahandak RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU, jadi manenga tingkes akan garing tarantang
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan, sintung telu te.
Terjemahannya:
Demikian kehendak RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU sudah memperlihatkan kehendakNYA kepada Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan,
tentang keberadaan anak-anaknya dimasa depan.
Hasil analisis:
dan Jatha Balawang Bulau, menjadi pertanda bagi Raja Sangen, Raja
Sangiang dan Raja Bunu, kehidupan ketiganya di masa yang akan datang.
Ayat 23:
78
Rimae, hila puntung sanaman ije lampang, ain Raja Sangen tuntang Raja
Sangiang, jete puna inatap awi RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU akan mahaga pambelum ije katatahie.
Terjemahannya:
Maksudnya, bagian ujung besi yang timbul kepunyaan Raja Sangen dan
Raja Sangiang, sesungguhnya sudah ditetapkan oleh RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU, bahwa mereka berdua memelihara
kehidupan yang kekal abadi untuk selama-lamanya.
Hasil analisis:
bagian besi yang timbul, hal ini menandakan keduanya berada di alam atas
Ayat 24:
Raja Bunu tempun hila puntung sanaman ije leteng, iatuh awi RANYING
HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU mahaga Lewu Injam
Tingang, Pantai Danum Kalunen kareh, ije bagin matei.
Terjemahannya:
Raja Bunu mendapatkan bagian besi yang tenggelam, juga telah ditetapkan
oleh RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU untuk
memelihara kehidupan dunia, yang sifatnya hanya sementara.
Hasil analisis:
dan Sipet Lumpung Nanjeman Penyang dari bagian besi yang tenggelam.
bawah yang merupakan alam yang tidak kekal abadi dan memelihara
Ayat 25:
Kalute ampin kakare taluh ije kajadian huang ketika hete, jadi iatuh awi
RANYING HATALLA ewen ndue JATHA BALAWANG BULAU.
Terjemahannya:
79
Demikian segala sesuatu itu telah terjadi atas hendak RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU untuk saat itu.
Hasil analisis:
perkembangan Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu; 2) Ayat 4-6,
dan Jatha Balawang Bulau yang menjadi pertanda bagi kehidupan Raja
Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu di masa depan serta ciri bagi
dalam Kitab Suci Panaturan lebih banyak melibatkan orang tua (informal),
selain pendidikan formal dan non formal. Sehingga orang tua harus dapat
bersinergi melibatkan semua unsur baik yang termasuk pendidikan formal dan
non formal dalam memberikan pola asih, asah, asuh yang tepat sesuai dengan
Terjemahannya:
Dari waktu ke waktu, Raja Sangen, Raja Sangiang, Raja Bunu, sangat
gembira riang hatinya sudah ada memiliki Duhung Papan Benteng,
Ranying Pendereh Bunu, dan Sipet Lumpang Nanjeman Penyang, yang
telah dijadikan oleh RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU.
Hasil analisis:
Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu memiliki rasa kegembiraan
Bunu, dan Sipet Lumpung Nanjeman Penyang dari sepotong besi yang
Ayat 2:
Bilak dia bahelang andau ewen sintung telu tulak mengan mambuang
lawang, hakaliling Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung
Nyaring, nyamah karen metu burung uras nunjung ikeh tingang mantang
pain bukit panjang.
Terjemahannya:
Hampir tidak pernah ada waktu dilewatkan oleh mereka bertiga untuk
berburu masuk ke hutan sekeliling Bukit Batu Nindan Tarung, Kareng
Liang Bantilung Nyaring, sehingga burung-burung dan binatang lainnya
takut dan tidak menampakkan dirinya.
Hasil analisis:
Ayat 3:
81
Terjemahannya:
Sehingga pada suatu saat RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU menjadikan seekor harta pusaka Gajah Bakapek Bulau, Unta
Hajaran Tandang, Barikur Hintan, dan menempatkannya di suatu bukit
yang di namakan Bukit Engkan Penyang.
Hasil analisis:
Ayat 4:
Terjemahannya:
Segala sesuatu yang dikehendaki RANYING HATALLA dan JATHA
BALAWANG BULAU, menjadikan harta pusaka seekor Gajah Bakapek
Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, berada di Bukit Engkan
Penyang, memang sudah diberitahukan sebelumnya kepada Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan oleh RANYING HATALLA.
Hasil analisis:
Ayat 5:
Ie Manyamei Tunggal Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan malawu rawei umba garing tarantange sintung
telu; Umbet lalu ketun sintung telu batanjung panjang mambuang lawang,
mengan kare burung metu hakaliling Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng
Liang Bantilung Nyaring tuh.
Terjemahannya:
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan, berkata kepada anaknya: Cukup saja kalian berjalan
jauh masuk hutan berburu burung dan binatang-binatang lainnya di
sekeliling Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring ini.
Hasil analisis:
agar hanya berburu di sekeliling Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang
Bantilung Nyaring.
Ayat 6:
Hayak ije puna nahatengkangku akan ketun sintung telu, ela nanturung
Bukit engkan Penyang, awi hete tege Hatuen Nyaring ije saru-sarui hanyi,
tau entae ketun sintung telu manta-manta dia hanyeren belai, nele bula-
bulat dia hagarut balengkunge.
Terjemahannya:
Bersama itu pula kata ayahnya, aku memang melarang kalian bertiga pergi
menuju Bukit Engkan Penyang, sebab disitu ada satu wujud Hatuen
Nyaring, yang sangat buas dan bisa memakan kalian bertiga mentah-
mentah serta diteguknya kalian bertiga bulat-bulat nantinya.
Hasil analisis:
Larangan tersebut isinya adalah agar ketiga putranya tidak pergi berburu
ada wujud Hatuen Nyaring, yang buas dan bisa memakan manusia
Ayat 7:
Iyoh tingang apang, rawei garing tarantenge sintung telu, akan narai kea
gawin ikei sintung telu nanturung Bukti Engkan Panyang, amun puna tege
Hatuen Nyaring ije saru-sarui hanyi, baka ike-ikeh matei, are bewei bukit
ije beken eka ikei sintung telu mengan mambuang lawang.
Terjemahannya:
Ya ayahku, kata ketiga anaknya; Memang benar untuk apa kami bertiga
menuju Bukit Engkan Penyang kalau memang ada Hatuen Nyaring yang
berani dan buas di situ, yang sangat menakutkan itu; Karena masih banyak
bukit yang lain tempat kami bertiga berburu di hutan.
Hasil analisis:
menerimanya begitu saja dan meyakini apa yang dikatakan oleh orang
Ayat 8:
Kilen kea sinde andau, ewen sintung telu tulak tinai mengan mambuang
lawang, ngumbang ngaliling Bukit Batu Nindan Tarung, ngalingkang
Kereng Liang Bantilung Nyaring, leka eleh tunis nyalantinau buang jatun
atun kare metu burung.
