Anda di halaman 1dari 33

HUKUM Ditinjau

Dari Agama Buddha


Pertemuan 5 dan 6

Pengertian
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam
pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, dari bentuk penyalahgunaan
kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam
hukum pidana. (Wikipedia)
Hukum adalah peraturan yang dibuat untuk
mencegah manusia melakukan hal-hal yang
melanggar nilai-nilai moral.
Jadi hukum mengkondisikan manusia untuk selalu
melatih perilaku dan batinnya ke arah yang baik.

Pengertian
Hukum alam/universal (hukum
kesunyataan) adalah hukum abadi yang
berlaku dimana saja, mengatasi waktu,
tempat dan keadaan.
Ketertiban alam semesta dan segala
isinya tunduk oleh hukum ini.
Apakah Tathagata (Buddha) muncul di
dunia ini atau tidak, Dharma (hukum
kesunyataan) tetap ada
(Dhammaniyama sutta)

Perbedaan
Hukum Buatan
Manusia dan Hukum
Kesunyataan
Hukum buatan manusia
Hukum kesunyataan
1. Berlaku diwilayah
1. Berlaku di semua alam
tertentu
kehidupan (31 alam)
2. Dapat berubah sesuai
2. Berlaku melintasi
dg perkembangan
ruang dan waktu
jaman
3. Berlaku bagi semua
3. Mengikat orang sesuai
orang tanpa kecuali
dg domisilinya
4. Sanksinya alamiah,
sebagai konsekuensi
4. Sanksinya buatan
dari perbuatan
manusia yg dapat
sesorang
berubah-ubah

Contoh Hukum Buatan


Manusia

Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum

Perdata
Pidana
Tata negara
Internasional
adat
Agraria
Islam, dll

Pada dasarnya hukum ditetapkan untuk


mengatur ketertiban dan keamanan dalam
masyarakat.

Hukum Kesunyataan
Yang diajarkan Buddha
Empat Kebenaran Mulia (Cattari
Ariya Saccani)
Karma dan Kelahiran Kembali
(Kamma dan Punabbhava)
Tiga Corak Universal (Tilakkhana)
Sebab Akibat Yang Saling
Bergantungan (Paticcasamuppada)

Hukum dan
Keadilan
Setiap orang akan menerima hasil dari
perbuatannya. Tidak seorang pun dapat
menyembunyikan diri atau menghindar dari
segala akibat perbuatan jahat (Dhp. 127)
Dalam buddhisme, tidak menempatkan hukum
sebagai pembalasan demi keadilan.
Hukum yang baik memiliki dasar moral yang
dapat diterima secara universal dan
mengandung unsur pendidikan.
Berdasarkan kemanfaatan, penggunaan caracara menyakitkan kadang tak terelakkan.
(Percakapan Buddha dengan Pangeran Abhaya,
mengenai anak yang tersedak. M. I, 395)

Fungsi Profetik
Agama dalam Hukum
Negara
Membekali para pelaku
hukum dengan moralitas, dan
kebijaksanaan, dalam
merumuskan dan
menjalankan hukum negara.

Empat Kebenaran Mulia


(Cattari Ariya Saccani)
1. Ada Penderitaan (dukkha ariyasacca)
2. Ada sebab dari penderitaan
(dukkhasamudaya ariya sacca)
3. Ada akhir dari penderitaan
(dukkhanirodha ariyasacca)
4. Ada jalan untuk mengakhiri dari
penderitaan (dukkhanirodha gmin
patipad ariyasacca) yaitu Jalan
Mulia berunsur Delapan (ariya
atthangika magga).

Masing-masing kebenaran ini


mengandung 3 aspek sehingga
seluruhnya terdiri dari 12
insight.
Arti insight adalah pengetahuan kebijaksanaan / pandangan
terang: suatu pemahaman, suatu wawasan kebijaksanaan
transendental yg mendalam.
3 aspek dalam memahami kebenaran mulia 1 yaitu
1) dimulai dengan pernyataan : Ada penderitaan : ini adalah
sekedar mengenali / memandangnya sebagai refleksi bukan bukan
dari sudut pandang milik saya.
2) Lalu cara : Penderitaan harus dimengerti, artinya dukkha adalah
sesuatu yang harus dipahami. Orang mesti harus memahami
dukkha terlebih dahulu, tidak hanya berusaha untuk
menghilangkannya.
3) Kemudian hasil : penderitaan telah dimengerti. Ketika anda telah
berlatih dengan penderitaan memandangnya, menerimanya,
mengetahuinya serta membiarkannya sebagaimana ia adanya,
maka timbullah aspek ketiga ini penderitaan telah dipahami.

Ketiga aspek ini berlaku untuk memahami ketiga kebenaran


mulia lainnya. Inilah yang kita sebut pola pikir reflektif. Pikiran
Buddha adalah pikiran reflektif yang mengetahui segala
sesuatu sebagaimana adanya.

