JENNY 133304010243 JUNI KARTIKA 133304010256 SELLY CHUANDA 133304010274 Pengertian Hukum Karma Karma berasal dari kata Sanskerta [Pali; kamma] yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan. Setiap perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan dengan suatu tujuan atau niat dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak atau niat [cetana] yang baik [kusala] dan buruk [akusala]. Setiap tindakan yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan menciptakan karma. Dengan kata lain, Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat, suatu hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap tindakan akan membuahkan hasil tindakan tertentu atau buah karma [karma vipaka] . Jenis-Jenis Hukum Karma Hukum Karma Berdasarkan Kekuatannya Garuka Kamma, Merupakan karma yang bobotnya sangat tinggi, akibat dari karma ini dapat berdampak pada kehidupan saat ini atau kehidupan yang akan datang. Karma lain tidak mampu menghapus kamma ini karena memiliki bobot yang sangat tinggi. Contohnya adalah membunuh ayah, membunuh ibu, dan memecah belah sangha. Asanna Kamma, Merupakan karma yang dilakukan oleh seseorang sebelum ia meninggal. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya.
Hukum Karma Berdasarkan Fungsinya
Janaka Kamma, merupakan karma yang bersifat melahirkan, yang merupakan menjadi penyebab suatu makhluk hidup terlahir kembali. Contoh seorang yang lahir menjadi cantik, kaya, atau jelek dan miskin. Upatthambhaka Kamma, karma yang sifatnya adalah mendukung janaka kamma. Contohnya adalah orang yang terlahir di keluarga berkecukupan namun ia memiliki karma pendukung yang jelek sehingga ia memiliki kekurangan fisik atau cacat. Upapilaka Kamma, karma yang bersifat menyelaraskan atau mengurangi efek suatu karma. Sebagai contoh orang yang memiliki cacat fisik, namun ia mendapatkan istri yang cantik jelita yang mencintainya. Upaghataka Kamma, karma yang bersifat memotong atau mengurangi akibat dari suatu sebab yang telah terjadi. Contohnya sesorang yang memiliki cacat fisik dan tidak normal diterima menjadi artis dan kaya raya ketika bertemu dengan produser yang tertarik merekrutnya.
Hukum Karma Berdasarkan Waktunya
Ditthadhamma vedaniya Kamma, merupakan karma yang berlaku atau masak pada kehidupan saat ini dan tidak di bawa setelah meninggal. Aparapariya vedaniya Kamma, karma yang berdampak pada kehidupan berikutnya secara terus menerus Ahosi Kamma, karma yang tidak sempat berbuah karena telah kehabisan waktu atau dihapus oleh karma lain. Upajja vedaniya Kamma, Karma yang berbuah pada satu kehidupan berikutnya. Saluran Terjadinya Karma 1. Melalui Pikiran Pikiran benar merupakan hasil dari memahami segala hal menurut apa adanya. Pikiran sangatlah penting karena kata-kata dan perbuatan kita bersumber dari pikiran kita. Pikiranlah yang diterjemahkan ke dalam ucapan dan perbuatan. Hasil yang baik ataupun buruk dari kata-kata dan perbuatan kita semata-mata bergantung pada cara kita berpikir, dan oleh karenannya adalah hal penting untuk selalu berpikir dengan benar, bukan berpikir keliru dan sembrono. 2. Melalui Ucapan
Kata-kata yang kita ucapkan merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan kita terutama dalam berkomunikasi terhadap teman atau orang lain. Kata- kata yang kita ucapkan dengan niat yang baik akan membawa kebahagiaan, sebaliknya jika diucapkan dengan kata-kata yang tidak ramah atau kotor dan kasar, sudah barang tentu akan merusak hubungan komunikasi, menimbulkan permusuhan, kebencian, kekecewaan, dendam, dan sakit hati. Ucapan yang tepat waktu, ucapan yang benar, ucapan lembut, ucapan bertujuan, ucapan yang diucapkan dengan pikiran cinta kasih. Inilah lima tanda ucapan yang baik. Kalau kita ingin berbicara hendaklah berpikir terlebih dahulu jangan sampai merugikan orang lain. Untuk itu, marilah kita sebagai umat Buddha janganlah melakukan perbuatan yang salah melalui ucapan, karena ucapan yang tidak baik akan merugikan kita dan semua makhluk. 