Anda di halaman 1dari 32

Hukum Surat Wesel

PENGATURAN SURAT WESEL


 Pengaturan surat berharga dapat ditemukan di
dalam KUHD dan di luar KUHD
 KUHD mengatur surat wesel, surat sanggup,
surat cek, kuitansi atas tunjuk dan promes atas
tunjuk
 Surat-surat berharga yang timbul di luar KUHD
tunduk kepada ketentuan umum dalam KUH
sepanjang tidak diatur secara khusus.
 Tentang surat Wesel pengaturannya ada di
dalam KUHD Buku I titel 6 bagian ke-1 s/d
bagian ke-12
PENGERTIAN SURAT WESEL
 Wesel (Belanda : wissel; Jerman : wechsel;
Perancis : lettre de change; Inggris : Bill of
exchange)
 UU atau KUHD tidak mengatur definisi wesel,

tetapi mengatur syarat2 formilnya (Pasal 100


KUHD)
 Surat wesel adalah surat yang memuat kata
wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan
tempat tertentu, dengan mana penerbit
memerintahkan tanpa syarat kepada
tersangkut untuk membayar sejumlah uang
tertentu kepada pemegang atau
penggantinya, pada tanggal dan tempat
tertentu (Abdulkadir Muhammad, 1989)
 Pihak-pihak yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran dengan
surat wesel :
1. Penerbit : orang yang mengeluarkan surat wesel
2. Tersangkut : orang yang diberi perintah tanpa syarat untuk
membayar
3. Akseptan : tersangkut yang telah menyetujui untuk membayar surat
wesel pada hari bayar dengan memberikan tanda tangannya
4. Pemegang pertama : orang yang menerima surat wesel pertama kali
dari penerbit
5. Pengganti : orang yang menerima peralihan surat wesel dari
pemegang sebelumnya
6. Endosan : orang yang memperalihkan surat wesel kepada
pemegang berikutnya
 Perikatan dasar sebagai latar belakang
penerbitan wesel ialah perjanjian antara
penerbit dan penerima surat wesel, penerbit
wajib melakukan pembayaran dengan surat
wesel, sedangkan penerima / pemegang
berhak atas pembayaran sejumlah uang yang
disebutkan di dalam surat wesel itu.
 Bentuk surat wesel harus memenuhi syarat yang
ditentukan oleh UU, yang disebut syarat formil
 Dalam praktik, penerbit dan tersangkut dalam

surat wesel adalah perusahaan dagang atau bank


 Jika penerbitnya perusahaan dagang dan

tersangkutnya bank, berarti perusahaan dagang


tsb adalah nasabah bank ybs (bentuk surat wesel
biasa)
 Jika penerbit wesel dan tersangkutnya sama-