Terjemahannya:
Entah bagaimana di suatu hari mereka mengitari Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring, kelihatannya sunyi sepi kosong
tiada satu pun binatang atau burung menampakkan dirinya.
Hasil analisis:
Suatu ketika di sekitar Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung
Ayat 9:
Matei indang tasang bunu bilin banama, itah sintung telu karuhung aring
kuan rawei Raja Sangen, bilang jatun nuntun garisik sarahempun kare
Tupai Mandiwui.
Terjemahannya:
84
Mengapa bisa jadi begini bagi kita bertiga ini, kata Raja Sangen; Sama
sekali tidak ada terlihat dan terdengar bunyi gerisik binatang seperti Tupai
Mandiwui misalnya.
Hasil analisis:
Saat dalam perburuan tersebut, Raja Sangen merasa ada keanehan sebab
Ayat 10:
Ie Raja Sangen tinai malawu rawei; Kilen jakai itah sintung telu karuhung
aring nanturung Bukit Engkan Penyang ambun andau etuh, awi puna dia
puji itah sintung telu nanturung hete.
Terjemahannya:
Maka berkata pula Raja Sangen: Bagaimana misalnya kalau kita bertiga
pergi saja menuju Bukit Engkan Penyang hari ini, sebab selama ini kita
belum pernah menuju ke sana.
Hasil analisis:
Ayat 11:
Kuan rawei Raja Sangiang; Ela gilan tingang karuhung aring, basa uluh
tingang apang jadi nahatengkan itah sintung telu, nanturung Bukit
Engkan Penyang.
Terjemahannya:
Berkata pula Raja Sangiang: Jangan macam-macam engkau katanya,
sebab ayah kita sudah melarang kita bertiga menuju Bukit Engkan
Penyang.
Hasil analisis:
Engkan Penyang.
85
Ayat 12:
Rawei Raja Bunu, akan narai kea Duhung Papan Benteng, Ranying
Pandereh Bunu tuntang Sipet Lumpung Nanjeman Penyang tuh, amun dia
hapan itah ngabanting Hatuen Nyaring je gila-gila enteng, Busun
Sahakung je saru-sarui hanyi, ela itah sintung telu nunjung ikeh tingang.
Terjemahannya:
Raja Bunu berkata menjawab pembicaraan Raja Sangiang: Untuk apa lagi
Duhung Papan Benteng, Ranying Pandereh Bunu dan Sipet Lumpung
Nanjeman Penyang ini, kalau tidak kita pakai untuk membunuh Hatuen
Nyaring yang berani dan buas itu, jangan sampai kita bertiga takut
padanya.
Hasil analisis:
mereka bertiga tidak perlu takut menuju Bukit Engkan Penyang yang
Penyang.
Ayat 13:
Iyoh kuan riwut rawei tambun pahari Raja Sangen, Raja Sangiang ewen
sintung due, pajing itah sintung telu nanturung Bukit Engkan Penyang te.
Terjemahannya:
Betul juga, kata saudaranya Raja Sangen dan Raja Sangiang: Sebaiknya
kita bertiga pergi menuju Bukit Engkan Penyang tersebut.
Hasil analisis:
Jawaban Raja Bunu tersebut dibenarkan oleh Raja Sangen dan Raja
Penyang.
Ayat 14:
Ie ewen sintung telu manting nangkaruan tambange nanturung Bukit
Engkan Penyang, kueh balandung tahi sembang ewen sintung telu Bukit
Engkan Penyang.
Terjemahannya:
86
Maka mereka bertiga langsung, saja menuju Bukit Engkan Penyang dan
tidak lama tibalah mereka bertiga di Bukit Engkan Penyang tersebut.
Hasil analisis:
Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu berangkat menuju Bukit
Ayat 15:
Bara keja-kejau eleh taratuntun awi ewen sintung telu pahalendang Gajah
Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, puna lenda-
lendang, linge-lingei sinde.
Terjemahannya:
Dari jauh sudah terlihat oleh mereka bertiga ada cahaya, yaitu cahaya
Gajah Bakapek Bulau, sinar Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan,
sangat besar sekali kelihatannya.
Hasil analisis:
dan Raja Bunu melihat ada cahaya yang sangat besar, yaitu cahaya Gajah
Ayat 16:
Manting nangkaruan tambang ewen sintung telu hasanselu, nanturung
Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, haya-
hayak sembang palus nekape.
Terjemahannya:
Begitu mereka bertiga tiba, mereka berlari saling mendahului menuju
Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, dan
ternyata mereka bersamaan tiba dan langsung memegangnya.
Hasil analisis:
Melihat cahaya yang berasal dari Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Terjemahannya:
Mereka bertiga saling berebutan tarik-menarik, seraya berkata, kata Raja
Sangen: Saya yang punya, kata Raja Sangiang: Saya yang punya, begitu
pula kata Raja Bunu dia yang punya sehingga gemuruh sekali suara
mereka bertiga berebutan.
Hasil analisis:
Timbul keinginan Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu untuk
ketiganya.
Ayat 18:
Nahingan lalentun tingang garing tarantange sintung telu, Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut ewen ndue Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan, ije hatakian Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, ie palus manting nangkaruang tambang
nyembang Bukit Engkan Penyang.
Terjemahannya:
Mendengar gemuruh suara anak-anaknya bertiga berebutan Gajah
Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan maka Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Karangan,
langsung berlari menuju Bukit Engkan Penyang.
Hasil analisis:
Ayat 19:
Sembang Bukit Engkan Penyang, ManyameiTunggul Garing Janjahunan
Laut palus malawu rawei; Iyo-iyoh garing tarantangku ketun sintung telu,
ela gilan tingang manakian Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan tuh, keleh ketun sintung telu sama-sama tempue, sama-
sama kea mahagae.
Terjemahannya:
Setibanya di Bukit Engkan Penyang, Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut berkata: Hai, anak-anakku kalian bertiga, jangan
berebutan Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan
ini, lebih baik kalian bertiga sama-sama memiliknya, sama-sama pula
memeliharanya.
Hasil analisis:
Tandang Barikur Hintan dan berkata agar Raja Sangen, Raja Sangiang
Ayat 20:
Kuan rawei Raja Sangen, nyulang auh rawei uluh tingang apange; Aku je
tempue, awi aku ije helu nuntue.
Terjemahannya:
Maka berkata Raja Sangen menjawab kata-kata ayahnya: Saya yang
punya, sebab saya yang paling dahulu melihatnya.