3. Melalui Perbuatan Suatu perbuatan dikatakan benar apabila setelah diperbuat, tidak merugikan diri sendiri maupun makhluk lain, membawa kebaikan bagi diri sendiri dan makhluk lain, yakni: Perbuatan yang menghindari pembunuhan ataupun penyiksaaan makhluk hidup (pannatipata) Perbuatan yang menghindari pencurian atau mengambil barang yang bukan miliknya (adinnadana) Perbuatan yang menghindari perzinahan (kamesumiccachara) Perenungan Terhadap Karma Ketika kita melihat orang kikir dan sombong hidup berlimpahan kekayaan, sementara orang yang baik dan dermawan malah hidup dalam kekurangan, kita bisa mempertanyakan keadilan hukum karma. Memang jika dilihat dari sudut kehidupan saat ini, hukum karma kadang tampak tidak adil, namun kita juga tidak boleh lupa bahwa banyak sekali akibat yang kita alami pada kehidupan ini merupakan akibat dari tindakan-tindakan kita pada kehiudupan lampau kita; dan banyak tindakan-tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan sekarang ini yang akan masak dalam kelahiran yang akan datang, misalnya orang miskin yang baik dan dermawan, sedang menanggung hasil karma-karma buruk tertentu yang dilakukan di kehidupan lampau yang sedang berbuah pada saat ini, sementara kebaikan-kebaikan yang dilakukan saat ini belum memiliki kekuatan untuk berbuah pada kehiduapan sekarang. Demikian juga dengan orang kaya raya yang kejam dan kikir, saat ini ia hanya sedang menikmati buah karma baik dari masa lalunya, sementara kesombongannya adalah perbuatan pikiran yang telah pada gilirannya akan membuahkan akibat. Mengapa harus berbuat baik? Apakah tidak cukup dengan cara tidak melakukan kejahatan ? dalam kehidupan lampau yang tak terhitung berapa kelahiran, kita mungkin saja telah menimbun banyak karma buruk yang bisa menjadi potensi masalah dan kesulitan kita pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Jalan untuk mengurangi dampak buruk karma masa lampau adalah dengan melakukan banyak kebajikan dalam kehidupan sekarang ini. Buddha mengumpamakan karma buruk ibarat garam, karma baik ibarat air. Seumpama segenggam garam kita campur dalam segelas air, maka akan terasa asin tak terkira, tetapi kalau segenggam garam tercampur ke dalam air dalam jumlah yang sangat banayak, ke sungai misalnya, keasinannya tidak akan terasa, meskipun kadar garamnya sendiri tidak hilang. Demikianlah karma buruk kita, jika ditambah dengan karma baik, maka akibatnya akan berkurang. Manfaat yang diperoleh dari memahami hukum karma Keyakinan disini tidak timbuln karena ketakutan. Umat Buddha tidak diajarkan untuk melaksanakan perbuatan baik hanya karena takut akan hukuman. Tetapi yang lebih luhur lagi, kita diajarkan berbuat kebaikan demi kebahagiaan kita dan mahluk lain juga. Bila kita yakin pada hjukum karma, kita harus merasa bertanggung jawab terhadap perbuatan kita sendiri. Keyakinan terhadap hukum karma akan berpengaruh terhadap perilaku kita. Ciri-ciri orang yang yakin pada hukum karma antara lain : lebih menghargai setiap waktu yang dimilikinya,senantiasa mengembangkan diri dan melakukan kebajikan,bertanggung jawab terhadap perbuatannya, dan tidak mengeluh jika menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi jika kita benar-benar yakin pada hukum karma, kita harus secara sadar menghindari kejahatan karena kita tahu akan membuahkan penderitaan, dan terus menambah kebajikan karena kebajikan akan mendatangkan kebahagiaan. Memahami hukum karma membantu kita menyadari bahwa kita sendirilah yang menentukan kita akan menjadi seperti apa. Kita sendiri sehingga kita akan giat berusaha untuk memperbaiki diri. THANK YOU (^.^)