Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karma phala merupakan hukum sebab akibat yang berlaku untuk semua makhluk hidup
di Dunia. Hukum ini merupakan hukum yang terorganisir jauh lebih baik dari pada
teknologi, tidak dapat dihindari dan bersifat Universal (untuk semua makhluk). Pada
kehidupan kita sekarang yang kita bawa merupakan hasil dari karma yang kita lakukan
dikehidupan yang sebelumnya. Rupa muka, Tempat dilahirkan, Keluarga dan Semua orang
yang pernah kita temui merupakan pengaruh karma phala. Baik karma buruk maupun
karma baik ,akan membelenggu erat sang jiwa dalam rantai rantai baja atau rantai emas.
Moksa pun tidak akan dapt di capai jika pengetahuan tentan sang abadi tidak di miliki
seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dapat di peroleh Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari Hukum Karma Phala?
2. Bagaimana wujud dari Karma Phala ?
3. Apa macam-macam dari Karma Phala ?
4. Apa macam-macam dari bentuk Karma Phala ?
5. Bagaimana sifat hukum Karma Phala ?
6. Apa makna dari Karma Phala ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Karma Phala
2. Untuk mengetahui wujud dari Karma Phala
3. Untuk mengetahui macam-macam Karma Phala
4. Untuk mengetahui macam-macam dari bentuk Karma Phala
5. Untuk mengetahui sifat hukum Karma Phala
6. Untuk mengetahui makna dari Karma Phala.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum Karma Phala


Kata karma brasal dari bahasa sansekerta yaitu dari akar kata “ Kr “ yang artinya
berbuat atau bekerja . Sedangkan Phala artinya hasil jadi Karma Phala artinya “hasil dari
perbuatan . perbuatan trsebut ada yang baik dan adapula yang tidak baik . Perbuatan baik
disebut dengan Subha karma , sedangkan perbuatan yang tidak baik disebut Asubha karma.
Sumber karma ada 3 yaitu :
1. Manah ( pikiran )
2. Wacika (perkataan )
3. Kayika (perbuatan)
Didalam kitab Slokantra di jelaskan “ Karma Phala Ngaran Ika,Phalaning Gawe Hala
Hayu “artinya Karma Phala itu adalah akibat (phala) dari baik dan buruk suatu perbuatan.
Baik perbuatan kita baik pula hasilnya begitu juga sebaliknya”.
Hukum karma phala sejalan dengan hukum sebab akibat yaitu segala sebab pasti
mendatangkan akibat.Demikian juga dengan karma, setiap karma pasti memiliki phala
sehingga erring disebut hukum karma phala.

2.2 Wujud Karma Phala


Banyak orang menafsirkan bahwa wujud dari karma phala (hasil perbuatan)
seseorang adalah berbentuk materi, seperti kekayaan, kecantikan atau ketampanan,
jabatan, kehormatan dan sebagainya yang semata-mata diukur dari segi materi.
Secara garis besar memang wujud karmaphala ada dua yaitu berbentuk fisik dan psikis
(batin).
Artinya hasil dari perbuatan tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh badan
jasmani melalui panca indria atau juga bisa memberikan suasana batin tertentu pada
seseorang.
Contoh:
Jika seseorang pernah berbuat baik misalnya membantu orang yang jatuh di jalan,
suatu saat ketika dia terjatuh di jalan akan ada orang lain yang menolong. Ini adalah
phala secara fisik. Contoh lain mungkin ada orang yang suka menipu justru akan
membuat hatinya tersiksa karena selalu was-was, selalu berprasangka bahwa tipu
dayanya akan ketahuan oleh orang lain. Ini berarti secara psikis dia menderita.
2
Wujud dari karmaphala yang akan diterima seseorang tidak dapat dipastikan.
Artinya hasil karma tersebut bisa saja berbentuk fisik, atau psikis, ataupun kedua nya yaitu
fisik dan psikis. Demikian pula kapan waktunya akan diterima seseorang atas
perbuatannya juga merupakan rahasia Hyang Widhi. Yang jelas bahwa karmaphala itu ada
dan akan hadir tepat pada waktunya.
Diatas kedua wujud karmaphala di atas yang terpenting untuk menjadi tolok ukur
atas hasil perbuatan seseorang adalah akibat dari wujud karmaphala tersebut.
Artinya seseorang yang menerima karmaphala baik berwujud fisik maupun psikis apakah
mengakibatkan adanya peningkatan kualitas sradha atau tidak. Apakah menyebabkan
kebahagiaan atau penderitaan?
2.3 Macam-Macam Karma Phala
2.3.1 Berdasarkan segi waktu hasil karma seseorang maka dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu :
1. Sanchita Karma
2. Prarabdha Karma
3. Kryamana Karma