Hasil analisis:
Ayat 21:
Dia kuan rawei Raja Sangiang, nyulang rawei tambun paharie Raja
Sangen; Aku tuh ije tempue, awi aku ije helu nuntue tuntang helu
sembange.
Terjemahannya:
89
Hasil analisis:
Ayat 22:
Kuan rawei Raja Bunu, nyulang rawei tambun pahari sintung due, Aku ije
tempue, awi aku ije helu nuntue tuntang aku kea ije helu nekape.
Terjemahannya:
Kata Raja Bunu, menjawab perkataan kedua saudaranya: Saya yang
mempunyainya, sebab saya paling dahulu melihatnya dan saya juga yang
paling dahulu memegangnya.
Hasil analisis:
Raja Sangen dan Raja Sangiang yang berkata demikian, maka Raja Bunu
juga mengatakan hal yang sama bahwa Gajah Bakapek Bulau, Unta
Terjemahannya:
Marah sekali Raja Sangen mendengar perkataan kedua saudaranya
tersebut, ia langsung menghunus Duhung Papan Bentengnya dan
menikam Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan.
Hasil analisis:
90
Ayat 24:
Eleh pajanjuri darahe Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan, nyua-nyuang panalusung lawung, menu-menu sangku
raja, palus basaluh jadi rangkan panatau simpan, iran panyambungan
sukup.
Terjemahannya:
Begitu tertikam Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan, langsung darahnya menyembur keluar, dan Raja Sangen
mengambil kain ikat kepalanya serta sangku bulau untuk menampung
darah Gajah Bakapek Bulau tersebut yang sekejap saja kejadian menjadi
bermacam-macam harta kekayaan.
Hasil analisis:
keluar. Seketika Raja Sangen mengambil kain ikat kepalanya dan sangku
Ayat 25:
Magun pajanjuri tinai dahae Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan ini, lebih baik kalian dang Barikur Hintan,
manjadi baras bulau, busung hintan, karangan lamiang, jadi Bangkang
Balanga Tingang, Tambun Repang Garantung.
Terjemahannya:
Masih keluar darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan, kejadian menjadi emas, intan, lilis lamiang, menjadi guci
balanga dan gong.
Hasil analisis:
91
Kejadian yang berasal dari Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Ayat 26:
Ie nekap marut awi uluh tingang apang Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut awan tambekan Duhung Papan Benteng Raja Sangen ije
intu Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, ie
palus halit.
Terjemahannya:
Melihat demikian Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, ia
mengusap bekas tikaman Duhung Papan Benteng Raja Sangen pada
Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan dan bekas
tikaman tersebut tertutup kembali tanpa bekas.
Hasil analisis:
tidak berbekas.
Ayat 27:
Kilen kea Raja Sangiang nuntun gawin tambun pahari Raja Sangen kalute
kalute ampie, palus giri-gagariten kea tantenge, hayak nyilak-nyahumpak
Duhung Papan Benteng nambekan Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan.
Terjemahannya:
Bagaimanapun juga Raja Sangiang melihat perbuatan saudaranya Raja
Sangen demikian, ia marah dan langsung menghunus Duhung Papan
Bentengnya seraya menikam Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan.
Hasil analisis:
Tindakan Raja Sangen tersebut memicu amarah Raja Sangiang dan ia pun
Hintan.
Ayat 28:
Hemben te kea pajanjuri darahe Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, nyua-nyuang panalusung lawung, menu-menu
Sangku Raja.
Terjemahannya:
Maka saat itu keluarlah darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, langsung disambut olehnya memakai kain ikat
kepalanya serta memenuhi pula Sangku Raja.
Hasil analisis:
Ayat 29:
Basaluh darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan manjadi rangkan panatau simpan, baras bulau, busung hintan,
karangan lamiang, bangkang balanga tingang, tambun repang garantung.
Terjemahannya:
Maka terjadilah darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan menjadi bermacam-macam harta kekayaan, emas, intan,
lilis lamiang, guci balanga dan gong.
Hasil analisis:
Darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan yang
Ayat 30:
Nekap marut tinai awi uluh tingang apange Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut awan tambekan Duhung Papan Benteng Raja Sangiang,
palus halit haluli.
93
Terjemahannya:
Melihat kejadian demikian Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
kembali mengusap bekas tikaman Duhung Papan Benteng Raja Sangiang
dan langsung kembali tanpa bekas.
Hasil analisis:
Ayat 31:
Kilen kea tambun pahari Raja Bunu ngumpang ngabehu huang, eleh giri-
gagariten tantenge, nuntun panatau panuhan ain uluh tambun pahari
sintung due, ije kajadian bara darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan.
Terjemahannya:
Melihat kejadian bagi kedua saudaranya demikian, Raja Bunu ingin juga
mendapatkan harta kekayaan sebagaimana kejadian yang didapat oleh
kedua saudaranya dari darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan.
Hasil analisis:
Melihat darah yang mengucur dari Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
macam harta kekayaan, emas, intan, lilis lamiang, guci balanga dan gong,
membuat Raja Bunu memiliki rasa cemburu dan ingin pula memperoleh
Ayat 32:
Ie palus nyilak-nyahumpak Duhung Papan Benteng, hayak nambekae kea
Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan.
Terjemahannya:
Maka ia pun langsung menghunus Duhung Papan Bentengnya seraya
menikam Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan.
94
Hasil analisis:
Bentengnya.
Ayat 33:
Pajanjuri darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan nata petak sintel habalambang tambun, Hang deret habangkalan
karangan.
Terjemahannya:
Keluarlah darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan bercucuran membasahi tanah dimana mereka berada.
Hasil analisis:
Tindakan Raja Bunu membuat darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Ayat 34:
Hayak Auh Nyahu Batengkung Ngaruntung Langit, homboh Malentar
Kilat Basiring Hawun, basaluh darah Gajah Bakapek Bulau, Unta
Hajaran Tandang Barikur Hintan ije manata petak sintel habalambang
tambun, Liang deret habangkalan karangan, manjadi rangkan panatau
simpan.
Terjemahannya:
Disertai bunyi Guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, Petir
Halilintar menggetarkan buana, darah Gajah Bakapek Bulau, Unta
Hajaran Tandang Barikur Hintan yang membasahi tanah tersebut kejadian
menjadi bermacam-macam harta kekayaan.
Hasil analisis:
Darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan yang
kekayaan.
Ayat 35:
Sukup jadi darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan pajanjuri, ie uluh tingang apange Manyamei Tunggul Garing
95
Terjemahannya:
Masih bercucuran darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan keluar, maka ayahnya Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut kembali mengusap bekas tikaman Duhung Papan
Benteng Raja Bunu, namun tidak dapat kembali seperti semula.