sama bank, bentuk weselnya biasa disebut surat


wesel bank.
 Syarat-syarat formil surat wesel (Pasal 100 KUHD) memuat :
1. Nama “surat wesel” dimasukkan dalam teksnya sendiri dan
disebutkan dalam bahasa yang dipergunakan untuk surat wesel
itu.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sesuatu jumlah uang
yang tertentu.
3. Nama orang yang harus membayar (tersangkut)
4. Penunjukkan hari gugur.
5. Penunjukkan tempat, di mana pembayaran harus dilakukan.
6. Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya
pembayaran itu harus dilakukan.
7. Penyebutan tanggal, demikian pula tempat di mana surat wesel
diterbitkan.
8. Tanda tangan orang yang menerbitkan surat wesel (penerbit)
Jika surat wesel tidak memuat salah satu dari syarat formil
tersebut, surat itu tidak dapat diperlakukan sebagai
surat wesel, kecuali :
1. Surat wesel yang tidak menetapkan hari bayar, dianggap
harus dibayar pada hari diperlihatkan (op zicht)
2. Jika tidak ada penetapan khusus, maka tempat yang
ditulis di samping nama tersangkut, dianggap sebagai
tempat pembayaran dan tempat di mana tersangkut
berdomisili.
3. Surat wesel yang tidak menerangkan tempat diterbitkan,
dianggap ditandatangani di tempat yang tertulis di
samping nama penerbit
 Wesel klausula merupakan syarat formal yang
harus ada pada setiap wesel. Penempatan
klausula ini bukan pada kepala surat,
melainkan di dalam teks wesel itu, dan harus
menggunakan bahasa yang dipergunakan
untuk wesel tsb.
 Perintah untuk membayar itu harus tidak
bersyarat. Artinya : pembayaran uang yang
diperintahkan itu tidak boleh digantungkan
kepada suatu syarat. Misalnya, perintah
digantungkan syarat ada atau tidak adanya
suatu hutang dari tersangkut kepada
penerbit. Perintah itu adalah untuk membayar
sejumlah uang, bukan untuk membayar
barang dll. Uang itu harus tertentu
jumlahnya.
 Penyebutan nama tersangkut ini adalah mengenai nama
orang yang diperintahkan oleh penerbit untuk membayar.
 Mengenai penunjukkan hari gugur wesel diatur dalam
Pasal 132 KUHD. Berdasar cara penentuan hari gugur
suatu wesel atau cara penerbitannya, dikenal beberapa
jenis wesel yaitu :
 Wesel atas penglihatan
 Wesel yang hari gugurnya pada waktu tertentu setelah
penglihatan
 Wesel yang hari gugurnya pada waktu tertentu setelah
penanggalan / setelah penerbitan
 Wesel yang hari gugurnya pada suatu hari tertentu
 Tempat pembayaran biasanya ditunjuk di
dalam tiap2 wesel. Namun, jika tempat
pembayaran tidak ditunjuk dalam suatu
wesel, menurut Pasal 101 KUHD, maka nama
tempat yang disebutkan di samping nama
tersangkut dianggap sebagai tempat
kediaman tersangkut.
 Mengenai nama orang yang pertama-tama menerima
atau pemegang wesel, selanjutnya disebut “pemegang
pertama”. Dan, mengenai orang pengganti, dari
pemegang pertama itu, jika wesel tersebut diperalihkan.
Orang ini disebut sebagai pemegang berikutnya. Jadi, di
samping nama pemegang pertama, maka wesel itu
menyebut juga klausula atas pengganti. Artinya, hak
pemegang pertama dapat diperalihkan kepada
penggantinya, yaitu pemegang berikutnya. Klausula atas
pengganti bersifat mutlak pada suatu wesel. Peralihan
wesel menggunakan cara endosemen. KUHD tidak
mengenal wesel atas tunjuk, selalu dianggap wesel atas
pengganti.
 Penyebutan tanggal penerbitan merupakan
suatu keharusan di dalam surat wesel.
Namun, untuk tempat penerbitan, jika tidak
disebutkan dalam wesel, maka dianggap
diterbitkan di tempat yang disebutkan di
samping nama penerbit.
 Tandatangan penerbit merupakan
keharusan dalam surat wesel,
sebagaimana halnya pada tiap2 akta.
 Bentuk wesel khusus, di luar bentuk wesel yang disebutkan di dalam Pasal 132
KUHD, yaitu :
 Wesel atas pengganti penerbit (Pasal 102) dgn kekhususan kedudukan penerbt
sama dgn pemegang pertama
 Wesel atas penerbit sendiri (Pasal 102), dgn kekhususan kedudukan penerbit
sama dengan kedudukan tersangkut. Misal, perusahaan induk memerintahkan
membayar sejumlah uang oleh cabangnya dengan menerbitkan wesel.
 Wesel untuk perhitungan orang ketiga (Pasal 102), yaitu jika seseorang yang
dalam keadaan biasa seharusnya bertindak sbg penerbit tetapi karena suatu
alasan, maka ia menghendaki orang lain yg menerbitkan wesel itu untuknya. Ia
meminta spy penerbit wesel dilakukan oleh suatu bank yg akan diperhitungkan
atas rekeningnya. Klausula wesel “untuk dibayar atas perhitungan dari A”
 Wesel inkaso (Pasal 102 a), cirinya dalam wesel ini ada klausula “jumlah untuk
ditagih” atau “untuk ditagih”, atau “atas pemberian kuasa”
 Wesel domisili (Pasal 103), wesel ini dimaksudkan karena tempat pembayaran
wesel tsb terjadi bukan oleh tersangkut akseptan melainkan oleh seorang
ketiga dan di tempat orang ketiga itu.
ENDOSEMEN
 Endosemen, berdasar Pasal 613 ayat 3
KUHPerdata merupakan suatu cara
penyerahan tagihan atau piutang atas
pengganti, yaitu pada umumnya terjadi
dengan penyerahan surat piutang tsb dan
endosemen : menempatkan suatu keterangan
pada surat berharga itu.
 Endosemen surat wesel diatur dalam Pasal 110 – 119 KUHD.
Endosemen adalah suatu lembaga dalam hukum wesel, yang
hak tagih dari pemegang surat wesel dapat diperalihkan
kepada pemegang berikutnya. Seorang pemegang yang
mempunyai tagihan terhadap penerbit atau akseptan (jika
wesel telah diakseptir) dapat menyerahkan tagihannya itu
kepada pihak ketiga dengan cara mengendoser wesel itu dan
menyerahkannya. Pihak ketiga itu menjadi geendosseerde,
orang yang menerima peralihan. Pihak ketiga itu selanjutnya
dapat mengendosernya lagi kepada orang lain. Pasal 110 ayat
3 KUHD : “ ...endosemen itu bahkan dapat ditentukan untuk
keuntungan tersangkut yang telah akseptan atau bukan,
untuk kepentingan penerbit atau setiap penghutang lainnya”.
 Bentuk endosemen dibedakan menjadi 4
macam
 Endosemen biasa (Pasal 110 ayat (1) KUHD)
 Endosemen blanko (Pasal 112 ayat (2) KUHD)
 Endosemen incasso (Pasal 117 KUHD)
 Endosemen jaminan (Pasal 118 KUHD)
 Terhadap keempat bentuk tsb berlaku syarat