2.3.1.1 Sancitha karma


Sancita Karmaphala adalah hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu
yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang
menentukan kehidupan kita sekarang artinya perbuatan yang dilakukan pada masa
hidup di dunia baru akan menerima pahalanya setelah meninggal dunia. Contoh,
di kehidupan yang lalu, mungkin kita korupsi milyaran rupiah, namun karena
sedang berkuasa atau pintar berkelit, pahalanya belum sempat dinikmati,
kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup jadi sengsara,
atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara. Kewajiban kita sebagai umat
Hindu dalam hal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah
dengan akibat dari perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam
pelanggaran ajaran Veda.
Seperti contoh, teroris yang melakukan pembunuhan secara biadab terhadap
orang-orang yang sama sekali tidak melakukan kesalahan terhadap dirinya.
Mereka membunuh dengan bom berdaya ledak tinggi. Dengan meyakini hukum
karma, ke manapun mereka sembunyi untuk menghilangkan jejak, dapat juga
ditangkap oleh penegak hukum, kemudian diseret ke pengadilan dan dijatuhi
3
hukuman setimpal. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan hidup yang sebenarnya
adalah untuk saling melayani agar mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin.
Ilustrasi lain untuk meneguhkan keyakinan kita terhadap karmaphala adalah kisah
hidup orang-orang sukses di sekitar kita. Kisah seorang sahabat bernama Nasution
dari Medan, Sumatera Utara.
Sejak kecil, Nasution tekun belajar dan selalu melatih dirinya menjadi seorang
pemberani. Setiap tugas yang diberikan oleh gurunya selalu dikerjakan dengan
cepat dan ikhlas, mulai dari pekerjaan untuk membersihkan halaman sekolah,
sampai pekerjaan yang sulit dalam latihan kepramukaan. Ia tidak pernah
mengeluh, selalu semangat, tersenyum, dan sopan santun. Begitu juga dalam
berpakaian, ia sangat sederhana walaupun sesungguhnya ia mampu membeli yang
lebih baik. Terhadap teman ia ramah dan suka menolong dengan ikhlas. Kalau
dihubungkan dengan hukum karmaphala, Nasution adalah sosok orang yang
mempunyai banyak tabungan karma baik cukup banyak. Setelah remaja, ia
meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Jakarta.
Nasution muda ini mulai bekerja sebagai pedagang keliling dari satu kampung
ke kampung yang lainnya. Ia mencoba bekerja sebagai pemandu wisata sambil
kuliah di sekolah tinggi pariwisata. Tabungan karma baiknya tergolong sudah
banyak, terbukti ketika ia mulai membuka bisnis biro perjalanan wisata, banyak
orang yang membantunya. Sekarang Nasution adalah pemilik beberapa hotel
berbintang di Indonesia dengan kualitas kehidupan yang sangat makmur dan
mapan. Walaupun Nasution sudah kaya raya, dia masih sabar, rendah hati, ikhlas
menolong orang susah, dan tidak sombong. Ini berarti Nasution adalah sosok yang
perlu ditiru karena telah melaksanakan ajaran Veda dengan baik.
2.3.1.2 Prarabdha karma
Prarabda Karmaphala adalah hasil perbuatan kita pada kehidupan sekarang
yang pahalanya diterima habis dalam kehidupan sekarang juga maksudnya
perbuatan seseorang yang pahalanya langsung diterima pada kehidupan ini.
Sekarang korupsi, kemudian tertangkap langsung dihukum bertahun-tahun. Jadi
antara perbuatan dan akibatnya lunas. Di Bali jenis karmaphala ini biasa disebut
Karmaphala cicih. Contoh Prarabda Karmaphala:
1) Bila anda mencaci seseorang tanpa alasan jelas, maka anda akan
dipukul dan sakit.

