Anda di halaman 1dari 29

HUKUM PERIKATAN

Dosen
DHEVI NAYASARI S, SH., MH.
R. HARI PURWANTO, SH.,MH.,MM
MATERI YANG DIBAHAS PADA PERTEMUAN 2

SUB-SUB KOMPETENSI :
a. Jenis-Jenis Perikatan
1). Perikatan Bersyarat
2). Perikatan dengan Ketetapan Waktu
3). Perikatan Manasuka/Alternatif
4). Perikatan Tanggung Renteng
5). Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak
Dapat Dibagi
6). Perikatan Dengan Ancaman Hukuman
b. Ketentuan Umum Dalam Hukum Perikatan
1). Prestasi
a. Pengertian prestasi
b. Syarat syarat prestasi
c. Wujud prestasi
2) Wanprestasi (ingkar janji)
a.Pengertian wanprestasi
b.Penyebab Terjadinya Wanprestasi
c.Tiga hal keadaan wanprestasi
d.Somasi
e.Ingebrekestelling
3). Hal yang bisa dituntut oleh Kreditur jika Debitur wanprestasi
4). Alasan Debitur untuk melepaskan diri dari Wanprestasi
a.Overmacht / Force Majeur
b.Exceptio non adimpleti contractus
c.Pelepasan Hak / Rechtsverwerking
5). Risiko
a. Jenis-Jenis Perikatan
1). Perikatan Bersyarat
2). Perikatan dengan Ketetapan Waktu
3). Perikatan Manasuka/Alternatif
4). Perikatan Tanggung Renteng
5). Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak
Dapat Dibagi
6). Perikatan Dengan Ancaman Hukuman
1). Perikatan Bersyarat

Perikatan Bersyarat (voorwardelijk verbintenis) adalah


Perikatan yang digantungkan pada syarat.
Syarat itu adalah suatu peristiwa yang masih akan terjadi
dan belum pasti terjadinya, baik dengan menangguhkan
pelaksanaan perikatan hingga terjadi peristiwa, maupun
dengan membatalkan perikatan karena terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa tersebut (Pasal 1253 KUHPerdata).
RESTRICTED CONDITIONS (dipersyaratkan
dalam perikatan yang dilarang)

• Peristiwa-peristiwa yang tidak boleh menjadi


suatu persyaratan :
1. Yang tidak mungkin terlaksana
2. Yang dilarang oleh UU
3. Yang bertentangan dengan rasa kesusilaan
4. Yang pelaksanaannya semata-mata
tergantung oleh orang yang terikat
Dari ketentuan Pasal 1253 KUHPerdata dapat dib
edakan dua perikatan bersyarat yaitu :
a. Perikatan dengan syarat tangguh
Apabila  syarat “peristiwa” yang dimaksudkan
itu terjadi, maka Perikatan dlaksanakan (Pasal
1263 KUHPerdata).
Jadi, sejak peristiwa itu terjadi, kewajiban
debitur untuk berprestasi segera dilaksanakan.
b. Perikatan dengan syarat batal
Di sini justru perikatan yang sudah ada akan

berakhir apabila “peristiwa” yang dimaksudkan


itu terjadi (Pasal 1265 KUHPerdata).
SYARAT TANGGUH (Condition
Precedent) :
• Suatu syarat yang menyebabkan lahirnya
Perikatan.
• Disebut SYARAT TANGGUH karena
berlakunya syarat tersebut menangguhkan
lahirnya Perikatan hingga terjadinya peristiwa
semacam itu.
• Perikatan LAHIR hanya apabila peristiwa
yang dimaksud TERJADI dan pada detik
terjadinya peristiwa itu.
Contoh Perjanjian bersyarat dengan syarat tangguh
A menghibahkan sebuah mobil kepada B apabila B lulus S1.
Apabila ternyata A telah menyerahkan mobil (bergerak
berwujud) kepada B sedangkan syarat apabila B lulus S1
belum dipenuhi.
B adalah pemegang kedudukan berkuasa (bezitter) dan
akan menjadi pemilik mobil tersebut dengan dipenuhinya
syarat tangguh (lulus S1). Dengan kata lain, A masih berhak
atas mobil tersebut walaupun mobil tersebut telah
dipegang B.
Apabila ternyata di kemudian hari dipenuhi syarat
tangguhnya (B lulus S1), maka B menjadi pemilik atas mobil
sedangkan A (ex pemilik) telah selesai di dalam
melaksanakan prestasi dan tidak diperlukan adanya
penyerahan khusus atas mobil yang dijanjikan antara A-B
SYARAT BATAL (Condition Subsequent)
• Suatu syarat yang meyebabkan batalnya / berakhirnya
perikatan tersebut, ketika peristiwa yang dipersyaratkan
itu terjadi.
• Perikatan itu sudah ada dan terjadinya persyaratan
tersebut justru menyebabkan berakhirnya perikatan itu.

