Anda di halaman 1dari 49

KAPITA SELEKTA

HUKUM PERDATA
Hanafi Tanawijaya, S.H., M.H.
Pengertian Hukum Perdata
• Prof R. Subekti, hukum perdata dalam arti luas meliputi
semua hukum, privat material yakni segagal hukum pokok
yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
• Utrecht, hukum yang mengatur tata tertib masyarakat
mengenai keluarga dan mengenai kekayaan para individu
dan mengatur pula hubungan hukum yang diadakan
antara para individu yang satu dengan yang lain, antara
individu dengan negara.
Macam-macam Hukum Perdata

Hukum Perdata Materiil, yakni kesemuaan


kaidah hukum yang menentukan dan
mengatur hak-hak dan kewajiban perdata.
Hukum Perdata Formil, yakni semua kaidah
hukum yang menentukan dan mengatu
bagaimana cara melaksanakan hak-hak dan
kewajiban perdata tersebut. Sedangkan menurut
Prof. Subekti , dalam arti luas meliputi semua
hukum, privat material yaitu segala hukum pokok
yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan.
Sumber Hukum Perdata di Indonesia
Sumber Hukum Perdata Materiil, antara lain:
• Algemene Bepalingan van wetgeving voor Indonesie (AB);
• Burgerlijk Wetboek (BW) / Kitab Undang-undang Hukum Perdata;
• Wetboek van Koophandel (WvK) / Kitab Undang-undang Hukum
Dagang;
• Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
• Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
• Dsbnya.
Sumber Hukum Perdata Formil, antara lain:
Sistematika KUHPerdata di Indonesia
• Buku I tentang Orang, berisikan tentang Hukum Perseorangan dan
Hukum Kekeluargaan;
• Buku II tentang Benda, berisikan tentang Hukum Benda dan Hukum
Waris;
• Buku III tentang Perikatan, berisikan tentang Hukum Kekayaan yang
berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku
bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu;
• Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa, yang memuat tentang
alat-alat bukti dan akibat dari lewat waktu terhadap hubungan-
hubungan hukum.
Buku ke-1 : tentang Orang
• Pada buku Kesatu, dimuat semua ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengani orang sebagai Subyek Hukum dan Hukum
Keluarga.
• Dalam hal ketentuan yang mengatur orang sebagai Subyek Hukum
(Manusia dan Badan Hukum). Mengenai apa yang sebenarnya
dimaksud dengan Subyek Hukum? Siapa saja yang merupakan Subyek
Hukum itu? Apa yang menjadi Hak dan Kewajiban Subyek Hukum?
Bilamana kedudukan Subyek Hukum menjadi Hapus atau hilang.
• Sedangkan mengenai hukum kekeluargaan yaitu semua ketentuan
yang mengatur hubungan seseorang dengan pihak lainnya yang mana
hubungan itu ditimbulkan karena adanya perkawainan antara
seseorang pria dengan seseorang wanita, antara lain ketentuan itu
meliputi mengenai ketentuan yang mengatur hubungan antara suami-
Isteri. Hak dan kewajiban dari suami - isteri tersebut. Mengenai harta
kekayaan di dalam perkawinan apabila terlahir anak-anak juga timbul
hubungan antara orang tua dengan anak tersebut yang biasa disebut
sebagai: Kekuasaan Orang Tua.
• Dimasukkannya hukum keluarga ke dalam bagian hukum tentang
orang, karena hubungan keluarga memang berpengaruh besar
terhadap kecakapan seseorang untuk memiliki hak-hak serta
kecakapan untuk mempergunakan hak-haknya itu.
• Dalam semua sistem hukum terdapat pengertian tentang
badan hukum terdapat pengertian tentang badan hukum
sebagai subyek hukum (rechtpersoon), karena ada keinginan
atau kebutuhan untuk membentuk badan-badan atau
perkumpulan yang dapat juga memiliki hak-hak dan
melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti
manusia.Badan-badan dan perkumpulan itu mempunyai
kekayaan sendiri dan dapat bergerak dalam lalu lintas hukum
dengan perantaraan pengurusnya,dapat digugat dan dapat
juga menggugat di muka Hakim (Subekti, 2005: 21).
Buku ke-2 : tentang Kebendaan
• Didalam Buku Kedua dicantumkan semua ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai persoalan Benda
sebagai obyek hukum. Disamping itu didalam Buku ini juga
dimuat ketentuanketentuan yang mengatur mengenai
Hukum Kewarisan.
• Pada hukum Kebendaan, diatur di dalamnya mengenai:
