Anda di halaman 1dari 58

USULAN PENELITIAN

PERANAN GURU DALAM IMPLEMENTASI


PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PERKERTI
PADA SISWA DI SDN 3 PERING KECAMATAN
BLABATUH KABUPATEN GIANYAR

GEDE INDRA GUNAWAN

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2022
USULAN PENELITIAN

PERANAN GURU DALAM IMPLEMENTASI


PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PERKERTI
PADA SISWA DI SDN 3 PERING KECAMATAN
BLABATUH KABUPATEN GIANYAR

GEDE INDRA GUNAWAN


NIM. 1811011079

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2022

i
USULAN PENELITIAN

PERANAN GURU DALAM IMPLEMENTASI


PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PERKERTI
PADA SISWA DI SDN 3 PERING KECAMATAN
BLABATUH KABUPATEN GIANYAR

Oleh
GEDE INDRA GUNAWAN
NIM. 1811011079

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL

PERANAN GURU DALAM IMPLEMENTASI


PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PERKERTI
PADA SISWA DI SDN 3 PERING KECAMATAN
BLABATUH KABUPATEN GIANYAR

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI UNTUK DIUJI


OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua Jurusan
Prof. Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si Pendidikan Agama
Ni Wayan Sri Prabawati Kusuma Dewi, M.Pd.H
NIP.19561231 197903 1 037 NIP.19890322 201801 2 001

Dr. I Made Wirahadi Kusuma, SH., M.Pd.H.,


NIP. 19821230 201101 1 008

iii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas asung kertha waranugraha-Nya, proposal penelitian yang berjudul

“Peranan Guru Dalam Implementasi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Pada Siswa di SDN 3 Pering Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar” dapat

dislesaikan. Tersusunnya karya tulis ini bukanlah hasil pemikiran sendiri, akan tetapi

berkat dan dukungan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., Rektor Universitas Hindu

Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar yang memberikan fasilitas selama

menempuh perkuliahan di UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

2. Dr. Made Redana, M.Si, Dekan Fakultas Dharma Acarya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama kuliah.

3. Dr. I Made Wirahadi Kusuma, SH., M.Pd.H., Ketua Jurusan Pendidikan

Agama yang telah membantu administrasi dan telah memberikan arahan dan

motivasi selama proses perkuliahan.

4. Prof. Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si., Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk serta arahan dalam penulisan proposal

penelitian ini, khususnya tentang esensial kandungan materi, pembahasan

atau isi dari proposal.

v
5. Ni Wayan Sri Prabawati Kusuma Dewi, M.Pd.H., Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan proposal penelitian

ini, dari segi penyusunan secara teknis, sehingga secara langsung

memberikan acuan kepada penulis untuk mampu menyusun karya ilmiah

dalam bentuk skripsi dengan struktur teknis penulisan yang sesuai dengan

standar.

6. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Dharma Acarya yang telah

memberikan kontribusi dan ilmunya kepada penulis dengan penuh kesabaran

dan ketekunan memberikan materi dalam proses perkuliahan.

7. Jajaran Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Dharma Acarya yang banyak

memberikan kontribusi atau bantuan kepada penulis.

8. Orang Tua, saudara dan pacar yang selalu memberikan motivasi dan

masukan hingga proposal ini dapat terselesaikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persau dan rekan-rekan

seperjuangan yang telah memberikan dukungan dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena

keterbatasan pengetahuan penulis dan kemampuan yang ada pada penulis, sehingga

kritik dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan penelitian ini sangat penulis

harapkan. Akhir kata, Penulis haturkan rasa hormat terhadap guru-guru spiritual

yang telah memberikan jalan terang bagi setiap insan, para pendidik yang telah

membangun karakter generasi muda.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 7 Maret 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
HALAMAN JUDUL....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI ................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................9
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis ..............................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL


PENELITIAN

2.1 Kajian Hasil penelitian Yang Relevan.....................................................10


2.2 Konsep.....................................................................................................15
2.2.1 Peranan Guru Dalam Implementasi Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti ............................................................................................15
2.3 Landasan Teori.........................................................................................19
2.3.1 Teori Behavioristik ........................................................................19
2.3.2 Teori Konstruktivisme....................................................................20
2.4 Model penelitian .....................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................27

vii
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................29
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................30
3.3.1 Jenis Data .......................................................................................30
3.3.2 Sumber Data ...................................................................................30
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................31
3.4.1 Objek Penelitian..............................................................................32
3.4.2 Subjek Penelitian ...........................................................................32
3.5 Teknik Penentuan Informan ..................................................................33
3.6 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................33
3.3.1 Observasi ........................................................................................33
3.3.2 Wawancara......................................................................................34
3.3.3 Studi Kepustakaan .........................................................................35
3.3.4 Studi Dokumentasi .........................................................................36
3.7 Teknik Pengecekan Keabsahan Data Kualitatif.....................................36
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................37
3.9 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ...................................................38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................39

OUTLINE PENELITIAN

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena

manusia memiliki suara (sabda), tenaga (bayu), dan Pikiran (idep). Dari

pemikiran yang dimiliki, manusia akan merasakan bahwa dalam mengarungi

kehidupan, manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti perlu teman untuk berbicara,

sehingga terjadi interaksi antara manusi satu dengan yang lainnya.

Perkembangan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

canggih, maka para guru maupun orang tua akan mendapat banyak tantangan

dalam menghadapi perkembangan jaman, yang nantinya diberikan kepada siswa,

pada umumnya siswa mudah sekali terpengaruh. Mengingat pada itu jiwanya

sedang labil, sedang mengalami gejolak jiwa, memiliki rasa emosi yang tinggi,

memiliki kecenderungan untuk meniru sesuatu yang baru, mudah kena pengaruh

lingkungan yang tidak bisa diterima masyarakat ramai. Perilaku anak pada jaman

sekarang yaitu: bersikap acuh tak acuh / tidak hormat terhadap orang tua maupun

guru di sekolah, suka kebut-kebutan di jalan, suka minum-minuman keras dan

lain sebagainya. Hal semacam ini menyebabkan hilangnya wibawa di kalangan

keluarga, sekolah, masyrakat, bahkan hilangnya wibawa seorang guru agama,

sehingga anak memiliki sifat acuh tak acuh, tidak ada rasa hormat terhadap

siapapun. Karena pada masa tersebut anak sangat memerlukan teman bicara

1
untuk mencurahkan isi hatinya. Kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah

tertanam

2
2

dalam diri, sesuai tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara

kesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah

ditentukan, sikap dan perilaku ini diwujudkan dengan perilaku yang konsisten

taat asas menuju tujuan tanpa perlu pengawasan, dan dorongan secara terus

menerus. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungan dengan Tuhan dan diri sendiri

(Titib, 2006: 63-64).

Sekarang ini guru Agama Hindu memiliki peranan yang sangat penting

dalam mengatasi penyimpangan perilaku bagi para siswa. Pembinaan moral

spiritual ini mengacu pada peningkatan kesadaran beragama untuk membentuk

kepribadian yang utuh dengan keimanan yang kuat serta fisik yang tangguh.

Apabila keadaan tidak terkendali akan mengakibatkan dampak negative bagi

moral generasi Hindu. Penyimpangan perilaku dapat diatasi dengan

meningkatkan pendalaman ajaran agama, sehingga lebih memahami,

mengamalkan dan menghayati ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini dapat direalisasikan oleh guru agama Hindu dengan membeberikan

bimbinganbimbingan dan pengetahuan etika sehingga para siswa Hindu menjadi

generasi penerus bangsa yang berbudi luhur serta berkeyakinan (sradha) yang

mantap.

