Anda di halaman 1dari 7

Sistem Karma

A. Berdasarkan Jenisnya (ada 2)


A.1. Karma Buruk/Jahat atau disebut dengan Akusala Kamma: Karma (perbuatan) yang
didasari oleh pikiran yang diliputi oleh lobha (keserakahan), moha (kebodohan batin) dan dosa
(kebencian), Contoh:membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dsb.
A.2. Karma Baik atau disebut dengan Kusala kamma: Karma (perbuatan) yang didasari oleh
pikiran yang diliputi oleh adosa (ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidak
bodohan batin).
B. Berdasarkan Waktu Pembuahan (ada 4)
B.1. Ditthadhamma vedaniya Kamma (Karma yang langsung berbuah): yaitu Karma yang
menghasilkan akibat (vipaka) dalam jangka waktu satu kehidupan. Karma ini terbagi 2 macam,
yaitu:
B.1.1. Karma yang telah masak dan memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini,
atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma.
B.1.2. Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan
Aparipakka Dittha Dhammavedaniya.
B.2. Upajja vedaniya Kamma (karma pembuahan kehidupan berikutnya) yaitu Karma yang
menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan
sekarang.
B.3. Aparapariya vedaniya Kamma (karma beruntun) yaitu Karma yang menghasilkan akibat
(vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.
B.4. Ahosi Kamma (karma yang tidak jadi berbuah) yaitu Karma yang tidak sempat berbuah
karena telah kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah. Ahosi Kamma terbentuk
ketika kekuatan suatu perbuatan (karma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (karma) lain yang
sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang
dibutuhkan untuk karma itu berbuah, sehingga karma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).1
Alasan tidak dapat berbuahnya: Jangka waktu untuk memberikan hasilnya telah habis/ Kamma
yang menghasilkan akibatnya telah habis/ Kamma tersebut telah menghasilkan akibatnya secara
penuh.

