DISUSUN OLEH :
NIM : 02011381621384
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
2018
1. BILYET GIRO
A. PENGERTIAN
Bilyet giro merupakan warkat berharga yang pengaturannya di luaar KUHD.
Pengaturan bilyet giro dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku otoritas system
pembayaran. Dalam system moneter Indonesia, Bilyet Giro digolongkan sebagai
uang giral dan menjadi salah saatu unsure dalam menghitung uang beredar dan
tidak ditemukan dalam system pembayaran di banyak Negara.
Dalam riwayatnya, Bilyet Giro berasal dar kebiasaan masyarakat bisnis pribumi
dalam menggunakan warkat, yang disebut “cek putih” dalam melakukan
pemindahan hak tagih dari pihak yang berutang kepada pihak yang berpiutang.
Cek putih beredar dari satu tangan ke satu tangan, yang pada akhirnya diuangkan
kepada bandar. Cek putih tersebut semata-mata diterbitkan untuk menhindari
pembayaran dalam bentuk uang tunai, dan telah menjadi usansi atau kebiasaan di
kalangan pedagang.
Fakta menunjukan bahwa Bilyet Giro yang berfungsi sebagai instrument alat
bayar telah diedarkan melalui mekanisme perbankan sebelum pemerintah
memberikan pengertian formal tentang definisi Bilyet Giro. Regulasi yang adda
baru sebatas tingkta pengawasan yang kedudukannya dipersamakan dengan surat
cek. Keputusan Dewan Moneter Nomor 53 tanggal 23 februari 1962 menetapkan
“Bank-bank dilarang untuk mempertahankan sebagai relasi giro, setiap orang atau
badan yang terhitung mulai berlakunya keputusan ini menarik cek/bilyet giro
untuk penarikan mana tidak cukup tersedia fondsnya”. Sedangkan pengertian
Bilyet giro secara formal ditetapkan oleh pemerintah setelah dikeluarkan Surat
Edaran Direksi Bank Indonesia Nomor 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 januari 1972.
Namun secara yuridis formal, istilah Bilyet Giro mulai digunakan secara tegas
dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 10 Tahun 1998. UU Perbankan sebelumnya yaitu UU No 14 Tahun 1967
tentang pokok-pokok Perbankan tidak mencantumkan istilah Bilyet Giro sebagai
instrument atau warkat penarikan giro.
Secara etimologi Bilyet Giro berasal dari bahasa Belanda, kata bilyet berarti kertas
atau surat. Giro berasal dari bahasa prancis yang berarti edar. Giro merupakan
salah satu bentuk simpanan pada bank, secara terminology adalah simpanan yang
mempunyai tingkat peredaran yang tinggi. Jadi Bilyet Giro secara harafiah
diartikan sebagai kertas atau surat yang diedarkan, terkait dengan
pemindahbukuan dari satu rekening ke satu rekening lain, baik pada bank yang
sama maupun pada bank yang berbeda.
Sejatinya fungsi Bilyet Giro adalah warkat untuk pemindahbukuan, tetapi dapat
dijadikan sebagai alat bayar, khusus pada penerima yang mempunyai rekening
pada suatu bank. Dengan demikian Bilyet Giro dikelompokan menjadi salah satu
kompnen surat berharga. Persoalnnya adalah penerbitan Bilet Giro hanya dapat
diserahkan kepada satu pihak; secara tegas Bilyet Giro hanya dapat
dipindahtangankan atau diendosnmentkan kepada pihak lain. Hal mana, kata-kata
“tidak dapat dipindahtangankan atau diendosnmenkan” secara tegas dan terang
tercantum di punggung setiap Bilyet Giro dan merupakan satu syarat Bilyet Giro.
