Anda di halaman 1dari 12

HUKUM KARMA

Kelompok VIII

TIKA LOVITA 133304010242


JENNY 133304010243
JUNI KARTIKA 133304010256
SELLY CHUANDA 133304010274
Pengertian Hukum Karma
Karma berasal dari kata Sanskerta [Pali; kamma]
yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan.
Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan
dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma.
Karma berarti suatu kehendak atau niat [cetana] yang
baik [kusala] dan buruk [akusala]. Setiap tindakan
yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat
maka akan menciptakan karma. Dengan kata lain,
Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat,
suatu hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap
tindakan akan membuahkan hasil tindakan tertentu
atau buah karma [karma vipaka] .
Jenis-Jenis Hukum Karma
Hukum Karma Berdasarkan Kekuatannya
Garuka Kamma, Merupakan karma yang
bobotnya sangat tinggi, akibat dari karma ini
dapat berdampak pada kehidupan saat ini atau
kehidupan yang akan datang. Karma lain tidak
mampu menghapus kamma ini karena memiliki
bobot yang sangat tinggi. Contohnya adalah
membunuh ayah, membunuh ibu, dan memecah
belah sangha.
Asanna Kamma, Merupakan karma yang
dilakukan oleh seseorang sebelum ia
meninggal.
Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma
Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang
merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering
dilakukan.
Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu
berat dirasakan akibatnya.

Hukum Karma Berdasarkan Fungsinya


Janaka Kamma, merupakan karma yang bersifat
melahirkan, yang merupakan menjadi penyebab suatu
makhluk hidup terlahir kembali. Contoh seorang yang
lahir menjadi cantik, kaya, atau jelek dan miskin.
Upatthambhaka Kamma, karma yang sifatnya adalah
mendukung janaka kamma. Contohnya adalah orang
yang terlahir di keluarga berkecukupan namun ia
memiliki karma pendukung yang jelek sehingga ia
memiliki kekurangan fisik atau cacat.
Upapilaka Kamma, karma yang bersifat menyelaraskan
atau mengurangi efek suatu karma. Sebagai contoh
orang yang memiliki cacat fisik, namun ia mendapatkan
istri yang cantik jelita yang mencintainya.
Upaghataka Kamma, karma yang bersifat memotong
atau mengurangi akibat dari suatu sebab yang telah
terjadi. Contohnya sesorang yang memiliki cacat fisik
dan tidak normal diterima menjadi artis dan kaya raya
ketika bertemu dengan produser yang tertarik
merekrutnya.

Hukum Karma Berdasarkan Waktunya


Ditthadhamma vedaniya Kamma, merupakan karma yang
berlaku atau masak pada kehidupan saat ini dan tidak di
bawa setelah meninggal.
Aparapariya vedaniya Kamma, karma yang berdampak
pada kehidupan berikutnya secara terus menerus
Ahosi Kamma, karma yang tidak sempat berbuah karena
telah kehabisan waktu atau dihapus oleh karma lain.
Upajja vedaniya Kamma, Karma yang berbuah pada satu
kehidupan berikutnya.
Saluran Terjadinya Karma
1. Melalui Pikiran
Pikiran benar merupakan hasil dari memahami segala
hal menurut apa adanya. Pikiran sangatlah penting
karena kata-kata dan perbuatan kita bersumber dari
pikiran kita. Pikiranlah yang diterjemahkan ke dalam
ucapan dan perbuatan. Hasil yang baik ataupun buruk
dari kata-kata dan perbuatan kita semata-mata
bergantung pada cara kita berpikir, dan oleh
karenannya adalah hal penting untuk selalu berpikir
dengan benar, bukan berpikir keliru dan sembrono.
2. Melalui Ucapan