Contoh:
A akan menyewakan rumahnya ke B asal tidak dipakai untu
k gudang. Jika B menggunakan rumah tersebut untuk gudan
g.maka syarat itu telah terpenuhi dan perikatan menjadi put
us atau batal dan pemulihan dalam keadaan semula seperti
tidak pernah terjadi perikatan.
2). Perikatan dengan Ketetapan Waktu

Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan perikatan,


melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya.
Maksud syarat “ketepatan waktu” ialah pelaksanaan pe
rikatan itu digantungkan pada “waktu yang ditetapkan”
.
Waktu yang ditetapkan itu adalah peristiwa yang masih
akan terjadi dan terjadinya itu sudah pasti, atau dapat
berupa tanggal yang sudah ditetapkan.
Hampir sama dengan perikatan bersyarat tetapi
berbeda yaitu terjadinya tidak pasti

Perikatan dengan ketetapan waktu diatur dalam Pasal 1268
Burgerlijk Wetboek (BW) sampai dengan pasal 1271 Burgerlijk
Wetboek (BW).
Contoh
1. A berjanji kepada anak perempuannya yang telah kawin itu
untuk memberikan rumahnya, apabila bayi yang sedang
dikandungnya itu telah lahir.
2. Amar (Debitur) akan membayar Cicilannya kepada BNI 46
(Kriditur) tanggal 9 setiap bulan sesuai kesepakatannya
Dalam perikatan dengan ketepatan waktu, apa yang harus
dibayar pada waktu yang ditentukan tidak dapat ditagih
sebelum waktu itu tiba.
Tetapi apa yang telah dibayar sebelum waktu itu tiba tidak
dapat diminta kembali (Pasal 1269 KUHPerdata).
3). Perikatan Manasuka/Alternatif
Dalam perikatan manasuka, objek prestasi ada dua macam
benda.
Dikatakan perikatan manasuka, karena debitur boleh memenuhi
prestasi dengan memilih salah satu dari dua benda yang
dijadikan objek perikatan.
Tetapi debitur tidak dapat memaksa kreditur untuk menerima
sebagian benda yang satu dan sebagian benda yang lainnya.
Jika debitur telah memenuhi salah satu dari dua benda yang
disebutkan dalam perikatan, ia dibebaskan dan perikatan
berakhir.
Hak memilih prestasi itu ada pada debitur, jika hak ini tidak
secara tegas diberikan kepada kreditur (Pasal 1272 dan 1273
KUHPerdata).

Contoh perikatan Manasuka/Alternatif

A membeli mobil kepada B, sebesar Rp 200.00
0.000,-. A dipersilahkan memilih 2 merk yaitu
Toyota atau Daihatsu. Kemudian antara A d
an B dibuat perjanjian, bahwa untuk
pembelian mobil, A dapat memilih dengan seb
uah mobil merk Toyota Rush 1.5 G A/T LUX at
au sebuah mobil Daihatsu Terios 1.5 R AT
CUSTOM.
4). Perikatan Tanggung Menanggung /
Tanggung Renteng
Perikatan tanggung menanggung adalah perikatan dimana

debitur dan/atau kreditur terdiri dari beberapa orang.