• Apa yang dimaksud dengan benda menurut hukum;
• Mengenai macam-macam benda menurut hukum;
• Mengenai hak-hak Kebendaan.
• Sedangkan dalam hal Hukum Kewarisan diatur
mengenai cara beralihnya hak-hak dan kewajiban-
kewajiban seseorang yang meninggal dunia kepada
para ahli warisnya.
• Pembuat Undang-undang memasukkan Hukum Waris
ke dalam bagian tentang Hukum Kebendaan, karena
dianggap hukum waris itu mengatur cara-cara untuk
memperoleh hak atas benda-benda, yaitu benda-
benda yang ditinggalkan oleh seseorang.
Buku ke-3 : tentang Perikatan
• Buku ke-III ini memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
hubungan antara seseorang dengan pihak lainnya, hubungan mana
menimbulkan adanya Hak dan Kewajiban diantara para pihak
tersebut.
• Ketentuan ini antara lain meliputi:
• Apa yang dimaksud dengan Perikatan?
• Perikatan itu bersumber apa saja?
• Bagaimana membuat suatu Perjanjian yang sah?
• Hak dan Kewajiban apa yang timbul dan Perjanjian tersebut? Misalnya:
Perjanjian Jual-Beli.
• Dalam hubungan perjanjian Jual-Beli ini akan timbul Hak dan
Kewajiban antara Penjual dengan pembeli tersebut. Sebagai
Penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang jualannya
kepada Pembeli.
• Sebaliknya, Penjual mempunyai juga hak untuk menerima
uang pembayaran dan barang yang dijualnya. Sedangkan
sebagai Pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar dan
menyerahkan harga barang yang dibelinya. Sebaliknya
mempunyai Hak untuk menerima dan meininta barang yang
telah dibelinya.
Buku ke-4 : tentang Pembuktian dan
Daluwarsa
• Buku ini memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai cara-cara mengenai cara-cara membuktikan
sesuatu Hak mengenai macam-macam alat bukti dan lain-
lainnya. Sedangkan mengenai daluarsa meliputi ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai lewatnya waktu yang
mana dapat menimbulkan seseorang memperoleh sesuatu
hak atau dengan lewatnya waktu tersebut seseorang akan
dibebaskan dan sesuatu kewajiban atau tuntutan hukum.
• Misalnya, Dengan lewatnya waktu 30 tahun tanpa sesuatu gangguan
dan pihak manapun, maka seseorang yang telah menepati sebidang
tanah selama waktu tersebut dapat mengajukan permohonan agar
tanah itu menjadi iniliknya. Dengan lewatnya waktu 1 tahun
seseorang dapat dibebaskan dan sesuatu penagihan dokter. Perihal
Pembuktian dan Lewat Waktu (daluarsa) sebenarnya adalah soal
hukum acara, menurut Subekti (Subekti, 2003: 17) hal ini kurang tepat
dimasukkan dalam BW yang pada asasnya mengatur hukum perdata
materiil. Tetapi pernah ada suatu pendapat, bahwa hukum acara itu
dapat dibagi dalam bagian materiil dan bagian formil. Soal mengenai
alat-alat pembuktian terhitung bagian yang termasuk hukum acara
materiil yang diatur juga dalam suatu undangundang tentang hukum
perdata materiil.
Asas-asas Hukum Perdata
• Asas Monogami (dalam hukum Perkawinan), Pasal 27 BW, sekarang
diatur dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan;
• Asas Konkordansi;
• Asas Recht Fictie, Pasal 2 BW;
• Asas Harta Kekayaan Debitor , sebagai jaminan pelunasan hutangnya:
Pasal 1331 BW;
• Asas Tiada suatu hukuman yang mengakibatkan kematian perdata
atau kehilangan segala hak perdatanya: Pasal 3 BW;
• Larangan pemilikan tanah pertanian yang berada diluar kecamatan
dan tempat tinggal yang bersangkutan tinggal yang bersangkutan;
• Asas kebebasan berkontrak.
• Asas Lex Specialis Derogate Lex Generalis: Pasal 1 KUHD.
Perikatan
• Istilah ―Perikatan dalam bahasa Belanda ―Verbintenis atau juga dikenal
dengan istilah ―Binding (bahasa Inggris), ―Obligation ( bahasa Perancis) dan
―Obligatio (Latin).
• Menurut Hofmann, Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara
sejumlah subjek-subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau
beberpaa orang daripadanya mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut
cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang demikian.
• Menurut Pitlo, Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu
berhak (kreditor) dan pihak yang lain berkewajiban (debitor) atas sesuatu
prestasi.