Kata-kata yang kita ucapkan merupakan hal yang


sangat penting dalam kehidupan kita terutama dalam
berkomunikasi terhadap teman atau orang lain. Kata-
kata yang kita ucapkan dengan niat yang baik akan
membawa kebahagiaan, sebaliknya jika diucapkan
dengan kata-kata yang tidak ramah atau kotor dan
kasar, sudah barang tentu akan merusak hubungan
komunikasi, menimbulkan permusuhan, kebencian,
kekecewaan, dendam, dan sakit hati. Ucapan yang
tepat waktu, ucapan yang benar, ucapan lembut,
ucapan bertujuan, ucapan yang diucapkan dengan
pikiran cinta kasih. Inilah lima tanda ucapan yang baik.
Kalau kita ingin berbicara hendaklah berpikir terlebih
dahulu jangan sampai merugikan orang lain. Untuk itu,
marilah kita sebagai umat Buddha janganlah
melakukan perbuatan yang salah melalui ucapan,
karena ucapan yang tidak baik akan merugikan kita
dan semua makhluk.
3. Melalui Perbuatan
Suatu perbuatan dikatakan benar
apabila setelah diperbuat, tidak
merugikan diri sendiri maupun makhluk
lain, membawa kebaikan bagi diri
sendiri dan makhluk lain, yakni:
Perbuatan yang menghindari pembunuhan
ataupun penyiksaaan makhluk hidup
(pannatipata)
Perbuatan yang menghindari pencurian atau
mengambil barang yang bukan miliknya
(adinnadana)
Perbuatan yang menghindari perzinahan
(kamesumiccachara)
Perenungan Terhadap Karma
Ketika kita melihat orang kikir dan sombong hidup berlimpahan
kekayaan, sementara orang yang baik dan dermawan malah
hidup dalam kekurangan, kita bisa mempertanyakan keadilan
hukum karma. Memang jika dilihat dari sudut kehidupan saat ini,
hukum karma kadang tampak tidak adil, namun kita juga tidak
boleh lupa bahwa banyak sekali akibat yang kita alami pada
kehidupan ini merupakan akibat dari tindakan-tindakan kita pada
kehiudupan lampau kita; dan banyak tindakan-tindakan yang kita
lakukan dalam kehidupan sekarang ini yang akan masak dalam
kelahiran yang akan datang, misalnya orang miskin yang baik dan
dermawan, sedang menanggung hasil karma-karma buruk
tertentu yang dilakukan di kehidupan lampau yang sedang
berbuah pada saat ini, sementara kebaikan-kebaikan yang
dilakukan saat ini belum memiliki kekuatan untuk berbuah pada
kehiduapan sekarang. Demikian juga dengan orang kaya raya
yang kejam dan kikir, saat ini ia hanya sedang menikmati buah
karma baik dari masa lalunya, sementara kesombongannya
adalah perbuatan pikiran yang telah pada gilirannya akan
membuahkan akibat.
Mengapa harus berbuat baik? Apakah tidak cukup
dengan cara tidak melakukan kejahatan ? dalam
kehidupan lampau yang tak terhitung berapa
kelahiran, kita mungkin saja telah menimbun banyak
karma buruk yang bisa menjadi potensi masalah dan
kesulitan kita pada saat ini maupun pada masa yang
akan datang. Jalan untuk mengurangi dampak buruk
karma masa lampau adalah dengan melakukan
banyak kebajikan dalam kehidupan sekarang ini.
Buddha mengumpamakan karma buruk ibarat
garam, karma baik ibarat air. Seumpama segenggam
garam kita campur dalam segelas air, maka akan
terasa asin tak terkira, tetapi kalau segenggam
garam tercampur ke dalam air dalam jumlah yang
sangat banayak, ke sungai misalnya, keasinannya
tidak akan terasa, meskipun kadar garamnya sendiri
tidak hilang. Demikianlah karma buruk kita, jika
ditambah dengan karma baik, maka akibatnya akan
berkurang.
Manfaat yang diperoleh dari
memahami hukum karma
Keyakinan disini tidak timbuln karena ketakutan. Umat Buddha
tidak diajarkan untuk melaksanakan perbuatan baik hanya karena
takut akan hukuman. Tetapi yang lebih luhur lagi, kita diajarkan
berbuat kebaikan demi kebahagiaan kita dan mahluk lain juga. Bila
kita yakin pada hjukum karma, kita harus merasa bertanggung
jawab terhadap perbuatan kita sendiri.
Keyakinan terhadap hukum karma akan berpengaruh terhadap
perilaku kita. Ciri-ciri orang yang yakin pada hukum karma antara
lain : lebih menghargai setiap waktu yang dimilikinya,senantiasa
mengembangkan diri dan melakukan kebajikan,bertanggung jawab
terhadap perbuatannya, dan tidak mengeluh jika menghadapi hal-hal
yang tidak diinginkan.
Jadi jika kita benar-benar yakin pada hukum karma, kita harus
secara sadar menghindari kejahatan karena kita tahu akan
membuahkan penderitaan, dan terus menambah kebajikan karena
kebajikan akan mendatangkan kebahagiaan. Memahami hukum
karma membantu kita menyadari bahwa kita sendirilah yang
menentukan kita akan menjadi seperti apa. Kita sendiri sehingga
kita akan giat berusaha untuk memperbaiki diri.
THANK
YOU
(^.^)

Anda mungkin juga menyukai