Anda di halaman 1dari 103

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349095132
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu
Naskah Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait
Method · February 2021
DOI: 10.13140/RG.2.2.22009.60007
CITATIONS READS
0 3,143
1 author:
Iskandar Muda
Universitas YARSI
27 PUBLICATIONS   46 CITATIONS   
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Constitustional Law View project
All content following this page was uploaded by Iskandar Muda on 07 February 2021.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan
Penjelasannya dalam Satu Naskah Beserta
Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS YARSI
2021
PENGANTAR

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris disahkan pada


tanggal 6 Oktober 2004, dengan adanya Pasal 91 dalam Undang-Undang a quo
dapat dikatakan sebagai aturan “sapu jagad” peraturan yang mengatur tenkait
Jabatan Notaris, dimana pasal a quo menyebutkan:
1. Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb 1860:3) sebagaimana
telah diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101;
2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil
Notaris Sementara (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 700);
4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4379); dan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1949 tentang Sumpah/Janji Jabatan
Notaris, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Seiring berjalannya waktu, di-usianya yang belum genap “10 tahun” Undang-
Undang No. 30 Tahun 2004 telah mengalami perubahan. Perubahan tersebut
sebagaimana adanya Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 yang disahkan pada
tanggal 15 Januari 2014. Begitu pula undang-undang Jabatan Notaris baik
sebelum maupun setelah perubahan sering kali mengalami pengujiannya di
Mahkamah Konstitusi (uji konstitusional; constitutional review, judicial review),
dalam hal ini sebagaimana adanya sembilan putusan; yaitu: (i) Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 009-014/PUU-III/2005, (ii) No. 135/PUU-VII/2009,
(iii) No. 52/PUU-VIII/2010, (iv) No. 49/PUU-X/2012, (v) No. 63/PUU-XII/2014,
(vi) No. 72/PUU-XII/2014, (vii) No. 43/PUU-XV/2017, (viii) No. 22/PUU-
XVII/2019, dan (ix) No. 16/PUU-XVIII/2020. Yang tentunya “bahan” ini
merupakan perkembangan bahan pengajaran dengan mata kuliah Undang-
Undang Jabatan Notaris dan Politik Hukum Kenotariatan; sebagaimana

i
penyusun sebagai pengajarnya di Program Pascasarjana Magister Kenotariatan
Universitas YARSI. Sebagai catatan pula bahwa “bahan” Revisi 2 ini merupakan
perbaikan dari yang disusun sebelumnya (Maret 2020 dan Revisi-nya September
2020), dalam hal tersebut “bahan” yang disusun dengan judul: “Undang-Undang
Jabatan Notaris Beserta Perubahannya dalam Satu Naskah dan
Pengujiannya Di Mahkamah Konstitusi (Uji Konstitusional; Constitutional
Review, Judicial Review).”
Pun demikian dalam hal penyusunan “bahan” Revisi 2 ini supaya lebih efektif
judulnya diubah menjadi: “Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan
Penjelasannya dalam Satu Naskah Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkait.” Dimana keterbaruan dari “bahan” Revisi 2 ini adalah dilampirkan
Penjelasan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 dan No. 2 Tahun 2014 dalam satu
naskah; sehingga semakin efektif pula untuk membaca dan memahaminya.
Selain itu dilampirkan pula pendapat hukum dalam putusan Mahkamah Konstitusi
berdasarkan komposisi Hakim Konstitusi ketika memutus kesembilan putusan
Mahkamah Konstitusi terkait (lihat tabel D, hal. 88).

Jakarta, Februari 2021

Penyusun

(Iskandar Muda)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

A. Tabel Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan


dan Penjelasannya dalam Satu Naskah ............................. 1
1. Menimbang, Mengingat, Memutuskan ........................... 1
2. Bab I : Ketentuan Umum ................................................ 3
3. Bab II : Pengangkatan Dan Pemberhentian Notaris ....... 7
4. Bab III : Kewenangan, Kewajiban, Dan Larangan ......... 16
5. Bab IV : Tempat Kedudukan, Formasi,
Dan Wilayah Jabatan Notaris ......................................... 27
6. Bab V : Cuti Notaris Dan Notaris Pengganti .................. 31
7. Bab VI : Honorarium ...................................................... 39
8. Bab VII : Akta Notaris .................................................... 41
9. Bab VIII : Pengambilan Minuta Akta
Dan Pemanggilan Notaris diganti menjadi
Pengambilan Fotocopi Minuta Akta
Dan Pemanggilan Notaris ............................................... 65
10. Bab IX : Pengawasan ...................................................... 67
11. Bab X : Organisasi Notaris ............................................. 77
12. Bab XI : Ketentuan Sanksi dihapus ................................ 79
13. Bab XII : Ketentuan Peralihan ........................................ 80
14. Bab XIII : Ketentuan Penutup ........................................ 81
B. Pemahaman Uji Konstitusional
(Constitutional Review, Judicial Review) ............................ 84
C. Pendapat Hukum dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi Berdasarkan
Komposisi Hakim Konstitusi .............................................. 86
D. Tabel Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait
Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris ...... 88

DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENYUSUN

iii
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

A. Tabel Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah1
UU No. 30 Tahun 2004 UU No. 2 Tahun 2014 Penjelasan UU No. 30 Tahun 2004 & UU No. 2 Tahun 2014
Menimbang Menimbang
a. bahwa Negara Republik Indonesia a. bahwa Negara Republik Indonesia
sebagai negara hukum berdasarkan sebagai negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menjamin kepastian, ketertiban, 1945 menjamin kepastian, ketertiban,
dan perlindungan hukum, yang dan perlindungan hukum bagi setiap
berintikan kebenaran dan keadilan; warga negara;
b. bahwa untuk menjamin kepastian, b. bahwa untuk menjamin kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum ketertiban, dan perlindungan hukum
dibutuhkan alat bukti tertulis yang dibutuhkan alat bukti tertulis yang
bersifat otentik mengenai keadaan, bersifat autentik mengenai perbuatan,
peristiwa, atau perbuatan hukum yang perjanjian, penetapan, dan peristiwa
diselenggarakan melalui jabatan hukum yang dibuat di hadapan atau
tertentu; oleh pejabat yang berwenang;
c. bahwa notaris merupakan jabatan c. bahwa Notaris sebagai pejabat umum
tertentu yang menjalankan profesi yang menjalankan profesi dalam
dalam pelayanan hukum kepada memberikan jasa hukum kepada
masyarakat, perlu mendapatkan masyarakat, perlu mendapatkan
perlindungan dan jaminan demi perlindungan dan jaminan demi
tercapainya kepastian hukum; tercapainya kepastian hukum;
d. bahwa jasa notaris dalam proses d. bahwa beberapa ketentuan dalam
pembangunan makin meningkat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
sebagai salah satu kebutuhan hukum 2004 tentang Jabatan Notaris sudah

1
Untuk mempermudah bagi para pembaca dalam hal pembedaan pada kolom “Penjelasan UU No. 30 Tahun 2004 & UU No. 2 Tahun 2004,” penulisan
Penjelasan UU No. 30 Tahun 2004 ditulis dengan huruf “miring” sedangakan penulisan Penjelasan UU No. 2 Tahun 2014 ditulis dengan huruf “tegak.”

1
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
masyarakat; tidak sesuai lagi dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat sehingga perlu dilakukan
perubahan;
e. bahwa Reglement op Het Notaris e. bahwa berdasarkan pertimbangan
Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3) yang sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
mengatur mengenai jabatan notaris huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
tidak sesuai lagi dengan membentuk Undang-Undang tentang
perkembangan hukum dan kebutuhan Perubahan atas Undang-Undang
masyarakat; Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e,
perlu membentuk Undang-Undang
tentang Jabatan Notaris;
Mengingat Mengingat
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) 1. Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Indonesia Tahun 1945; 1945;

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004


tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
117, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4432);

Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama


Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dan dan
Presiden Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia

2
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Memutuskan Memutuskan
Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris Undang-Undang Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal I Pasal I (Umum)
Beberapa ketentuan dalam Undang- Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian,
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor ketertiban, dan perlindungan hukum bagi setiap warga
117, Tambahan Lembaran Negara negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan
Republik Indonesia Nomor 4432) perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang
diubah sebagai berikut: bersifat autentik mengenai perbuatan, perjanjian, penetapan,
1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 2, dan peristiwa hukum yang dibuat di hadapan atau oleh
angka 5, angka 6, angka 7, angka 8, Notaris. Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan
angka 9, angka 10, angka 12, angka profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat,
13, dan angka 14 diubah, serta perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi
angka 4 dihapus sehingga Pasal 1 tercapainya kepastian hukum. Jaminan perlindungan dan
berbunyi sebagai berikut: jaminan tercapainya kepastian hukum terhadap pelaksanaan
tugas Notaris telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Namun, beberapa
ketentuan dalam Undang-Undang tersebut sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan
masyarakat sehingga perlu dilakukan perubahan, yang juga
dimaksudkan untuk lebih menegaskan dan memantapkan
tugas, fungsi, dan kewenangan Notaris sebagai pejabat yang
menjalankan pelayanan publik, sekaligus sinkronisasi
dengan undang-undang lain. Beberapa ketentuan yang
diubah dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

3
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Jabatan Notaris, antara lain:
1. penguatan persyaratan untuk dapat diangkat menjadi
Notaris, antara lain, adanya surat keterangan sehat
dari dokter dan psikiater serta perpanjangan jangka
waktu menjalani magang dari 12 (dua
belas) bulan menjadi 24 (dua puluh empat) bulan;
2. penambahan kewajiban, larangan merangkap jabatan,
dan alasan pemberhentian sementara Notaris;
3. pengenaan kewajiban kepada calon Notaris yang
sedang melakukan magang;
4. penyesuaian pengenaan sanksi yang diterapkan pada
pasal tertentu, antara lain, berupa pernyataan bahwa
Akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan, peringatan
lisan/peringatan tertulis, atau tuntutan ganti rugi
kepada Notaris;
5. pembedaan terhadap perubahan yang terjadi pada isi
Akta, baik yang bersifat mutlak maupun bersifat
relatif;
6. pembentukan majelis kehormatan Notaris;
7. penguatan dan penegasan Organisasi Notaris;
8. penegasan untuk menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi dalam pembuatan Akta
autentik; dan
9. penguatan fungsi, wewenang, dan kedudukan Majelis
Pengawas.

