Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGAMA BUDDHA

HUKUM KESUNYATAAN MULIA

NAMA : PRAJNA VIMALANINGRUM

NIM : 020111381621384
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

1. Latar Belakang
Agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Filosofi Ketuhanan Yang Maha Esa
ini terlepas dari pengertian dan makna yang diberikan oleh tiap-
tiap agama. Ajaran ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama
Buddha adalah sangat unik. Definisi Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah yang mutlak.
Pemeluk pada suatu agama yang telah sadar, pasti percaya akan
adanya Tuhan YME. Untuk mengetahui, mengamalkan dan
sekaligus merealisasikan makna Ketuhanan YME dalam ajaran
Buddha terlebih dahulu harus dapat melaksanakan Dharma dengan
sempurna. Pecapaian kesucian batin merupakan titik tolak
memahami hakikat Tuhan YME. Pencapaian kesucian batin pada
diri manusia hanya dapat direalisasikan dengan melaksanakan sila,
Samadhi, dan panna.
Dalam kotbahnya yang pertama (dhammaccakkhapavatthana
sutta) yang menguraikan hakikat manusia dalam Empat
Kesunyataan Mulia, pada kotbah itulah sang Buddha menjelaskan
tentang hal-hal yang memang harus direalisasikan oleh manusia
untuk dapat mencapai kesempurnaan. Setelah Sang Buddha
menjelaskan tentang Kesunyataan mulia tentang dukkha (Dukkha
Arya Sacca), kehidupan ini hakikatnya adalah dukkha,
menjelaskan kesunyataan mulia tentang asal mula dukkha (dukkha
Samudaya Arya Sacca), menjelaskan kesunyataan mulia tentang
terhentinya dukkha (Dukkha Nirodha Arya Sacca), selanjutnya
Sang Buddha menguraikan jalan untuk melenyaplan dukkha
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada).
Jalan untuk menuju lenyapnya dukkha adalah dengan
melaksanakan jalan utama berunsur delapan (Ariya Atthangika
Magga). Jalan mulia berunsur delapan ini dekenal juga sebagai
jalan tengah (Majjimapatippada) jalan utama berunsur delapan ini
adalah :
a. Samma ditthi
b. Samma sankhapa
c. Samma vaca
d. Samma kammanta
e. Samma ajjiva
f. Samma vayama
g. Samma satthi
h. Samma Samadhi

2. Pengertian kesunyataan
Definisi “hukum” adalah suatu tingkat kebenaran tertinggi dari
suatu ilmu yang tertinggi. Sedangkan definisi “kesunyataan adalah
kebenaran sesuatu yang nyata jelas ada atau jelas terjadi walaupun
adakalanya sesuatu itu ada atu terjadi tanpa dapat diketahui atau
dideteksi oleh indera-indera kita.
Dari uraian di atas dapat ditarik pengertian bahwa Hukum
kesunyataan adalah kebenaran apa adanya tentang adanya atau
terjadinya sesuatu di alam semesta ini, yang adakalanya tidak dapat
dijangkau oleh pikiran manusia biasa (yang penuh dengan
keterbatasan), kecuali para Arahat (Buddha) atau orang yang
berkebijaksanaan tinggi. Hukum kesunyataan memang ada di alam
semesta ini dan telah ada sejak masa yang tak berawal.
Dalam dhammaniyama Sutta disebutkan bahwa “apakah
Tathagata/Buddha muncul di dunia ini atau tidak Hukum
kesunyataan tetap ada sepanjang masa” sebab itu Sang Buddha
mengatakan bahwa Dharma (Hukum Kebenaran) bukan diciptakan-
Nya mealinkan disadari dan ditemukan oleh-Nya.