4
2) Kita bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati
kehidupan yang lebih baik.
3) Saat kita mencubit lengan (sebab), maka rasa sakitnya (akibat) dapat
dirasakan secara langsung pada saat itu juga.
4) Seorang mencuri sepeda motor, kemudian dia dihakimi oleh warga
sampaitewas.
5) Seseorang melakukan kegiatan korupsi, kemudian dia langsung
dihukumpenjara seumur hidup.
6) Sekelompok orang yang melakukan kegiatan terorisme, kemudian
diaditangkap dan diberi hukuman mati.
7) Seseorang yang mengigit cabe pasti akan langsung merasa pedas.
8) Seorang siswa yang menyontek dan ketika ketahuan dia mendapatkan
nilai jelek serta hukuman dari gurunya.
2.3.1.3 Kryamana karma
Kriyamana Karmaphala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati
pada waktu kehidupan sekarang, namun dinikmati pada waktu kehidupan yang
akan datang. Misalnya, dalam kehidupan sekarang korupsi, tapi entah bagaimana
kejahatannya itu tidak berhasil dibuktikan karena kelicikannya, lalu meninggal
dunia. Dalam kehidupan yang akan datang pahalanya akan diterima, namun
orang tersebut akan lahir jadi orang yang hina. Sebaliknya, dalam kehidupan
sekarang kita berbuat baik, saleh, santun, taat pada keyakinan, suka menolong
dan sebagainya, namun meninggal dunia dalam kesederhanaan. Dalam
kehidupan yang akan datang, kita akan dilahirkan menjadi orang yang bahagia,
atau dilahirkan di keluarga orang terhormat dan kaya, di mana tak ada
penderitaan yang dialami.

Meskipun kita menggolongkan karma tersebut seperti di atas tetapi dalam


kenyataan sangat sulit bagi kita untuk mengidentifikasi setiap karma yang kita
terima saat ini. Mengenai kapan waktu kita akan menerima pahala atas karma yang
kita lakukan juga merupakan rahasia Ida sang Hyang Widhi.
Manfaat kita mengetahui jenis-jenis karma tersebut adalah untuk
meningkatkan sradha dan bhakti kepada Hyang Widhi. Kita harus yakin bahwa
apapun yang kita alami pada kehidupan ini adalah hasil perbuatan diri sendiri.

