Anda di halaman 1dari 6

1. Analisis terkait wesel,cek,dan bilyet giro.

A. Cek Sebagai Surat Berharga


Pada umumnya Cek sudah tidak lagi asing di telinga masyarakat luas. Cek
sebagai salah satu instrumen surat berharga sudah bukan hal yang baru bagi
masyarakat umum, terutama masyarakat kelas menengah atas. Meskipun begitu,
dalam KUHD Pasal 178-200 tidak ditemukan rumusan secara yuridis formil tentang
Cek. Dari rumusan yang telah dikemukakan oleh para ahli, kita dapat melihat suatu
pemikiran yang sama, yaitu Cek merupakan instrumen pembayaran yang diartikan
sebagai perintah pembayaran dari penarik atau penandatangan cek kepada tertarik
dalam hal ini diartikan bank agar membayar sejumlah uang yang dituliskan dalam
cek tersebut.

Cek sendiri dapat diterbitkan apabilah sudah memenuhi syarat yang tercantum
dalam Pasal 178 KUHD, Tiap-tiap Cek memuat :

1. Nama cek, yang dimasukkan dalam teksnya sendiri dan dinyatakan dalam
bahasa yang digunakan1 dalam alas hak itu;
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah uang tertentu;
3. Nama orang yang harus membayar;
4. Penunjukan tempat pembayaran harus dilakukan;
5. Pernyataan tanggal penandatanganan beserta tempat cek itu ditarik;
6. Tanda tangan orang yang mengeluarkan cek itu.
Adapun macam-macam dari cek yaitu:2
1. Cek kepada yang membawa atau Cek atas unjuk.
2. Cek atas nama (Cek Lurus)
3. Cek kepada order
4. Cek Perhitungan
5. Cek kepada si penarik
6. Cek Inkaso
7. Cek Perjalanan (Travelling Cheque)
8. Cek Bersilang

1
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu
Kebangsaan. Dalam Pasal 27 disebutkan: Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara.
Dalam penjelasan Pasal 27 dikemukakan: Yang dimaksud “dokumen resmi negara” adalah antara lain surat
keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta jual beli, surat perjanjian, putusan
pengadilan.
2
M. Zen Abdullah,2008, Penerbitan Cek Sebagai Alat Pembayaran Dan Permasalahannya Pada Lembaga
Perbankan, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.8 No.2, hlm 18.
9. Cek Mundur
10. Cek Kosong
B. Wesel Sebagai Surat Berharga

Istilah wesel berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda yaitu wissel,
dalam bahasa Jerman Wechsel, dalam bahasa Perancis letter de Change. Beberapa
istilah ini mempunyai pengertian yang sama dari sistem Perancis dan Jerman yang
sudah diseragamkan dalam perjanjian internasional di jeneva tahun 1930. Dalam hal
ini, Inggris memberikan pngertian lain tentang apa yang disebut dengan wesel,
dalam bahasa Inggris wesel disebut bill of change, hal in terjadi disebabkan Inggris
pada waktu itu tidak ikut menandatangani perjanjanjian dalam konferensi jeneva.
            Menurut C.S.T Kansil wesel adalah surat berharga yang mengandung suatu
perintah pembayaran yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam
KUHD. Lebih lanjut, ia menjelaskan wesel merupakan suatu perintah pembayaran
yang diberikan oleh penarik kepada yang kena tarik yang harus melakukan
pembayaran kepada pemegangnya.
Wesel merupakan surat yang berharga yang mengandung suatu perintah
pembayaran yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam KHUD. Atau
lebih jelas lagi, wesel adalah suatu perintah pembayaran yang di berikan oleh
penarik kepada yang kena tarik yang harus memlakukan pembayaran itu kepada
pemegangnya.

C. Bilyet Giro Sebagai Surat Berharga


Menurut SK Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tahun 1995 ,yang
dimaksud dengan bilyet giro adalah s urat perintah nasabah yang telah
distandadisir/dibakukanbentuknya kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukansejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
pihakpenerima yang disebut namanya pada bank yang sama atauberlainan.
Dari definisi ini dapat diketahui unsur-unsur bilyet giro, yaitu:
1. Bahwa bentuk bilyet giro telah dibakukan/diseragamkan dengan keluarnya SE
BI No. 4/670 tahun 1972.
2. Pembayaran dengan Bilyet Giro merupakan pembayaran secara
pemindahbukuan dari bank penyimpan dana milik penerbit kepada bank
penerima dana milik pihak lain yang namanya disebut dalam Bilyet Giro ini.
3. Bilyet Giro tidak dapat dibayar secara tunai dan hanya dapat dibayarkan
kepada orang yang namanya sudah tercantum dalam Bilyet Giro tersebut,
sekalipun bank penerima dana dapat bank yang sama maupun bank yang
berbeda.
4. Pembayaran dengan Bilyet Giro, antara pihak pembayar sebagai penerbit dan
pihak penerima masing-masing harus sebagai nasabah suatu bank, baik bank
sejenis maupun berbeda, Bilyet Giro juga dapat dialihkan kepada orang lain.