Pasal 1 Pasal 1 Pasal 1 Cukup jelas.


Dalam Undang-Undang ini yang Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan: dimaksud dengan:

4
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
1. Notaris adalah pejabat umum yang 1. Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya autentik dan memiliki kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. Undang-Undang ini atau berdasarkan
undang-undang lainnya.
2. Pejabat Sementara Notaris adalah 2. Pejabat Sementara Notaris adalah
seorang yang untuk sementara seorang yang untuk sementara
menjabat sebagai Notaris untuk menjabat sebagai Notaris untuk
menjalankan jabatan Notaris yang menjalankan jabatan dari Notaris yang
meninggal dunia, diberhentikan, atau meninggal dunia.
diberhentikan sementara.
3. Notaris Pengganti adalah seorang yang 3. Notaris Pengganti adalah seorang yang
untuk sementara diangkat sebagai untuk sementara diangkat sebagai
Notaris untuk menggantikan Notaris Notaris untuk menggantikan Notaris
yang sedang cuti, sakit, atau untuk yang sedang cuti, sakit, atau untuk
sementara berhalangan menjalankan sementara berhalangan menjalankan
jabatannya sebagai Notaris. jabatannya sebagai Notaris.
4. Notaris Pengganti Khusus adalah 4. Dihapus.
seorang yang diangkat sebagai Notaris
khusus untuk membuat akta tertentu
sebagaimana disebutkan dalam surat
penetapannya sebagai Notaris karena
di dalam satu daerah kabupaten atau
kota terdapat hanya seorang Notaris,
sedangkan Notaris yang bersangkutan
menurut ketentuan Undang-Undang
ini tidak boleh membuat akta
dimaksud.
5. Organisasi Notaris adalah organisasi 5. Organisasi Notaris adalah organisasi
profesi jabatan notaris yang berbentuk profesi jabatan Notaris yang berbentuk

5
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
perkumpulan yang berbadan hukum. perkumpulan berbadan hukum.
6. Majelis Pengawas adalah suatu badan 6. Majelis Pengawas Notaris yang
yang mempunyai kewenangan dan selanjutnya disebut Majelis Pengawas
kewajiban untuk melaksanakan adalah suatu badan yang mempunyai
pembinaan dan pengawasan terhadap kewenangan dan kewajiban untuk
Notaris. melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap Notaris.
7. Akta Notaris adalah akta otentik yang 7. Akta Notaris yang selanjutnya disebut
dibuat oleh atau di hadapan Notaris Akta adalah akta autentik yang dibuat
menurut bentuk dan tata cara yang oleh atau di hadapan Notaris menurut
ditetapkan dalam Undang-Undang ini. bentuk dan tata cara yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini.
8. Minuta Akta adalah asli Akta Notaris. 8. Minuta Akta adalah asli Akta yang
mencantumkan tanda tangan para
penghadap, saksi, dan Notaris, yang
disimpan sebagai bagian dari Protokol
Notaris.
9. Salinan Akta adalah salinan kata demi 9. Salinan Akta adalah salinan kata demi
kata dari seluruh akta dan pada bagian kata dari seluruh Akta dan pada bagian
bawah salinan akta tercantum frasa bawah salinan Akta tercantum frasa
"diberikan sebagai salinan yang sama "diberikan sebagai SALINAN yang
bunyinya". sama bunyinya".
10. Kutipan Akta adalah kutipan kata 10. Kutipan Akta adalah kutipan kata
demi kata dari satu atau beberapa demi kata dari satu atau beberapa
bagian dari akta dan pada bagian bagian dari Akta dan pada bagian
bawah kutipan akta tercantum frasa bawah kutipan Akta tercantum frasa
"diberikan sebagai kutipan". "diberikan sebagai KUTIPAN".
11. Grosse Akta adalah salah satu salinan 11. Grosse Akta adalah salah satu salinan
akta untuk pengakuan utang dengan Akta untuk pengakuan utang dengan
kepala akta “DEMI KEADILAN kepala Akta "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN BERDASARKAN KETUHANAN

6
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
YANG MAHA ESA”, yang YANG MAHA ESA", yang
mempunyai kekuatan eksekutorial. mempunyai kekuatan eksekutorial.
12. Formasi Jabatan Notaris adalah 12. Formasi Jabatan Notaris adalah
penentuan jumlah Notaris yang penentuan jumlah Notaris yang
dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan dibutuhkan pada suatu
Notaris. Kabupaten/Kota.
13. Protokol Notaris adalah kumpulan 13. Protokol Notaris adalah kumpulan
dokumen yang merupakan arsip dokumen yang merupakan arsip
negara yang harus disimpan dan negara yang harus disimpan dan
dipelihara oleh Notaris. dipelihara oleh Notaris sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
14. Menteri adalah Menteri yang bidang 14. Menteri adalah menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya meliputi menyelenggarakan urusan
bidang kenotariatan. pemerintahan di bidang hukum.

BAB II
PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN NOTARIS
Bagian Pertama
Pengangkatan

Pasal 2 Pasal 2 Cukup jelas.


Notaris diangkat dan diberhentikan oleh
Menteri.

2. Ketentuan Pasal 3 huruf d dan


huruf f diubah, serta ditambah 1
(satu) huruf, yakni huruf h sehingga
Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

7
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 3 Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Syarat untuk dapat diangkat menjadi
Notaris sebagaimana dimaksud dalam Notaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 adalah: Pasal 2 adalah:
a. warga negara Indonesia; a. warga negara Indonesia; Cukup jelas.
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Cukup jelas.
Esa; Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh Cukup jelas.
tujuh) tahun; tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani; d. sehat jasmani dan rohani yang Yang dimaksud dengan “sehat jasmani dan rohani”
dinyatakan dengan surat keterangan adalah mampu secara jasmani dan rohani untuk
sehat dari dokter dan psikiater; melaksanakan wewenang dan kewajiban sebagai
Notaris.
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan e. berijazah sarjana hukum dan lulusan Cukup jelas.
jenjang strata dua kenotariatan; jenjang strata dua kenotariatan;
f. telah menjalani magang atau nyata- f. telah menjalani magang atau nyata- Yang dimaksud dengan “prakarsa sendiri” adalah bahwa
nyata telah bekerja sebagai karyawan nyata telah bekerja sebagai karyawan calon Notaris dapat memilih sendiri di kantor yang
Notaris dalam waktu 12 (dua belas) Notaris dalam waktu paling singkat 24 diinginkan dengan tetap mendapatkan rekomendasi dari
bulan berturut-turut pada kantor (dua puluh empat) bulan berturut-turut organisasi Notaris.
Notaris atas prakarsa sendiri atau atas pada kantor Notaris atas prakarsa Yang dimaksud dengan “menjalani magang atau nyata-
rekomendasi Organisasi Notaris sendiri atau atas rekomendasi nyata telah bekerja” ditentukan berdasarkan surat
setelah lulus strata dua kenotariatan; Organisasi Notaris setelah lulus strata keterangan tanggal pertama kali magang/bekerja di
dan dua kenotariatan; kantor Notaris.

g. tidak berstatus sebagai pegawai g. tidak berstatus sebagai pegawai Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dan “pejabat
negeri, pejabat negara, advokat, atau negeri, pejabat negara, advokat, atau negara” adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
tidak sedang memangku jabatan lain tidak sedang memangku jabatan lain Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
yang oleh undang-undang dilarang yang oleh undang-undang dilarang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
untuk dirangkap dengan jabatan untuk dirangkap dengan jabatan Pokok Kepegawaian.
Notaris. Notaris; dan Yang dimaksud dengan “advokat” adalah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun

8
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
2003 tentang Advokat.

h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara Cukup jelas.


berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.

Pasal 4 Pasal 4 Cukup jelas.


(1) Sebelum menjalankan jabatannya,
Notaris wajib mengucapkan
sumpah/janji menurut agamanya di
hadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berbunyi sebagai
berikut: “Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia
kepada Negara Republik Indonesia,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Undang-Undang tentang Jabatan
Notaris serta peraturan perundang-
undangan lainnya.
bahwa saya akan menjalankan jabatan
saya dengan amanah, jujur, saksama,
mandiri, dan tidak berpihak.
bahwa saya akan menjaga sikap,
tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai

9
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dengan kode etik profesi, kehormatan,
martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai Notaris.
bahwa saya akan merahasiakan isi
akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.
bahwa saya untuk dapat diangkat
dalam jabatan ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung,
dengan nama atau dalih apa pun, tidak
pernah dan tidak akan memberikan
atau menjanjikan sesuatu kepada siapa
pun.”