5
Bukan karena orang lain. Bisa saja merupakan pahala atas karma kita pada
kehidupan terdahulu, atas pahala atas karma kita masa kini.
Oleh karena itu yang terbaik harus dilakukan adalah melaksanakan tugas
sebaik-baiknya, selalu berbuat kebaikan serta tetap yakin dan bhakti kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.
Laksanakan semua kewajiban sebagai yadnya dan bhakti kepada Ida sang
Hyang Widhi. Jika hal itu sudah dilakukan maka Tuhan pasti akan memberikan
yang terbaik bagi kita. Apa yang seharusnya kita butuhkan pasti akan terpenuhi,
sebagaimana wahyu Beliau dalam Kitab Bhagawad Gita Bab IX Sloka 22 :
Mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada
mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang
belum dimilikinya dan akan menjaga yang sudah dimilikinya
2.3.2 Berdasarkan unsur Triguna
Triguna terdiri atas unsur satwah, rajah, dan tamah. Ketiganya masing-masing
membentuk wikarma, sahaja karma, dan akarma.
1. Ikarma
adalah karma yang dihasilkan dari guna satwah, yang sifatnya satwik.
Satwah adalah sifat-sifat dalam diri manusia yang dipengaruhi secara kuat
oleh Dharma.
2. Sahaja karma
karma ini dihasilkan dengan guna rajah, sifatnya disebut rajasik. Sifat ini
mengarahkan dan mempengaruhi manusia sehingga penuh gairah
keinginan, terburu-buru, kurang sabar, dan sebagainya.
3. Akarma
sifat tamasik yang mempengaruhi manusia untuk menghasilkan akarma.
Tamasik bisa disejajarkan dengan kemalasan. Kadang-kadang akarma
dikatakan sebagai tidak berbuat. Arti ini tidak sepenuhnya benar.
2.3.3 Berdasarkan kesucian
Atas dasar kesucian perbuatan, karma dibagi menjadi subha karma dan asubha
karma.
1. Subha karma: subha artinya suci, jadi subha karma adalah perbuatan yang
suci, perbuatan baik.
2. Asubha karma: huruf a didepan kata subha membuat makna penyangkalan.
Dengan penyangkalan, muncul makna sebaliknya dari yang di atas.
6
2.3.4 Berdasarkan kebenaran
Dengan faktor ini, karma dibagi menjadi sat karma, dush karma, dan mirsa karma
1. Sat karma: adalah karma yang dilaksanakan dengan dasar Dharma
(kebenaran). Semua perbuatan yang berlandaskan Dharma dianggap sebagai
sat karma.
2. Dush karma: kebalikan dari sat karma disebut dush karma. Dasar
perbuatan dush karma adalah yang bertentangan dengan Dharma, seperti
yang berdasarkan kroda, moha, matsarya, kama, dan sebagainya.
3. Misra karma: campuran antara sat karma dan dush karma disebut mirsa
karma. Manusia pada saat ini, pada zaman kali yuga ini, umumnya
melakukan atau menerima hasil karma ini. Tidak ada yang 100 % jahat, atau
100 % baik. Sejahat-jahatnya perampok, selama hidupnya ia pasti pernah
berbuatbaik.
Semua hasil perbuatan ini akan kembali ke padanya. Hasil perbuatan baik
atau hasil perbuatan buruknya, hanya dial ah yang akan menerimanya,
bukan orang lain. Kalau yang lebih banyak adalah perbuatan buruknya,
maka setelah meninggal ia akan menerima hasil perbuatan baiknya terlebih
dahulu, kemudian baru menerima hasil perbuatan buruknya. Kalau
sebaliknya, lebih banyak perbuatan baiknya; justru ia akan menerima hasil
perbuatan buruknya terlebih dahulu, baru kemudian hasil perbuatan baiknya
yang dinikmatinya. Jadi tidak ada perbuatan yang sia-sia atau yang tidak
dipetik hasilnya menurut hukum karma ini. Tidak ada neraka abadi bagi
manusia, bagi manusia jahat sekalipun. Sebaliknya, tidak ada juga surga
abadi. Karena surga dan neraka hanya persinggahan sang atman, untuk
menentukan “baju” atau badan lain yang cocok dengan hasil karmanya tadi
(BG.II.22, Swargarohana Parwa).

2.3.5 Berdasarkan Tri Sarira


Tri sarira adalah tiga jenis badan manusia, yakni stula sarira/badan kasar atau fisik
(tangan, kaki, kepala, dsb), suksma sarira atau badan mental, dan badan penyebab
(karana sarira).
1. Karma fisik: jenis karma ini berakibat pada badan fisik manusia, misalnya
saja makan yang kurang teratur akan menyebabkan tubuh sakit.
7
2. Karma astral: karma astral adalah karma yang berasal atau berakibat pada
perasaan, misalnya saja ucapan yang lemah lembut akan berakibat pada
perasaan yang akan menjadi senang.
3. Karma mental: badan mental manusia akrab kena pengaruh karma ini.
Senantiasa berpikir baik dan positif akan berakibat pada ketenangan diri,
kebahagiaan, kedamaian, kegembiraan, rasa optimis dan seterusnya.
2.3.6 Berdasarkan hasilnya
Phala atau buah atau hasil suatu karma dibedakan atas dua jenis, yaitu: Vishaya
(Wishaya) karma, dan sreyo karma.
1. Wishaya karma, disebut juga karma yang mengikat. Keterikatan akan hasil
perbuatan adalah wishaya karma. Melakukan suatu perbuatan karena ingin
memperoleh imbalan, atau ada pamrih di balik perbuatannya. Jika
diperkirakan tidak ada hail baginya, maka tidaklah ia melakukannya.
Ketergantungan kepada hasil perbuatan inilah yang dikatakan wishaya
2. Sreyo karma, adalah membebaskan diri dari ikatan terhadap hasil
perbuatan. Kegiatan yang dilakukan dengan tanpa berharap akan hasilnya
bukan berarti kerja dengan asal-asalan. Prosesnya tetap diletakkan pada
pelaksanaan penuh kompetensi. Bila dilaksanakan dengan kompetensi
penuh, lalu ditambah lagi dengan keikhlasan dan tanpa berharap hasil bagi
diri sendiri, niscayalah pada pelaksanaannya saja sudah mendatangkan
kebahagiaan.