• Menurut Buku III KUHPerdata, sering disebut pengertian dalam arti sempit
yakni hukum dalam lapangan hukum kekayaan dimana disatu pihak ada hak
dan dipihak lain ada kewajiban. Hak yang lahir dari hubungan seperti itu
disebut hak hukum sedangkan kewajibannya disebut kewajiban hukum.
• Hal tersebut tercermin dalam Pasal 1131 KUHPerdata, yang menyatakan
bahwa : ― Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang
tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian
hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan‖, yang
mengandung arti bahwa :
• Pertama: setiap subyek hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya
sendiri yang hal ini terwujud dalam kepemilikan harta kekayaan, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, yang dimiliki oleh diri subyek hukum tersebut;
• Kedua: harta kekayaan seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu karena
perikatan yang dibuat, dilakukan, maupun yang terjadi atas subyek hukum dari
waktu kewaktu
Sumber Perikatan
• Ketentuan yang pertama mengatur tentang perikatan, yaitu sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 1233 KUHP Perdata, yang menyebutkan bahwa : “Tiap-tiap
perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang-undang.”
• Dengan demikian, dari rumusan Pasal 1233 KUHPerdata tersebut dapat
diketahui, suatu perikatan sekurang-kurangnya membawa serta di dalamnya 4
(empat) unsur (Gunawan Wijaya, 2006: 311-13), yaitu:
• Perikatan itu merupakan suatu hubungan hukum;
• Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak);
• Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum dalam lapangan hukum harta
kekayaan;
• Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban (debitor) pada salah satu pihak dalam
perikatan.
Perikatan yang lahir dari Perjanjian
• Perjanjian adalah sumber perikatan. Perikatan lahir atau ada karena
ada perjanjian yang melahirkan perikatan. Perikatan sebagai
hubungan hukum antara dua pihak dimana satu pihak ada HAK dan
dilain pihak ada kewajiban.
• Perjanjian itu menimbulkan dan berisi HAK Serta KEWAJIBAN dua
fihak, olehsebab itu dapat dikatakan bahwa Perjanjian berisi
perikatan‖. Isi perikatan ditetapkan oleh para pihak yang membuat
perikatan begitu pula akibat hukum yang diharapkan juga ditentukan
oleh para pihak.
Contoh:
• Abidin sebagai penjual, melakukan perjanjian jual beli komputer merek
Cannon seharga Rp 7 juta dengan Chaerunnisa sebagai pembeli. Pembayaran
disepakati secara tunai. Dari perjanjian ini lahir hubungan hukum.
• Abidin berkewajiban menyerahkan komputer merek Cannon kepada Chaerunnisa Abidin
berkedudukan sebagai debitor (ada kewajiban) sedangkan Chaerunnisasebagai kreditor
(ada hak).
• Chaerunnisa berkewajiban membayar tunai kepada Abidin senilai Rp 7 juta. Dilihat
darisegipembayaran,Abidinberkedudukansebagaikreditor (ada hak) dan Chaerunnisa
sebagai debitor (ada kewajiban).
• Apabila terjadi ingkar janji maka akibat hukumnya dapat berupa ganti rugiatau
pembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian dengan ganti rugi yang
tergantung pula pada apa yang diperjanjikan. Apabila perjanjian hapus maka
perikatan juga hapus. Perikatan menimbulkan : hak dan kewajiban antara para
pihak dan tanggung jawab atas terlaksananya prestasi para pihak.
Perikatan yang lahir dari Undang-undang
• Perikatan yang lahir dan undang-undang saja adalah
perikatan yang tercantum atau yang terdapat dalam
perundang-undangan sebagai berikut:
• Pasal 321 KUHPerdata, hubungan yang muncul dari kewajiban
pemeliharaan;
• Pasal 385 KUHPerdata dan 409 KUHPerdata, hubungan antara
pupil (anak yang anak yang belum dewasa dan berada dibawah
perwalian) dengan wali.
Subyek dan Obyek Perikatan
Subyek Perikatan, yakni:
• Kreditor, dapat berupa orang secara individual manusia maupun
Badan Hukum. Contohnya: Hyder sebagai Kreditor meminjamkan
uang kepada Haedar sebagai Debitor, tuntutan ini menurut Pasal 613
dapat dialihkan kepada orang lain;
• Kreditor dapat berupa orang yang dapat berganti, dengan kata
aantoonderAantoonder yaitu peralihan kedudukan kreditor dengan