Pasal 5
Pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris Pasal 5 Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilakukan dalam waktu paling lambat 2
(dua) bulan terhitung sejak tanggal
keputusan pengangkatan sebagai Notaris.

Pasal 6 Pasal 6 Cukup jelas.


Dalam hal pengucapan sumpah/janji tidak
dilakukan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
keputusan pengangkatan Notaris dapat
dibatalkan oleh Menteri.

3. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

10
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

Pasal 7 Pasal 7
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari (1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam
terhitung sejak tanggal pengambilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
sumpah/janji jabatan Notaris, yang pengambilan sumpah/janji jabatan
bersangkutan wajib: Notaris, yang bersangkutan wajib:
a. menjalankan jabatannya dengan nyata; a. menjalankan jabatannya dengan Cukup jelas.
nyata;
b. menyampaikan berita acara b. menyampaikan berita acara Cukup jelas.
sumpah/janji jabatan Notaris kepada sumpah/janji jabatan Notaris
Menteri, Organisasi Notaris, dan kepada Menteri, Organisasi
Majelis Pengawas Daerah; dan Notaris, dan Majelis Pengawas
Daerah; dan
c. menyampaikan alamat kantor, contoh c. menyampaikan alamat kantor, Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui Notaris
tanda tangan, dan paraf, serta teraan contoh tanda tangan, dan paraf, yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan
cap/stempel jabatan Notaris berwarna serta teraan cap atau stempel nyata.
merah kepada Menteri dan pejabat lain jabatan Notaris berwarna merah
yang bertanggung jawab di bidang kepada Menteri dan pejabat lain
agraria/pertanahan, Organisasi yang bertanggung jawab di bidang
Notaris, ketua pengadilan negeri, pertanahan, Organisasi Notaris,
Majelis Pengawas Daerah, serta bupati Ketua Pengadilan Negeri, Majelis
atau walikota di tempat Notaris Pengawas Daerah, serta
diangkat. Bupati/Walikota di tempat Notaris
diangkat.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (2) Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau

11
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

Bagian Kedua
Pemberhentian

Pasal 8
(1) Notaris berhenti atau diberhentikan
dari jabatannya dengan hormat karena:
a. meninggal dunia; Pasal 8 ayat (1) Huruf a Cukup jelas.
b. telah berumur 65 (enam puluh Pasal 8 ayat (1) Huruf b Cukup jelas.
lima) tahun;
c. permintaan sendiri; Pasal 8 ayat (1) Huruf c Cukup jelas
d. tidak mampu secara rohani Ketidakmampuan secara rohani dan/atau jasmani
dan/atau jasmani untuk secara terus menerus dalam ketentuan ini dibuktikan
melaksanakan tugas jabatan dengan surat keterangan dokter ahli.
Notaris secara terus menerus lebih
dari 3 (tiga) tahun; atau
e. merangkap jabatan sebagaimana Pasal 8 ayat (1) Huruf e Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 3 huruf g.
(2) Ketentuan umur sebagaimana Pasal 8 ayat (2) Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
diperpanjang sampai berumur 67
(enam puluh tujuh) tahun dengan
mempertimbangkan kesehatan yang
bersangkutan.
4. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf d
diubah dan ditambah 1 (satu)
huruf, yakni huruf e sehingga Pasal

12
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
9 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 9 Pasal 9
(1) Notaris diberhentikan sementara dari (1) Notaris diberhentikan sementara dari
jabatannya karena: jabatannya karena:
a. dalam proses pailit atau penundaan a. dalam proses pailit atau penundaan Cukup jelas.
kewajiban pembayaran utang; kewajiban pembayaran utang;
b. berada di bawah pengampuan; b. berada di bawah pengampuan; Cukup jelas.

c. melakukan perbuatan tercela; atau c. melakukan perbuatan tercela; Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui Notaris
d. melakukan pelanggaran terhadap yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan
kewajiban dan larangan jabatan. nyata.

d. melakukan pelanggaran terhadap


kewajiban dan larangan jabatan
(2) Sebelum pemberhentian sementara serta kode etik Notaris; atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) e. sedang menjalani masa penahanan.
dilakukan, Notaris diberi kesempatan
untuk membela diri di hadapan (2) Sebelum pemberhentian sementara Yang dimaksud dengan “secara berjenjang” dalam
Majelis Pengawas secara berjenjang. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ketentuan ini dimulai dari Majelis Pengawas Daerah,
(3) Pemberhentian sementara Notaris dilakukan, Notaris diberi kesempatan Majelis Pengawas Wilayah, sampai dengan Majelis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk membela diri di hadapan Pengawas Pusat.
dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas secara berjenjang.
Majelis Pengawas Pusat. (3) Pemberhentian sementara Notaris Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(4) Pemberhentian sementara berdasarkan dilakukan oleh Menteri atas usul
alasan sebagaimana dimaksud pada Majelis Pengawas Pusat.
ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku
paling lama 6 (enam) bulan. (4) Pemberhentian sementara berdasarkan Cukup jelas.
alasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku

13
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
paling lama 6 (enam) bulan.

Pasal 10
(1) Notaris yang diberhentikan sementara Pasal 10 Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a atau huruf b dapat
diangkat kembali menjadi Notaris oleh
Menteri setelah dipulihkan haknya.
(2) Notaris yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c atau huruf d dapat
diangkat kembali menjadi Notaris oleh
Menteri setelah masa pemberhentian
sementara berakhir.
5. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 11 Pasal 11 Pasal 11 Cukup jelas.


(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat (1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat
negara wajib mengambil cuti. negara wajib mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku selama Notaris memangku (1) berlaku selama Notaris memangku
jabatan sebagai pejabat negara. jabatan sebagai pejabat negara.
(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti
ayat (1) wajib menunjuk Notaris Notaris sebagaimana dimaksud pada
Pengganti. ayat (1) diatur dengan Peraturan
(4) Apabila Notaris tidak menunjuk Menteri.
Notaris Pengganti sebagaimana

14
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dimaksud pada ayat (3), Majelis
Pengawas Daerah menunjuk Notaris
lain untuk menerima Protokol Notaris
yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Notaris yang
diangkat menjadi pejabat negara.
(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan
pemegang sementara Protokol Notaris.
(6) Notaris yang tidak lagi menjabat
sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kembali jabatan Notaris
dan Protokol Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diserahkan
kembali kepadanya.

Pasal 12
Notaris diberhentikan dengan tidak
hormat dari jabatannya oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Pusat apabila:
a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pasal 12 Huruf a Cukup jelas.
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
b. berada di bawah pengampuan secara Pasal 12 Huruf b Cukup jelas.
terus-menerus lebih dari 3 (tiga)
tahun;
c. melakukan perbuatan yang Yang dimaksud dengan “perbuatan yang merendahkan
merendahkan kehormatan dan kehormatan dan martabat“ misalnya berjudi,mmabuk,
martabat jabatan Notaris; atau menyalahgunakan narkoba, dan berzina.

15
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
d. melakukan pelanggaran berat terhadap Yang dimaksud dengan “pelanggaran berat” adalah
kewajiban dan larangan jabatan. tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan
jabatan Notaris.

Pasal 13 Pasal 13 Cukup jelas


Notaris diberhentikan dengan tidak
hormat oleh Menteri karena dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Pasal 14 Pasal 14 Cukup jelas


Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat
dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 diatur
dalam Peraturan Menteri.

BAB III
KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN
LARANGAN
Bagian Pertama
Kewenangan

6. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

16
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 15 Pasal 15
(1) Notaris berwenang membuat akta (1) Notaris berwenang membuat Akta Cukup jelas.
otentik mengenai semua perbuatan, autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang perjanjian, dan penetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang- diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki undangan dan/atau yang dikehendaki
oleh yang berkepentingan untuk oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, pembuatan Akta, menyimpan Akta,
memberikan grosse, salinan dan memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya itu sepanjang kutipan Akta, semuanya itu sepanjang
pembuatan akta-akta itu tidak juga pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat lain atau orang lain yang pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang. ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Notaris berwenang pula: (2) Selain kewenangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Notaris
berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan a. mengesahkan tanda tangan dan Ketentuan ini merupakan legalisasi terhadap akta di
menetapkan kepastian tanggal surat menetapkan kepastian tanggal surat bawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang
di bawah tangan dengan mendaftar di bawah tangan dengan mendaftar perseorangan atau oleh para pihak di atas kertas
dalam buku khusus; dalam buku khusus; yang bermaterai cukup dengan jalan pendaftaran dalam
buku khusus yang disediakan oleh Notaris.

b. membukukan surat-surat di bawah b. membukukan surat di bawah Cukup jelas.


tangan dengan mendaftar dalam tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus; buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat c. membuat kopi dari asli surat di Cukup jelas.