Krisis moralitas mesti diakhiri dengan meningkatkan pendidikan Agama

yang menekankan pada pendidikan budhi pekerti sejalan dengan pengembangan

kurikulum lainnya dan terintegrasinya dalam semua asfek kegiatan pendidikan ,

maka secara perlahan dan pasti mengatasi persoalan yang menyangkut tegaknya

moralitas. Pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan nilai-nilai


3

moral sekarang ini, apa yang dilakukan dalam keluarga dan sekolah terhadap

ketidak
3

jelasan nilai-nilai moralitas, seperti apa yang terungkap sebelumnya bahwa

Agama tanpa moral jelas agama itu tidak punya pengaruh dalam hidup

seseorang.Iman tanpa perbuatan adalah mati (Titib 2003 : 22)

Pendidikan adalah salah satu sektor dalam pembangunan di bidang karakter

bangasa, mengingat pendidikan adalah sebuah proses untuk menciptakan

pemikira yang modern serta membentuk prilaku-prilaku baru yang nantinya akan

menciptakan generasi yang baik. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB

XIII Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang mengamanatkan bahwa semua warga Negara

berhak mendapatkan pendidikan, sehingga pemerataan penyelenggaraan

pendidikan merupakan tuntutan bagi semua lapisan masyarakat, khususnya

pendidikan agama hindu dan budi pekerti hal ini di karenakan pendidikan

merupakan wujud dalam membangun prilaku anak atau peserta didik untuk lebih

memiliki budi pekerti yang luhur karna anak adalah sebagai pondasi dasar untuk

membangun bangsa. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang

termasuk di dalamnya nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang

atau sekelompok orang bagi pengaturan tigkah lakunya. Dalam arti melakukan

yang baik dan tidak melanggar norma kesopanan yang ada. Seorang anak harus

memiliki Budi pekerti untuk bisa mengontrol tingkah laku dirinya terhadap

orang-orang disekeliingnya. Beberapa orang tertentu harus dihormati secata

khusus, seperti orang tua, guru (pendidik), dan orang yang lebih tua.

Anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki hak untuk tumbuh dan

berkembang dengan optimal, karena anak merupakan generasi masa depan yang
4

akan menentukan baik-buruknya suatu bangsa melalui pendidikan yang

berkualitas. Pendidikan bertujuan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas

otaknya dan terampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan mereka

memahami kemajuan dan pola adaptasi dalam menjalani pendidikan itu sendiri,

oleh karena itu pendidikan tidak semata-mata mentrasfer ilmu pengetahuan

kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai-nilai aspek kehidupan dan

nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Transfer nilai aspek kehidupan

bersifat universal, diharapkan peserta didik dapat menghargai kehidupan orang

lain yang tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri.

Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah-

masalah besar yang dihadapi umat manusia tumbuh dengan pesat, sementara di

lain pihak kemajuan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia bergerak

dengan lamban. Masalah-masalah besar tersebut terjadi akibat prilakunya sendiri.

Manusia dalam berprilaku, baik melalui perkataan, pemikiran maupun perbuatan

secara langsung dan tidak langsung, biasanya tidak dilandasi atas etika dan moral

yag baik. Dalam lingkungan sekolah misalnya sering terjadinya pertengkaran

antar siswa, tidak mau belajar, melanggar aturan sekolah, sopan santun siswa

dalam berkomunikasi baik sesama temannya maupun dengan guru masih kurang

baik. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai moral yang dijadikan

pegangan sudah semakin hilang. Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak

tersebut menitik beratkan kepada pembentukan mental anak atau agar terhindar

dari perilaku yang menyimpang.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
5

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Sumber daya manusia yang berkualitas

sangat diperlukan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat dalam era

Globalisasi. Selain itu juga pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia

sebagai pribadi yang bermoral, sehingga pendidikan dititik beratkan pada upaya

pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian mengintegrasikan, serta

mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam prilaku.

Menurut UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta mempunyai akhlak

yang mulia.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum K13 yang dipergunakan dalam proses pembeljaran merupakan

kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan. K13 terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,

dan silabus.

Pendidikan agama menjadi sangat penting ketika runtuhnya sistem nilai,

termasuk nilai etika, dan moralitas sebagai akibat penetrasi kemajuan zaman
6

yang tanpa filterasi. Kondisi ini dapat disaksikan betapa masyarakat saat ini telah

tenggelam dalam kebebasan (reformasi) yang justru semakin menenggelamkan

bangsa ini dalam krisis moral, terutama di saat pandemi seperti sekarang dengan

sistem belajar dari rumah.

Dari segi negatif yang timbul akibat adanya pergeseran nilai, sikap dan

perilaku tersebut perlu diantisipasi sedini mungkin. Untuk memperbaiki dan

membangun kembali agar peserta didik bersikap, berperilaku, beretika, dan

bermoral sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Agama. Langkah

awal yang mesti dilakukan adalah membina mentalnya, wataknya atau

karakternya, dan peribadinya dari yang kurang baik agar menjadi baik. Dalam

membina mental, watak atau karakter dan pribadinya lebih ditekankan pada

pembinaan budi pekerti, karena dengan penekanan pada pembinaan budi pekerti

diharapkan bisa terwujud peserta didik disamping cerdas intelektualnya, juga

memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nili-nilai dan norma-norma ajaran

agama, sebab pembinaan budi pekerti pada hakekatnya adalah pengalaman dari

ajaran-ajaran agama. Agar pembinaan budi pekerti bisa tercapai sesuai dengan

harapan, maka perlu dicari pola yang tepat untuk bisa mewujudkan peserta didik

yang berbudi pekerti yang luhur.

Pendidikan Agama Hindu merupakan pendidikan yang mengarahkan

tingkah laku umatnya untuk selalu berbuat kebaikan. Pendidikan Agama Hindu

menekankan pada pendidikan etika dan moral manusia. Sesungguhnya susastra

Hindu banyak sekali mengajarkan perilaku baik, luhur dan mulia untuk

tercapainya ketentraman, keamanan, dan kedamian dunia.


7

Sekolahh Dasar Negeri 3 Pering sudah tentu tidak menginginkan siswanya

berprilaku menyimpang akibat lokasi sekolah dan asal siswa yang sebagian besar

berasal dari wilayah desa itu sendiri dan wilayah kota yang sedang berkembang

menjadi kota besar. Jika diperhatikan dengan seksama maka sudah terdapat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu menurunnya tingkat

kedisiplinan siswa. Hal ini merupakan keprihatinan di mana pada sekolah yang

berprestasi ini ternyata ada juga prilaku-prilaku siswa di SDN 3 Pering yang

melanggar aturan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik

tentang penerapan ajaran budi pekerti dalam penelitian ini dengan mengambil

judul “Implementasi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pada Siswa Di

SDN 3 Pering Kecamatan Blabatuh Kabupaten Gianyar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang

dijadikan objek penelitian ini, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses implementasi pendidikan Agama Hindu dan budi

pekerti pada siswa SDN 3 Pering?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam

implementasi pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti pada siswa SDN

3 Pering?
8

3. Bagaimana implikasi pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti pada

siswa SDN 3 Pering?

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian biasanya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Penelitian

ini memilki beberapa tujuan yang dapat dijadikan dasar untuk mendapatkan hasil

yang sesuai dengan apa yang diteliti. Sehubungan dengan hal tersebut tujuan

penelitian ini menyangkut dua hal, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru

Agama Hidu dalam menerapkan menerapkan ajaran budi pekerti pada siswa

Sekolah Dasar Negeri 3 Pering, agar nantinya dapat di jadikan pedoman dalam

bergaul baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses implementasi pendidikan Agama Hindu dan

budi pekerti pada siswa SDN 3 Pering.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan

pendukung dalam implementasi pendidikan Agama Hindu dan pada

siswa SDN 3 Pering.