3. Hakekat Hukum Kesunyataan


Hukum Kesunyataan dapat diartikan Hukum Kebenaran yang
berlaku di mana saja, mengatasi keadaan, tempat dan waktu.
Hukum Kesunyataan juga dapat berarti hukum yang abadi yang
berlaku kapan saja, di mana saja dan terhadap siapa saja. Segala
sesuatu yang bersyarat maupun yang tidak tidak bersyarat tercakup
dalam Hukum Kesunyataan. Hukum Kesunyataan ini bersifat kekal
yang kebenarannya tidak dapat dibantah. Apakah para Buddha ada
atau tidak ada, muncul di dunia ini atau tidak, Hukum Kesunyataan
ini tetap ada. Hukum Kebenaran bukan ciptaan para Buddha.
4. Perbedaan Hukum Kesunyataan Dengan Hukum Yang Dibuat
Manusia
Hukum Kesunyataan berbeda dengan hukum yang dibuat oleh
manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia sifatnya tidak kekal,
karena manusianya itu sendiri juga tidak kekal dan tidak abadi dan
hukum yang dibuatnya juga tidak dapat berlaku di mana-mana dan
tidak dapat mengatasi keadaan, waktu dan tempat. Hukum yang
dibuat oleh manusia mungkin hanya berlaku pada suatu masa
tertentu saja, tempat tertentu saja, dan dalam keadaan tertentu saja.

Table perbedaan hukum kesunyataan dengan hukum manusia

aspek Hukum kesunyataan Hukum manusia

Waktu  Telah ada sejak masa yang  Ada sejak manusa


tak berawal membentuk kehidupan
 Berlaku/bekerja untuk tiga social
masa waktu, yaitu masa  Hanya berlaku untuk
lampau, sekarang, dan yang masa sekarang saja
akan datang

Keadaan  Berlaku terhadap semua  Pada umumnya hanya


makhluk hidup siapa saja berlaku untuk manusia
saja

Tempat  Berlaku dimana-mana di  Hanya berlaku di alam


seluruh alam semesta dan manusia di dunia yang
mencakup 31 alam fana ini
kehidupan  Hanya berlaku di alam
nyata saja

sifat  Bersifat kekal abadi dan  Bersifat relative dan


mutlak sementara waktu

5.Hukum Kesunyataan Berlaku Di Triloka


Hukum Kesunyataan berlaku di Triloka/ Tiloka yang terdiri dari
Tiga Kelompok Alam Kehidupan, yaitu: Kamaloka, Rupaloka dan
Arupaloka. Triloka bukan hanya sebuah saja, namun ada banyak
sekali dan terdapat milyaran sistim Triloka di alam semesta ini.
Dengan demikan tempat kehidupan manusia dan binatang dan
makhluk lainnya bukan hanya sebuah saja. Terdapat milyaran bumi
di alam semesta kita ini. Pada setiap sistim tata surya terdapat
sebuah matahari, bumi dan planet-planet lainnya. Matahari menjadi
pusat tata suryanya, semua planet lainnya mengitari matahari.
Untuk memperjelas pengetahuan kita tentang alam semesta, maka
apa yang kita lihat sebagai bintang-bintang yang bertaburan di
angkasa raya pada waktu malam, dengan jumlah yang sangat
banyak itu, tidak lain adalah matahari-matahari yang letaknya itu
sangat jauh, maka kelihatannya sangat kecil, padahal ukuran
besarnya tidak banyak berbeda dengan ukuran matahari kita. Semua
uraian di atas merupakan tinjauan jumlah alam kehidupan secara
horizontal, sedangkan tinjauan jumlah kehidupan secara vertikal
adalah kita meninjau alam itu terdiri dari 31 Alam Kehidupan.
Triloka yang terdiri dari Tiga Alam Kehidupan mencakup 31 Alam
Kehidupan dari semua makhluk hidup. Triloka terdiri dari:
a. Kamaloka
Adalah alam kehidupan dari makhluk-makhluk yang masih
menyenangi dan masih dikuasai oleh pemuasan nafsu-nafs
indera. Nafsu-nafsu muncul melalui enam indera yaitu: mata,
telinga, hidung, lidah, permukaan jasmani (badan) dan pikiran.
Kamaloka terdiri atas 11 alam kehidupan yaitu 4 alam Apaya
dan 7 alam Kamasuggati.
b. Rupaloka
Adalah kehidupan para dewa Rupa Brahma. Makhluk yang
dapat hidup di alam Rupaloka adalah mereka yang telah berhasil
meditasi dengan mencapai Jhana. Rupaloka terdiri dari 16 alam
kehidupan yaitu: 5 alam Suddhavasa dan 11 alam Jhana.
c. Arupaloka
Adalah alam kehidupan para dewa Arupa Brahma. Secara
harfiah Arupa artinya adalah Tanpa Bentuk atau Tanpa Jasmani.
Arupaloka diklasifikasikan sebagai alam kehidupan tanpa
bentuk, karena tubuh mahkluk di alam ini sangat halus.
Arupaloka terdiri dari 4 alam kehidupan.