2.4 Macam-macam Bentuk Karma


Bentuk karma jumlahnya sangat banyak, yang secara garis besar dikelompokkan
menjadi delapan pokok bentuk karma, yaitu sebagai berikut :
2.4.1 Mohaniya Karma
Karma ini akan mengaburkan kesadaran kita atau menghambat peningkatan
kualitas kesadaran kita. Membuat jatuh kedalam gelap tanpa ada cahaya sehingga
tidak dapat melihat mana yang disebut baik dan tidak baik. Karma ini terbentuk
dengan cara-cara misalnya seperti berikut :
1. Terlalu banyak marah, sering membenci,prilaku kasar, berselingkuh dll.
2. Terlalu larut dengan kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi.
3. Terlalu fanatisme dalam beragama (tidak adanya toleransi akan keberagaman
kepercayaan).
8
2.4.2 Darsanavaraniya Karma
Karma yang menghalagi kemampuan fisik kita serta menghilangkan
kemampuan pengindera dalam diri. Misalnya seperti contoh berikut :
1. Caksur-Darsanavaraniya Karma : Yang menghilangkan kemampuan sebernanya
pada mata. Yang sejatinya dapat melihat alam halus dan mahluk halus dan yang
paling parah kehilangan kemampuan mata untuk melihat secara normal.
2. Acaksur-darsanavarana Karma : Yang membuat kita kehilangan kemampuan yang
sebenarnya pada indra tubuh selain mata (telinga,hindung,lidah dll)
3. Avadhi-darsanavarana Karma : yang membuat kita kehilangan kemampuan
sebenarnya pada badan fisik.
2.4.3 Jnanaravaniya Karma
Karma yang menghalangi penyerapan ilmu pengetahuan. Karma ini akan
membuat kita sulit berjodoh dengan ilmu pengetahuan sehingga membuat pikiran
jadi tumpul,tidak pintar dan buntu.
2.4.4 Antaraya Karma
Karma yang menghambat kita untuk melakukan kebaikan, menerima
pemberian, atau menikmati dari hasil kerja kita. Contohnya yaitu sebagai berikut
1. Dana-antaraya Karma : menyebabkan kita tidak dapat menolong
seseorang. Misalnya kita ingin memberikan bantuan berupa uang
kepada mereka yang terkena bencana tapi kita sendiri dalam kondisi
kekurangan uang.
2. Labha-antaraya Karma : menyebabkan kita tidak dapat menerima
pemberian orang lain. Misalnya sedang ada bagi-bagi sembako akan
tetapi kita tidak kebagian meskipun telah ikut mengantre.
3. Virya-Antaraya Karma : menyebabkan munculnya rasa tidak inginan
dalam diri untuk melakukan sesuatu.
2.4.5 Vedaniya Karma
Karma yang mempengaruhi gejolak emosi,perasaan dan pikiran positi-
negatif. Misalnya ada yang mudah marah, ada yang penyabar, ada yang humoris, ada
yang pemurung dan ada yang pemberani, ada pula yang penakut. Karma ini
terbentuk dari akumulasi sifat2 dalam menjalani kehidupan sebelumnya atau saat ini.
Jika kita menjalani hidup dengan welas asih kepada semua mahluk maka akan
mendapatkan karma yang sifatnya baik sedangkan jika menjalani hidup dengan