1. Kebenaran Mulia Tentang Dukkha


Dukkha = du + kha = sulit + ditanggung
tidak memuaskan penderitaan
1. Kelahiran (Jati)
2.
3.
4.
5.

o Kesedihan (Soka)
o Ratapan (Parideva)
Penuaan (Jara)
o Rasa sakit jasmani (Dukkha)
Penyakit (Vyadhi)
o Ketidaksenangan batin
Kematian (Marana) (Domanassa)
o Keputus-asaan (Upayasa)
Berkumpul dengan yang tidak disukai (Appiyehisampayoga)

6. Berpisah dengan yang disukai (Piyehisampayoga)


7. Tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan
(Yampiccam nalabhati tampi dukkham)

Tiga Jenis Utama Dukkha:


1. Penderitaan Intrinsik (Dukkha Dukkha)

- Penderitaan badan & batin


2. Penderitaan Karena Perubahan
(Viparinama Dukkha)
- Penderitaan karena Anicca
3. Penderitaan Karena Kondisi (Sankhara
Dukkha)
- Lima kelompok kehidupan adalah penderitaan
(Samkhittena pancupadanakkhanda dukkha)

2. Kebenaran Mulia Tentang Sebab Dukkha


Sebab Dukkha:
- nafsu keinginan (Tanha = kehausan)
Tanha menghasilkan kemelekatan (upadana).
Akar Dukkha:
Keserakahan (Lobha)
Kebencian (Dosa)
Kekelirutahuan (Moha)
3 jenis Tanha:
Kama-tanha (nafsu terhadap kesenangan
indrawi)
Bhava-tanha (nafsu terhadap keabadian hidup)
Vibhava-tanha (nafsu terhadap pemusnahan

3. Kebenaran Mulia Tentang


Lenyapnya Dukkha

= NIRWANA (NIBBANA)
Ni + vana = padam + nafsu

Nibbanam Paramam Sukham


(Nirwana Adalah Kebahagiaan
Tertinggi)
~ Buddha Gotama ~

4. Kebenaran Mulia Tentang


Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
Dari sudut latihan, Jalan Mulia Berfaktor
Delapan
dibagi 3 kelompok untuk dikembangkan
Paa
Pandangan Benar
(Kebijaksanaan)
serempak:
Pemusatan Benar

Pikiran Benar

Samadhi
(Meditasi)
Perkataan Benar

Penyadaran Benar

Pengupayaan Benar

Perbuatan Benar
Penghidupan Benar

Sila
(Moralitas)

Hukum Karma (Kamma)


Sesuai benih yang ditabur,
Demikian buah yang diperoleh,
Pelaku kebaikan akan mengumpulkan
kebaikan / kebahagiaan,
Pelaku keburukan, memperoleh
keburukan / penderitaan.
Taburlah biji dan kamu akan
merasakan buah darinya
(Samyutta Nikaya I:227)

Kesalah Pahaman
mengenai hukum karma
a. Penggunaan kata karma ini pada
umumnya ditujukan utk
menggambarkan hal-hal yg tidak baik.
b. Kepercayaan bahwa segala sesuatu
merupakan hasil dari perbuatan di
kehidupan sebelumnya
c. Kepercayaan bahwa segala sesuatu
merupakan hasil penciptaan oleh
sesuatu pencipta tertinggi
d. Kepercayaan bahwa segala sesuatu
timbul tanpa alasan atau sebab.

HUKUM KAMMA-VIPAKA
Kamma = perbuatan/tindakan. Vipaka = akibat/hasil/buah
Hukum sebab-akibat moral (ada implikasi moralnya).
Hukum sebab-akibat umum: Hukum Hetu-Phala
Bersifat universal, tak pandang-bulu, tak pilih-kasih,
tak peduli percaya atau tidak, beragama atau tidak.
Hukum yang tidak memiliki penegak hukum (impersonal).
Akibat tidak muncul sebagai imbalan atau hukuman.
Kamma tidak ditakdirkan sebelumnya. Kamma bukan
kartu mati!

KAIDAH SEMESTA
Tidak semua yang kita alami merupakan karma kita.
Apa yang kita alami merupakan kombinasi aksi-reaksi yang
tunduk pada berbagai jenis hukum/kaidah semesta (Niyama)
yang bekerja dalam dunia fisik dan mental:
1. Hukum Musim (Utu-niyama)
berkaitan dengan asas fisik anorganik: fenomena musim
2. Hukum Benih (Bija-niyama)
berkaitan dengan asas benih/organik
3. Hukum Karma (Kamma-niyama)
berkaitan dengan kausal moral atau asas sebab-akibat
4. Hukum Pikiran (Citta-niyama)
berkaitan dengan proses kesadaran, kekuatan pikiran
5. Hukum Alam (Dhamma-niyama)
berkaitan dengan gravitasi, magnetis, gerakan
gelombang

APAKAH KARMA ITU?