Soesatyo Reksodiprodjo menyebutkan bilyet giro adalah alat unutk melunaso
utang piutang dengan melaluo clearing. Mohammad Amien mengatakan, pada
hakikatnya Bilyet Giro adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah suatu bank
yang memelihara dananya selaku penarik, perintah mana bentuk dan isinya sudah
distandarisir, untuk memndahbukukan sejumlah dana penarik kepada pihak
penerima yang namanya telah disebutkan, penerima mana memelihara rekening
pada bank yang sama atau pada bank lainnya. Imam Prayogo Suryohadibroto dan
Djoko Prakoso menyimpulkan, Bilyet Giro adalah suatu surat printah
pemindahbukuan tanpa syarat yang dilkeluarkan oleh penerbit yang ditujukan
kepada tersangkut, bank dimana penrtbit mempunyai rekening giro denga
permintaan agar sejumlah dana disediakan untuk kepentingan pemegang atau
penerima yang namanya tercantum dalam Bilyet Giro.
B. MEKANISME
a. Dasar Hukum
Sebelum pemerintah dalam Bank Indonesia mengeluarkan pengaturan resmi
tentang Bilyet Giro , dalam beberapa ketentuan lain istilah warkat Bilyet Giro
telah disebut bersamaan dengan surat cek yaitu dalam keputusan Dewan
Moneter Nomor 53 yang dikeluarkan pada tanggal 23 Februari 1962.
Pengaturan tersebut berkaitan denga sanksi pidana nasbah bank yang
melakukan penarikan cek atau biyet giro kosong. Bilyet giro pertam kali diatur
berdasarkan surata edaran Bank Indonesia Nomor 4/6/70/UPPB/PbB tanggal
24 Januari 1972. Memperhatikan pengaturan tersebut tampak bahwa tidak
mempunyai dasar hukum yang kuat, Karena Surat Edaran Bank Indonesia
merupakan petunjuk teknis dari suatu produk hukum. Pada tanggal 4 Juli
1995, pengaturan Bilyet Giro ditingatkan menjadi Surat Kepututsan Direksi
Bank Indonesia Nomor 28/32/KEP/DIR. Dalam SK Dir BI ini rumusan bilyet
Giro disederhanakan menajdi surat perintah dari nasabah kepada bank
penyimpanan dana untuk memidahbukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namnya.
Pengaturan lain yang terkait dengan Bilyet Giro adalah mengenai penarikan
Bilyet Giro kosong, pertama kali merujuk pada surat edaran bank Indonesia
No. 4/43/UPPB/PbP tanggal 5 Oktober 1970.
b. Syarat formal
Pasal 2 SK Dir BI No. 28/32/Kep/DIR/1995 menyebutkan syarat formal Bilyet
Giro adalah sebagai berikut.
1. Nama bilyet giro dan nomor biyet giro yang bersangkutan
2. Nama tertarik
3. Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukuan dana atas
beban rekening penarik
4. Nama dan nomor rekening pemegang
5. Nama bank penerima
6. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam
huruf selengkap-lengkapnya
7. Tempat dan tanggal penarikan
8. Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap stempel sesaui
dengan persyaratan pembukuan rekening
g. Lewat Waktu
Setiap bilyet giro yang telah melampaui masa tenggang waktu penyediaan
dana yaknii 70 hari, warkat bilyet giro tersebut masih dapat difungsikan
sebagai instrument pemindahbukuan atau penarikan, sepanjang tidak
dibatalkan oleh penarik. Bilyet giro yang telah melewati masa atau waktu
penwaran, jika masih tetap digunakan sebagia warkat perintah
pemidahbukuan, pihak bank meminta kepada pemegang bilyet giro untuk
menghubungi penarik meminta persetujuan. Persetujuan dilakukan dengan
cara membubuhi tanda tangan tambahan di lembar bilyet giro tersebut, dapat
di halaman muka atau belakang sebagi tanda persetujuan.
2. SERTIFIKAT DEPOSITO
A. PENGERTIAN
Seritifkat deposito termasuk Surat Berharga yang diatur di luar KUHD.