9
menyakiti dan merugikan mahluk lain, maka akan mendapatkan karma yang sifatnya
tidak baik.
2.4.6 Ayusua Karma
Karma yang membawa kita ke alam-alam setelah kematian. Karma ini
terbentuk dari akumulasi karma kita semasih hidup yang akan menentukan kita akan
menuju bhur loka, swah / svarga loka, atau langsung terlahir kembali.
2.4.7 Nama Karma
Karma yang menentukan kita lahir dalam tubuh mahluk apa dan kondisi
badan fisik bagaimana.
2.4.8 Gotra Karma
Karma yang menentukan nasib hidup kita, seperti tempat, situasi lingkungan
dan keluarga seperti apa kita dilahirkan serta bertemu dengan siapa.

2.5 Sifat Hukum Karmaphala


2.5.1 Abadi
Keberadaan hukum ini dimulai pada saat alam semesta ini ada dan akan berakhir
pada saat pralaya (kiamat). Walaupun demikian, tidak ada seorang pun yang tahu
kapan penciptaan dan berakhirnya alam semesta ini. Inilah yang menjadi rahasia
Pencipta. Penciptaan alam semesta bersamaan dengan penciptaan hukum-hukum
yang bekerja secara amat sangat canggiiiih sekali dan memiliki ketepatan yang tiada
tara. Hukum grafitasi diciptakan bersamaan dengan diciptakan-Nya alam semesta.
Kebetulan saja ada mahluk Tuhan yang bernama Isaac Newton yang menggunakan
akal/pikiran dan budinya dengan baik, sehingga berhasil mengungkap “keberadaan”
dan “cara kerja” hukum ini, walaupun sebelumnya pun kalau ada benda yang
dilemparkan ke atas, pasti akan jatuh lagi ke bumi. Lalu manusia lain mengakuinya
dan menamakan hukum ini dengan “hukum Newton”.
2.5.2 Universal
Hukum ini berlaku pada setiap ciptaan Tuhan,. Di mana pun berada,
bagaimanapun wujud ciptaan itu, hukum ini berlaku baginya. Mempercayai atau
tidak mempercayai keberadaan hukum ini, jika masih berada di alam semesta ini,
hukum ini tetap bekerja baginya. Kalau ia berbuat baik, hasilnya pasti baik juga, dan
hasilnya dia juga yang akan menikmatinya. Kalau sebaliknya, ya demikian juga.
Kalau ada anggapan bahwa hanya kalau berbuat dosa saja kena hukum karma, ya
inilah salah kaprah yang luar biasa.
10
2.5.3 Berlaku sepanjang zaman
Pada zaman apa pun hukum ini tetap berlaku dan tidak mengalami perubahan.
Baik pada zaman satya (kerta) yuga, treta yuga, dwapara yuga, kali yuga hukum ini
tetap berlaku. Kalau di zaman sekarang (yang diidentifikasi sebagai zaman kali,
zaman terakhir) sepertinya hukum karmaphala ini tidak lagi efektif bekerja, ya
anggapan itu keliru lagi. Kalau kelihatan bertentangan, itu hanya penglihatan dan
analisis manusia yang sangat terbatas, yang tidak mampu melintasi dan
menggabungkan berbagai fakta dari zaman lainnya dengan lengkap. Demikian
singkatnya pengetahuan dan pemahaman manusia tak mampu mengungkap lintas
zaman tadi, karena rentang waktunya demikian lamaaaaa sekali, yang ribuan bahkan
jutaan kali rentang umur manusia. Sedangkan pengetahuan tentang diri dan
perbuatannya semasa bayi atau anak-anak saja tak tersimpan lagi di memorinya,
bagaimana mau menyimpan peristiwa lintas zaman?
2.5.4 Sempurna
Karena kesempurnaannya, kerja hukum ini tak dapat diganggu-gugat, diubah
atau dipaksa berubah. Sifatnya konstan dan tidak berubah dari zaman ke zaman.
Hukum ini hanya dapat “ditaklukkan”dengan cara mengikuti alur kerjanya, diiringi
dengan keihklasan yang dalam. Kalau menurut penglihatan dan analisis manusia, dia
menerima hasil yang tidak sesuai dengan perbuatannya, bisa dipastikan penglihatan
dan analisisnya itu tidaklah lengkap. Kalau rasa-rasanya telah dan selalu berbuat
baik, lalu hidupnya begitu-begitu saja atau malah menderita sepanjang hayat, mesti
ada yang belum terungkap. Ada mata rantai kausalitas yang menyebabkan demikian.
Itulah yang tak mampu dijangkau nalar, pikir, dan budi manusia. Karena bak iklan
sebuah produk, hukum ini mengikuti yang berbuat atau yang berkarma kapan dan di
manapun berada.