Para pihak yang terlibat dalam peredaran bilyet giro adalah:


1. Penerbit, yaitu pihak yang telah menerbitkan bilyet giro. Penerbit harus
mempunyai rekening giro pada suatu bank (disebut bank tertarik).
2. Bank tertarik, yaitu bank yang mempunyai dana di bawah pengawasannya
guna kepentingan penarik.
3. Pemegang, yaitu pihak yang memegang bilyet giro pada saat menawarkan di
bank tertarik
D. Perbedaan Wesel,Cek, dan Bilyet Giro
a. Cek dan Bilyet Giro
1. Persamaan Cek dan Bilyet Giro

Bentuk fisik kedua jenis alat pembayaran ini mirip. Dan keduanya memiliki
persamaan sebagai berikut:
 Cek dan bilyet giro sama-sama alat pembayaran giral.
 Cek dan giro memiliki waktu kedaluwarsa yang sama, yaitu 70 hari.
 Keduanya, baik cek maupun giro, dapat dijadikan bahan perhitungan pada
lembaga kliring.
 Keduanya merupakan perintah kepada bank untuk melaksanakan mutasi
pembayaran pada rekening nasabah.

2. Perbedaan Cek dan Bilyet Giro

Selain persamaan di atas, cek dan giro memiliki beberapa perbedaan sesuai
dengan tujuan penggunaan alat bayar ini.
Cek
 Cek bisa langsung diuangkan secara tunai di bank.
 Pembayaran dari bank bisa dilakukan atas unjuk.
 Penarikan cek akan dikenakan biaya materai.
 Cek memiliki fungsi sebagai surat perintah dari nasabah kepada bank
untuk membayar dengan uang tunai kepada orang yang ditunjuk kepada
pemegang cek tersebut.
 Cek tidak dapat diuangkan pada bank yang bersangkutan sebelum diberi
tanggal penerbitannya.
 Hanya tercantum tanggal penerbitan karena dikenal adanya cek mundur.
 Sumber hukum Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Bilyet Giro
 Bilyet giro tidak bisa langsung diuangkan secara tunai.
 Pemindahbukuan yang dilakukan bank hanya dapat dilakukan atas nama.
 Pihak penarik akan dibebaskan dari biaya materai.
 Bilyet giro memiliki fungsi sebagai surat perintah dari nasabah kepada
bank untuk memindahkan dananya kepada orang yang ditunjuk dan
mempunyai rekening yang jelas pada bank tertentu.
 Bilyet giro dapat diserahkan bank sebelum tanggal efektif jika tanggal
efektif tersebut lebih awal dari tanggal penerbitanya
 Tercantum tanggal penerbitan dan tanggal efektif.
 Sumber hukum Peraturan Bank Indonesia (PBI).

b. Cek dan Wesel

Cek Wesel
1. Alat Bayar Tunai 1. Alat bayar Kredit.
2. Tenggang waktu 70 hari 2. Tenggang waktu 1 tahun
3. Tidak mengenal hari gugur 3. Mengenal hari gugur.
4. Tersangkut adalah Bankir 4. Tersengkut dapat
perorangan atau Bankir

2. Analisis tentang efektivitas surat berharga sebagai instrumen pembayaran.


Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara uum dibedakan dalam : 3
a. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini,
penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada
pemegang atau orang yang menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah surat
sanggup.
b. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepadatertarik
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya. Termasuk
dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan cek.

3
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Cet. I, (Jakata: Rajawali Pers, 2013), hlm.74
c. Surat pembebasan uang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada pihak
ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang menunjukkan dan
menyerahkan surat ini. Termasuk dalam bentuk ini adalah kwitansi atas rujuk.
Fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai :
a. Alat pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alatukur).
b. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).
c. Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)
d. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.

Sebagai alat pembayaran, surat berharga sendiri digunakan sebagai


pengganti uang kartal. Uang tunai memang memberi kemudahan dalam
bertransaksi. Namun sejalan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi,
penggunaan uang tunai dirasa cukup praktis hanya untuk transaksi dengan nilai
kecil, tentu akan sulit mendapatkan dan membawa fisik uang dalam jumlah banyak
untuk transaksi yang bernilai besar. Selain itu membawa uang tunai mulai dianggap
tidak aman karena maraknya pencurian, perampokan, dan pemalsuan sehingga
membuat orang takut menyimpan atau membawa uang tunai dalam jumlah banyak.
Kendala-kendala tersebut akhirnya memunculkan inovasi dalam menciptakan alat
pembayaran non-tunai yang lebih praktis dan efisien. Bentuk alat pembayaran non-
tunai pun beragam. Pertama ada yang paper-based, contohnya cek/ bilyet dan giro,
bentuk ini merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu bank sebagai
instrumen penarikan dana nasabah yang memiliki fasilitas rekening giro/ rekening
koran. Dengan adanya surat berharga sebagai alat pembayaran ini mempermudah
pembayaran dan memperingkas pembayaran menggunakan uang kartal yang
jumlahnya sangat banyak.

Anda mungkin juga menyukai