Jika debiturnya yang terdiri dari beberapa orang dan hal ini

yang paling lazim, maka tiap-tiap debitur dapat dituntut


untuk memenuhi seluruh prestasi, dan dengan
dipenuhinya seluruh prestasi oleh salah seorang debitur
kepada kreditur, perikatan menjadi hapus
 Perikatan Tanggung Renteng atau Perikatan Tanggung
Menanggung diatur pasal 1278 s/d 1295 KUH Perdata
PERIKATAN TANGGUNG-MENANGGUNG (SOLIDER)
• Beberapa orang bersama-sama (sebagai debitur) berhadapan
dengan satu orang (sebagai kreditur), atau berlaku sebaliknya.
• Masing-masing anggota dapat mempunyai kuasa penuh atas
hak seluruh anggota; dan dapat juga dituntut untuk
bertanggung jawab penuh atas prestasi/ kewajiban dari
keseluruhan kelompoknya.
Menurut pasal 1278 KUH Perdata mengatakan
"Suatu perikatan tanggung menanggung atau
perikatan tanggung renteng terjadi antara
beberapa orang berpiutang, jika didalam
perjanjian secara tegas kepada masing masing
diberikan hak untuk menuntut pemenuhan
seluruh utang sedang pembayaran yang
dilakukan kepada salah satu membebaskan
orang yang berhutang meskipun perikatan
menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi
diantara beberapa orang berpiutang tadi.
Ada 2 Jenis Perikatan tanggung menanggung atau
tanggung renteng yaitu :
1. Perikatan Tanggung menanggung aktif setiap
kreditur berhak menuntut pemenuhan seluruh prestasi,
dengan pengertian bahwa pelunasan kepada salah satu dari
seluruh prestasi, membebaskan debitur dari kewajibannya
terhadap kreditur-kreditur lainnya (pasal 1278 BW)
 Perikatan Tanggung Menanggung aktif yaitu Perikatan yang
terjadi dimana seorang Debitur berhadapan dengan beberapa

orang Kriditur
2. Perikatan Tanggung menanggung pasif, yaitu kreditur dapat
menuntut pemenuhan kepada setiap debitur. Pelunasan dari
seorang debitur membeaskan debitur-debitur lainnya (pasal
1280 BW). Kreditur dapat memilih salah satu dari beberapa
debitur untuk memenuhi prestasinya (pasal 1283 BW) akan
tetapi kreditur tidak boleh menolak pembayaran dari kreditur
lainnya.
Jika prestasi berupa barang tertentu yang harus diserahkan
musnah karena keadaan memaksa maka semua debitur bebas
dari kewajibannya (pasal 1444 BW)
akan tetapi jika barang musnah karena kesalahan semua
debitur, atau setelah dinyatakan lalai maka semua debitur
berkewajiban membayar ganti rugi secara tanggung renteng
(1237 dan 1444 BW)
 Perikatan Tanggung menanggung pasif yaitu dimana seorang
kriditur berhadapan dengan beberapa orang debitur
( pasal 1280 dan 1283 s/d 1295 BW )
Contoh perikatan tanggung menanggung
Beta, Cinta, Dewi bersama-sama secara tanggung menang-
gung meminjam uang kepada Ali sebesar Rp 3.000.000,- ma
sing-masing mereka mendapat Rp1.000.000,-.
Walaupun Beta, Cinta, dan Dewi masing-masing mendapat R
p 1.000.000,- tidak berarti bahwa Beta, Cinta dan Dewi masin
g-masing hanya bertanggung jawab sebesar Rp 1.000.000,- t
etapi juga mereka masing-masing bertanggung jawab untuk k
eseluruhannya sebesar Rp 3.000.000,-.
5). Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat
Dibagi (Pasal 1296 – 1303 KUH Perdata)

Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi adalah suatu perikata
n mengenai suatu barang yang penyerahannya, atau suatu perbuatan yang pe
laksanaannya dapat dibagi-bagi atau tidak dapat dibagi-bagi, baik secara nyata
maupun perhitungan.
Perikatan yang Dapat Dibagi:
Perikatan yang prestasinya dapat dibagi, pembagian mana tidak boleh mengur
angi hakikat dari prestasi tersebut.
misalnya: beras, gula
Perikatan yang Tidak Dapat Dibagi:
Perikatan yang prestasinya tidak dapat dibagi.
Dapat atau tidak dapat dibagi ditentukan oleh:
1. Sifat benda yang menjadi objek perikatan, misal: yang tidak dapat dibagi:
kuda.
2. Maksud perikatannya, apakah itu dapat atau tidak dapat dibagi.
Benda yang dapat dibagi

Benda yang apabila wujudnya dibagi tidak
mengakibatkan hilangnya hakikat daripada
benda itu sendiri.

Misalnya : beras, gula, pasir, dan lain-lain.

Benda yang tidak dapat dibagi



Benda yang apabila wujudnya dibagi
mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya
hakikat daripada benda itu sendiri.