Hasil analisis:
Ayat 36:
Nyuhu-nyuhu pajanjuri darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, manata petak sintel habalambang tambun,
Liang deret habangkalan karangan, hayak te kea nunjung tambange
masuh pamahimping langit nyamah sembang tumbang Panjungan
Manjung.
Terjemahannya:
Malahan mengalir terus darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan membasahi tanah, dan oleh sebab itu ia berlari
menelusuri sisi langit dan tiba di Tumbang Panjungan Manjung.
Hasil analisis:
Akibat tikaman Raja Bunu yang mematikan darah Gajah Bakapek Bulau,
Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan terus membasahi tanah dan luka
Ayat 37:
Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan, palus
menter intu tumbang Panjungan Manjung, hayak pajanjuri darahe mujan
hila Pantai Kalunen nata hulu batang danum, sungei saka, bukit gantung,
puruk batu ambu; Ie bukue Pantai Danum Kalunen are batang danum,
sungei saka, uras bakandung bulau, hintan.
Terjemahannya:
96
Hasil analisis:
Bumi, sungai, anak-anak sungai, dataran, bukit tinggi, gunung batu
Hintan. Darah yang terus mengucur keluar tersebut seketika pula berubah
Terjemahannya:
Darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan yang
membasahi permukaan bumi; Itu yang terjadi lagi menjadi bermacam-
macam jenis getah kayu, yang semuanya dapat menjadi sumber kehidupan
dunia dan menjadi obat-obatan penangkal segala macam penyakit.
Hasil analisis:
Darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan yang
macam jenis getah kayu, dan bermanfaat sebagai sumber kehidupan dunia
Ayat 39:
Bara hete nunjung tambange Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, haratean pamahimping langit ngumbang hila
Pantai Sangiang; Hayak pajanjuri darah manata Pantai Sangiang, uras
manjadi baras bulau, busung hintan, karangan lamiang.
Terjemahannya:
Dan sana lari lagi Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan dan masih menelusuri sisi langit mengelilingi bagian Pantai
97
Hasil analisis:
Ayat 40:
Awi te bukue Pantai Sangiang uras hapanatau baras bulau, busung
hintan, karangan lamiang, kajarian darah Gajah Bakapek Bulau, Unta
Hajaran Tandang Barikur Hintan.
Terjemahannya:
Oleh sebab itu Pantai Sangiang semuanya berharta kekayaan emas
permata, intan berlian dan lilis lamiang yang terjadi dari darah Gajah
Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan.
Hasil analisis:
Kejadian dari darah Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Terjemahannya:
Setelah itu, Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur Hintan
masih berlari dan tiba di hulu Batang Danum Tiawu Bulau langsung ia
mati di tempat itu; Itu sebabnya Batang Danum Tiawu Bulau penuh
dengan harta kekayaan, emas, intan, lilis lamiang, harta kekayaan Lewu
Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat, tempat
yang abadi selamanya, suatu tempat yang telah disediakan RANYING
HATALLA.
Hasil analisis:
98
Tandang Barikur Hintan terus berlari dan tiba di hulu Batang Danum
Tiawu Bulau dan langsung mati di tempat itu. Kematian Gajah Bakapek
dengan harta kekayaan, emas, intan, lilis lamiang, harta kekayaan Lewu
Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat, tempat
Terjemahannya:
Kemudian bangkai Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan kejadian menjadi Kayu Nyarataka Alam, yang berbungakan emas
permata, intan berlian, berdaunkan kain berwarna-warni, berbakal buah
garanuhing kecil, berbuah lamiang bua garing belum, berbuku cincin
permata, dan selalu mengalirkan air suci kehidupan bagi kehidupan Lewu
Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat.
Hasil analisis:
berbuah lamiang bua garing belum, berbuku cincin permata, dan selalu
99
mengalirkan air suci kehidupan bagi kehidupan Lewu Tatau Dia Rumpang
Ayat 43:
Kalute ampin taluh handiai ije jadi kajadian intu Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring hemben te.
Terjemahannya:
Demikianlah segala sesuatu yang telah terjadi di Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring pada saat itu.
Hasil analisis:
Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu menginjak usia remajanya; 2)
Barikur Hintan bagi kehidupan Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja
Bunu, serta ciri ketiga bagi kehidupan Raja Bunu di masa depan.
merupakan bahasa Sangiang yang oleh sebagian orang sulit untuk dipahami.
100
sebagai berikut:
Kilen kea amun jadi kinjap tutu pajanjuri dahan Kameluh Putak
Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun palus
hindai atun mandinun garing tarantange, sihung lalundung.
Terjemahannya:
Melihat beberapa kejadian yang telah berlalu, sering Kameluh
Putak Bulau Janjulan Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun
pajanjuri darahnya, namun masih belum juga mendapat anak
keturunannya.
darah adalah:
Hubungan tanpa ikatan pernikahan antara Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan dan Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut, merupakan contoh dari perilaku yang tidak sesuai dengan
kaidah/aturan yang berlaku, sehingga mengakibatkan terciptanya
hal-hal negatif yang akan menjadi sumber permasalahan bagi
kehidupan di dunia.
21 Agustus 2016).
Pajanjuri darah dalam beberapa pasal dalam Kitab Suci Panaturan
Laut, telah hidup bersama tanpa adanya upacara suci perkawinan antara
beserta isinya, namun penciptaan yang berasal dari kejadian yang tidak
Terjemahannya:
RANYING HATALLA sudah berkehendak demikian, begitu pula IA
menjadikan segala Kehendaknya untuk masa mendatang; Maka IA
berfirman: Sekarang tibalah saatnya AKU menjadikan kehidupan
dunia, AKU menciptakan wujud serupa AKU untuk mengisi
kehidupan dunia yang AKU kehendaki, karena sesungguhnya
kehidupan itu adalah AKU.
untuk menciptakan wujud serupa diri-Nya. Hal ini maknai bahwa Ranying
Segalanya yang memiliki semua sifat-sifat luhur atau dikenal dengan sifat
Ranying Hatalla sebab IA adalah Tuhan Yang Maha Esa merupakan awal
bertingkah laku yang baik, yaitu terlahirnya anak yang suputra adalah
103
Terjemahannya:
Masih berkata-kata di dalam hatinya Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut, ia bermohon pada RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU, agar diberikan anak keturunannya,
laki-laki.
berguna dan efisien seperti anak laki-laki. Terkait hal ini, maka Gaya
kelaminnya baik itu anak laki-laki atau anak perempuan. Dalam penjelasan
dimiliki oleh laki-laki. Sebagai orang tua harus dapat bersyukur atas
menerima kelahiran anaknya sehat dan sempurna baik itu laki-laki dan
tata cara ritual upacara keagamaan yang harus dipedomani dan diteladani
Perkawinan adalah sesuatu yang sakral dan suci yang dilalui manusia
Terjemahannya:
Sesungguhnya mereka berdua ini adalah wujudKU sendiri,
AKU akan melaksanakan Upacara Perkawinannya agar mereka
dapat memberikan keturunan serupa AKU, bagi kehidupan
dunia yang AKU kehendaki, dan ini pula yang akan mereka
lakukan pada kehidupan dunia nantinya.