1
Penyebabnya bisa karena adanya karma buruk/ karma baik lainnya yang berbuah sehingga mengintervensi berbuahnya
karma tersebut termasuk pada saat terreinkarnasi ada karma yang tidak terbuahkan karena tidak semua karma dapat
dibuahkan secara bersamaan
C. Berdasarkan Fungsinya (ada 4)
C.1. Janaka Kamma (Fungsi karma yang melahirkan) yaitu Karma yang menyebabkan
timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk karena adanya karma yang belum
dibuahkan tuntas. Karma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).
C.2. Upatthambhaka Kamma (Fungsi karma yang mendukung) yaitu Karma ini mendukung
fungsi karma yang melahirkan (Janaka Kamma), yaitu:
C.2.1. (Fungsi Percepatan) Membantu Janaka Karma yang belum waktunya untuk
menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
C.2.2. (Fungsi Penuntasan) Membantu Janaka Karma yang sedang mempunyai waktu
menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
C.2.3. (Fungsi Perpanjangan) Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka
Kamma menjadi maju dan bertahan lama (berkaitan dengan usia). Bertahan lama untuk dapat
menikmati hidup atau bertahan lama untuk membuahkan karma buruk yang belum berbuah.
C.3. Upapilaka Kamma (Fungsi karma yang mengurangi) yaitu Karma yang menekan,
mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Fungsi karma yang mengurangi ini
berhubungan dengan perbuatan kita yang baik maupun buruk yang dilakukan dalam kehidupan saat
ini. Karma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu:
C.3.1. (Fungsi Penundaan) Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada
waktu menimbulkan hasil (pembuahan).
C.3.2. (Fungsi Penurunan) Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai
waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
C.3.3. (Fungsi Perpendekan/ keringan) Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-
Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.
C.4. Upaghataka Kamma (Karma Interupsi/ perusak) yaitu karma yang memotong atau
menghancurkan kekuatan Karma yang telah terjadi/ sedang terjadi dan ditumpuk dengan karma baru
dengan menimbulkan karma sebelumnya hilang. Jadi upaghataka-kamma adalah kamma yang
memotong kamma maupun hasil dari kamma lainnya secara menyeluruh.
C.4.1. (Karma Pemotong Karma Takdir) Memotong janaka-kamma (terkait karma takdir
kelahiran) supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(Kammantara-Upaghataka).
C.4.2. (Karma Pemotong Karma kelahiran) Memotong nama-rupa yang dilahirkan oleh
janaka-kamma sampai rusak (terkait karma kelahiran) (Kammanibbata-khandha-santana-
upaghataka).
D. Berdasarkan sifatnya
D.1. Garuka Kamma yaitu Karma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang
mampu menimbulkan hasil dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma
lain tidak mampu mencegahnya.
D.1.1. Akusala Garuka Kamma adalah (Perbuatan Buruk/Jahat yang berat). Yang disebut
Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma
(Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka,
yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan
memecah-belah Sangha). Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma
karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru
Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.
D.1.2. Kusala Garuka Kamma adalah (Perbuatan Baik yang berat). Yang disebut Kusala
Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin)
sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih
cepat daripada tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma
adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.
D.2. Asanna Kamma (Karma yang berkesan yang muncul pada saat kematian) Pada saat
seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan kusala kamma
(perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukannya. Ini pula sebabnya
seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan
upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai
kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai
kondisi untuk terlahir di alam bahagia namun karma buruk yang diperbuat selama hidupnya tetap
harus dipertanggungjawabkan.
D.3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah (Karma Kebiasaan), yaitu perbuatan baik dan
jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.
D.4. Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini
yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma)
dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan
sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses apabila ketiga kamma
diatas tidak pernah dilakukan.
E. Berdasarkan pengaruhnya terhadap karma lainnya
E.1. (Karma Penyesat) Mohaniya Karma: Karma ini akan mengaburkan kesadaran kita atau
menghambat peningkatan kualitas kesadaran kita. Membuat jatuh ke dalam gelap tanpa ada cahaya
sehingga enggak dapat melihat mana yang disebut baik dan enggak baik.
E.2. (Karma Penghilang Indera) Darsanavaraniya Karma: Karma yang menghalangi
kemampuan fisik kita serta menghilangkan kemampuan pengindra dalam diri.
E.3. (Karma Penghalang) Jnanaravaniya Karma: Karma yang menghalangi penyerapan ilmu
pengetahuan. Karma ini akan membuat kita sulit berjodoh dengan ilmu pengetahuan sehingga
membuat pikiran jadi tumpul, kurang pintar, dan buntu.
E.4. (Karma Penghambat) Antaraya Karma: Karma yang menghambat kita untuk melakukan
kebaikan, menerima pemberian, atau menikmati hasil kerja.
E.5. (Karma penentu emosi) Vedaniya Karma: Karma yang memengaruhi gejolak emosi,
perasaan, dan pikiran positif negatif. Misalnya ada yang mudah marah, ada yang penyabar, ada yang
humoris, ada yang pemurung dan ada yang pemberani, ada pula yang penakut. Karma ini terbentuk
dari akumulasi sifat-sifat dalam menjalani kehidupan sebelumnya atau saat ini. Jika kita menjalani
hidup dengan baik kepada semua mahluk maka akan mendapatkan karma yang sifatnya baik
sedangkan jika menjalani hidup dengan menyakiti dan merugikan makhluk lain, maka akan
mendapatkan karma yang sifatnya tidak baik.
E.6. (Karma penentu lokasi) Ayusua Karma: Karma yang membawa kita ke alam-alam setelah
kematian. Karma ini terbentuk dari akumulasi karma kita semasih hidup yang akan menentukan kita
akan menuju bhur loka, swah/svarga loka, atau langsung terlahir kembali.
E.7. (Karma penentu tubuh) Nama Karma: Karma yang menentukan kita lahir dalam tubuh
mahluk apa dan kondisi badan fisik bagaimana.
E.8. (Karma penentu jodoh/ jodoh karma) Gotra Karma: Karma yang menentukan nasib hidup
kita, seperti tempat, situasi lingkungan dan keluarga seperti apa kita dilahirkan serta bertemu dengan
siapa.
Konsep Karma dan Faktor penentu akibat dari Karma
1. Konsep Pembentuk Utama (3 Pintu):
Dalai Lama (1995) mengacu pada tubuh, ucapan dan pikiran sebagai tiga pintu. Tiga pintu ini
bukan sekadar jalan yang melaluinya objek, ucapan, dan pikiran datang dan pergi ke tubuh manusia.
2. Komponen Pikiran:
 Viññāṇa (5 Indera) mengacu pada kesadaran melalui landasan indera internal tertentu,
yaitu, melalui mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran. Jadi, ada enam jenis
Viññāṇa yang spesifik-indera. Ini juga merupakan dasar untuk kesinambungan pribadi di
dalam dan di seluruh kehidupan.
 Manas (Indera ke-6 Perasaan) mengacu pada perbuatan mental (kamma), sebagai lawan
dari tindakan yang bersifat fisik atau verbal. Ini juga merupakan landasan indra internal
(ayatana) keenam, yaitu, "landasan pikiran", yang mengenali indera mental (dhammā) serta
informasi indrawi dari landasan indera fisik.
 Citta (Niat/ pembentukan pikiran) mencakup pembentukan pikiran, emosi dan kemauan;
demikianlah subjek pengembangan mental Buddhis (bhava), mekanisme pelepasan.
Sepuluh faktor mental
 Vedana - perasaan
 Saṃjñā - persepsi
 Cetanā - kemauan
 Sparśa - kontak
 Chanda - keinginan (untuk bertindak)
 Prajñā - kebijaksanaan
 Smṛti - perhatian
 Manasikara - perhatian
 Adhimokṣa - keputusan
 Samadhi - konsentrasi mental. itu juga disebut Ekaggata, keterpusatan
Sepuluh faktor mental yang baik
 raddhā - keyakinan
 Vīrya – energy (antusiasme dalam melakukan sesuatu)
 Hrī - malu melakukan kejahatan
 Apatrāpya - kesopanan, memperhatikan konsekuensi
 Alobha - tanpa keterikatan
 Adveṣa - non-agresi (tidak berniat menyerang baik secara fisik atau mental)
 Praśrabdhi - ketenangan
 Upekṣā - keseimbangan batin
 Appamāda - kesadaran
 Ahiṃsā - tidak melukai
Enam faktor mental yang tidak bermanfaat (Enam kleśa mahābhūmika dharma menyertai
kleśa.)
 Moha – delusi/ kemelekatan terhadap hal hal keduniawian
 Pramāda - kecerobohan, kecerobohan, ketidakpedulian
 Kauśīdya - kemalasan, kemalasan
 Asraddhya - kurangnya keyakinan, kurangnya kepercayaan
 Styana - kelesuan, kesuraman
 Auddhatya - kegembiraan, semangat
3. Pancasila Buddhis (pembarengan jika melakukan perbuatan buruk)
 Tidak Membunuh
 Tidak Mencuri
 Tidak Berbuat asusila
 Tidak Berbohong
 Tidak Menghilangkan Kesadaran (contoh: mabuk)
4. Jalan Mulia Berunsur Delapan (Pemberat)
a. Pandangan Benar (pikiran)
b. Tekad atau Niat yang Benar (citta)
c. Ucapan Benar (ucapan)
d. Perilaku atau Tindakan Benar (tubuh)
e. Mata Pencaharian Benar
f. Usaha Benar
g. Perhatian Benar
h. Samadhi benar

Anda mungkin juga menyukai