Misalnya : kuda, sapi, uang, dan lain-lain
Mengingatkan kembali
Macam macam benda
Menurut Djaja S.Meliala, Benda dapat dibedakan atas :
a. Benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPerdata)
b. Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUHPerdata)
c. Benda dapat dipalai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505
KUHPerdata)
d. Benda yang sudah ada dan benda yang aka nada (Pasal 1334 KUHPerdata)
e. Benda dalam perdagangan dan diluar perdagangan (Pasal 537, 1444,
dan 1445 KUHPerdata)
f. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUHPerdata)
g. Benda terdaftar dan tidak terdaftar (Undang-Undang Hak Tanggungan,
Fidusia)
h. Benda atas nama dan tidak atas nama (Pasal 613 KUHPerdata jis
UUPA dan PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) ( Djaja S.
Meliala, 2015 : 4-5)
6). Perikatan Dengan Ancaman Hukuman
(Strafbeding) (Pasal 1304 – 1312 KUH Perdata)
Perikatan dengan ancaman hukuman adalah suatu
perikatan dimana ditentukan bahwa si berhutang
untuk menjadi jaminan pelaksanaan perikatannya,
diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya
tidak dipenuhi.
Penetapan hukuman ini dimaksudkan sebagai ganti
penggantian kerugian yang diderita oleh si berpiutang
karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya perjanjian.
Perikatan ini memuat suatu ancaman hukuman terhadap
debitur apabila ia lalai memenuhi prestasinya.
Ancaman hukuman ini bermaksud untuk memberikan suatu
kepastian atas pelaksanaan isi perikatan seperti yang telah
ditetapkan dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak.
Di samping itu juga sebagai usaha untuk menetapkan jumlah
ganti kerugian jika betul-betul terjadi wanprestasi.
Hukuman itu merupakan pendorong debitur untuk
membebaskan kreditur dari pembuktian tentang besarnya ganti
kerugian yang telah dideritanya.
Pasal 1304 KUHPerdata mengatakan, ancaman hukuman itu
ialah untuk melakukan sesuatu apabila perikatan tidak dipenuhi,
sedangkan penetapan hukuman itu adalah sebagai ganti
kerugian karena tidak dipenuhinya prestasi
Ganti kerugian selalu berupa uang. (Pasal 1307 KUHPerdata)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ancaman hukuman itu


berupa ancaman pembayaran denda.
Pembayaran denda sebagai ganti kerugian tersebut tidak dapat dituntu
t
oleh kreditur apabila debiturnya tidak berprestasi karena adanya
keadaan memaksa (overmacht).

Tujuan perikatan dengan ancaman hukuman tersebut ada 2 yaitu :


1. Untuk mendorong atau menjadi cambuk bagi debitor supaya ia
memenuhi kewajibannya.
2. Untuk membebaskan kreditor dari pembuktian tentang jumlahnya
atau besarnya kerugian yang dideritanya, sebab berapa besar
kerugian itu harus dibuktikan oleh kreditor.
Contoh :
A meminjam uang sebesar Rp.10.000.000,-pada B dan akan
dikembalikan tanggal 10 bulan berikutnya. Kemudian B
menyampaikan, apabila nanti A terlambat membayar akan dikenakan
denda 1% setiap keterlambatan 10 hari
contoh-contoh perikatan yang berasal dari ketentuan undang-un
dang adalah sebagai berikut ini :

1. Pinjaman yang tidak diminta bunganya, Jika bunganya dibayar,

tidak dapat dituntut pengembaliannya (Pasal 1766 KUHPdt)


2. Perjudian dan pertaruhan, Undang-Undang tidak
memberikan tuntutan hukum atas suatu utang yang terjadi
karena perjudian karena perjudian pertaruhan
( Pasal 1788 KUHPdt ).
3. Lampau waktu, Segala tuntutan hukum, baik yang bersifat
kebendaan maupun perorangan hapus karena kadaluarsa
(lampau waktu) dengan lewatnya tenggang waktu tiga puluh

tahun.
4. Kepailitan yang di atur dalam undang-undang kepailitan
Perikatan Generik dan Perikatan Spesifik

Perikatan Generik:
Perikatan dimana obyeknya hanya ditentukan jenis dan
jumlah barang yang harus diserahkan debitur kepada
kreditur.
Misalnya: penyerahan beras sebanyak 10 kg.
Perikatan Spesifik:
Perikatan dimana obyeknya ditentukan secara terinci,
sehingga tampak ciri-ciri khususnya.
Misalnya: debitur diwajibkan menyerahkan beras
sebanyak 10 kg dari Cianjur dengan kualitas nomor 1.
Perikatan Perdata dan Perikatan Alami

Perikatan Perdata:
Perikatan dimana pemenuhan hutangnya dapat
dituntut pelaksanaannya dimuka pengadilan.

Perikatan Alami:
Perikatan dimana pemenuhan hutangnya tidak
dapat dituntut pelaksanaannya dimuka
pengadilan.
Contoh: utang yang timbul dari perjudian atau
pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan.

Anda mungkin juga menyukai