PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini kesadaran manusia akan pentingnya membentengi diri dengan
nilai-nilai luhur suatu agama kian berkurang, mengingat besarnya pengaruh hal
tersebut dalam kehidupan manusia. Hal itulah yang mendasari meningkatnnya
kasus-kasus pelanggaran norma, adat istiadat, dan hukum negara yang berlaku,
karena kurangnya kesadaran mengenai dampak yang akan diterima atas tindakan
ysng diperbuat.
Dalam kehidupan ini tak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan tanpa
adanya pemicu atau sebab yang jelas. Semua yang terjadi saat ini merupakan buah
hasil dari perbuatan kita sebelumnya. Seperti kata pepatah apa yang kita tanam,
itulah yang akan kita tuai, seperti itulah hukum timbal balik bekerja.
Sebagai umat beragama kita diajarkan untuk meyakini akan adanya
kehidupan lain setelah kematian. Semua agama membenarkan bahwa kehidupan
tidak akan berakhir hanya di dunia ini saja. Beberapa agama percaya akan adanya
pembalasan sebagai timbal balik atas perbuatan kita sebelumnya yang berujung
pada reinkarnasi setelahnya. Dalam ajaran agama Hindhu dan Buddha diyakini
akan berlakunya hukum karma yang merupakan salah satu variabel penting
terjadinya reinkarnasi.
Hukum karma bukanlah sebuah peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat, melainkan bersifat transparan atau tidak terlihat yang
mengiringi kehidupan kita atas segala pikiran, ucapan, serta perilaku yang kita
perbuat selama kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Agama Buddha
Berawal dari India bagian utara Buddha Gautama menyebarkan Dharma
(Ajaran Buddha) sekitar abad ke-6 SM. Nama pribadinya adalah Siddhartha
sedangkan Gautama adalah nama keluarganya. Buddha merupakan sebuah
sebutan atau gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah mencapai
pencerahan (enlightenment) dan sadar akan hidupnya serta terbuka nyata jalannya
untuk melepaskan diri dari kekangan karma.
Bagi seseorang yang telah terbebas, segala perbuatannya tidak lagi dilandasi oleh
kehendak (yang diliputi kebencian, keserakahan dan kebodohan batin) dan oleh karena itu
tidak dapat disebut sebagai karma. Karena telah memutuskan karma, maka berarti tidak
ada lagi kelahiran kembali di alam penderitaan. Demikianlah telah tercapai Nibbana.
.2.2.2.
Sumber dari perbuatan baik dan tidak baik adalah pikiran. Apabila
seseorang melakukan perbuatan jahat maka dapat dihilangkan dengan
melaksanakan perbuatan baik. Metta dapat menghilangkan Dosa
(Kebencian), Karuna dapat menghilangkan Lobha (Keserakahan),
sedangkan Moha (Kebodohan) dapat dihilangkan dengan mengembangkan
Panna (Kebijaksanaan).
pada
kehidupan
yang
akan
datang
( Aparaparavedaniya Kamma)
.2.3.1.4.Karma yang tidak memberikan akibat karena
masa waktunya telah habis (Ahosi Kamma)
.2.3.2.
yang
berfungsi
BAB III
PENUTUP
5
.1.
Kesimpulan
Bagi umat Buddha, keyakinan terhadap hukum karma berarti yakin terhadap
kemampuan diri sendiri dalam menentukan nasib sendiri. Keadaan-keadaan hidup yang
sekarang dan yang akan datang tergantung pada apa yang telah dilakukan di masa yang
lalu dan apa yang dikerjakan pada masa sekarang.
Keyakinan terhadap hukum karma dapat memberikan manfaat seperti menjaga agar
kita tidak terjerat ke dalam pandangan nihilistis dan materialistis, yang mengingkari
berlakunya nilai-nilai moral. Membuat kita percaya pada kemampuan diri sendiri untuk
meningkatkan taraf kehidupan kita menjadi lebih baik dan mencegah kita menjadi putus
asa atau bersikap pasrah pada nasib. Memperkuat pengendalian diri untuk tidak
melakukan kejahatan dalam bentuk apapun, atas dasar pengertian bahwa kita pasti akan
memetik hasil dari perbuatan kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Upa. Sasanasena Seng. 2008. Ikhtisar Ajaran Buddha.
Yogyakarta: Vidysen Production.
Artikel
Buddhist.
2011.
Hukum
http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html
Oktober 2015).
Karma.
(diakses
25