O, Para Biku, KEHENDAK (cetana) itulah


yang Ku-sebut KARMA.
Setelah timbul kehendak dalam pikirannya,
seseorang akan melakukan karma melalui
pikiran (mano), dan/atau perkataan (vacci),
dan/atau perbuatan (kaya).
(Angutara Nikaya III, 415)

Semua makhluk adalah:


Pemilik karma-nya sendiri (kammassaka)
Pewaris karma-nya sendiri (kammadayada)
Lahir dari karma-nya sendiri (kammayoni)
Berhubungan dengan karma-nya sendiri (kammabhandu)
Terlindung oleh karma-nya sendiri (kammapatisarana)

erbuatan menentukan apakah seseorang itu hina atau mulia


(Majjhima Nikaya 135)

AIR & GARAM


Batin-Badan
Karma baik
Karma buruk

= gelas
= air
= garam

Saat mati

Saat lahir

Jangan menganggap remeh kebaikan,


dengan berkata:
"Hal ini tidak akan berguna bagiku."
Bahkan dengan jatuhnya tetes demi tetes,
seguci air akan penuh.
Seperti halnya orang bijaksana,
mengumpulkan sedikit demi sedikit,
memenuhi dirinya dengan kebajikan.
(Dhammapada 122)

Jaga PIKIRAN,
Pikiran jadi PERKATAAN.
Jaga PERKATAAN,
Perkataan jadi PERBUATAN.
Jaga PERBUATAN,
Perbuatan jadi KEBIASAAN.
Jaga KEBIASAAN,
Kebiasaan jadi WATAK.
Jaga WATAK,
Watak jadi NASIB.
Nasib = apa yang kita alami dan apa yang terjadi dalam diri kita.

Kelahiran Kembali
(Punabbhava)
MENGAPA KITA LAHIR
BERULANG-ULANG?

1. Nafsu keinginan terhadap kesenangan


indrawi/duniawi (Kama-tanha).
2. Nafsu keinginan untuk tetap eksis/hidup
selamanya (Bhava-tanha).
3. Nafsu keinginan untuk tidak eksis/lenyap/mati
selamanya (Vibhava-tanha).
Kekuatan karma yg dilandasi kegelapan batin
(avijja)

KELAHIRAN BERULANG
YANG KASAT MATA!

Ulat

Kepompong

Apakah
Ulat = Kupu?
Kupu = Ulat?

Kupu

ALAM-ALAM KEHIDUPAN

31 alam kehidupan TIDAK


KEKAL!
Alam Menyedihkan (4 alam)
- alam neraka (Niraya)
- alam hewan (Tiracchana)
- alam hantu (Peta)
- alam semidewa (Asura)
Alam Manusia (1 alam)
Alam Dewa (6 alam)
Alam Brahma (20 alam)
- Alam Bentuk (16 alam)
- Alam Tanpa-Bentuk (4
alam)

CARA MENELUSUR KEHIDUPAN LAMPAU

- Meditasi Samatha (Jhana, Abhinna)


- Hipnotis (menggali ingatan dalam pikiran
bawahsadar)

Pustaka rujukan teknik hipnotis:


The Successive Lives, oleh Col. Albert de Rochas.
The Three Lives of Naomi Henry, oleh Henry Blythe.
Who was Anne Okendan?, oleh Arnoll Bloxom.
Exploration of a Hypnotist, oleh Dr. Johnathan
Rodney.
The Search for Bridey Murphy, oleh Morey
Berenstein.
The Power Within, oleh Dr. Alexander Cannon.
Twenty Cases Suggestive of Reincarnation,
oleh Dr. Ian Stevenson

Tiga Corak Universal


(Tilakkhana)
1. Sabbe Sankhara Anicca

Segala yang terkondisi SELALU BERUBAH


2. Sabbe Sankhara Dukkha

Segala yang terkondisi TIDAK MEMUASKAN


3. Sabbe Dhamma Anatta

Segala fenomena TIADA INTI DIRI


(Dhammapada 277, 278, 279)

Sebab Akibat Yang Saling


Bergantungan
(Paticcasamuppada)
Paticca = "disebabkan oleh" atau "bergantung pada"
Samuppada = "kemunculan atau musabab"
Paticca Samuppada = Musabab Yang Saling
Bergantung
Paticca Samuppada adalah doktrin tentang proses
kelahiran dan akhir penderitaan.
Paticca Samuppada bukan teori tentang asal mula
kehidupan.
Dengan adanya ini, adalah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.

Imasmin sati, idam hoti;


Imasmin asati, idam na hoti.

PATICCA SAMUPPADA
Bergantung pada ketidaktahuan (avijja), muncul tindakan berkehendak
(sankhara).
Bergantung pada tindakan berkehendak, muncul kesadaran (vinnana).
Bergantung pada kesadaran, muncul batin-jasmani (nama-rupa).
Bergantung pada batin-jasmani, muncul enam landasan indra
(salayatana).
Bergantung pada enam landasan indra, muncul kontak (phassa).
Bergantung pada kontak, muncul perasaan (vedana).
Bergantung pada perasaan, muncul nafsu keinginan (tanha).
Bergantung pada nafsu keinginan, muncul kemelekatan (upadana).
Bergantung pada kemelekatan, muncul proses dumadi (bhava).
Bergantung pada proses dumadi, muncul kelahiran (jati).
Bergantung pada kelahiran, muncul penuaan dan kematian (jara-marana).

Be Happy

Anda mungkin juga menyukai