Kewenangan pengaturan sertifikat deposito berada di bawah Bank Indonesia. UU
Perbankan setifikat deposito adalah simoanan dalam bentuk deposito yang
sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah tangannkan. UU Bank Syariah
tidak memberikan definisi tentang sertifikat deposito. Hal ini terutama di
sebabkan perdagangan sertifikat deposito dilakukan dengan system diskonto
(bunga tetap), sedangkan oprasional perbankan syariah tidak mengenal
perhitungan bunga tetap.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/46/KEP/DIR tanggal 27
Oktober 1988, menyebutkan sertifikat deposito adalah surat berharga atas tunjuk
dalam rupiah yang merupakan surat pengakuan utang dari bank dan LKBB yang
dapat diperjualbelikan dengan pasar uang. Definisi ini mempertegas, bahwa
sertifikat deposito tidak sebagai bukti hak tagih dan sebagai alat pembayaran.
Pasal 1 angka 8 UU Perbankan menyebutkan, sertifikat deposito adalah simpanan
dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
Para pakar keuangan dan bank memberikan definisi tentang sertifikat deposito
dalam pengertian yang sama. Tidak ada perbedaan yang tajam dari berbagai
definisi, karena sifat dan tujuannya yang jelas dan terang.
Djoni S. Gazali Cs. Mengmukakan, bahwa sertifikat deposito adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada dunia perbankan dengan karakteristik
sebagai berikut.
1. Surat berharga yang diterbitkan atas tunjuk atau atas bawa/pembawa, sehingga
dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan dalam pasar uang.
2. Merupakan instrument pasar unang antar bank
3. Bunga dapat dibayar di muka atau dapat pula dibayar kemudian di belakang
pada saat jatuh tempo
4. Jangka wajtu dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan antara 1 bulan sampai 12
bulan
5. Dapat dijadikan jaminan kredit
6. Nilai nominalnya Rp.1000.000,00-
B. MEKANISME
a. Dasar Hukum
Pengaturan sertifikat deposito dapat dijumpai di antaranya dalam
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
tahun 1998.
2. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/46/KEP/DIR tanggal
27 oktober 1988 tentang penrbitan sertifikat deposito oleh bank dan lebaga
keuangan bukan bank.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 106/KMK.00/1998 tentang
penerbitan sertifikat deposito oleh lembaga keuangan bukan bank.
b. Sirkulasi
Untuk warkat sertifikat deposito hendaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
1. Kertas yang digunakan sebagai bahan blanko sertifikat deposito sekurang-
kurangnya sama dengan mutu kertas untuk blanko cek, yang sesuaing
dengan yang ditentukan untuk the London clearing bank’s pepr
specification Nomor 1.
2. Dalam mencetak blanko sertifikat deposito dimkasdu hendaknya
diperhatikan benar unsure-unsur pengamannya, sehingga perlu diciptakan
cirri-ciri pengaman, missal bentuk tulisan, gambar dasar, tanda air dan
garis guilloche.
3. Pada halaman depan minimal dicantumkan hal-hal berikut.
a. Kata-kata serfitikat deposito dan dapan diperdagangkan dalam ukuran
besar, sehingga mudah terlihat
b. Nomor seri dan nomor urut
c. Nama dan tempat kedudukan penerbit
d. Nilai nominal dalam rupiah
e. Tanggal dan tempat penerbitan
f. Tingkat suku bunga atau diskonto
g. Pernyataan bahwa penerbit mengikat diri untuk membayar sejumlah
uang tertentu dalam rupiah pada tanggal dan tempat tertentu
h. Tanda tangan direksi atau pejabat yang berwenang dari penerbit
i. Tanda tangan pejabat dari kantor cabang di tempat sertifikat deposito
diterbitkan
4. Pada halaman belakang dicantumkan klausul minimal menyatakan bahwa:
a. Penerbit menjamin sertifikat deposito dengan seluruh harta dan
piutangnya
b. Sertifikat deposito dapat diperjual bellikan dan dapat
dipindahtangankan dengan cara penyerahan
c. Pelunasan dilakukan pada tanggal jatuh waktu atau sesudahya dengan
menyerahkan kembali warkat sertifikat deposito yang bersangkutan
oleh pembawa.