umum : harus ada tanda tangan endosen,


harus dilakukan tanpa syarat, dan harus utuh
(tidak boleh untuk sebagian)
 Contoh endosemen biasa : “Bayarlah kepada
Bank X Salatiga tidak kepada pengganti.
Untuk CV Y Salatiga”. Tanda tangan (Direktur)
 Endosemen biasa memuat nama endorsi dan

nama endosan, serta tanda tangan endosan.


Melegitimasi endorsi sebagai orang yang
berhak penuh atas tagihan dan sebagai
pemegang yang sah.
 Endosemen blanko dapat diadakan tanpa
menyebut nama orang yang menerima peralihan,
atau dengan tanda tangan endosan saja. Jika
pemegang mengisi namanya sendiri pada blanko
endosemen, ia menjadi endorsi dan endosemen
itu menjadi endosemen biasa.
 jika pemegang tidak mengisi nama pada blanko
tsb, surat wesel tetap dapat dipindahkan dari
tangan ke tangan. Jadi, sifat surat wesel tersebut
menyerupai surat berharga atas tunjuk.
 Contoh endosemen incasso :”Kepada Bank X
Salatiga atau pengganti untuk incasso. Untuk
CV Y Salatiga. Tanda tangan (Direktur)
 Dalam endosemen incasso, pemegang surat

wesel hanya berkedudukan sebagai penerima


kuasa untuk menagih sejumlah uang atas
nama endosan. Sebagai pemegang kuasa,
endorsi berhak melakukan apa saja yang
timbul dari surat wesel tsb, misalnya
menggugat pada hari bayar.
 Contoh endosemen jaminan : “Kepada Bank X
Salatiga atau pengganti harga untuk jaminan.
CV Y Salatiga”. Tanda tangan (Direktur)
 Dalam endosemen jaminan, pemegang surat