yang telah diatur oleh Ranying Hatalla sebagai Sang Pencipta. Apa
upacara suci dan sakral yang telah dikehendaki Ranying Hatalla bagi
bahwa sebelum pasangan pria dan wanita, dalam hal ini sebagai
Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan adalah contoh bagi
restu dari Ranying Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa, agar apa yang
AHK, 2013: 57), maka ada sarana prasarana yang dipersiapkan yaitu:
Raja Uju Hakanduang hadurut mimbit kakare paramun lunuk
hakaja pating, parabean baringen hatamuei bumbung, iete:
Sawang Tanggan Tarung, Ranying Pandereh Bunu, Uei
Rantihen Tingang, Bawui Samben, Manuk Darung Tingang,
Lamiang Bua Garing Belum, Manas Sambelum Perun
Tambun, tuntang ije beken kea paramun gawi.
Terjemahannya:
Raja Uju Hakanduang berangkat membawa semua peralatan
Upacara Perkawinan, yaitu pohon Sawang Tanggan Tarung,
Manuk Darung Tingang, Lamiang Bua Garing Belum, Manas
Sambelum Perun Tambun dan yang lainnya merupakan
kelengkapan Upacara.
yang lainnya.
Upacara perkawinan bagi Manyamei Tunggul Garing
batu.
Menurut Gaya (2012: 81-82) menjelaskan bahwa prosesi
mendidik seorang anak tidak hanya dilakukan saat anak tersebut telah
dari hubungan yang sah baik secara agama, sosial dan hukum, sebab
anak yang lahir tersebut dapat tumbuh secara sempurna dan relatif
lebih mudah untuk dididik dari anak yang lahir dari pasangan tanpa
ikatan perkawinan. Sebab, anak yang dilahirkan dari pasangan sah dan
resmi tersebut akan mendapatkan pola asih, asah dan asuh dari orang
makna yang terkandung dalam perkawinan bagi setiap calon orang tua
setiap remaja baik pria dan wanita yang hendak membina rumah
yang lebih cerah daripada orang tuanya, tumbuh menjadi anak yang
suputra adalah anugerah yang begitu besar dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Masa Kehamilan dan Pasca-Kelahiran Anak Kameluh Putak
keluarga.
Persiapan menjadi seorang ibu sudah seharusnya
perut, tetapi juga bagian tubuh lainnya. Semua keadaan ini akan
Terjemahannya:
Sudah sekian lama setelah upacara perkawinan
dilaksanakan, Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan,
Limut Batu Kamasan Tambun, merasa ada perubahan
dalam tubuhnya.
dalam tubuhnya.
Perubahan yang terjadi yang dapat diketahui sebagai
yang tidak sama, dan dapat memberikan efek negatif dan positif
Terjemahannya:
Oleh karena merasa ada perubahan dalam tubuhnya,
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan berkata pada
suaminya Manyamei Tunggul Garing Janjahuan Laut,
katanya: Sesungguhnya RANYING HATALLA menjadikan
kehidupan dunia.
hamil, seorang wanita tersebut telah menjadi seorang ibu sejak saat
Terjemahannya:
Di saat itu RANYING HATALLA berfirman kepada Raja
Uju Hakanduang, untuk memberitahukan kepada
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, bahwa
isterinya Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
mengandung, agar ia bersungguh-sungguh memelihara
isterinya baik-baik.
kelak.
2) Fase-Fase Kehamilan
Berbicara mengenai fase perkembangan pendidikan anak
63) yaitu:
Jadi sukup bulan tagalae, genep bintang patendue, nduan
telu bulan tanggar langit Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan handiwung kanyurung pusue, hete Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut malalus kakare gawi
tumun peteh RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU, Paleteng Kalangkang Sawang
manyadiri, akan tihin bulan bawi bambaie.
Terjemahannya:
Sudah tiba saatnya, genap tiga bulan langit, Kameluh
Putak Bulan Janjulen Karangan mengandung anaknya,
maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
melaksanakan semua upacara yang sudah dipesan oleh
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU,
yaitu: Melaksanakan Upacara Paleteng Kalangkang
Sawang, untuk kandungan isterinya.
anak lahir ke dunia bahkan jauh sebelum itu pendidikan bagi anak
harapan agar anak yang dilahirkan secara jasmani dan rohani, lahir
anak. Hal tersebut sejalan dengan sloka dalam kitab Weda Smerti
Artinya:
Sesuai dengan ketentuan-ketentuan pustaka Weda,
upacara-upacara suci hendaknya dilaksanakan pada saat
terjadinya pembuahan dalam rahim ibu, serta upacara
manusia yadnya lainnya yang dapat menyucikan diri dari
segala dosa dalam hidup ini maupun setelah meninggal
dunia.
pertemuan kama bang (sperma) dan kama petak (sel telur), yang
empat atau lima bulan, dan secara psikilogis bahwa pada bulan ini
bayi dalam rahim ibu dapat lahir dan tumbuh dengan sehat. Ketiga
sang istri banyak hal yang harus diperhatikan oleh suami atau calon
ayah nantinya.
Dalam bunyi Panaturan dalam pasal 20 ayat 8 tersebut
kehamilan merupakan masa yang rentan bagi calon ibu, baik dari
pada orang dewasa dan anak-anak, tetapi anak yang masih berada
Terjemahannya:
Demikian Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
hampir tiada hari yang dilewatkan untuk berjalan di kaki-
kaki bukit, menelusuri kaki gunung, mencari sesuatu yang
dikehendaki isterinya.
Dalam kutipan ayat suci di atas, dapat diketahui bahwa
pertama fase kehamilan, tetapi bagi beberapa ibu hamil, ada yang
sebagai berikut:
Fenomena ngidam (craving) merupakan hal wajar karena
munculnya kebutuhan terhadap zat-zat tertentu yang
dibutuhkan tubuh untuk kelangsungan kehamilan yang
lebih sehat. Tetapi, sebenarnya kebutuhan tersebut banyak
dipengaruhi oleh gejolak psikologis. Contoh ngidam yang
lazim terjadi di masyarakat seperti: ngidam makanan
(buah-buahan, dll), membenci menu favorit, membenci
suami sendiri dan sebagainya.
kaarena itu, harus menjadi keyakinan setiap calon orang tua bahwa
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orang tua atau
antara lain:
a) Masalah Makanan
Makanan yang bermutu secara sederhana dapat
berikut:
- Memiliki kandungan gizi dan vitamin yang cukup.