C. SISTEM PERDAGANGAN
Terdapat tujuan ganda bagi investor menanamkan dananya dalalm bentuk
sertifikat deposito. Pertama, adalah untuk memperoleh interes atay diskonto yang
relative baik, Karena besar proentasenya hamper sama dengan suku bungan
deposito berjangka. Kedua, adalah karena instrument ini dapat dialihkan atau
dijual jika memerlukan likuiditas dalam waktu segera.
Penjualan deposito, gensi-nya berbeda dengan pencairan deposito berjangka
sebelum jatuh tempo, walaupun pada dasarnya perlakuan transaksinya terhadap
kedua instrument ini relative sama, namun kesanya secara bisnis sangat berbeda.
Seorang deposan mencairkan deposito berjangka sebelum jatuh tempo
menimbulkan image bahwa yang bersangkutan terdesa dalam kebutuhan
likuiditas. Akan tetapi seoaran investor mengalihkan sertifikat depositonya kepada
investor lain, adalah dalam rangka trading, atau memang ada mempunyai
kemungkinan, sama kondisinya dengan deposan diatas.
Pada awalnya pihak bank menciptakan instrument serfitikat deposito yang
perlakuan sirkulasinya sama dengan surat berharga adalah untuk mengakomodasi
kepentingan investor yang memiliki dana idle agar besedia menanamkan dana
lebih tersebut kepada perbankan. Jiak deposito berjangka yang memberikan suku
bunaga yang lebih besar dari simpanan lain, membawa konsekuensi, harus
diendapkan dalam jangka tertentu. Akan tetapi serifikat deposito yang juga
menghasilkan pendapatan dalam bentuk diskonto sama denga deposito berjangka,
tetapi mempunyai mobilisasi yang tinggi, sehingga dapat dialihkan kepasa pihak
lain terutama ketika investor memerlukan likuiditas dalam jangka waktu segera.
B. MEKANISME
a. Dasar Hukum
Surat Utang Negara diterbitkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2002 tanggal 22 Oktober 2002. Pasal 1 angka 1 menyebutkan, SUN
adalah Surat Berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya
oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan, SUN diterbitkan dalam bentuk warkat atau
tanpa warkat. Pasal 3 tentang pembagian SUN. Pasal 11 tentang yang
tercantum dalam SUN.
B. MEKANISME
a. Dasar Hukum
Surat berharga syariah Negara atau SBSN diatur dengan UU No 19 Tahun
2008 tentang surat berharga syariah Negara. Dalam penjelasan umum undang-
undang dimaksud, dikemukakan bahwa karakteristik lain dari penerbitan
instrument keuangan syariah yaitu memerlukan adanya transaksi pendukung,
yang tata cara keuangan padanya umumnya
Pasal 1 angka 1 UU No 19 Tahun 2008, menyebutkan surat berharga syariah
Negara selanjutnya di singkat SBSN atau disebut suku Negara adalah surat
berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap asset sbsn, baik dalam mata uang maupun
valuta asing.
Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2008 menjelaskan, SBSN diterbitkan dalam bentuk
warkat atau tanpa warkat.
UU No 19 Tahun 2008 menjelaskan juga tentang pihak-pihak dalam
penerbitan SBSN yang diterbitkan antara lain
1. Menteri keuangan atas nama pemerintah
2. Bank Indonesia sebagai Agen Pembayaran
3. Perusahaan Penerbit SBSN sebagai special purpose vehicle
4. Dewan Syariah Nasional sebagai Sharia Advisor
5. investor
DISUSUN OLEH :
NIM : 02011381621410
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
2018