penyerahan surat semata-mata.Contoh cek kepada pembawanya;
• Aan Order yaitu cara penyerahan surat disertai endorsemen dan tandatangan
pada punggung surat dari pihak yang menyerahkan.
• Debitor, dapat berupa orang secara individual maupun
badan hukum. Debitorberupa seseorang yang ditempatkan
secara individual, ditunjuk karena kualitasnyaatau yang
ditunjuk yang dapat diganti.
Obyek Perikatan, yakni:
• Obyek Perikatan adalah kewajiban Debitor atau
Prestasi, Prestasi menurut pasal 1234 KUHPerdata
ialah:
• Untuk menyerahkan (te geven);
• Untuk membuat (doen);
• Untuk tidak berbuat (Niet te doen).
Syarat-Syarat Perikatan
Untuk sahnya suatu Perikatan, prestasi haruslah memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Prestasi harus hal atau sesuai yang tertentu ;
2. Prestasi harus sesuatu yang diperbolehkan (geoorloofd) yaitu tidak
bertentangan dengan UU, ketertiban umum serta kesusilaan;
3. Prestasi harus sesuatu yang mungkin untuk dilakukan (mogelijk) terhadap
prestasi yang tidak mungkin dilakukan terdapat dua hal sebagai berikut :
a) Secara obyektif: Mengirim sapi potong dari Tapos Bogor ke rumah potongBekasi
dalam waktu 30 menit.;
b) Secara subjektif: Amalia, Seorang Polwan berjanji melakukan free fall (terjun
payung) padahal Debitor belum pernah melakukansama sekali terjun payung
(tidak dapat melakukan terjun payung).
Perjanjian
• Perjanjian (overee-nkomst) adalah perbuatan hukum antara dua orang
/pihak atau lebih yang saling mengingatkan diri untuk melaksanakan suatu
hal (Pasal 1313 KUHPerdata terlalu sempit karena hanya menyebutkan
bahwa : perjanjian adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau
lebih mengingatkan diri terhadapsatu orang atau lebih). Bentuk perjanjian
dapat tertulis dan tidak tertulis balam praktek muncul istilah kontrak
menurut Subekti kontrak adalah perjanjian yang bentuknya tertulis. Istilah
kontrak dalam Hukum perjanjian ini mendapat pengaruh dari istilah
hukum Inggris Contract yang masuk dalam pengertian hukum perjanjian
Indonesianamun berbeda dalam pengertian (dalam hukum Inggris
Contract bentuknya dapat tertulis dan tidak tertulis).
Syarat Sah Perjanjian
Pasal 1320 KUHPerdata, yakni:
1. Kesepakatan;
2. Cakap Hukum;
3. Suatu Objek Tertentu;
4. Sebab yang Halal.
Unsur-unsur Perjanjian
a. Essensialia, ialah unsur perjanjian yang harus ada didalam suatu
perjanjian Unsur ini mutlak tanpa adanya unsur tersebut perjanjian
tidak mungkin ada.
b. Naturalia, ialah unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur
oleh UU tetapi parapihak dapat mengingkarinya atau
mengabaikannya atau dapat diganti atau meniadakan.
c. Accidentiolia, ialah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para
pihakdalam perjanjian, undang-undang tidak mengatur tentang hal
ini.
Asas-asas Perjanjian
• Asas Konsensual;
• Asas kebebasan berkontrak;
• Asas terbuka;
• Asas kekuatan mengikat;
• Asas itikad baik;
• Pacta Sunt Servanda.
Hukum Agraria
• Kata “Agraria” menurut Boedi Harsono, berasal dari kata agrarius,
ager (Latin) atau agros (Yunani), Akker (Belanda) yang artinya tanah
pertanian.
• Hukum agraria menurut Bachsan Mustofa adalah kaidah hukum yang
tertulis adalah hukum agraria dalam bentuk hukum undang-undang
dan peraturan-peraturan yang tertulis lainnya yang dibuat oleh
negara. Sedangkan kaidah hukum yang tidak tertulis adalah hukum
agraria dalam bentuk hukum adat agraria yang dibuat oleh
masyarakat adat setempat dan yang pertumbuhan, perkembangan
serta berlakunya dipertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Objek hukum tanah adalah hak penguasaan atas tanah yang dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum, yakni Hak
penguasaan atas tanah ini belum di hubungkan dengan tanah dan
orang atau badan hukum tertentu sebagai subyek atau pemegang
haknya;
b. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang
konkret, yakni Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan
dengan hak tertentu sebagai obyeknya dan orang atau badan
hukum tertentu sebagai subjek atau pemegang haknya.
PENGERTIAN AGRARIA DALAM UUPA