- Bebas dari pencemaran.
- Tidak kadaluwarsa.
- Jumlah yang cukup sesuai dengan aturan makan
yang lazim.
- Dalam hal makanan itu perlu dimasak terlebih
dahulu, maka cara memasaknya harus sesuai dengan
aturan yang berlaku.
hal ini yang patut diperhatikan adalah sumber dan cara itu tidak
memakannya.
121
sebagai berikut:
Makanan yang dapat dikonsumsi adalah makanan yang
memiliki kandungan gizi yang bisa membentuk sifat-
sifat satwam (makanan yang mengakibatkan manusia
memiliki sifat kedewataan). Artinya makanan yang
segar, baik dan memenuhi standar gizi yang menurut
para medis dikategorikan makanan empat sehat lima
sempurna, (seperti: nasi, lauk pauk, sayur-mayur, buah-
buahan, susu dan air yang mengandung zat mineral). Di
luar makanan tersebut di atas, dikategorikan sebagai
makanan-makanan yang sifatnya rajasika (makanan
yang membangkitkan sifat-sifat keras) dan tamasika
(makanan yang membangkitkan sifat-sifat malas). Oleh
karenanya, makanan yang mengandung sifat rajasika
dan tamasika diupayakan untuk dihindari oleh manusia
yang menginginkan hidup dan kesehatan yang lebih
baik, lebih-lebih bagi seorang wanita yang sedang
hamil dan menginginkan lahirnya seorang anak yang
baik. Gaya (Wawancara, 22 Agustus 2016).
jenjang berikutnya.
b) Masalah perilaku orang tua
Perilaku orang tua ikut mempengaruhi proses mendidik
Terjemahannya:
Sudah tiba saatnya, genap tiga bulan langit, Kameluh
Putak Bulan Janjulen Karangan mengandung anaknya,
maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
melaksanakan semua upacara yang sudah dipesan oleh
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU,
yaitu: Melaksanakan Upacara Paleteng Kalangkang
Sawang, untuk kandungan isterinya.
keturunannya.
125
berikut:
Kalute kea amun jadi sukup katahie tinai, nduan uju bulan
tanggar langit, Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut malalus peteh mandehen RANYING HATALLA ewen
ndue JATHA BALAWANG BULAU, ie Manyaki Ehet palus
manyadia Sangguhan Manak akan bulan bawi bambaie
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
Terjemahannya:
Demikian pula apabila suda tiba saatnya tujuh bulan
langit, Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
melaksanakan lagi pesan RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU Manyaki Ehet isterinya
langsung mempersiapkan Sangguhan Manak, yaitu:
Tempat melahirkan untuk isterinya Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan.
126
Hatalla dan Jatha Balawang Bulau. Terkait tentang ritual ini, Gaya
isterinya.
Sangguhan Manak merupakan suatu benda yang
sang anak adalah masa-masa yang sangat sensitif dan penuh resiko.
127
bahwa:
Pada anak usia dini memiliki harapan yang tinggi
mempelajari segala hal. Artinya, anak dapat diajari dan
dididik untuk melakukan apa saja dan mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi meskipun hasilnya sangat
buruk, bahkan terkesan mustahil.
(golden age), saat itu anak telah dididik dan dibimbing untuk
129
pula bahwa:
Keseluruhan upacara sejak dalam kandungan sampai
kematian bertujuan untuk memperoleh sifat-sifat baik
untuk kemuliaan jiwa, yaitu: kemurahan hati, kesabaran,
bebas dari iri hati, kesucian, ketenangan, perilaku yang
baik, bebas dari dorongan nafsu dan bebas dari lobha dan
tamak.
mulia, sehat, cerdas, berperilaku yang baik, sopan santun, taat pada
yang baru lahir, dimana hal ini berdasarkan pada isi Panaturan
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
menyampaikan korban suci kepada RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU, sekaligus melaksanakan
Upacara Nahunan, yaitu: Upacara pemberian nama bagi
ketiga bayinya.
berikut:
Sana ewen RAJA UJU HAKANDUANG jadi sembang
Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung
Nyaring, te ewen malalus gawin Nahunan garing
tarantang Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut
sintung telu, palus manyaki-malase tumun peteh tuntang
kahandak RANYING HATALLA ewen ndue JATHA
BALAWANG BULAU, hayak nanggare gangguranan arae,
iete:
- Raja Sangen
- Raja Sangiang
- Raja Bunu
Terjemahannya:
Setiba Raja Uju Hakanduang di Bukit Batu Nindan
Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring, mereka
melaksanakan Upacara Nahunan bagi bayi Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Raja Uju
Hakanduang mengoles darah hewan kurban pada mereka,
131
kelahiran bayi sampai saat ini masih terjaga dan terlaksana oleh
hewan korban.
Dalam penelitiannya, Gaya (2012: 103) menjelaskan
anak.
Pendidikan anak menurut ajaran Hindu Kaharingan yang
Sangiang dan Raja Bunu adalah pantar pinang atau sirih pinang.
Menurut Gaya menjelaskan sebagai berikut ini:
Pantar pinang yang dituturkan dalam Panaturan tersebut
adalah kegiatan makan buah pinang (menginang/manyipa)
dan daun sirih yang menjadi makanan pokok orang-orang
di Pantai Danum Sangiang (alam atas), dalam ritual di
kehidupan manusia (Pantai Danum Kalunen), buah pinang
senantiasa digunakan sebagai salah satu sarana setiap
upacara kegamaan Hindu Kaharingan di Kalimantan
Tengah. (Wawancara, 8 Agustus 2016).
terdiri dari daun sirih, kapur, buah pinang dan tembakau, cara
sudah lahir ke dunia harus menjadi perhatian utama bagi orang tua.
anak usia balita (bayi di bawah lima tahun) antara lain sebagai
berikut.
1) Tidak bersikap memanjakan yang berlebihan.
2) Dalam hal mendiamkan anak yang sedang menangis,
hendaknya dihindari cara menakuti-nakuti, karena
dapat membentuk anak menjadi pribadi yang penakut.
136
pokok Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu kala itu, bahwa
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau bagi Raja Bunu. Hal
tersebut adalah ciri pertama bahwa kelak kehidupan Raja Bunu dan
pinang.
