Anda di halaman 1dari 2

SUKSESI NEGARA

A. Pengertian Suksesi Negara

Kata Suksesi Negara berasal dari kata State Succession atau Succession of State, yang
artinya adalah pergantian kedaulatan pada suatu wilayah.

Dalam praktik, susksesi negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Suksesi Universal
Pada bentuk ini tidak ada lagi international identity dari suatu negara (predecessor state)
karena seluruh wilayahnya hilang
2. Suksesi Parsial
Pada bentuk ini negara predecessornya masih eksis, tetapi sebagian wilayahnya
memisahkan diri menjadi negara merdeka ataupun bergabung dengan negara lain.

B. Akibat Hukum Suksesi Negara


1. Terhadap Perjanjian Internasional
upaya membedakan perjanjian tentang hak atas property dengan kewajiban perjanjian
yang lain dibagi atas perjanjian multilateral, bilateral, perjanjian HAM, dan perjanjian
politik. Pasal 17 dan 24 Konvensi Wina 1978 menetapkan bahwa perjanjian tidak beralih
pada suksesor kecuali ditentukan lain dalam devolution agreement.
2. Terhadap Public Proprerty Rights
Asset milik swasta dibagi lagi menjadi asset milik warga negara secara perseorangan,
asset milik perusahaan swasta dan asset milik perusahaan negara. Selanjutnya
dikodifikasi dalam konvensi wina 1983 tentang state property, arsip, dan utang. Secara
umum dikatakan bahwa state property adalah property yang ada dibawah kepemilikan
langsung atau tidak langsung dari lembaga-lembaga eksekutif, legislatif atau yudikatif
negara berdasarkan hukum nasional negara predecessor.
3. Terhadap Privat Property
Privat Property yang dimaksud adalah menyangkut harta benda juga hak milik
perseorangan / perusahaan yang bukan milik negara berdasarkan hukum nasional
predecessor.
4. Terhadap Arsip Negara
Yang dimaksud dengan arsip negara adalah dokumen, foto-foto negara, semua objek dari
sejarah negara dan objek arkeologi. Pasal 21 Konvensi Wina 1983 menyatakan bahwa
arsip dari negara predecessor beralih pada suksesor pada saat terjadinya suksesi.
5. Terhadap Utang Negara (Public Debt)
Masalah utang negara adalah masalah yang paling sensitif dalam kasus terjadinya suksesi
negara karena pada umumnya menyangkut kewajiban pembayaran utang yang cukup
besar dari predecessor pada negara ketiga. Suksesor hanya memiliki kewajiban moral (ex
gratia) terhadap kewajiban pembayaran utang tersebut.
6. Terhadap Kewarganegaraan
Beberapa penulis hukum internasional termasuk Brownlie menegaskan bahwa
kewaganegaraan akan berubah jika terjadi peralihan kedaulatan atau suksesi negara.
7. Terhadap Keanggotaan Pada Organisasi Internasional
PBB menetapkan bahwa keanggotaan suatu negara di PBB tidak akan terhenti hanya
karena terjadinya perubahan dan pergantian konstitusi atau perbatasan. Terhadap negara
baru maka negara ini harus mengikuti aturan yang berlaku untuk negara baru yaitu
mendaftarkan diri sebagai anggota baru kecuali telah ada izin sesuai ketentuan yang
terdapat pada piagam.
8. Terhadap Claims in Tort dan Delict
Dalam prinsip umum yang berlaku dalam masalah ini adalah bahwa suksesor dipandang
tidak berkewajiban untuk menerima tanggung jawab akibat tort atau delik yang
dilakukan oleh predecessor nya.

C. Teori-Teori Pengakuan Dalam Hukum Internasional


1. Teori Deklaratoir/Evidenter (Declaratory Theory)
Menurut teori ini, lahirnya suatu negara hanyalah merupakan susatu peristiwa fakta yang
sama sekali lepas dari ketentuan-ketentuan hukum internasional.
2. Teori Konstitutif
Menurut teori ini, suatu negara baru lahir bila telah diakui oleh negara lain. Sekalipun
suatu entitas baru memiliki atribut formal dan kualifikasi statehood, tetapi tanpa
pengakuan entitas baru tersebut tidak dapat memperoleh internasional personality.
3. Teori Pengakuan Kolektif
Pertentangan yang ada antara teori deklaratif dengan konstitutif, dimana diteori yang
pertama menganggap pengakuan tidak lebih dari tindakan politik saja, sedangkan teori
yang kedua yang menekankan pada aspek yuridisnya telah menimbulkan ketidakpastian
dalam praktik masyarakat internasional.

Anda mungkin juga menyukai