3. Untuk mengetahui implikasi pendidikan Agama Hindu dan budi

pekerti pada siswa SDN 3 Pering.


9

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian selalu memberikan manfaat, diharapkan agar penelitian

ini memberikan manfaat yang nantinya dijadikan acuan dalam penelitian

berikutnya mengenai pokok permasalahan yang sesuai. Manfaat yang diperoleh

dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan tentang

implementasi pendidikan budi pekerti pada siswa di SD N 3 Pering dan dapat

digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara Praktis, penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Bagi guru, dengen adanya penelitian ini diharapkan guru dapat kreatif

dan mengembangkan sifat budi pekerti anak dengan menekankan

aspek kehidupan moral, sehingga dapat mewujudkan generasi penerus

yang mempunyai sradha dan bhakti yang kuat.

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang

budi pekerti serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi peneliti, sebagai pengelaman lapanngan dalamm menerapkan

ilmu pendidikan anak pada siswa SD.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian Hasil yang relevan adalah mengkaji pustaka–pustaka terdahulu yang

dianggap relevan dengan judul yang dipakai sebagai bahan pembanding bagi peneliti

selanjutnya. Setiap penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan memiliki keterkaitan

dengan penelitian yang terdahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya

pengulangan topik bahasan penelitian yang sama. Untuk itu kajian pustaka menjadi

sangat penting dipergunakan untuk melihat perbedaan dan persamaan penelitian

yang sedang dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Menurut Pohan dalam

Prastowo (2012:81) kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka) bertujuan

mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau

pendekatan yang pernah berkembang dan telah didokumentasikan dalam bentuk

buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain

yang terdapat di perpustakaan.

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang telah dilakukan, maka dalam

penelitian ini didapatkan beberapa sumber pustaka yang dipandang relevan sebagai

pendukung serta pembanding, diantaranya:

Cahyadi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Aplikasi Ajaran Tri

Kaya Parisudha dalam Meningkatkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Siiswa kelas

VI di SD Semarapura Kauh Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung”

10
menyatakan bahwa peranan guru dalam aplikasi Tri Kaya Parisudha guna

meningkatkan

11
11

Pendidikan Budhi Pekerti pada siswa kelas VI di SD Semarapura Kauh sangat

berperan penting dalam menjadi pengajar, pendidik, dan motivator untuk

memberikan penerapan dari ajaran Tri Kaya Parisudha agar para siswa bisa

bertingkah laku yang baik dan bisa meningkatkan pendidikan budi pekertinya.

Persamaan penelitian Cahyadi dengan penelitian ini adalah sama-sama menerapkan

pendidikan budi pekerti pada siswa SD. Perbedaan penelitian Cahyadi dengan

penelitian ini adalah penelitian Cahyadi lebih memfokuskan pada Tri Kaya

Parisudha sedangkan penelitian ini lebih fokus pada pendidikan budi pekertinya.

Kontribusi penelitian Cahyadi terhadap penelitian yang dilaksanakan adalah

membantu mengidentifikasikan gambaran pendidik atau guru-guru dalam

mengimplementaasikan pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di sekolah

sehingga penelitian ini dapat menggambarkan cara mendidik di sekolah.

Siti Fatimah, Nurul Zuriah, dan M Syahri (2016), dengan penelitian

berjudul “Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Dalam Menanggulangi Kenakalan

Siswa” menyatakan bahwa budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang

sungguh-sungguh dilaksanakan dan bukan sekedar kebiasaan, tetapi berdasar

pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi lebih baik. Pendidikan Budi Pekerti

adalah upaya yang terencana untuk menjadikan siswa mengenal, peduli, dan

menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku dan berbudi pekerti

yang baik. Perbedaan penelitian Siti, dkk dengan penelitian ini adalah, dimana

penelitian Siti, dkk lebih memfokuskan pada pendidikan budi pekerti dalam

kenakalan siswa sedangkan penelitian ini lebih memfokoskan ke budi pekrtinya.

Persamaan penelitian Siti,dkk adalah sama-sama bembahas tentang budi pekerti.

Kontribusi penelitian Siti,dkk terhadap penelitian yang di laksanakan adalah


12

membantu menganalisis implementasi pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di

sekolah terutama penanaman nilai-nilainya kepada siswa dari para gurunya.

Sama (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Pendidikan Budi

Pekerti Dalam Perubahan Perilaku Siswa Kelas II SMA Dwijendra : Perspektif

Antropologi Hukum Di Denpasar” menjelaskan bahwa perilaku menyimpang di

kalangan siswa hampir melanda seluruh SMA yang ada di Kota Denpasar,

penyimpangan yang terjadi seperti bolos sekolah, tidak disiplin, tidak tertib waktu.

Faktor tersebutlah yang memicu masuknya muatan pendidikan budi pekerti, seperti

menanamkan nilai etika, nilai persahabatan, nilai pendidikan, nilai batas moralitas

dan kesopanan, serta nilai pengendalian dan mawas diri. Perbedaaan penelitian

Nyoman Sama dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitiannya, dimana

penelitian sama dilakukan di SMA Dwijendra Denpasar sedangkan penelitian ini di

SDN 3 Pering Gianyar. Persamaan penelitian Nyoman Sama dengan penelitian ini

yaitu membahas tentang Pendidikan Budi Pekerti. Kontibusi penelitian Nyoman

Sama terhadap penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai pembanding

pelaksanaan pendidikan Budi pekerti disekolah sebagai lembaga formal yang

bertujuan untuk menekan dan mengurangi pelanggaran-pelanggaran di sekolah.

Darta, (2011) melakukan penelitian dengan judul Strategi Guru Agama

Hindu Dalam Menerapkan Ajaran Etika Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Gianyar. Penelitian ini mengisyratkan tentang pendidikan etika Hindu yaitu

mengubah perilaku menyimpang pada siswa, dengan maksud dalam proses

pembelajaran di kelas selalu menyelipkan ajaran etika terhadap siswa yang nantinya

dapat berperilaku sesual dengan ajaran agama. Dengan demikdian pendidikan yang

berkaitan ini dapat diwujud nyatakan dalam masing-masing pembelajaran oleh


13

seluruh komponen sekolah. Perbedaan penelitian Darta dengan penelitian ini adalah

pembahasan penelitian Darta strategi guru Agama Hindu dalam menerapkan etika di

sekolah sedangkan penelitian ini membahas tentangperanan guru dalam

implementasi pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti. Persamaan penelitian

Sudarsana dengan penelitian ini adalah pembahasan yang sama menyangkut guru

Agama Hindu. Kontribusi penelitian Darta terhadap penelitian yang di laksanakan

adalah untuk pembanding peranan guru disekolah sebagai lembaga formal yang

bertujuan untuk menekan dan mengurangi pelanggaran-pelanggaran di sekolah.