Meskipun demikian Ranying Hatalla senantiasa
Terjemahannya:
Dengan segala Kekuatan dan Kekuasaannya RANYING
HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU berfirman
kepada Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, IA menjadikan
sebuah guci Lalang Tambangap Langit yang di dalamnya
telah berisi Behas Nyangen Tingang dan mulut guci
tersebut ditutup dengan dendeng Ikan Ilai-Ilai Langit,
yang telah kering dan kedua barang ini tidak pernah
kurang untuk selama-lamanya.
lain, ada rasa kasih sayang yang sama diberikan pada masing-
masing anak sehingga setiap anak tidak akan muncul rasa tidak
Terjemahannya:
Dari hari ke hari, mereka bertiga sudah semakin besar dan
mulai dewasa, ditambah lagi semakin gagah rupanya, ibu
dan bapaknya sangat gembira sekali hatinya melihat
perkembangan/pertumbuhan ketiga anaknya tersebut.
Raja Bunu kian pesat setiap harinya dan telah terlihat perubahan-
Terjemahannya:
Ketiga mereka sangat suka bermain-main, bermain gasing
di pekarangan, di samping itu pula mereka suka menaiki
pohon kayu dan mandi di sungai.
anak pada periode ini ditunjukan pada proses bermain ketiga anak
adalah:
selain itu kemampuan mentalnya juga akan terasah dan ia pun akan
keterampilan fisiknya.
Menurut Ratnawati (2002: 89-90) menjelaskan bahwa:
Anak dibiarkan bebas bergerak sesuai dengan umur
mereka, semakin banyak bergerak, semakin baik untuk
otot-ototnya. Ia juga menyebut bahwa anak usia
prasekolah 3-4 tahun lebih menekankan aktifitas fisik
menyerupai senam, seperti akrobatik, meloncat, dan
melengkungkan badan.
yang tetap dan harus dibatasi pula agar anak tidak pula bermain
secara berlebihan.
5) Fase Anak-Anak
Menurut Danim dan Khairil (2011: 72), pada usia 6-12
keterampilan berenang.
Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau mengetahui
Terjemahannya:
Entah bagaimana, dipertengahan mereka bertiga mandi
tersebut, tiba-tiba saja mereka bertiga melihat ada
sepotong besi yang ujungnya timbul di permukaan air dan
di bagian pangkalnya tenggelam di bawah air.
Terjemahannya:
145
berikut ini:
Kilen kea Raja Sangen tuntang Raja Sangiang manekap
sanaman te hila puntunge ije lampang; Limbah te ampie
Raja Bunu manekap puntung sanaman hila ije leteng.
Terjemahannya:
Entah bagaimana Raja Sangen dan Raja Sangiang
memegang besi itu di bagian ujungnya yang timbul,
kemudian Raja Bunu memegang bagian pangkal besi itu
yang tenggelam.
kedua bagi kehidupan Raja Bunu di masa yang akan datang. Hal
Terjemahannya:
RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG BULAU
sudah terlebih dahulu mengetahui akan semuanya itu;
Disertai bunyi Guntur menggemuruh alam semesta, Petir
Halilintar menggelegar buana, besi tersebut langsung
berubah menjadi tiga buah Duhung Papan Benteng, tiga
buah Ranying Pandereh Bunu dan tiga buah Sipet
Lumpung Nanjeman Penyang.
berburu.
6) Fase Remaja
Masa remaja merupakan suatu tahap dimana manusia
sudah semakin besar dan mulai dewasa. Periode ini juga dapat
yaitu:
Kalute kahanjak pahalawang huang indang apange,
nuntun garing tarantang uras baling tambange.
Terjemahannya:
Demikian gembiranya ibu dan bapak mereka, melihat
anak-anaknya semua sehat dan gagah perkasa.
fisik ketiganya, yakni sehat dan gagah perkasa. Hal yang penting di
anak berada pada usia 12-15 tahun, dia telah tumbuh sebagai
individu yang lebih besar, lebih nyata adanya, dia mulai berangkat
anak yang dialami Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu
ini:
Bilak dia bahelang andau ewen sintung telu tulak mengan
mambuang lawing, hakaliling Bukit Batu Nindan Tarung,
Kereng Liang Bantilung Nyaring, nyamah karen metu
burung uras nunjung ikeh tingang mantang pain bukit
panjang.
Terjemahannya:
Hampir tidak pernah ada waktu dilewatkan oleh mereka
bertiga untuk berburu masuk ke hutan sekeliling Bukit
Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring,
sehingga burung-burung dan binatang lainnya takut dan
tidak menampakkan dirinya.
maka Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu, tidak pernah
ketiganya.
Proses pendidikan yang dialami ketiga anak Manyamei
Terjemahannya:
Segala sesuatu yang dikehendaki RANYING HATALLA
dan JATHA BALAWANG BULAU, menjadikan harta
pusaka seekor Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran
Tandang Barikur Hintan, berada di Bukit Engkan
Penyang, memang sudah diberitahukan sebelumnya
kepada Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan oleh RANYING
HATALLA.
sebagai gajah besar yang memiliki ikat kepala dari Intan, dan
emas, intan, lilis lamiang, guci balanga dan gong yang berkilauan.
Awalnya kejadian perselisihan ketiganya yang
Terjemahannya:
Kemudian Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan kejadian menjadi Kayu Nyarataka Alam,
yang berbungakan emas permata, intan berlian,
berdaunkan kain berwarna-warni, berbakal buah
garanuhing kecil, berbuah bua garing belum, berbuku
cincin permata, dan selalu mengalirkan air suci kehidupan
bagi kehidupan Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang,
Rundung Raja Isen Kamalesu Uhate.
Bulau, merupakan ciri ketiga bagi kehidupan Raja Bunu yang akan
kekal abadi.
Ayat dalam pasal-pasal Panaturan yang diuraikan di atas sebagaimana
oleh orang tua sejak anak berada dalam kandungan ibunya (prenatal) dan
Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan kepada ketiga anaknya
anak yang berwatak dan berkarakter baik, berbakti kepada orang tua dan
leluhur serta taat kepada ajaran agama. Ada beberapa unsur penting dalam
pendidikan anak yang diberikan sejak dini. Berbagai cara, bentuk, teknik
kadang kala dilakukan orang tua agar anak kelak tumbuh dan bisa menjadi
anak yang baik dan membanggakan orang tuanya. Namun sejalan dengan hal
tersebut, pendidikan bagi anak tidak akan lengkap secara spiritual bila tidak
masa depan.
157
anak menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan dalam Kitab Suci Panaturan,
orang tua atau orang yang mengasuhnya. Menurut Zakiah Daradjat (dalam
anak, yaitu secara sosial yang diperoleh dengan tingkat jalinan interaksi
dari orang tua, saudara, teman bermain, masyarakat secara luas, hingga
yang percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan itu adalah sumber segala yang
Ranying Hatalla merupakan awal dan akhir segala kejadian yang ada
menyebutkan:
AKU tuh RANYING HATALLA ije paling kuasae, tamparan
taluh handiai tuntang kahapuse, tuntang kalawa jetuh iete
kalawa pambelum, ije inanggare-KU ganggarunan arae
bagare HINTAN KAHARINGAN.