17
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
di bawah tangan berupa salinan bawah tangan berupa salinan yang
yang memuat uraian sebagaimana memuat uraian sebagaimana ditulis
ditulis dan digambarkan dalam dan digambarkan dalam surat yang
surat yang bersangkutan; bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan d. melakukan pengesahan kecocokan Cukup jelas.
fotokopi dengan surat aslinya; fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum e. memberikan penyuluhan hukum Cukup jelas.
sehubungan dengan pembuatan sehubungan dengan pembuatan
akta; Akta;
f. membuat akta yang berkaitan f. membuat Akta yang berkaitan Cukup jelas.
dengan pertanahan; atau dengan pertanahan; atau
g. membuat akta risalah lelang. g. membuat Akta risalah lelang. Ketentuan ini dimaksudkan bahwa pengangkatan Notaris
menjadi Pejabat Lelang Kelas II, diangkat oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

(3) Selain kewenangan sebagaimana (3) Selain kewenangan sebagaimana Yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang diatur
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dalam peraturan perundang-undangan”, antara lain,
Notaris mempunyai kewenangan lain Notaris mempunyai kewenangan lain kewenangan mensertifikasi transaksi yang dilakukan
yang diatur dalam peraturan yang diatur dalam peraturan secara elektronik (cyber notary), membuat Akta ikrar
perundang-undangan. perundang-undangan. wakaf, dan hipotek pesawat terbang.

Bagian Pertama
Kewajiban

7. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

18
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 16 Pasal 16
(1) Dalam menjalankan jabatannya, (1) Dalam menjalankan jabatannya,
Notaris berkewajiban: Notaris wajib:
a. bertindak jujur, saksama, mandiri, a. bertindak amanah, jujur, saksama, Cukup jelas.
tidak berpihak, dan menjaga mandiri, tidak berpihak, dan
kepentingan pihak yang terkait menjaga kepentingan pihak yang
dalam perbuatan hukum; terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat akta dalam bentuk b. membuat Akta dalam bentuk Kewajiban dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk
Minuta Akta dan menyimpannya Minuta Akta dan menyimpannya menjaga keautentikan suatu Akta dengan menyimpan
sebagai bagian dari Protokol sebagai bagian dari Protokol Akta dalam bentuk aslinya, sehingga apabila ada
Notaris; Notaris; pemalsuan atau penyalahgunaan grosse, salinan, atau
kutipannya dapat segera diketahui dengan mudah
dengan mencocokkannya dengan aslinya.

c. mengeluarkan Grosse Akta, c. melekatkan surat dan dokumen Cukup jelas.


Salinan Akta, atau Kutipan Akta serta sidik jari penghadap pada
berdasarkan Minuta Akta; Minuta Akta;
d. memberikan pelayanan sesuai d. mengeluarkan Grosse Akta, Grosse Akta yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan ini
dengan ketentuan dalam Undang- Salinan Akta, atau Kutipan Akta adalah Grosse pertama, sedang berikutnya hanya
Undang ini, kecuali ada alasan berdasarkan Minuta Akta; dikeluarkan atas perintah pengadilan.
untuk menolaknya;

e. merahasiakan segala sesuatu e. memberikan pelayanan sesuai Yang dimaksud dengan "alasan untuk menolaknya"
mengenai akta yang dibuatnya dan dengan ketentuan dalam Undang- adalah alasan yang mengakibatkan Notaris tidak
segala keterangan yang diperoleh Undang ini, kecuali ada alasan berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda
guna pembuatan akta sesuai untuk menolaknya; dengan Notaris sendiri atau dengan suami/istrinya, salah
dengan sumpah/janji jabatan, satu pihak tidak mempunyai kemampuan bertindak
kecuali undang-undang untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak
menentukan lain; dibolehkan oleh undang-undang.

19
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
f. menjilid akta yang dibuatnya f. merahasiakan segala sesuatu Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang
dalam 1 (satu) bulan menjadi buku mengenai Akta yang dibuatnya dan berhubungan dengan Akta dan surat-surat lainnya adalah
yang memuat tidak lebih dari 50 segala keterangan yang diperoleh untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait
(lima puluh) akta, dan jika jumlah guna pembuatan Akta sesuai dengan Akta tersebut.
akta tidak dapat dimuat dalam satu dengan sumpah/janji jabatan,
buku, akta tersebut dapat dijilid kecuali undang-undang
menjadi lebih dari satu buku, dan menentukan lain;
mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya
pada sampul setiap buku;
g. membuat daftar dari akta protes g. menjilid Akta yang dibuatnya Akta dan surat yang dibuat Notaris sebagai dokumen
terhadap tidak dibayar atau tidak dalam 1 (satu) bulan menjadi buku resmi bersifat autentik memerlukan pengamanan baik
diterimanya surat berharga; yang memuat tidak lebih dari 50 terhadap Akta itu sendiri maupun terhadap isinya untuk
(lima puluh) Akta, dan jika jumlah mencegah penyalahgunaan secara tidak bertanggung
Akta tidak dapat dimuat dalam satu jawab.
buku, Akta tersebut dapat dijilid
menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya
pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar akta yang h. membuat daftar dari Akta protes Cukup jelas.
berkenaan dengan wasiat menurut terhadap tidak dibayar atau tidak
urutan waktu pembuatan akta diterimanya surat berharga;
setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta i. membuat daftar Akta yang Kewajiban yang diatur dalam ketentuan ini adalah
sebagaimana dimaksud dalam berkenaan dengan wasiat menurut penting untuk memberi jaminan perlindungan terhadap
huruf h atau daftar nihil yang urutan waktu pembuatan Akta kepentingan ahli waris, yang setiap saat dapat dilakukan
berkenaan dengan wasiat ke Daftar setiap bulan; penelusuran atau pelacakan akan kebenaran dari suatu
Pusat Wasiat Departemen yang Akta wasiat yang telah dibuat di hadapan Notaris.
tugas dan tanggung jawabnya di
bidang kenotariatan dalam waktu 5

20
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(lima) hari pada minggu pertama
setiap bulan berikutnya;
j. mencatat dalam repertorium j. mengirimkan daftar Akta Cukup jelas.
tanggal pengiriman daftar wasiat sebagaimana dimaksud dalam
pada setiap akhir bulan; huruf i atau daftar nihil yang
berkenaan dengan wasiat ke pusat
daftar wasiat pada kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum
dalam waktu 5 (lima) hari pada
minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
k. mempunyai cap/stempel yang k. mencatat dalam repertorium Pencatatan dalam repertorium dilakukan pada hari
memuat lambang negara Republik tanggal pengiriman daftar wasiat pengiriman, hal ini penting untuk membuktikan bahwa
Indonesia dan pada ruang yang pada setiap akhir bulan; kewajiban Notaris sebagaimana dimaksud dalam huruf f
melingkarinya dituliskan nama, dan huruf g telah dilaksanakan.
jabatan, dan tempat kedudukan
yang bersangkutan;
l. membacakan akta di hadapan l. mempunyai cap atau stempel yang Cukup jelas.
penghadap dengan dihadiri oleh memuat lambang negara Republik
paling sedikit 2 (dua) orang saksi Indonesia dan pada ruang yang
dan ditandatangani pada saat itu melingkarinya dituliskan nama,
juga oleh penghadap, saksi, dan jabatan, dan tempat kedudukan
Notaris; yang bersangkutan;
m. menerima magang calon Notaris. m. membacakan Akta di hadapan Bahwa Notaris harus hadir secara fisik dan
penghadap dengan dihadiri oleh menandatangani Akta di hadapan penghadap dan saksi.
paling sedikit 2 (dua) orang saksi,
atau 4 (empat) orang saksi khusus
untuk pembuatan Akta wasiat di
bawah tangan, dan ditandatangani
pada saat itu juga oleh penghadap,

21
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
saksi, dan Notaris; dan
n. menerima magang calon Notaris. Penerimaan magang calon Notaris berarti
mempersiapkan calon Notaris agar mampu menjadi
Notaris yang professional.

(2) Menyimpan Minuta Akta sebagaimana (2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta Yang dimaksud dengan “Akta in originali” adalah Akta
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dibuat oleh Notaris dengan menyerahkan aslinya
berlaku, dalam hal Notaris huruf b tidak berlaku, dalam hal kepada pihak yang bersangkutan.
mengeluarkan akta dalam bentuk Notaris mengeluarkan Akta in
originali. originali.
(3) Akta originali sebagaimana dimaksud (3) Akta in originali sebagaimana Cukup jelas.
pada ayat (2) adalah akta: dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. pembayaran uang sewa, bunga, dan a. Akta pembayaran uang sewa, bunga,
pensiun; dan pensiun;
b. penawaran pembayaran tunai; b. Akta penawaran pembayaran tunai;
c. protes terhadap tidak dibayarnya c. Akta protes terhadap tidak
atau tidak diterimanya surat dibayarnya atau tidak diterimanya
berharga; surat berharga;
d. akta kuasa; d. Akta kuasa;
e. keterangan kepemilikan; atau e. Akta keterangan kepemilikan; dan
f. akta lainnya berdasarkan peraturan f. Akta lainnya sesuai dengan
perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(4) Akta originali sebagaimana dimaksud (4) Akta in originali sebagaimana Cukup jelas.
pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1 dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat
(satu) rangkap, ditandatangani pada lebih dari 1 (satu) rangkap,
waktu, bentuk, dan isi yang sama, ditandatangani pada waktu, bentuk,
dengan ketentuan pada setiap akta dan isi yang sama, dengan ketentuan
tertulis kata-kata “berlaku sebagai satu pada setiap Akta tertulis kata-kata