Narsa (2006), dalam tesis yang berjudul “Hubungan Persepsi Sikap dan

Pengetahuan Guru Dengan Pembelajaran Pendidikan Budhi Pekerti Pada Sekolah

Menengah Atas Swasta kota Denpasar”, memperoleh gambaran deskritif bahwa

guru-guru SMA Swasta kota Denpasar belu m memahami secara utuh tentang

pendidikan budhi pekerti, terkait dengan bahan ajar, metode pembelajaran,

kurikulum, dan satuan acara pembelajaran pendidikan budhi pekerti. Namun secara

prinsip sikap guru tentang pembelajaran Budhi Pekerti sangat positif, jika budhi

pekerti diterapkan sebagai satuan mata pelajaran di sekolah. Perbedaan penelitian

Narsa dengan penelitian ini adalah pembahasan penelitian Narsa Hubungan Persepsi

Sikap dan Pengetahuan Guru Dengan Pembelajaran Pendidikan Budhi Pekerti

sedangkan penelitian ini hanya membahas tentang peranan guru dalam implementasi

pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti. Persamaan penelitian Sudarsana dengan

penelitian ini adalah pembahasan yang sama menyangkut budi pekerti. Kontribusi

penelitian Sudarsana terhadap penelitian yang di laksanakan adalah untuk membantu

mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat pendidikan budi pekerti di

sekolah.
14

Sudarsana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Guru Agama

Hindu Dalam Pembelajaran Budi Pekerti di SD N 4 Pupuan, Tegalalang, Gianyar”

menyatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah moralitas atau ketatasusilaan

yang sangat berguna bagi anak ketika anak tersebut telah menjadi dewasa.

Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk membangun karakter seorang anak untuk

menjadi anak yang baik memancarkan sifat-sifat yang luhur, yakni sifat kedewasaan,

maka di sekolah dasar perlu diberikan pendidikan budi pekerti supaya bisa selalu

diingat sampai dewasa. Perbedaan penelitian Sudarsana dengan penelitian ini adalah

pembahasan penelitian sudarsana peranan guru Agama Hindu dalam pembelajaran

budi pekerti sedangkan penelitian ini hanya membahas tentang pendidikan Agama

Hindu dan budi pekerti. Persamaan penelitian Sudarsana dengan penelitian ini adalah

pembahasan yang sama menyangkut budi pekerti. Kontribusi penelitian Sudarsana

terhadap penelitian yang di laksanakan adalah untuk membantu mengetahui faktor-

faktor pendorong dan penghambat pendidikan budi pekerti di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas bahwa budi pekerti merupakan nilai-nilai hidup

manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan,

tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi lebih baik.

Sedangkan pendidikan budi pekerti adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang

ditujukan untuk menanamkan dan memngembangkan nilai, sikap, dan perilaku

peserta didik yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
15

2.2 Konsep

Konsep adalah konstruksi atau bagan simbolis yang mempresentasikan

beberapa ciri umum (Anonimous, 2013). Menurut pendapat Tuner (1974)

menguraikan bahwa konsep adalah unsur-unsur abstrak yang menunjukkan

fenomena tentang suatu bidang studi atau bidang kajian tertentu. Berdasarkan

urain tersebut diketahui bahwa pengertian konsep merujuk pada suatu abstraksi,

penggambaran sesuatu, baik yang konkret maupun abstrak, dapat berbentuk

pengertian atau definisi, atribut esensial suatu kategori yang memiliki ciri-ciri

esensial yang relative sama.

Landasan konsep dalam penelitian ini memuat uraian sistematis tentang

pemikiran yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Penulis

mencari pengertian-pengertian atau konsep-konsep yang relevan dengan

variabel-variabel yang menjadi topik penelitian ini.

Dalam konteks penelitian tentang “Implementasi Pendidikan Agama dan

Budi Perkerti Pada Siswa Di SDN 3 Pering Kecamatan Blabatuh Kabupaten

Gianyar” sebagaimana judul penelitian ini, berikut diuraikan beberapa konsep

untuk memahami secara lebih jelas hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

2.2.1 Peranan Guru Dalam Implementasi Pendidikan Agama Hindu dan


Budi Pekerti

Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan, kata Implementasi memiliki

arti sama dengan penerapan, pelaksanaan. Jadi kata implementasi mengandung

makna: penerapan atau pelaksanaan suatu ketentuan-ketentuan yang telah


16

disepakati, hukum yang harus ditaati oleh setiap orang yang terkait dengan

hukum tersebut (Poerwadatminta, 2003:441)

Menurut Sudarsono (2005) , dalam bukunya Analisis kebijakan public,

implementasi adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu

pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil dari tujuan

yang diinginkan. Jadi konsep implementasi yang di maksud dalam penelitian

ini adalah implementasi pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan salah satu pengetahuan yang tidak henti-hentinya

dibicarakan dan diteliti, mengingat pendidikan itu terus berkembang seiring

dengan perkembangan zaman. Bahkan kemajuan ditentukan oleh: majunya

pendidikan, dalam arti pendidikan sebagai salah satu tolak ukur terhadap

pengetahuan penguasaan ilmu dan teknologi.

Didalam prinsip pendidikan, hukuman tidak boleh dijatuhkan kepada

siswa jika tidak mengandung upaya membina atau mendidik kembali sesuai

dengan kebendak masyarakat yang berharap moral harus ditegakkan dalam

masyarakat. Siswa harus diberikan kesempatan untuk melihat diri sendiri

mengenai perbuatannya seperti orang lain melihat dirinya. Namun, jika ia gagal
17

untuk memahami diri dan gagal pula menerima aturan moral maka hukuman

yang dijalaninya juga berarti mengalami kegagalan (zuriah, 2008:5)

Menurut (KBBI), makna budi pekerti ialah tingkah laku, akhlak, perangai

dan watak. Dan dalam bahasa Arabnya budi pekerti dikenal dengan julukan

akhlak serta ethics dalam bahasa Inggris. Budi pekerti juga dikenal dengan

istilah etika. Budi pekerti adalah sebuah mata pelajaran yang pernah ada dalam

pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran tersebut mengajarkan tentang

pembelajaran moral di sekolah-sekolah.

Pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis

kompetensi (2001) dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional.

1. Pengertian pendidikan budi pekerti secara Konsepsional mencakup hal-hal

berikut:

1. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia

seutuhnya yang berbudi pekerti yang luhur dalam segenap peranannya

sekarang dan masa yang akan datang.

2. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan

perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan

tugastugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin,

material spiritual, dan individu sosial).

3. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi

seutuhnya yang berbudi pekrti luhur melalui kegiatan bimbingan,

pembiasaan, pengajaran, dan latihan serta keteladanan.


18

2. Pengertian pendidikan budi pekerti secara Operasional Pendidikan budi

pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali peserta didik

melalui bimbingan, penagjaran, dan latihan selama pertumbuhan dan

perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya sehingga terbentuk

pribadi seutuhnya yang tercermin pada prilaku ucapan, perbuatan, sikap,

pikiran, perasaan, kerja, dan hasil karya yang berdasarkan nilai-nilai agama

serta norma dan moral luhur bangsa. Implementasi pendidikan Agama Hindu

dan budi pekerti adalah suatu pendidikan yang menekankan karakter prilaku

siswa kearah yang lebih baik sehingga peranan pendidikan Agama Hindu dan

budi pekerti yang di dapatkan di sekolah akan di terapkan disekolah itu

sendiri maupun di lingkungan sekitar siswa tersebut.

Hakikat Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang bersumber

pada Kitab Suci Veda selalu mengarah pada konsep Tri Kaya Parisudha

berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat yang baik sehingga

terwujudnya manusia berbudi pekerti yang luhur kepada Sang Hyang Widhi.

Pendidikan agama Hindu selalu mengajarkan tentang hakikat Satyam

kejujuran, Siwam kesucian, Sundaram keindahan sehingga mampu

menumbuhkan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran di

lingkungannya.

Budi pekerti ialah tingkah laku, akhlak, perangai dan watak dan budi

pekerti dikenal dengan julukan ethics dalam bahasa Inggris. Budi pekerti

adalah sebuah mata pelajaran yang pernah ada dalam pendidikan di

Indonesia, mata pelajaran tersebut mengajarkan tentang pembelajaran moral.