2.6 Pelaksanaan Karma Phala


Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa wujud karmaphala bisa berbentuk fisik bisa
juga berbentuk psikis. Jika karma seseorang harus diterima setelah meninggal dunia maka
atmannya akan menuju sorga atau neraka. Tetapi bagaimana bentuk pahala dari karma yang
harus dinikmati pada kehidupan ini?
Tentu saja akibat karma akan dirasakan oleh seseorang melalui interaksi dengan
lingkungan, baik alam maupun sesama manusia. Pahala karma bisa saja dirasakan melalui
tangan manusia, binatang, tumbuhan, serta bisa juga dari alam. Sehingga manusia
11
disamping akan menerima pahala atas karmanya, tetapi juga sebagai alat untuk membalas
karma orang lain.
Contoh sederhana mungkin suatu ketika kita menerima bantuan dari orang lain dimana
pada waktu tersebut kita benar-benar memerlukan pertolongan tersebut. Kejadian ini
buakanlah suatu kebetulan. Itu adalah hasil karma kita yang mungkin kita sudah lupa kapan
melakukannya, sehingga disaat yang tepat kita akan menerimanya. Dalam peristiwa
tersebut yang menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan pahala atas karma tersebut adallah
manusia ( orang lain).
Meskipun manusia adalah alat pembalas karma, bukan berarti dia terbebas atas karma
yang diperbuatnya itu tetapi pahala akan selalu mengikuti karma yang dilakukannya
Misalkan Andi menolong Budi yang terjatuh dari sepeda motor. Dalam peristiwa
tersebut Budi menerima pahala dalam bentuk pertolongan dari Andi, pahala tersebut
mungkin saja atas kebaikan Budi di waktu lalu Dalam kasus ini Andi adalah sebagai alat
pembalas karma perbuatan Budi di masa lalu. Meskipun Andi sebagai alat , atas
perbuatannya menolong budi dia juga akan mendapat pahala atas karma tersebut.
Jadi setiap peristiwa karma yang melibatkan lebih dari satu orang maka dalam peristiwa
tersebut ada dua jenis proses karma yang terjadi yaitu ada pihak yang menerima hasil
karmanya dan ada orang yang yang berkarma dimana hasilnya belum diketahui kapan akan
diterima.
Demikian pula alam bisa saja sebagai alat pembalas karma. Bencana alam bukanlah
hukuman Tuhan, tetapi semua itu akibat perbuatan manusia sendiri.

2.7 Makna Karma Phala


Karma (kerja/gerak) meninggalkan Karma Wasana (bekas-bekas gerak) yang kelak
timbul menjadi Karma Phala yaitu hasil dari perbuatan yang akan menentukan baik dan
buruk penjelmaan kita di masa yang akan datang. Hal ini dapat kita ketahui dari adanya
kelahiran orang pandai, bodoh, tampan/cantik, jelek, normal, cacat, kaya, miskin dan
sebagainya, itu adalah disebabkan oleh adanya Karma yang baik (Ḉubhakarma) dan
Karma yang tidak baik/buruk (Aḉubhakarma) yang telah dilakukannya pada penjelmaan
terdahulu. Kita percaya, bahwa segala perbuatan (Karma) akan memperoleh hasil
(Phala/Phahala) dan tiap hasil yang kita peroleh tergantung dari baik dan buruk dari
perbuatan yang kita perbuat. Oleh karena itu, jika ingin menjadi manusia yang baik dan
sempurna, berbuatlah baik sekarang juga, agar sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata)