Di 31 alam Triloka ini Hukum Kesunyataan berlaku. Hukum


Kesunyataan berlaku bagi semua makhluk hidup dan apa saja yang
dilahirkan, diciptakan, yang dibuat atau yang berkondisi.

6. Hukum Kesunyataan Terdiri Dari


Hukum Kesunyataan terdiri dari:
A. Hukum Catur Arya Satyani atau Cattaria Ariya Saccani
(Empat Kesunyataan Kebenaran Mulia)
B. Hukum Karma (Hukum Sebab-Akibat) dan
C. Hukum Punarbhava (Tumimbal Lahir)
D. Hukum Patticcasamuppada (Hukum Sebab-Musabab Yang
Saling Bergantungan)
E. Hukum Tilakkhana (Hukum Tiga Corak Umum)
7. Manfaat Menyadari Kesunyataan
Kegelapan batin kita melihat ilusi sebagai sesuatu yang “begitu
nyata”. Kita melihat perubahan yang terus-menerus sebagai
sesuatu yang tidak berubah dan menjadi melekat pada hal-hal yang
tidak substansial. Ketidak mampuan melihat ketidak nyataan diri
mencipatakan penderitaan yang terpusat di sekitar pandangan kita
yang salah tentan diri. Tidak ada petunjuk tentang suatu diri yang
kekal di dalam sesuatu, baik fisik maupun mental. Tidak ada
“saya, kamu, milik saya, milik kamu…” jika diri disadari sebagai
kosong dan tidak nyata, segala perbedaan yang bertentangan akan
sirna, semuanya tampak sebagaimana adanya dalam realitas
meraka yang telanjang tanpa label-label atau prasangka.
Kemampuan menerapkan kesunyataan dalam kehidupan sehari-
hari membawa kemudahan dan kebahagiaan yang tak terkira
karena kita menajadi terbebaskan dari belenggu kemelekatan.
Menyadari kesunyataan adalah mencapai kebijaksanaan tentang
diri. Berfungsinya ketiadaan inti dari welas asih, jadi kebijakan
sejati adalah welas asih dan welas asih adalah bijaksana, keduanya
saling berkaitan. Kesempurnaan kebijaksanaan dan welas asih
membentuk puncak ganda pengembangan spiritual atu pencerhan.
Jika kita membiasakan diri kita dengan kesunyataan, secara
berangsur-angsur kita membuka pikiran kita dan membebaskan
diri kita dari belenggu ketidaktahuan yang memahami realita
secarah salah. Pada waktunya, kita akan mengenyahkan segala
kegelapan batin, kemarahan, kemelekatan, keangkuhan, iri hati,
dan sikap-sikap negatif lainnya dari pikiran kita. Dengan berbuat
demikian, kita tidak lagi menciptakan tindakan-tindakan merusak
yang termotivasi oleh semua ketidakbaikan itu. Selanjutnya kita
akan terbebaskan dari semua masalah. Dengan kata lain,
menyadari Kesunyaan mendatangkan Kebahagiaan Sejati.

8. Kesimpulan
Sebagai rangkuman, sebuah penerapan praktis Kesunyataan dalam
kehidupan sehari-hari adalah:

“Hargailah segala sesuatu ( pada saat ini )


karena semuanya adalah sementara;
Janganlah melekat pada segala sesuatu ( pada saat ini )
karena semuanya adalah sementara”.
SUMBER

http://repository.ut.ac.id/4126/1/MKDU4225-M1.pdf, Diakses pada tanggal 06


september 2019 jam 19.30

http://tanhadi.blogspot.com/2010/05/kesunyataan.html, diakses pada tanggal 06


september 2019 jam 21.00

https://id.scribd.com/doc/292719314/Hukum-Kesunyataan, diakses pada tanggal 06


september 2019 jam 20.30

Kebahagiaan dalam Dhamma- Majelis Buddhayana Indonesia

Anda mungkin juga menyukai