22
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dan satu berlaku untuk semua". “BERLAKU SEBAGAI SATU
DAN SATU BERLAKU UNTUK
SEMUA".
(5) Akta originali yang berisi kuasa yang (5) Akta in originali yang berisi kuasa Cukup jelas.
belum diisi nama penerima kuasa yang belum diisi nama penerima
hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) kuasa hanya dapat dibuat dalam 1
rangkap. (satu) rangkap.
(6) Bentuk dan ukuran cap/stempel (6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf k ditetapkan dengan Peraturan huruf l ditetapkan dengan Peraturan
Menteri. Menteri.
(7) Pembacaan akta sebagaimana (7) Pembacaan Akta sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak dimaksud pada ayat (1) huruf m
wajib dilakukan, jika penghadap tidak wajib dilakukan, jika
menghendaki agar akta tidak penghadap menghendaki agar Akta
dibacakan karena penghadap telah tidak dibacakan karena penghadap
membaca sendiri, mengetahui, dan telah membaca sendiri, mengetahui,
memahami isinya, dengan ketentuan dan memahami isinya, dengan
bahwa hal tersebut dinyatakan dalam ketentuan bahwa hal tersebut
penutup akta serta pada setiap dinyatakan dalam penutup Akta serta
halaman Minuta Akta diparaf oleh pada setiap halaman Minuta Akta
penghadap, saksi, dan Notaris. diparaf oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(8) Jika salah satu syarat sebagaimana (8) Ketentuan sebagaimana dimaksud Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (1) huruf l dan pada ayat (7) dikecualikan terhadap
ayat (7) tidak dipenuhi, akta yang pembacaan kepala Akta, komparasi,
bersangkutan hanya mempunyai penjelasan pokok Akta secara
kekuatan pembuktian sebagai akta di singkat dan jelas, serta penutup Akta.
bawah tangan.
(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud (9) Jika salah satu syarat sebagaimana Cukup jelas.
pada ayat (8) tidak berlaku untuk dimaksud pada ayat (1) huruf m dan

23
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
pembuatan akta wasiat. ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang
bersangkutan hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan.
(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud Cukup jelas.
pada ayat (9) tidak berlaku untuk
pembuatan Akta wasiat.
(11) Notaris yang melanggar ketentuan Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf l dapat
dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.
(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (11),
pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat
menjadi alasan bagi pihak yang
menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan
bunga kepada Notaris.
(13) Notaris yang melanggar ketentuan Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf n dapat dikenai sanksi berupa
peringatan tertulis.

24
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
8. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 16A sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 16A Pasal 16 A Cukup jelas.
(1) Calon Notaris yang sedang melakukan
magang wajib melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a.
(2) Selain kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), calon Notaris
juga wajib merahasiakan segala
sesuatu mengenai Akta yang
dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuatan Akta.

Bagian Ketiga
Larangan

9. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 17 Pasal 17 Pasal 17 Cukup jelas.


Notaris dilarang: (1) Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah a. menjalankan jabatan di luar
jabatannya; wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya b. meninggalkan wilayah jabatannya
lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut- lebih dari 7 (tujuh) hari kerja
turut tanpa alasan yang sah; berturut-turut tanpa alasan yang
sah;

25
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
c. merangkap sebagai pegawai negeri; c. merangkap sebagai pegawai
negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat d. merangkap jabatan sebagai
negara; pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat; e. merangkap jabatan sebagai
advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin f. merangkap jabatan sebagai
atau pegawai badan usaha milik pemimpin atau pegawai badan
negara, badan usaha milik daerah atau usaha milik negara, badan usaha
badan usaha swasta; milik daerah atau badan usaha
swasta;
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat g. merangkap jabatan sebagai
Pembuat Akta Tanah di luar wilayah Pejabat Pembuat Akta Tanah
jabatan Notaris; dan/atau Pejabat Lelang Kelas II
di luar tempat kedudukan Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti; atau h. menjadi Notaris Pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang i. melakukan pekerjaan lain yang
bertentangan dengan norma agama, bertentangan dengan norma
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat agama, kesusilaan, atau kepatutan
mempengaruhi kehormatan dan yang dapat mempengaruhi
martabat jabatan Notaris. kehormatan dan martabat jabatan
Notaris.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

26
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
BAB IV
TEMPAT KEDUDUKAN, FORMASI,
DAN WILAYAH JABATAN
NOTARIS

Bagian Pertama
Kedudukan

Pasal 18 Pasal 18 Cukup jelas.


(1) Notaris mempunyai tempat
kedudukan di daerah kabupaten atau
kota.
(2) Notaris mempunyai wilayah jabatan
meliputi seluruh wilayah provinsi
dari tempat kedudukannya.

10. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19 Pasal 19 Pasal 19 Cukup jelas.


(1) Notaris wajib mempunyai hanya satu (1) Notaris wajib mempunyai hanya satu
kantor, yaitu di tempat kantor, yaitu di tempat
kedudukannya. kedudukannya.
(2) Notaris tidak berwenang secara (2) Tempat kedudukan Notaris sebagai
teratur menjalankan jabatan di luar Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib
tempat kedudukannya. mengikuti tempat kedudukan Notaris.
(3) Notaris tidak berwenang secara
berturut-turut dengan tetap
menjalankan jabatan di luar tempat

27
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
kedudukannya.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 20 diubah serta ayat (3)
dihapus sehingga Pasal 20 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 20 Pasal 20 Pasal 20 Cukup jelas.


(1) Notaris dapat menjalankan (1) Notaris dapat menjalankan
jabatannya dalam bentuk perserikatan jabatannya dalam bentuk persekutuan
perdata dengan tetap memperhatikan perdata dengan tetap memperhatikan
kemandirian dan ketidakberpihakan kemandirian dan ketidakberpihakan
dalam menjalankan jabatannya. dalam menjalankan jabatannya.
(2) Bentuk perserikatan perdata (2) Bentuk persekutuan perdata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh para Notaris berdasarkan diatur oleh para Notaris berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan perundang-
undangan. undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (3) Dihapus.
persyaratan dalam menjalankan
jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

28
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Formasi Jabatan Notaris

Pasal 21
Menteri berwenang menentukan Formasi Formasi adalah kebutuhan akan pengisian jabatan
Jabatan Notaris pada daerah sebagaimana Notaris.
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dengan
mempertimbangkan usul dari Organisasi
Notaris.

12. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22 Pasal 22 Pasal 22 Cukup jelas.


(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan (1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan
berdasarkan: berdasarkan:
a. kegiatan dunia usaha; a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah akta yang dibuat c. rata-rata jumlah Akta yang dibuat
oleh dan/atau di hadapan Notaris oleh dan/atau di hadapan Notaris
setiap bulan. setiap bulan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai (2) Formasi Jabatan Notaris sebagaimana
Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam pedoman untuk menentukan kategori
Peraturan Menteri. daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Formasi Jabatan Notaris dan
penentuan kategori daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

29
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri
Bagian Ketiga
Pindah Wilayah Jabatan Notaris
Pasal 23
(1) Notaris dapat mengajukan Pasal 23 ayat (1) Cukup jelas.
permohonan pindah wilayah jabatan
Notaris secara tertulis kepada Menteri.
(2) Syarat pindah wilayah jabatan Pasal 23 ayat (2) Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah setelah 3 (tiga) tahun berturut-
turut melaksanakan tugas jabatan pada
daerah kabupaten atau kota tertentu
tempat kedudukan Notaris.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud Yang dimaksud dengan “rekomendasi” dalam ketentuan
pada ayat (1) diajukan setelah ini hanya menyangkut kondite atas prestasi kerja
mendapat rekomendasi dari Organisasi Notaris.
Notaris.
(4) Waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (4) Cukup jelas.
ayat (2) tidak termasuk cuti yang telah
dijalankan oleh Notaris yang
bersangkutan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata Pasal 23 ayat (5) Cukup jelas.
cara permohonan pindah wilayah
jabatan Notaris diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pasal 24
Dalam keadaan tertentu atas permohonan Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” antara lain
Notaris yang bersangkutan, Menteri dapat karena bencana alam, keamanan, dan hal lainnya
memindahkan seorang Notaris dari satu menurut pertimbangan kemanusiaan.
wilayah jabatan ke wilayah jabatan lain.

30
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
BAB V
CUTI NOTARIS DAN NOTARIS
PENGGANTI

Bagian Pertama
Cuti Notaris

Pasal 25 Pasal 25 Cukup jelas.


(1) Notaris mempunyai hak cuti.
(2) Hak cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diambil setelah Notaris
menjalankan jabatan selama 2 (dua)
tahun.
(3) Selama menjalankan cuti, Notaris
wajib menunjuk seorang Notaris
Pengganti.

Pasal 26
(1) Hak cuti sebagaimana dimaksud “Pengambilan cuti setiap tahun” dalam ayat ini tidak
dalam Pasal 25 ayat (1) dapat diambil mengurangi hak Notaris untuk mengambil cuti lebih
setiap tahun atau sekaligus untuk dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
beberapa tahun.
(2) Setiap pengambilan cuti paling lama 5 Pasal 26 ayat (2) Cukup jelas.
(lima) tahun sudah termasuk
perpanjangannya.,
(3) Selama masa jabatan Notaris jumlah Pasal 26 ayat (3) Cukup jelas.
waktu cuti keseluruhan paling lama 12
(dua belas) tahun.

