Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Pengaruh Hukum Karma setelah Meninggal

Agama Hindu mengajarkan tentang lima bentuk keimanan atau keyakinan yangdisebut panca
sradha. Salah satu bagiaannyaadalah Karma dalam arti sempitnya adalah perbuatan, secara luas
adalah hukum sebab akibat atau buah dari segala perbuatan yang disebut karmaphala.Hukum
karma mempunyai sifat yang universal, dalam artianbahwa semua mahluk akan tunduk dibawah
hukum karma,dan semua perbuatan pasti akan mendapatkan hasilnya. Karma bersumber dari
pikiran, ucapan dan perbuatan. Sehingga baik buruknya suatu perbuatan yang walaupun masih
sebatas pikiran juga akan mendapat kanhasilnya.

Manusia harus menyadari bahwa tidak akan luput dari pengaruh hukum karma. Karena selama
hidupnya manusia senantiasa menghidupkan karma (perbuatan baik dan buruk) dan dari karma
itu akan mendatangkan hasil (phala) yang bermacam-macam sesuai dengan karma yang
diperbuat. Hukum karma tidak dapat dihindari oleh semua makhluk, maka dari itu manusia
haruslah berusaha dengan tekun untuk menanam karma yang baik dengan berpedoman pada
dharma sehingga kelak dapat memetik phala yang baik pula dan dapat mencapai kebebasan yang
tertinggi (moksa).

Hidup ini mewarisi karma kita sendiri. Kita adalah pembuat karma itu bagi diri sendiri, karma
menimpa siapa saja dan karma adalah hukum abadi, karena karma adalah unsur dari hukum
sebab akibat. Ajaran karma pala yang menjadi pilar keyakinan agama Hindu harus kembali
dibangkitkan. Apabila ajaran karma pala tidak diajarkan kemungkinan besar ajaran tersebut akan
selalu menjadi ucapan tanpa makna. Dengan memahami karma pala adalah hukum abadi sejak
dulu, kini dan nanti maka kedamaian akan terwujud.

Jadi dengan demikian kesimpulannya, bahwa Hukum Karma sangat berpengaruh setelah
meninggal. Dimana dengan hukum karma tersebut seseorang akan dilahirkan kembali karna hasil
perbuatannya dan karna hukum karma tersebutlah Atman akan disatukan dengan tubuh manusia
menjadi Jiwatman. Karena manusia tidak pernah luput dari hukum karma tersebut oleh karena itu
adanya punarbhawa atau kelahiran kembali. Manusia bisa terlepas dari hukum karma tersebut
apabila sudah tidak dipengaruhi oleh maya dan ketika Atman bertemu dan bersatu dengan
Brahman (moksa). Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca
Sradha) dari Agama Hindu serta filsafat dari agama Dinamik. Berakar dari dua kata yaitu karma
dan phala. Karma berarti "perbuatan", "aksi", dan phala berarti "buah",
"hasil". Karmaphala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan
dilakukan.

Maka Karma phala adalah sebab akibat dari setiap perbuatan. Segala sebab akan membawa
akibat, segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa hasil perbuatan. Adanya hukum
karma phala disebabkan oleh perbuatan itu sendiri. Pada dasarnya sesuai dengan siklus
rwabhineda (dua sisi yang berbeda), perbuatan itu terjadi dari dua sisi yang berbeda, yaitu
perbuatan baik dan perbuatan buruk. Siklus baik dan buruk selalu saling berhubungan satu sama
lain dan tidak dapat dipisahkan.

Tujuan dari adanya hukum karma phala yang selalu mengikuti manusia, dimana mahluk hidup
tidak akan bisa lepas dari lingkaran karma phala adalah bertujuan untuk mencapai kesempurnaan
serta kebahagiaan lahir batin, berpegang teguh pada dharma (kebenaran), melebur acubhakarma
(perbuatan buruk) menjadi cubhakarma (perbuatan baik), melenyapkan penderitaan,
meninggalkan alam neraka dan selanjutnya menuju ke alam surga. Hukum karma phala adalah
hukum sebab-akibat, Hukum aksi Reaksi, hukum usahan dan hasil atau nasib. Hukum ini berlaku
untuk alam semesta, binatang,tumbuh-tumbuhan dan manusia. Jika hukum itu di tunjukan
kepada manusia maka di sebut dengan hukum karma dan jika kepada alam semesta disebut
dengan hukum Rta. Hukum inilah yang mengatur kelangsungan hidup, gerak serta perputaran
alam semesta.

Dalam kekawin Ramayana Sargah 1 bait 4:

"Nafsu dan lain sebagainnya (Sad Ripu) adalah musuh yanb terdekat, di dalam hati ketaknya
tidak jauh dari badan, Hal itu Tidak ada pada Bliau, hanya keberanian dan kebijaksanaan serta
pengetahuan politik yang beliau miliki".

Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai, sesungguhnya tafsiran tersebut tidak sepenuhnya
betul. Didalam agama Hindu perhitungan karma itu tidak di dasarkan pada pisik, karena semua
yang bersifat pisik merupakan bersifat maya. Misalkan orang sedih dia menangis, orang tertawa
juga menagis, mengeluarkan air mata yang sama dari mata yang sama, tetapi perasaan yang
terkandung di dalam hatinya berbeda. Hukum karma mengatakan bahwa semua pikiran,
pekataan, perbuatan yang tidak baik melahirkan penderitaan.
Ada tiga jenis yaitu:

1. Prarabda karma yaitu berbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima
dalam hidup sekarang juga.

2. Kriyamana karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya akan
diterima setelah mati di alam baka.

3. Sancita karma yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang hasilnya akan di peroleh pada
kelahiran yang akan datang.

Sifat- sifat hukum karma:

1. Hukum karma itu bersifat abadi : maksudnya sudah ada sejak mulai penciptaan alam semesta
ini dan tetap berlaku sampai alam ini mengalami pralaya (kiamat).

2. Hukum karma bersifat universal: artinya berlaku bukan untuk manusia tetapi juga untuk
mahluk- mahluk seisi alam semesta.

3. Hukum karma berlaku sejak jaman pertama penciptaan, jaman sekarang, jaman yang akan
datang.

4. Hukum karma itu sangat sempurna, adil, tidak ada yg dapat menghindarinya.

5. Hukum karma tidak ada pengecualian terhadap siapapun, bahkan, bahkan bagi Sri Rama yang
sebagai titisan Wisnu tidak mau merubah keberadaan hukum karma itu.

Anda mungkin juga menyukai