19

Mata pelajaran ini mulai muncul pada akhir 1960an dan pada masa orde baru

dengan berlakunya kurikulum 1968 hingga tahun 1980an saat mata pelajaran

ini digantikan oleh mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan mata

pelajaran agama resmi masing-masing pelajar. Jadi yang di maksud

pendididkan Agama dan Budi Pekerti dalam penelitian ini adalah mata

pelajaran untuk siswa SDN 3 Pering.

2.3 Landasan Teori

Untuk mendapatkan jawaban yang bersifat teoretis dan sistematis terhadap

berbagai permasalahan yang diajukan, maka diperlukan landasan teori yang

dapat dijadikan bahan pijakan dalam usaha mendapatkan jawaban yang

diharapkan. Teori adalah alur logika penalaran yang merupakan konsep, definisi

dan proposisi yang disusun secara sistematis serta secara umum (Sugiyono,

2012 : 54).

Menurut Nasution, (1992:59) landasan teori diartikan sebagai upaya

mengingat semua fakta tertulis yang tersedia sebagai modal dasar untuk dapat

meneliti, tentunya tidak terlepas dari teori-teori untuk memahami dan memaknai

fakta-fakta tertulis baik berupa buku-buku majalah, bulletin, surat kabar dan lain

sebagainya, Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

2.3.1 Teori Behavioristik

Teori behavioristik, menyatakan belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan

perubahan tingkah laku. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk


20

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah

laku dcngan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

rcspons (Hikmawati, 2012 : 109).

Teori behavioristik dari Edwin Lynn Thorndikc menyatakan yang

terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau

output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi antara stimulus

dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah

faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat

timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan maka proses akan semakin

kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi responpun akan tetap dikuatkan.

Terkait teori behavioristik dengan penelitian ini adalah agar dapat

mengubah tingkah laku siswa (Husamah, 2018 : 36).

Teori Behavioristik ini digunakan mengkaji rumusan masalah yang

pertama. Teori dari Edwin Lynn Thorndike ini mampu melihat hambatan-

hambatan apa saja yang dihadapi siswa SDN Negeri 3 Pering.

2.3.2 Teori Konstruktivisme

Teori ini sangat relevan untuk membahas implementasi dalam hal ini

pendidikan agama hindu dan budi pekerti tentunya teori ini dikembangkan oleh

Piaget pada pertengahan abad ke 20. Piaget berpendapat bahwa individu

memiliki kemampuan untuk mengontruksi pengetahuan. Menurut Sagala

(2005:88), menyatakan bahwa teori kontruktivisme adalah ide bahwa peserta


21

didik harus menentukan dan mentranspormasikan suatu informasi kompleks ke

situasi laindan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Teori Kontruktivisme diharapkan mampu memecahkan suatu masalah terkait

dengan implementasi atau penerapan terhadap ajaran agama Hindu dan budi

pekerti sehingga mampu menjadikan pondasi dasar untuk mencapai tingkatan

perilaku siswa kearah yang lebih memiliki moralitas atau tingkah laku yang lebih

baik. Sehingga teori tersebut dalam penelitian ini sangatlah dapat berkontribusi

dalam upaya mencapai penerapan tersebut sehingga diharapkan mampu menjadi

suatu pijakan awal dalam penelitian ini untuk menggali lebih dalam terkait

dengan implementasi.

Realitanya pendekatan konstruktivisme selalu menggabungkan

pendekatan-pendekatan yang lain. Dengan kata lain konstruktivisme selalu

berinovasi dalam melakukan pendekatan pembelajaran dengan cara mengadopsi

pendekatan-pendekatan yang lain. Hal tersebut sangat kentara dalam prinsip-

prinsip dari teori konstruktivistik itu sendiri. Prinsip dalam konstruktivistik

meliputi, 1) lingkungan belajar sebagai realita, 2) representasi dari dunia nyata,

3) konstruksi pengetahuan, 4) refleksi pemikiran dan lain sebagainya (Kharril,

2011: 96).

Berbagai pendekatan yang ada, yang sangat menonjol dalam pendekatan

konstruktivistik adalah pendekatan inkuiri (inguiry). Terdapat berbagai adaptasi

dalam strategi ini, namun guru menyajikan bahan yang mengundang teka-teki,

pertanyaan, bahkan masalah. Dengan adanya pemantik yang diberikan oleh guru

tersebut, siswa mulai merespon dengan memunculkan hipotesis-hipotesis untuk


22

menjawab dan menyelesaikan permasalahan. Dengan demikian pembelajaran

tidak hanya berhenti pada pemahaman tetapi mengarah pada penemuan.

Strategi yang demikian tentunya tidaklah bisa dilakukan dengan

sembarangan, dengan kata lain strategi ini membutuhkan pengawasan dari guru

dan kesiapan yang besar. Dalam praktiknya tentu juga perlu adanya pemantauan

belajar supaya arah pembelajaran tetap terkontrol dan memastikan siswa merasa

tertantang dan aktif bergerak. Cara kerja teori konstruktivisme ini dapat kita

pahami sebagai berikut:

a. Siswa mengamati model

b. Siswa mendapatkan dukungan dari eksternal

c. Perancah konseptual untuk membuat siswa lebih kompeten dan mahir dengan

caranya sendiri.

d. Siswa terus mengartikulasikan pengetahuanya

e. Siswa merefleksi kemajuan yang dialaminya.

f. Dan siswa di arahkan untuk menemukan cara pemecahan permasalahan baru

yang sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan definisi dan pola kerja teori kosntruktivisme diatas, maka

teori ini digunakan sebagai alat untuk membentuk dan mengembangkan perilaku

siswa. Siswa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang berkaitan

dengan agama Hindu dan ajaran moral. Hal ini dilakukan secara terus menerus

guna memberikan ruang siswa untuk mengartikulasikan pengetahuannya tentang

agama Hindu dan moral. Selama proses tersebut guru memberikan motivasi dan
23

dorongan kepada siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk tetap menjaga

keaktifan siswa dan progresivitas Proses tersebut dilakukan maka diarahkan

untuk masuk ke tahap yang selanjutnya yaitu refleksi diri. Siswa diajak untuk

mengevaluasi dirinya sendiri tentang sejauh mana dia telah belajar dan

perkembangannya. Hal ini dilakukan untuk memberikan mengukur keberhasilan

pembelajaran yang dilakukan. Ketika hal tersebut sudah tercapai maka siswa

diarahkan untuk melakukan penemuan atau pemecahan atas permasalahan yang

di geluti dan tentunya tetap berada pada pengawasan guru. Teori tersebut

digunakan untuk mengkaji rumusan masalah kedua dan ketiga. Berdasarkan

konsep dasar teori yang ada, menunjukan relevansi yang sangat tinggi antara

teori dengan persoalan yang dikaji.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian dilakukan pada sebuah penelitian sebagai sebuah cara

pandang seseorang peneliti mengenai subjek yang dikaji. Model penelitian akan

mempermudah pembaca untuk memahami mengenai skema pemikiran dari

peneliti dalam penelitiannya. Permasalahan yang telah dirumuskan secara

skematik digambarkan dalam bentuk model penelitian. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah penyusunan serta penelitian yang akan dilakukan. Untuk

menggambarkan secara lebih jelas dan terinci model penelitian ini, maka akan

disajikan ke dalam bagan model penelitian seperti bagan dibawah ini :


24

Pendidikan Agama
Hindu Dan Budi pekerti

Peranan Guru Dalam Implementasi Pada Siswa Di


SDN 3 Pering Kecamatan Blahbatuh Kabupaten
Gianyar

Bentuk Implementasi Faktor-faktor Penghambat Implikasi Pendidikan Agama


Pendidikan Agama Hindu dan Pendukung dalam Hindu dan Budi Pekerti Pada
dan Budi Pekerti Pada Implementasi Pendidikan Siswa di SDN 3 Pering
Siswa di SDN 3 Pering Agama Hindu dan Budi
Pekerti Pada Siswa di SDN
3 Pering

Teori Konstruktivisme
Teori Behavioristik

Perilaku Siswa Menjadi Religious dan


Berbudi Luhur

Keterangan Tanda :
: hubungan langsung
: tujuan akhir
25

Keterangan Model :

Dalam Agama Hindu tentunya perlu ditanamkan nilai-nilai budi pekerti

untuk menanamkan nilai-nilai moral serta tata berperilaku yang baik. Dalam dunia

pendidikan nilai budi perkerti selalu diiringi bersmaan dengan pendidikan Agama.