• AGRARIA

DALAM ARTI LUAS DALAM ARTI SEMPIT


PENGERTIAN AGRARIA DALAM ARTI LUAS
PENGERTIAN AGRARIA DALAM UU No. 5 / 1960

Undang-undang No.5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar


Pokok-Pokok Agraria berlaku sejak tanggal 24 September
1960.

Sebutan lain dari Undang-undang ini adalah : Undang-undang


Pokok Agraria ( UUPA ).
Pengertian Agraria dalam UUPA
BUMI, AIR, DAN KEKAYAAN ALAM YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA
(Pasal 33 ayat 3 UUD 1945)

Jadi yang dimaksud dengan Agraria dalam UUPA tidak terbatas pada
apa yang disebut TANAH saja tetapi NATURAL RESOURCES
(SUMBER DAYA ALAM).
PENGERTIAN BUMI
(Ps 1 ay 4 ps 4 ay 1 UUPA)

BUMI

Permukaan Bumi
Tubuh Bumi dibawah tanah
(yang disebut TANAH)
dan dibawah air
PENGERTIAN AIR
(Ps 1 ay 5 UUPA)

AIR

Perairan pedalaman Laut Wilayah


(sungai, danau, rawa) Indonesia
KEKAYAAN ALAM

Terkandung dalam tubuh bumi : Terkandung di dalam air : ikan


Bahan-bahan galian dll, kekayaan alam di dalam air
Pengertian Agraria dalam UUPA hakekatnya adalah sama
dengan pengertian ruang dalam UU No. 26 tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.

Dalam pasal 1 angka 1 dinyatakan :


Ruang adalah wadah yang meliputi daratan, ruang lautan dan
ruang udara sebagai suatu wilayah tempat manusia dan makhluk
lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya.
PENGERTIAN AGRARIA
DALAM ARTI SEMPIT
TANAH

Istilah yuridis : PERMUKAAN BUMI


PENGERTIAN AGRARIA
DALAM ARTI LUAS

Bidang-bidang hukum positif yang mengatur hak-hak penguasaan atas


sumber-sumber daya alam tertentu (yang termasuk pengertian Agraria
dalam arti luas).
Bidang-bidang Hukum Agraria
(dalam arti Luas)

• Hukum Tanah
• Hukum Air
• Hukum Pertambangan
• Hukum Perikanan
• Hukum Kehutanan
• Hukum Penguasaan atas Tenaga dan Unsur-unsur dalam ruang angkasa
• (bukan spice law)
1. Hukum Tanah, mengatur hak –hak penguasaan atas tanah
dalam arti permukaan bumi;
2. Hukum Air, mengatur hak-hak penguasaan atas air;
3. Hukum pertambangan, mengatur hak-hak penguasaan
atas baha-bahan galian, yang dimaksudkan oleh UU Pokok
Pertambangan.
• Hukum perikanan, mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan
alam yang terkandung didalam air;
• Hukum Kehutanan, Mengatur hak-hak penguasaan atas hutan dan
kekayaan lamanya;
• Hukum Penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam angkasa
(bukan space law), mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan
unsur-unsur dalam ruang angkasa yang dimaksudkan oleh pasal 48
UUPA.
HUKUM TANAH YANG DUALISTIS

Perangkat Hkm Tanah Barat Perangkat Hkm Tanah Adat

Kaedah-kaedahnya Kaedah-kaedahnya

Tertulis Tdk tertulis Tertulis Tdk tertulis

Bk II, III, IV, BW Hkm Kebiasaan


Diciptakan :
- Pemr. HB Sbg Hkm yblk

Hkm- Tanah
Pemr. Swap dikalangan
Agr.Indonesia
Wet 1870asli
Adm.
Agr. Besluit 1870
Hk Tanah Adat

Ketent . Pokok DUALISTIS

Hk Tnh Barat

PLURALISTIS

Hk Tnh Antar Gol

Ketent. Pelengkap Hk Tnh Adm.

Hk Tnh Swapraja
Tanah Hak
Indonesia Diatur oleh Hk. Tnh
Adat

Blm didaftar
SEBELUM
UUPA (TANAH
HAK)

Diatur oleh Hk. Tnh


Barat

Tanah Hak Barat


Sdh didaftar

Anda mungkin juga menyukai