31
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 27 Pasal 27 Cukup jelas.
(1) Notaris mengajukan permohonan cuti
secara tertulis disertai usulan
penunjukan Notaris Pengganti.
(2) Permohonan cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada pejabat yang berwenang, yaitu:
a. Majelis Pengawas Daerah, dalam
hal jangka waktu cuti tidak lebih
dari 6 (enam) bulan;
b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam
hal jangka waktu cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai dengan 1
(satu) tahun; atau
c. Majelis Pengawas Pusat, dalam
jangka waktu cuti lebih dari 1
(satu) tahun.
(3) Permohonan cuti dapat diterima atau
ditolak oleh pejabat yang berwenang
memberikan izin cuti.
(4) Tembusan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b
disampaikan kepada Majelis
Pengawas Pusat.
(5) Tembusan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c
disampaikan kepada Majelis
Pengawas Daerah dan Majelis
Pengawas Wilayah.

32
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 28
Dalam keadaan mendesak, suami/istri Yang dimaksud dengan “keadaan mendesak” adalah
atau keluarga sedarah dalam garis lurus apabila seorang Notaris tidak mempunyai kesempatan
dari Notaris dapat mengajukan mengajukan permohonan cuti karena berhalangan
permohonan cuti kepada Majelis sementara.
Pengawas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2).

Pasal 29
(1) Surat keterangan izin cuti paling
sedikit memuat:
a. nama Notaris; Pasal 29 ayat (1) Huruf a Cukup jelas.
b. tanggal mulai dan berakhirnya cuti; Pasal 29 ayat (1) Huruf b Cukup jelas.
dan
c. nama Notaris Pengganti disertai Dokumen yang mendukung Notaris Pengganti adalah
dokumen yang mendukung Notaris sebagai berikut:
Pengganti tersebut sebagaimana 1. fotokopi ijazah paling rendah sarjana hukum yang
diatur dalam peraturan perundang- disahkan oleh perguruan tinggi yang
undangan. bersangkutan;
2. fotokopi kartu tanda penduduk yang disahkan oleh
Notaris;
3. fotokopi akta kelahiran yang disahkan oleh
Notaris;
4. fotokopi akta perkawinan bagi yang sudah kawin
yang disahkan oleh Notaris;
5. surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian
setempat;
6. surat keterangan sehat dari dokter pemerintah;
7. pasfoto terbaru berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak
4 (empat) lembar; dan
8. daftar riwayat hidup.

33
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(2) Tembusan surat keterangan izin cuti Pasal 29 ayat (2) Cukup jelas.
dari Majelis Pengawas Daerah
disampaikan kepada Menteri, Majelis
Pengawas Pusat, dan Majelis
Pengawas Wilayah.
(3) Tembusan surat keterangan izin cuti Pasal 29 ayat (3) Cukup jelas.
dari Majelis Pengawas Wilayah
disampaikan kepada Menteri dan
Majelis Pengawas Pusat.
(4) Tembusan surat keterangan izin cuti Pasal 29 ayat (4) Cukup jelas.
dari Menteri disampaikan kepada
Majelis Pengawas Pusat, Majelis
Pengawas Wilayah, dan Majelis
Pengawas Daerah.

Pasal 30 Pasal 30 Cukup jelas.


(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
berwenang mengeluarkan sertifikat
cuti.
(2) Sertifikat cuti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat data
pengambilan cuti.
(3) Data pengambilan cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicatat oleh
Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
(4) Pada setiap permohonan cuti
dilampirkan sertifikat cuti
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

34
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(5) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
dapat mengeluarkan duplikat sertifikat
cuti atas sertifikat cuti yang sudah
tidak dapat digunakan atau hilang,
dengan permohonan Notaris yang
bersangkutan.

Pasal 31 Pasal 31 Cukup jelas.


(1) Permohonan cuti dapat ditolak oleh
pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
(2) Penolakan permohonan cuti harus
disertai alasan penolakan.
(3) Penolakan permohonan cuti oleh
Majelis Pengawas Daerah dapat
diajukan banding kepada Majelis
Pengawas Wilayah.
(4) Penolakan permohonan cuti oleh
Majelis Pengawas Wilayah dapat
diajukan banding kepada Majelis
Pengawas Pusat.
13. Ketentuan Pasal 32 ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga
Pasal 32 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 32 Pasal 32 Pasal 32 Cukup jelas.


(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib (1) Notaris yang menjalankan cuti wajib
menyerahkan Protokol Notaris kepada menyerahkan Protokol Notaris kepada
Notaris Pengganti. Notaris Pengganti.
(2) Notaris Pengganti menyerahkan (2) Notaris Pengganti menyerahkan
kembali Protokol Notaris kepada kembali Protokol Notaris kepada

35
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Notaris setelah cuti berakhir. Notaris setelah cuti berakhir.
(3) Serah terima sebagaimana dimaksud (3) Serah terima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan pada ayat (1) dan ayat (2) dibuatkan
berita acara dan disampaikan kepada berita acara dan disampaikan kepada
Majelis Pengawas Wilayah. Majelis Pengawas Wilayah.
(4) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) dapat dikenai
sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

14. Judul Bagian Kedua BAB V diubah Angka 14 Cukup jelas.


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua Bagian Kedua


Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Notaris Pengganti dan Pejabat
Khusus, dan Sementara Notaris
Pejabat Sementara Notaris

15. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

36
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 33 Pasal 33 Pasal 33 Cukup jelas.
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi (1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi
Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Notaris Pengganti dan Pejabat
Khusus, dan Pejabat Sementara Sementara Notaris adalah warga
Notaris adalah warga negara Indonesia negara Indonesia yang berijazah
yang berijazah sarjana hukum dan sarjana hukum dan telah bekerja
telah bekerja sebagai karyawan kantor sebagai karyawan kantor Notaris
Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-
berturut-turut. turut.
(2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris (2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17
bagi Notaris Pengganti, Notaris berlaku bagi Notaris Pengganti dan
Pengganti Khusus, dan Pejabat Pejabat Sementara Notaris, kecuali
Sementara Notaris, kecuali Undang- Undang-Undang ini menentukan lain.
Undang ini menentukan lain.

Pasal 34 16. Pasal 34 dihapus. Angka 16 Cukup jelas.


(1) Apabila dalam satu wilayah jabatan
hanya terdapat 1 (satu) Notaris,
Majelis Pengawas Daerah dapat
menunjuk Notaris Pengganti Khusus
yang berwenang untuk membuat akta
untuk kepentingan pribadi Notaris
tersebut atau keluarganya.
(2) Penunjukan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak disertai
dengan serah terima Protokol Notaris.
(3) Notaris Pengganti Khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

37
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
wajib diambil sumpah/janji jabatan
oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
17. Ketentuan ayat (1) Pasal 35 diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35 Pasal 35 Pasal 35 cukup jelas.


(1) Apabila Notaris meninggal dunia, (1) Apabila Notaris meninggal dunia,
suami/istri atau keluarga sedarah suami/istri atau keluarga sedarah
dalam garis lurus keturunan semenda dalam garis lurus keturunan semenda
dua wajib memberitahukan kepada sampai derajat kedua wajib
Majelis Pengawas Daerah. memberitahukan kepada Majelis
Pengawas Daerah.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan dalam pada ayat (1) disampaikan dalam
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Apabila Notaris meninggal dunia pada (3) Apabila Notaris meninggal dunia pada
saat menjalankan cuti, tugas jabatan saat menjalankan cuti, tugas jabatan
Notaris dijalankan oleh Notaris Notaris dijalankan oleh Notaris
Pengganti sebagai Pejabat Sementara Pengganti sebagai Pejabat Sementara
Notaris paling lama 30 (tiga puluh) Notaris paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal Notaris hari terhitung sejak tanggal Notaris
meninggal dunia. meninggal dunia.
(4) Pejabat Sementara Notaris (4) Pejabat Sementara Notaris
menyerahkan Protokol Notaris dari menyerahkan Protokol Notaris dari
Notaris yang meninggal dunia kepada Notaris yang meninggal dunia kepada
Majelis Pengawas Daerah paling lama Majelis Pengawas Daerah paling lama
60 (enam puluh) hari terhitung sejak 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal Notaris meninggal dunia. tanggal Notaris meninggal dunia.
(5) Pejabat Sementara Notaris (5) Pejabat Sementara Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

38
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dan ayat (4) dapat membuat akta atas dan ayat (4) dapat membuat Akta atas
namanya sendiri dan mempunyai namanya sendiri dan mempunyai
Protokol Notaris. Protokol Notaris.
BAB VI
HONORARIUM

Pasal 36
(1) Notaris berhak menerima honorarium Pasal 36 ayat (1) Cukup jelas.
atas jasa hukum yang diberikan sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Besarnya honorarium yang diterima Pasal 36 ayat (2) Cukup jelas.
oleh Notaris didasarkan pada nilai
ekonomis dan nilai sosiologis dari
setiap akta yang dibuatnya.
(3) Nilai ekonomis sebagaimana Pasal 36 ayat (3) Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (2) ditentukan
dari objek setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) atau ekuivalen
gram emas ketika itu, honorarium
yang diterima paling besar adalah
2,5% (dua koma lima persen);
b. di atas Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) honorarium yang diterima
paling besar 1,5 % (satu koma lima
persen); atau
c. di atas Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) honorarium yang
diterima didasarkan pada

39
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
kesepakatan antara Notaris dengan
para pihak, tetapi tidak melebihi
1% (satu persen) dari objek yang
dibuatkan aktanya.
(4) Nilai sosiologis ditentukan Akta yang mempunyai fungsi sosial, misalnya, akta
berdasarkan fungsi sosial dari objek pendirian yayasan, akta pendirian sekolah, akta tanah
setiap akta dengan honorarium yang wakaf, akta pendirian rumah ibadah, atau akta
diterima paling besar Rp5.000.000,00 pendirian rumah sakit.
(lima juta rupiah).

18. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 37 Pasal 37 Pasal 37 Cukup jelas.


Notaris wajib memberikan jasa hukum di (1) Notaris wajib memberikan jasa hukum
bidang kenotariatan secara cuma-cuma di bidang kenotariatan secara cuma-
kepada orang yang tidak mampu. cuma kepada orang yang tidak
mampu.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat;
atau
e. pemberhentian dengan tidak
hormat.

40
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
BAB VII
AKTA NOTARIS

Bagian Pertama
Bentuk dan Sifat Akta

19. Ketentuan ayat (1), ayat (4), dan


ayat (5) Pasal 38 diubah, sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38 Pasal 38
(1) Setiap akta Notaris terdiri atas: (1) Setiap Akta terdiri atas: Cukup jelas.
a. awal akta atau kepala akta; a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan akta; dan b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup akta. c. akhir atau penutup Akta.
(2) Awal akta atau kepala akta memuat: (2) Awal Akta atau kepala Akta memuat: Cukup jelas.
a. judul akta; a. judul Akta;
b. nomor akta; b. nomor Akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan
tahun; dan
tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
kedudukan Notaris. (3) Badan Akta memuat:
(3) Badan akta memuat: a. nama lengkap, tempat dan tanggal Cukup jelas.
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang
para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;
yang mereka wakili; b. keterangan mengenai kedudukan Yang dimaksud dengan “kedudukan bertindak
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; penghadap” adalah dasar hukum bertindak.
bertindak penghadap;

41
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
c. isi akta yang merupakan kehendak c. isi Akta yang merupakan kehendak Cukup jelas.
dan keinginan dari pihak yang dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal d. nama lengkap, tempat dan tanggal Cukup jelas.
lahir, serta pekerjaan, jabatan, lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari kedudukan, dan tempat tinggal dari
tiap-tiap saksi pengenal. tiap-tiap saksi pengenal.
(4) Akhir atau penutup akta memuat: (4) Akhir atau penutup Akta memuat: Cukup jelas.
a. uraian tentang pembacaan akta a. uraian tentang pembacaan Akta
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (1) huruf l atau Pasal Pasal 16 ayat (1) huruf m atau
16 ayat (7); Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan b. uraian tentang penandatanganan
dan tempat penandatanganan atau dan tempat penandatanganan atau
penerjemahan akta apabila ada; penerjemahan Akta jika ada;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal c. nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, pekerjaan, jabatan, lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari kedudukan, dan tempat tinggal dari
tiap-tiap saksi akta; dan tiap-tiap saksi Akta; dan
d. uraian tentang tidak adanya d. uraian tentang tidak adanya
perubahan yang terjadi dalam perubahan yang terjadi dalam
pembuatan akta atau uraian tentang pembuatan Akta atau uraian
adanya perubahan yang dapat tentang adanya perubahan yang
berupa penambahan, pencoretan, dapat berupa penambahan,
atau penggantian. pencoretan, atau penggantian serta
jumlah perubahannya.
(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris (5) Akta Notaris Pengganti dan Pejabat Cukup jelas.
Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, selain memuat
Sementara Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan

42
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang
pengangkatan, serta pejabat yang mengangkatnya.
mengangkatnya.

20. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 39 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 39 Pasal 39 Pasal 39 Cukup jelas.


(1) Penghadap harus memenuhi syarat (1) Penghadap harus memenuhi syarat
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan a. paling rendah berumur 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah; belas) tahun atau telah menikah;
dan dan
b. cakap melakukan perbuatan b. cakap melakukan perbuatan ahas.
hukum. (2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris
(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2
atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang
(dua) orang saksi pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan
berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan
belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan ahas
cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 (dua)
atau diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya.
penghadap lainnya. (3) Pengenalan sebagaimana dimaksud
(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas
pada ayat (2) dinyatakan secara tegas dalam Akta.
dalam akta.
21. Ketentuan ayat (2) Pasal 40 diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:

43
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 40 Pasal 40 Pasal 40 Cukup jelas.
(1) Setiap akta yang dibacakan oleh (1) Setiap Akta yang dibacakan oleh
Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua)
orang saksi, kecuali peraturan orang saksi, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain. perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada (2) Saksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi syarat ayat (1) harus memenuhi syarat
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan a. paling rendah berumur 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah; belas) tahun atau sebelumnya telah
menikah;
b. cakap melakukan perbuatan b. cakap melakukan perbuatan ahas;
hukum;
c. mengerti bahasa yang digunakan c. mengerti ahasa yang digunakan
dalam akta; dalam Akta;
d. dapat membubuhkan tanda tangan d. dapat membubuhkan tanda tangan
dan paraf; dan dan paraf; dan
e. tidak mempunyai hubungan e. tidak mempunyai hubungan
perkawinan atau hubungan darah perkawinan atau hubungan darah
dalam garis lurus ke atas atau ke dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah tanpa pembatasan derajat bawah tanpa pembatasan derajat
dan garis ke samping sampai dan garis ke samping sampai
dengan derajat ketiga dengan dengan derajat ketiga dengan
Notaris atau para pihak. Notaris atau para pihak.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada (3) Saksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dikenal oleh Notaris ayat (1) harus dikenal oleh Notaris
atau diperkenalkan kepada Notaris atau diperkenalkan kepada Notaris
atau diterangkan tentang identitas dan atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh kewenangannya kepada Notaris oleh
penghadap. penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang (4) Pengenalan atau pernyataan tentang

44
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
identitas dan kewenangan saksi identitas dan kewenangan saksi
dinyatakan secara tegas dalam akta. dinyatakan secara tegas dalam Akta.

22. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 41 Pasal 41 Pasal 41 Cukup jelas.


Apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pelanggaran terhadap ketentuan
Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
hanya mempunyai kekuatan pembuktian Pasal 39, dan Pasal 40 mengakibatkan
sebagai akta di bawah tangan. Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
Pasal 42
(1) Akta Notaris dituliskan dengan jelas Pasal 42 ayat (1) Cukup jelas.
dalam hubungan satu sama lain yang
tidak terputus-putus dan tidak
menggunakan singkatan.
(2) Ruang dan sela kosong dalam akta Yang dimaksud dengan “digaris” dalam ketentuan ini
digaris dengan jelas sebelum akta adalah untuk menyatakan bahwa ruang atau sela
ditandatangani, kecuali untuk akta kosong dalam akta tidak digunakan lagi.
yang dicetak dalam bentuk formulir
berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

(3) Semua bilangan untuk menentukan Pasal 42 ayat (3) Cukup jelas.
banyaknya atau jumlahnya sesuatu
yang disebut dalam akta, penyebutan
tanggal, bulan, dan tahun dinyatakan
dengan huruf dan harus didahului
dengan angka.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 42 ayat (4) Cukup jelas.

45
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
pada ayat (2) tidak berlaku bagi surat
kuasa yang belum menyebutkan nama
penerima kuasa.

23. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat


(4), dan ayat (5) Pasal 43 diubah
dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (6) sehingga Pasal 43 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 43 Pasal 43
(1) Akta dibuat dalam bahasa Indonesia. (1) Akta wajib dibuat dalam bahasa Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam ketentuan ini
Indonesia. adalah bahasa Indonesia yang tunduk pada kaidah
bahasa Indonesia yang baku.

(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti (2) Dalam hal penghadap tidak mengerti Cukup jelas.
ahasa yang digunakan dalam akta, Bahasa yang digunakan dalam Akta,
Notaris wajib menerjemahkan atau Notaris wajib menerjemahkan atau
menjelaskan isi akta itu dalam ahasa menjelaskan isi Akta itu dalam bahasa
yang dimengerti oleh penghadap. yang dimengerti oleh penghadap.
(3) Apabila Notaris tidak dapat
menerjemahkan atau menjelaskannya, (3) Jika para pihak menghendaki, Akta Cukup jelas.
akta tersebut diterjemahkan atau dapat dibuat dalam ahasa asing.
dijelaskan oleh seorang penerjemah
resmi.
(4) Akta dapat dibuat dalam ahasa lain (4) Dalam hal Akta dibuat sebagaimana Penerjemah resmi dalam ketentuan ini antara lain
yang dipahami oleh Notaris dan saksi dimaksud pada ayat (3), Notaris wajib penerjemah tersumpah yang bersertifikat dan terdaftar
apabila pihak yang berkepentingan menerjemahkannya ke dalam ahasa atau menggunakan staf pada kedutaan besar negara asing
menghendaki sepanjang undang- Indonesia. jika tidak ada penerjemah tersumpah.
undang tidak menentukan lain.