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sangat diperlukan peserta didik guna

mengajarkan cara berpelilaku yang baik. Namun, seiring perkembangan zaman,

peserta didik harus mengikuti perkembangan zaman tersebut sehingga berbagai

pengaruh dan pekembangan yang begitu pesat dapat mempengaruhi perilaku peserta

didik. Dengan adanya pekembangan teknologi yang begitu pesat tersebut sehingga

pedidikan moral atau perilaku cenderung kurang diperhatikan dengan baik.

Guru Agama Hindu memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatasi

penyimpangan perilaku bagi para siswa. Pembinaan moral spiritual ini mengacu

pada peningkatan kesadaran beragama untuk membentuk kepribadian yang utuh

dengan keimanan yang kuat serta fisik yang tangguh. Apabila keadaan tidak

terkendali akan mengakibatkan dampak negative bagi moral generasi Hindu.

Penyimpangan perilaku dapat diatasi dengan meningkatkan pendalaman ajaran

agama, sehingga lebih memahami, mengamalkan dan menghayati ajaran agama

Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat direalisasikan oleh guru agama

Hindu dengan membeberikan bimbinganbimbingan dan pengetahuan etika sehingga

para siswa Hindu menjadi generasi penerus bangsa yang berbudi luhur serta

berkeyakinan (sradha) yang mantap.

Pelaksanaan pendidikan agama hindu dan budi pekerti di tingkat sekolah

terutamanya tingkat Sekolah Dasar (SD) sangat dibutuhkan, karena pendidikan


26

moral harus ditanamkan sejak dini sehingga nantinya dapat membentuk SDM yang

beragama dan berbudi pekerti luhur. Dalam mengimplementasikan pendidikan

agama hindu dan budi pekerti pada siswa di Sekolah Dasar salah satunya yaitu di

SDN 3 Pering tentunya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti :

bagaimana bentuk implementasi pendidikan agama hindu dan budi pekerti pada

siswa, apa saja fakto penghambat dan pendukung, dan bagaimana implikasi

pendidikan agama hindu dan budi pekerti pada siswa tersebut. Dari beberapa hal

yang harus diperhatikan tersebut tentunya terdapat 2 teori yang digunakan untuk

membedah ketiga masalah tersebut, yaitu teori Behavioristik dan Konstruktivisme.

Dengan pengimplementasian pendidikan agama hindu dan budi pekerti pada

siswa di jenjang Sekolah Dasar (SD), serta beberapa hal yang harus diperhatikan,

tentunya terdapat tujuan akhir yang hendak dicapai yaitu untuk menanamkan nilai

moral yang baik dan mengubah perilaku yang menyimpang akibat perkembangan

zaman serta agar siswa memiliki perilaku yang religious dan berbudi luhur.
BAB III
METODE PENELITIAN

Menurut Koentjaranigrat (1993:16) metode merupakan cara kerja untuk dapat

memahami objek agar menjadi sarana ilmu yang saling bersangkutan. Metode juga

disebutkan sebagai suatu cara dalam melakukan penelitian ilmiah dalam melakukan

suatu penelitian. Dalam penulisan penelitian ini, metode yang digunakan dalam

menunjang proses pengumpulan data, dan penyajian data sehingga menghasilkan

sebuah karya ilmiah yang diakui kebenarannya. Metode yang digunakan tentunya

relevan, serasi, praktis dan sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan peneliti.

Beberapa hal yang terkait metode penelitian.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penulis dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, karena

permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan. Menurut Moleong (2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya prilaku, pressepsi, motivasi, tindakan dan lain-

lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Jenis dan pendekatan penelitian ini tergolong jenis kualitatif, jenis

penelitian ini dimaksudkan sebagai penelitian yang menganalis menyajikan fakta

secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.

27
Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan

28
28

dan menginterpretasikan obyek sesuai dengan yang terjadi dilapangan. Demikian

pula metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang

fenomena yang sulit untuk diungkap oleh metode kuantitatif Mengetahui segala

sesuatu yang baru diketahui bahkan sesuatu yang belum diketahui sedikitpun.

Sehingga dapat dipahami bahwa hal-hal apa saja yang dapat diteliti.

Penelitian ini bermanfaat untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh objek penelitian misalnya prilaku persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lain. Dalam penelitian ini diteliti mengenai prilaku siswa SDN 3 Pering yaitu

tentang implementasi pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti. Penelitian ini

bermanfaat untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek

penelitian misalnya prilaku persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Dalam

penelitian ini diteliti mengenai prilaku siswa SDN 3 Pering yaitu tentang

implementasi pendidikan budi pekerti.


29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batasan yang jelas agar tidak

menimbulkan kekeburan dengan kejelasan daerah atau wilayah tertentu. Lokasi

penelitian sebagai sasaran yang sangat membantu untuk menentukan data yang

diambil, sehingga lokasi ini sangat menunjang untuk dapat diberikan informasi

yang valid (Joko, 2004 :34-35).

Segala sesuatu hal yang menjadi titik tuju dari suatu penelitian. Definisi

secara konstitutif dinyatakan obyek merupakan area atau suatu bidang tanah.

Sedangkan definisi secara operasional obyek (lokasi) merupakan suatu keadaan

yang terjadi sehingga menimbulkan suatu pertanyaan dan masalah yang perlu

untuk diteliti lebih jauh (Arikunto,2002:96-97).

Adapun tempat atau lokasi penelitian ini dilakukan di SD N 3 Pering yang

beralamat di Jl. Segara Wilis, Pering, Kec. Blahbatuh Kabupaten Gianyar.

Alasan peneliti memilih SD N 3 Pering menjadi tempat penelitian di karenakan

SD tersebut merupakan salah satu lembaga pendidikan formal telah menjadi

Sekolah Standar Nasional (SSN) yang berada di kabupaten Gianyar dan

merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sangat konsen terhadap

pengembangan ajaran budi pekerti, dengan memilih lokasi ini peneliti diharapkan

dapat menemukan hal-hal yang bermakna. Waktu penelitian yang dilakukan pada

penelitin ini yakni terhitung dari bulan april 2022 hingga bulan juni 2022.
30

3.3 Jenis Dan Sumber Data


3.3.1 Jenis data

Jenis penelitian secara garis besar dibedakan menjadi dua bagian

yaitu, penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang

tidak di wujudkan dalam bentuk kaliamat atau uraian, ungkapan, kata-kata,

gambaran atau foto. Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala

secara menyeluruh dan sesuwai dengan konteks (holistic-kontekstual)

melalui pengumpulan data dari latar alami dengan pemanfaatan diri

penelitian sebagai instrument kunci (Redana, 2006:249).

Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik

pengumpulan data misalnya, informan, wawancara, analisis dokumen,

diskusi terfokus atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan

lapangan. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

atau bilangan yang di gunakan sangat terbatas dalam bentuk tabel. Maka

pada penelitian ini di peroleh dari wawancara informan serta hasil dari

observasi yang di lakukan di SD N 3 Pering. Selain itu data kualitatif dalam

penelitian ini diperoleh melalui analisis dokumen yang berhubungan

dengan implementasi Pendidikan budi pekerti Pada Siswa di SD N 3 Pering

Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder. Data primer dan data sekunder sama-sama di

perlukan dalam penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh atau
31

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian

(lqbal, 2002: 167). Sumber data primer merupakan sumber data pertama

dimana sebuah data di hasilkan. Data primer dalam penelitian ini adalah

informasi-informasi yang di peroleh dari informan yang terlibat langsung di

lapangan. Data yang sifat primer terkait dalam penelitian ini adalah data

yang di peroleh berasaal dari lapangan melalui wawancara, observasi.

Observasi yaitu melihat secara langsung dan secara inpiris. Data primer

dapat di peroleh dengan melihat aktivitas pembelajaran di SD N 3 Pering

Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianya. Demikian juga melaksanakan

wawancara seperti Kepala Sekolah, Guru Agama Hindu, dan Tokoh

masyarakat.

Data sekunder adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

ini biasanya di peroleh dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian

terdahulu (lqbal, 2002 :167). Data sekunder dalam penelitian ini dapat di

peroleh dari jurnal-jurnal hasil penelitian yang berkaitan dengan objek

penelitian serta dari beberapa dokumen lainnya.

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

Penentuan objek dan subjek adalah suatu cara atau jalan yang digunakan

untuk menentukan setiap individu atau orang-orang yang dapat dimintai

keterangan terkait dengan permasalahan dengan hal-hal yang akan diteliti.


32

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci objek penelitian dan subjek penelitian

sebagai berikut :

3.4.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah setiap gejala atau peristiwa yang akan

diteliti, apakah itu gejala alam (Natural fenomena) maupun gejala

kehidupan (efek fenomena) (Arikunto,2006:118). Sedangkan dalam

pedoman Skripsi (2014:42) tertera objek penelitian adalah variable yang

diteliti. Jadi objek penelitian dalam penelitian ini Implementasi pendidikan

Agama Hindu dan budi pekerti di SDN 3 Pering, Faktor-faktor yang

menjadi penghambat dan pendukung dalam implementasi pendidikan

Agama Hindu dan budi pekerti pada siswa SDN 3 Pering, mengetahui

implikasi pendidikan Agama Hindu dan budi pekerti pada siswa SD N 3

Pering.

3.4.2 Subjek Penelitian

Subjek adalah setiap individu yang akan diselidiki atau yang akan

diteliti. penelitian sering juga di sebut dengan istilah informan. Subjek atau

informan adalah orang yang di percayai menjadi narasumber atau sumber

informasi oleh peneliti yang akan memberikan informasi secara akurat

untuk melengkapi data penelitian. Adapun subjek penelitian disini adalah

siswa SDN 3 Pering. Pendekatan terhadap subjek penelitian merupakan

pendukung dan gejala-gejala untuk melakukan sesuatu. Metode pendekatan

subjek penelitian diartikan sebagai metode tentang bagaimana cara peneliti

mendekati atau mendapatkan data akurat mengenai bidang-bidang


33

penelitian dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

(Muhadjir, 1990:34).

3.5 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan adalah langkah yang penting dan harus

dipahami oleh seorang peneliti Informan dalam hal mi adalah sumber data asli

atau primer. Informan adalah sumber data utama dalam sebuah penelitian,

Peneliti jika salah menentukan informan maka data yang diperoleh tidak akan

optimal dan tidak bisa menyajikan penelitian yang berkualitas, dalam penelitian

ini penentuan informan dilakukan secara purposive sampling, yaitu pemulihan

informan dalam memberikan informasi agar tujuan penelitian tercapai, yakni

informan yang dipilih yang memiliki pengetahuan tentang penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data ini merupakan suatu cara yang digunakan

seorang peneliti dalam mengumpulkan data-data yang nyata dan benar, sehingga

dapat menjawab segala pertanyaan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, untuk

mendapatkan data yang valid dalam penelitian kualitatif, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat


34

dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipan serta sebagai

pengamat, dalam teknik ini peneliti tidak sepenuhnya sebagai peran serta

tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti juga menggunakan

teknik observasi terstruktur, yaitu dengan menyusun terlebih dahulu

kerangka penelitian, sehingga observasi yang dilakukan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai sehinnga observasi akan pada SDN 3 Pering.

3.6.2 Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam

suatu topik tertentu (Cintiasih Tiara, 2020). Wawancara ini dapat dipakai

untuk melengkapi data yang diperokeh melalui observasi. Teknik

wawancara dalam penelitian perlu diketahui yaitu sasaran, maksud, dan

masalah apa yang dibutuhkan peneliti, sebab dalam suatu wawancara dapat

di maksud peneliti. Seperti informan, reserse, intel mendapatkan keterangan

dan data individu tertentu untuk keperluan informasi penyelidikan,

penyiasatan dalam pengusutan sesuatu masalah. Pedoman wawancara ini

ada dua macam yaitu, pedoman yang terstruktur dag tidak terstruktur.

Pedoman wawancara terstruktur adalah jawaban telah disediakan terlebih

dulu, sedangkan responden tinggal memilih diantara jawaban yang

disediakan atau kalau berbeda jawabannya tidak terlalu jauh dari yang

diinginkan atau bisa dikategorikan peda jawaban yang telah disediakan.

Pedoman wawancara tidak terstruktur adalah pertanyaan terbuka yang

memungjunkan responden untuk menjawab sesuai dengan keinginan dan


35

komentarnya terhadap jawaban pertanyaan pertama yang terstruktur atsu

pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar (Mardalis, 2004: 64).

Metode wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan

keterangan-keterangan atau pendapat-pendapat secara lisan dari beberapa

responden. Pernyataan di atas menyatakan bahwa, dalam penelitian Ini

menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu sebelum melakukan

wawancara peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada seseorang

atau individu-indrvidu yang memberikan informasi dengan jelas terkait

dengan penclitian yang dilakukan informan menjawab dengan apa adanya

sesuai kondisi di lapangan memberikan informasi dengan jelas terkait

dengan penelitian yang dilakukan serta informan menjawab dengan apa

adanya sesuai kondisi di lapangan.

3.6.3 Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah suatu cara yang dilakukan atau

mempergunakan studi pustaka berupa membaca berbagai buku dan media

masa yang relevan serta mengutip bagian yang penting (Zuriah, 2007:191).

Penggunaan teknik ini dengan tujuan untuk dapat mengumpulkan data

dengan jalan membaca buku. Kepustakaan adalah metode yang dilakukan

dengan mendalami, mencermati dan mengidentifikasi pengetahuan atau

hasil penelitian yang lain untuk menunjang penelitian.

Teknik kepustakaan dalam penelitian ini sangat diperlukan. Studi

kepustakaan dilakukan dengan cara membaca literatur, jurnal, dan refrensi-

refrensi lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yakni tentang

Implementasi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.


36

3.6.4Studi Dokumentasi

Sugiyono (2018:240), menyatakan bahwa dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang berlalu berbentuk gambar, foto, sketsa, dan lain –

lain. Bentuk dari dokumen bisa berupa gambar, tulisan, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berupa tulisan, misalnya

catatan harian sejarah kehidupan, cerita, autobiografi, peraturan kebijakan.

Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti

unntuk memperkuat hasil penelitian di SDN 3 Peirng.