12
serta kemudian menjadi manusia utama, sehingga Sang Hyang Atma (Rokh) memperoleh
tempat yang baik. Dalam buku Sarasamuscaya Bab XI,12) disebutkan :
Kang ḉubha karma panenta sakna ring aḉubha
kharma phalaning ring wong
Artinya : Perbuatan yang baik itu adalah alat untuk menebus perbuatan yang tidak
baik (dosa), yang patut dilaksanakan oleh setiap orang.
Jadi disini dikatakan, bahwa perbuatan yang tidak baik (dosa) hanya dapat ditebus
dengan perbuatan yang baik, karena tidaklah ada suatu alasan bagi manusia untuk
menebus dosanya dengan uang (materi). Kalau toh ini mungkin ini hanya berlaku dalam
alam dunia (sekala/duniawi/kemanusiaan), ilustrasi ini dapat diambil dari Wayang Cenk-
Blonk ”Gatokaca Anggugah” tentang Cerita Atman Pranda yang ngotot supaya
mendapatkan Sorga (Percakapan Tuwalen/Penakawan vs Pak Sokir/Petani miskin yang
memperoleh Sorga), di alam sekala kesalahan/dosa kita bisa beli dengan menyogok
sehingga kita terbebas dari jeratan hukum, tetapi alam niskala tetap akan menuntut kita
berdosa dan tetap akan memperoleh pahala/hasil yang dinamakan neraka.
Selanjutnya penjelasan mengenai Karma Phala kita jumpai melalui cerita dalam kitab
Maha Brata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Niti Castra dan kakawin lainnya : Arjuna
Wiwaha, Wirama Dasar : Aswalalita, Kadang Wirama : Rajani/Mandamalon

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karma Phala merupakan hukum sebab akibat yang berlaku untuk semua makhluk hidup
di Dunia. Hukum ini merupakan hukum yang terorganisir jauh lebih baik dari pada
teknologi, tidak dapat dihindari dan bersifat Universal(untuk semua makhluk). Dan
punarbawa merupakan merupakan bagian dari Panca Sradha.Punarbhawa merupakan
kelahiran kembali makhluk hidup ke dunia yang di sebab kan oleh karma manusia itu
sendiri. Jika dalam kehidupan terdahulu karma seseorang baik maka dia pun akan terlahir

13
kembali/merenkarnasi dalam kehidupan yang baik dan berada pada tingkat yang lebih
tinggi pula.

3.2 Saran-Saran
Dengan adanya hukum Karma Pala ini akan memberi keyakinan kepada umat
manusila untuk mengerahkan segala tindak lakunya selalu berdasarkan etika dan cara-
cara yang baik untuk mancapai cita-cita yang baik dan selalu menghindari jalan dan tujuan
yang baik.
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Kami berharap para
pembaca bias member kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulisnya pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kharmaphala.com

http://www.google.com

Suratmini, Ni Wayan (2012).Buku Penunjang Materi Agama Hindu.denpasar: Tri Agung

Mudana, I Nengah (2011). Widya Kusuma Pendidikan Agama Hindu.denpasar: Sri Rama

Buku Kelas VII Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Edisi Revisi 2014, Jenis-Jenis

Karma Phala dan Contohnya.10 September

14
2018.Kurtilashttps://hindualukta.blogspot.com/2017/03/jenis-jenis-karma-phala-dan-

contohnya.html

Macam Bentuk Karma dan Memahami Makna Karma Sesungguhnya.10 September

2018.http://inputbali.com/budaya-bali/8-macam-bentuk-karma-dan-memahami-makna-

karma-yang-sesungguhnya

15

Anda mungkin juga menyukai