wesel (endorsi) hanya berkedudukan sebagai


pemegang jaminan (pandnemer). Tetapi ia
mempunyai segala hak yang timbul dari surat
wesel tsb.
 Endosemen tidak berlaku pada wesel tertentu, yaitu :
 Rekta wesel : suatu wesel yang mengandung rekta
klausula, ada kata2 “tidak atas pengganti” atau kata
yang berarti serupa (Pasal 110 ayat (2) KUHD).
Terhadap rekta wesel ini berlaku cara cessie.
 Wesel tidak dapat diendoser lagi stelah ada protes
dari non pembayaran atau setelah lampaunya
tenggang yang ditentukan untuk mengajukan
protes. Artinya, penerbit hanya menghendaki cara
penyerahan khusus dengan endosemen sampai pada
hari pembayaran wesel, setelah itu penyerahan wesel
hanya boleh dengan cara cessie
akseptasi
 Akseptasi diatur dalam Pasal 120 s/d 128 KUHD
 Berasal dari kata “accept” (Perancis) yang berarti

menyanggupi. Acceptatie (Belanda). Acceptance


(Inggris)
 Akseptasi : suatu pernyataan kesanggupan dari

tersangkut untuk membayar wesel itu nanti pada


hari gugur.
 Tujuannya : memastikan pembayaran surat wesel

tsb pada hari bayar (hari gugur). Mempertinggi


kepercayaan terhadap surat wesel, sehingga
peredarannya semakin lancar.
 Akseptasi dimintakan atau ditawarkan
pemegang atau oleh orang yang hanya
menyimpannya saja kepada tersangkut (pasal
120 KUHD)
 Akseptasi bukan suatu keharusan untuk
memintanya karena tanpa akseptasi, tagihan di
dalam wesel itu dapat dimintakan
pembayarannya pada hari gugur. Kalau terjadi
non pembayaran maka penerbit dan endosan-
endosan menjadi berwajib regres, sehingga
pemegang selalu terjamin.
Fonds
 Kewajiban menyediakan fonds terletak pada
penerbit. Yang berkewajiban menjamin
adanya fonds di tangan tersangkut adalah
penerbit
 Fonds dapat berupa uang atau alat yang

bernilai uang (misal surat2 efek)


Hak Regres
 Kewajiban seorang penerbit dan endosan-endosan surat
wesel adal menanggung atas akseptasi dan atas pembayaran
(Pasal 108 Ayat (1), Pasal 114 Ayat (1) KUHD)
 Hak regres yang ada pemegang wesel memberikan wewenang

kepadanya untuk menuntut pembayaran berdasarkan


penolakan akseptasi atau penolakan pembayaran pada hari
gugur. Meregres artinya menuntut pembayaran berdasarkan
keadaan yang tidak biasa, yaitu menuntut pembayaran
berdasarkan hal-hal yang merupakan penghalang untuk
memperoleh pembayaran sebagaimana seharusnya
 Apa yang dituntut dengan hak regres (Pasal 147 KUHD)
 Alasan melakukan regres sebelum hari gugur (Pasal 142 Ayat

(2) KUHD)
Aval
 Diatur dalam Pasal 129 s/d 131 KUHD
 Aval adalah suatu janji yang seorang (pihak ketiga)
mengikatkan dirinya untuk menjamin pembayaran
wesel seluruhnya atau sebagian.
 Tujuan aval untuk menambah jaminan bahwa
pembayaran atas wesel akan terlaksana, dengan
menambah seorang penghutang wesel lagi kepada
penghutang-penghutang wesel yang telah ada.
 Avalis dapat dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak
ketiga yang tanda-tangannya telah tercantum
dalam surat wesel (Pasal 129 Ayat (2) KUHD)
 Aval merupakan lembaga jaminan khusus
dalam surat berharga
 Perbedaan aval dengan borgtocht (dalam

hukum perdata) terletak pada sifat


perjanjiannya. Borgtocht bersifat accesoir
(pelengkap), aval perjanjiannya berdiri
sendiri, tetap sah walaupun perjanjian pokok
yang menyebabkan penerbitan wesel tersebut
batal atau tidak sah.
Penolakan pembayaran
 Jika tersangkut menolak melakukan
pembayaran, maka pemegang berhak
menuntut pembayaran kepada penghutang-
penghutang yang berkewajiban untuk
menjamin pembayaran. Untuk membuktikan
adanya penolakan pembayaran tersebut,
pemegang membuat protes (non akseptasi
atau non pembayaran) dalam bentuk akta
otentik. (Pasal 143 Ayat (1) KUHD)

Anda mungkin juga menyukai