3.7 Teknik Pengecekan Keabsahan Data Kualitatif

Menentukan validitas data di dalam penelitian kualitatif, sedikit dan

banyaknya informan buknlah hal yang perlu diperhtikan, melainkan salah

satunya yaitu ketepatan atau kesesuaian sumber data dengan data yang

diperlukan. Banyakhal yang mempengaruhi perolehan data yang valid seperti

ketepatan teknik pengumpulan data, kesesuaian informan, cara melakukan

observasi sertaa cara membuat catatan lapangan. Salah satu teknnik yang dapat

digunakan untuk memperoleh data yang valid yaitu menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi data merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dalam

kaitannya triangulasi dapat berarti adanya informan-informan yang berbeda atau

adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu (Afrizal,2015:168).

Triangulasi digunakan untuk memperkuat data. Ide dasarnya adalah bahwa

fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh

kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Triangulasi
37

adalah teknik pengecekan keabsahan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2012:162) Dalam penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda.

Data diperoleh dengan wawancara para informan tentang implementasi

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di SDN 3 Pering. lalu di cek

dengan observasi dan dokumentasi. Bila ketiga teknik penguji kredibilitas data

tersebut menghasilkan data yang sama maka data tersebut dapat dikatakan

absah. Namun bila data dihasilkan berbeda-beda, maka penulis melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk memastikan data yang dianggap

benar.

3.8 Teknik Analisis data

Analisis data merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam

suatu penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan. Dalam hal ini Nasution (1988) menyatakan bahwa Analisis telah

mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan,

dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi

pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang

“grounded”. Analisis data merupakan proses menelaah seluruh data yang telah

tersedia yang telah diperoleh melalui pengamatan atau Observasi, wawancara,

pengamatan dokumen dan lain sebagainya (Moleong, 1990) cari substansi serta
38

pola-polanya dan kegiatan penelitian yang bersifat menggambarkan data yang

ada di lapangan.

3.9 Teknik Penyajian Hasil Analisis data

Data yang sudah direduksi selanjutnya disusun dan ditata dalam satuan

peristiwa dan satuan makna yang meliputi bagaimana Implementasi Pendidikan

Agama Hindu dan Budi Pekerti, peran tenaga pendidik dalam melaksanakan

proses pembelajaran, respon peserta didik mengenai proses pembelajaran,

respon pendidik dengan peserta didik mengenai proses implementasi Pendidikan

Agama Hindu dan Budi Pekerti, peluang dan tantangan yang dialami dalam

proses pengimplementasian Pedidikan Agama dan Budi Pekerti, serta upaya-

upaya dalam mengatasi peluang dan tantangan dalam proses

pengimplementasian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Pada Siswa Di

SDN 3 Pering .
39

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis SDN 3 Pering

kfgfjg

4.1.2 Sejarah Singkat SDN 3 Pering

ughjgjhfjf

4.1.3 Struktur Organisasi SDN 3 Pering

ohugjfjg

4.1.4 Keadaan Guru Dan Siswa SDN 3 Pering

iughvh

4.1.5 Sarana Dan Prasarana SDN 3 Pering

Ghgjhfg

4.2 Proses Implementasi Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti

4.2.1 Bentuk Implementasi

uvhvgjh

4.2.2 Strategi Implementasi

iughjgjhg
40

4.2.3 Evaluasi Implementasi

Hvfjgc

4.3 Faktor Penghambat Dan Pendukung Implementasi Pendidikan Agama

Hindu Dan Budi Pekerti SDN 3 Pering

4.3.1 Faktor Intern

Uihv

4.3.2 Faktor Ekstern

Jgbjhvjh

4.4 Implikasi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti pada Siswa SDN 3

Pering

4.4.1 Berimplikasi Dalam Bidang Kognitif

uggjhjg

4.4.2 Berimplikasi Dalam Bidang Afektif

jfcgfujt

4.4.3 Berimplikasi Dalam Bidang Psikomotorik

Iugyfjf

BAB V
PENUTUP
41

5.1 Kesimpulan

Kjgvjdd

5.2 Saran

Hjvgvjgf
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2015. Metode penelitian kualitatif: Sebuah upaya mendukung penggunaan


penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Afrizal. 2017. Metode penelitian kualitatif. Depok: Rajawali Pers.

Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka


Cipta
Arikunto, S. 2006. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyadi. 2014. Aplikasi Ajaran Tri Kaya Parisudha dalam Meningkatkan


Pendidikan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas VI di SD Semarapura Kauh
Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. (Skripsi tidak diterbitkan).
Denpasar: IHDN Denpasar

Cintiasih, Tiara. 2020. Implementasi Model Pembelajaran Daring Pada Masa


Pandemi COVID-19 di Kelas III SD PTQ Annida Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2020. (Skripsi tidak diterbitkan).Salatiga : Perpustakaan IAIN
Salatiga. Link:
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/lemari/fg/free/pdf/?file=http://
perpus.iainsalatiga.ac.id/g/pdf/public/index.php/?pdf=9567/1/SKRIPSI
%20TIARA%20CINTIASIH%2023040160007%20-%20FINAL

Fatimah, Siti & Zuriah, Nurul & Syahri, M. (2016). Implementasi Pendidikan Budi
Pekerti Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa. Jurnal Civic Hukum.
1(1),18-32. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Link :
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum/article/view/
10459/7116
Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Husamah. 2018. Belajar & Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang
Iqbal, H. 2002. Metodologi penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Iqbal, H. 2002. Pokok-pokok materi penelitian dan aplikasi. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

38
Joko. 2004. Metode penelitian dalam teori dan praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta
Lagatama, P. 2004. Implementasi Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Membentuk
Budi Pekerti Siswa Di SDN 2 Bunutin. (Skripsi tidak diterbitkan). Denpasar:
IHDN Denpasar

Mardalis. 2004. Metode penelitian: suatu pendekatan proposal. Jakarta: Bumi


Aksara
Nasution. 1992. Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito
Nasution. 1988. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar.
Jakarta:Bina Aksara
Narsa. Nengah. 2006. Hubungan Presepsi Sikap dan Pengetahuan Guru Dengan
Pembelajaran Pendidikan Budi Pekerti Pada seolah Menengan Atas Swasta Kota
Denpasar. (tesis) Denpasar : IHDN
Prastowo, A. 2012. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta: Diva
Press.

Redana, I. 2006. Metodologi Penelitian. Denpasar: IHDN Denpasar.

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sama, I.N. 2015. Peranan Pendidikan Budi Pekerti Dalam Perubahan Perilaku
Siswa Kelas II SMA Dwijendra . Denpasar: UNUD

Sudarsana. 2012. Peranan Guru Agama Hindu Dalam Pembelajaran Budi Pekerti
Di SDN 4 Pupuan, Tegalalang, Gianyar.

Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: PT.
Alfabet

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

39
OUTLINE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Letak Geografis SDN 3 Pering

4.1.2 Sejarah Singkat SDN 3 Pering

4.1.3 Struktur Organisasi SDN 3 Pering

4.1.4 Keadaan Guru Dan Siswa SDN 3 Pering

4.1.5 Sarana Dan Prasarana SDN 3 Pering

4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.2.1 Proses Implementasi Pendidikan Agama Hindu Dan


Budi Pekerti

4.2.1.1 Bentuk Implementasi

4.2.1.2 Strategi Implementasi

4.2.1.2 Evaluasi Implementasi

4.2.2 Faktor Penghambat Dan Pendukung Implementasi


Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti SDN 3
Pering

4.2.2.1 Faktor Intern

4.2.2.2 Faktor Ekstern


40
4.2.3 Implikasi Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti
Pada Siswa SDN 3 Pering

4.2.3.1 Berimplikasi Dalam Bidang Kognitif

4.2.3.2 Berimplikasi Dalam Bidang Afektif

4.2.3.3 Berimplikasi Dalam Bidang Psikomotorik

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

41

Anda mungkin juga menyukai