Terjemahannya:
AKU inilah RANYING HATALLA Yang Maha Kuasa, Awal dan
Akhir segala kejadian, dan cahaya kemuliaan-KU yang terang,
bersih dan suci, adalah Cahaya Kehidupan yang kekal abadi,
dan AKU sebut ia HINTAN KAHARINGAN.
menciptakan alam semesta beserta isinya. Ia hanya ada satu, tidak ada
Terjemahannya:
RANYING HATALLA sudah berkehendak demikian, begitu
pula IA menjadikan segala Kehendaknya untuk masa
mendatang; Maka IA berfirman: Sekarang tibalah saatnya
AKU menciptakan wujud serupa AKU untuk mengisi
kehidupan dunia yang AKU kehendaki, karena sesungguhnya
kehidupan itu adalah AKU.
Ranying Hatalla adalah mutlak. Jadi, apa yang telah Ranying Hatalla
adalah perwujudan rasa terima kasih, ungkapan rasa syukur atas berkat
yaitu:
Palus hamauh ie, kuae: Kareh amun sama bujur-kabajuran
karangkan lingungku nuah garing tarantang, aku mangantung
hajat, mandehen miat umba RANYING HATALLA ewen ndue
JATHA BALAWANG BULAU.
Terjemahannya:
Berkata pula ia, nanti kalau betul-betul harapanku
mendapatkan anak keturunanku, aku berjanji untuk bersyukur
kepada RANYING HATALLA dan JATHA BALAWANG
BULAU.
160
segala sesuatu yang ada di dunia ini termasuk apa yang menjadi
Terjemahannya:
Maka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut,
menyampaikan korban suci kepada RANYING HATALLA dan
JATHA BALAWANG BULAU, sekaligus melaksanakan
Upacara Nahunan, yaitu: Upacara pemberian nama bagi ketiga
bayinya.
manusia pun yang lepas dari hukum yadnya. Dari kutipan ayat
membentang di atas bumi ini, dan berada di atas semua makhluk yang
ada di alam ini. Ranying Hatalla dalam sifatnya yang nyata (skala),
Terjemahannya:
Sesudah mereka bertemu di atas Puncak Bukit Bulau
Kangantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka
Langit, mereka membuka kuasa dan kebesaran-NYA; Bersama
itu RANYING HATALLA berfirman: Alangkah indahnya jika
AKU menjadikan Bumi, Langit, Bulan, Bintang, Matahari dan
segala isinya.
bahwa ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih tinggi dan melebihi dari
memiliki keterbatasan.
c. Petak Tapajakan
Petak tapajakan dimaknai sebagai tanah tempat berpijak atau
Ranying Hatalla sebagai sumber segala unsur yang ada pada setiap
Terjemahannya:
Demikian pesan RANYING HATALLA melalui RAJA UJU
HAKANDUANG yang disampaikan kepada Manyamei
Tunggul Garing Janjahunan Laut, dan ia memeliharanya
dengan sebaik-baiknya segala berkat kasih serta kehendak
yang diatur oleh RANYING HATALLA kepadanya, yang
nantinya akan diatur lagi dalam kehidupan di dunia,
sebagaimana awalnya ada, begitu pula ia kembali menyatu
RANYING HATALLA.
yang ia peroleh.
Nilai pendidikan yang terkandung dalam uraian di atas adalah
agar hendaknya tidak lupa diri dan terlena dengan kehidupan yang
Kaharingan sangat meyakini bahwa tanpa air tidak ada satu makhluk
untuk makan dan minum, dan membersihkan diri dari kotoran secara
kehidupannya.
165
kebutuhan hidup, dan hal tersebut harus dilakukan oleh setiap orang.
e. Kalata Padadukan
Kalata Padadukan adalah alam semesta beserta isinya yang
bumi.
Dapat disimpulkan bahwa aspek ketuhanan yang terkandung dalam
yaitu kata etos atau la ethos, yang berarti kebiasaan atau adat. Etika
dalam aspek etika adalah melalui tata aturan yang diajarkan Ranying
dilakukan dan larangan mana yang harus dihindari, dari hal mana yang
suatu tindakan.
Sedangkan, pengetahuan bagi perkembangan psikomotorik
berperan utama dalam membantu anak menjadi tumbuh sehat, cerdas dan
genius. Anak yang sejak kecil perbuatan dan tingkah lakunya sudah dilatih
Sebagaimana yang dialami Raja Sangen, Raja Sangiang dan Raja Bunu
mengacu pada sebutan baik dan tidak baik. Sebagaimana asal mula
mengenai segala yang terjadi akibat hubungan yang telah dilakukan oleh
di kehidupan keduanya akibat perbuatan atau tingkah laku yang tidak baik
suatu perbuatan atau tingkah laku yang tidak baik. Hal ini apabila
Hatalla/Tuhan Yang Maha Esa, agar apa yang diinginkan dapat tercapai
yang diberikan sejak dini terhadap anak memberikan efek positif terhadap
melaksanakan upacara dengan konsep ajaran yakni desa, kala dan patra
tulus ikhlas kepada Ranying Hatalla (Tuhan Yang Maha Esa). Upacara
juga diyakini sebagai media untuk memohon berkat dan anugerah dari
berada dalam kandungan hingga anak lahir ke dunia tidak terlepas dari
atas ajaran yang diajarkan Ranying Hatalla kepada Raja Bunu dan
mencakup beberapa aspek bagi anak, yaitu aspek rasa keyakinan terhadap
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, aspek kognitif, psikomotorik dan
sosial-emosional anak.
BAB IV
PENUTUP
171
A. Simpulan
Dari beberapa permasalahan yang dibahas di atas, ada pun yang
anak yang suputra, seorang anak yang berwatak dan berkarakter baik dan
benar, berbakti kepada orang tua dan leluhur serta taat kepada ajaran
agama.
2. Pendidikan kepada anak menurut ajaran Agama Hindu Kaharigan secara
orang tua sejak anak masih berada dalam kandungan (prenatal) dan setelah
dapat memahami baik dan benar baik pemikiran, perkataan, dan perbuatan
yang sesuai dengan ajaran agama yang diyakini dan dianutnya; (2)
yakni membantu anak menjadi tumbuh sehat, cerdas dan genius dengan
tersebut terkandung dalam Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yang terdiri
tiga, antara lain: (1) Aspek Ketuhanan, (2) Aspek Etika, dan (3) Aspek
dalam hal ini adalah Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan
B. Saran
Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pembaca kaum cendikiawan, kaum akademisi dan para peneliti
Panaturan.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan yang relevan bagi para orang tua