46
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(5) Dalam hal akta dibuat sebagaimana (5) Apabila Notaris tidak dapat Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (4), Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskannya,
menerjemahkannya ke dalam ahasa Akta tersebut diterjemahkan atau
Indonesia. dijelaskan oleh seorang penerjemah
resmi.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan Cukup jelas.
penafsiran terhadap isi Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka yang digunakan adalah Akta
yang dibuat dalam ahasa Indonesia.

24. Ketentuan ayat (2) dan ayat (4)


Pasal 44 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 44 Pasal 44 Pasal 44 Cukup jelas.


(1) Segera setelah akta dibacakan, akta (1) Segera setelah Akta dibacakan, Akta
tersebut ditandatangani oleh setiap tersebut ditandatangani oleh setiap
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali
apabila ada penghadap yang tidak apabila ada penghadap yang tidak
dapat membubuhkan tanda tangan dapat membubuhkan tanda tangan
dengan menyebutkan alasannya. dengan menyebutkan alasannya.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada (2) Alasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan secara tegas dalam ayat (1) dinyatakan secara tegas pada
akta. akhir Akta.
(3) Akta sebagaimana dimaksud dalam (3) Akta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh
penghadap, Notaris, saksi, dan penghadap, Notaris, saksi, dan
penerjemah resmi. penerjemah resmi.
(4) Pembacaan, penerjemahan atau (4) Pembacaan, penerjemahan atau

47
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
penjelasan, dan penandatanganan penjelasan, dan penandatanganan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) dan Pasal 43 ayat (2), ayat dan ayat (3) serta dalam Pasal 43 ayat
(3), dan ayat (5) dinyatakan secara (3) dinyatakan secara tegas pada akhir
tegas pada akhir akta. Akta.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
mengakibatkan suatu Akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan
dapat menjadi ahasa bagi pihak
yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.
Pasal 45 Pasal 45 Cukup jelas.
(1) Dalam hal penghadap mempunyai
kepentingan hanya pada bagian
tertentu dari akta, hanya bagian akta
tertentu tersebut yang dibacakan
kepadanya.
(2) Apabila bagian tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterjemahkan
atau dijelaskan, penghadap
membubuhkan paraf dan tanda tangan
pada bagian tersebut.
(3) Pembacaan, penerjemahan atau
penjelasan, dan penandatanganan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dinyatakan secara tegas
pada akhir akta.

48
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 46 Pasal 46 Cukup jelas.
(1) Apabila pada pembuatan pencatatan
harta kekayaan atau berita acara
mengenai suatu perbuatan atau
peristiwa, terdapat penghadap yang:
a. menolak membubuhkan tanda
tangannya; atau
b. tidak hadir pada penutupan akta,
sedangkan penghadap belum
menandatangani akta tersebut, hal
tersebut harus dinyatakan dalam
akta dan akta tersebut tetap
merupakan akta otentik.
(2) Penolakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a harus dinyatakan
dalam akta dengan mengemukakan
alasannya.

Pasal 47 Pasal 47 Cukup jelas.


(1) Surat kuasa otentik atau surat lainnya
yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan akta yang dikeluarkan
dalam bentuk originali atau surat
kuasa di bawah tangan wajib
dilekatkan pada Minuta Akta.
(2) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam
bentuk Minuta Akta diuraikan dalam
akta.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak wajib dilakukan
apabila surat kuasa telah dilekatkan

49
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
pada akta yang dibuat di hadapan
Notaris yang sama dan hal tersebut
dinyatakan dalam akta.

25. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 48 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (3) sehingga
Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 48 Pasal 48 Pasal 48 Cukup jelas.


(1) Isi akta tidak boleh diubah atau (1) Isi Akta dilarang untuk diubah
ditambah, baik berupa penulisan dengan:
tindih, penyisipan, pencoretan, atau a. diganti;
penghapusan dan menggantinya b. ditambah;
dengan yang lain. c. dicoret;
d. disisipkan;
e. dihapus; dan/atau
f. ditulis tindih.
(2) Perubahan atas akta berupa (2) Perubahan isi Akta sebagaimana
penambahan, penggantian, atau dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
pencoretan dalam akta hanya sah b, huruf c, dan huruf d dapat dilakukan
apabila perubahan tersebut diparaf dan sah jika perubahan tersebut
atau diberi tanda pengesahan lain oleh diparaf atau diberi tanda pengesahan
penghadap, saksi, dan Notaris. lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) mengakibatkan suatu
Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi ahasa

50
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
bagi pihak yang menderita kerugian
untuk menuntut penggantian biaya,
ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

26. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)


Pasal 49 diubah dan ditambah 1
(satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga
Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49 Pasal 49 Pasal 49 Cukup jelas.


(1) Setiap perubahan atas akta dibuat di (1) Setiap perubahan atas Akta
sisi kiri akta. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (2) dibuat di sisi kiri Akta.
(2) Apabila suatu perubahan tidak dapat (2) Dalam hal suatu perubahan tidak dapat
dibuat di sisi kiri akta, perubahan dibuat di sisi kiri Akta, perubahan
tersebut dibuat pada akhir akta, tersebut dibuat pada akhir Akta,
sebelum penutup akta, dengan sebelum penutup Akta, dengan
menunjuk bagian yang diubah atau menunjuk bagian yang diubah atau
dengan menyisipkan lembar dengan menyisipkan lembar
tambahan. tambahan.
(3) Perubahan yang dilakukan tanpa
(3) Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah
menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut
mengakibatkan perubahan tersebut batal.
batal. (4) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) mengakibatkan suatu
Akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi ahasa

51
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
bagi pihak yang menderita kerugian
untuk menuntut penggantian biaya,
ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

27. Ketentuan ayat (1), ayat (3), dan


ayat (4) Pasal 50 diubah dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat
(5) sehingga Pasal 50 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 50 Pasal 50 Pasal 50 Cukup jelas.


(1) Apabila dalam akta perlu dilakukan (1) Jika dalam Akta perlu dilakukan
pencoretan kata, huruf, atau angka, hal pencoretan kata, huruf, atau angka,
tersebut dilakukan demikian rupa pencoretan dilakukan sedemikian rupa
sehingga tetap dapat dibaca sesuai sehingga tetap dapat dibaca sesuai
dengan yang tercantum semula, dan dengan yang tercantum semula, dan
jumlah kata, huruf, atau angka yang jumlah kata, huruf, atau angka yang
dicoret dinyatakan pada sisi akta. dicoret dinyatakan pada sisi kiri Akta.
(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud (2) Pencoretan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dinyatakan sah setelah pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
diparaf atau diberi tanda pengesahan diparaf atau diberi tanda pengesahan
lain oleh penghadap, saksi, dan lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris. Notaris.
(3) Apabila terjadi perubahan lain (3) Dalam hal terjadi perubahan lain
terhadap perubahan sebagaimana terhadap pencoretan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), perubahan itu dimaksud pada ayat (2), perubahan itu
dilakukan pada sisi akta sesuai dengan dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai
ketentuan dalam Pasal 49. dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2).
(4) Pada penutup setiap akta dinyatakan (4) Pada penutup setiap Akta dinyatakan
jumlah perubahan, pencoretan, dan tentang ada atau tidak adanya

52
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
penambahan. perubahan atas pencoretan.
(5) Dalam hal ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), serta dalam Pasal 38
ayat (4) huruf d tidak dipenuhi, Akta
tersebut hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah
tangan dan dapat menjadi ahasa
bagi pihak yang menderita kerugian
untuk menuntut penggantian biaya,
ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

28. Ketentuan ayat (2) Pasal 51 diubah


dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni
ayat (4) sehingga Pasal 51 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 51 Pasal 51 Pasal 51 Cukup jelas.


(1) Notaris berwenang untuk (1) Notaris berwenang untuk
membetulkan kesalahan tulis dan/atau membetulkan kesalahan tulis dan/atau
kesalahan ketik yang terdapat pada kesalahan ketik yang terdapat pada
Minuta Akta yang telah Minuta Akta yang telah
ditandatangani. ditandatangani.
(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud (2) Pembetulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan pada ayat (1) dilakukan di hadapan
membuat berita acara dan memberikan penghadap, saksi, dan Notaris yang
catatan tentang hal tersebut pada dituangkan dalam berita acara dan
Minuta Akta asli dengan menyebutkan memberikan catatan tentang hal
tanggal dan nomor akta berita acara tersebut pada Minuta Akta asli dengan
pembetulan. menyebutkan tanggal dan nomor Akta
berita acara pembetulan.

53
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(3) Salinan akta berita acara sebagaimana (3) Salinan Akta berita acara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib dimaksud pada ayat (2) wajib
disampaikan kepada para pihak. disampaikan kepada para pihak.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
mengakibatkan suatu Akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan
dapat menjadi ahasa bagi pihak
yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.

Pasal 52 Pasal 52 Cukup jelas.


(1) Notaris tidak diperkenankan membuat
akta untuk diri sendiri, istri/suami,
atau orang lain yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan
Notaris baik karena perkawinan
maupun hubungan darah dalam garis
keturunan lurus ke bawah dan/atau ke
atas tanpa pembatasan derajat, serta
dalam garis ke samping sampai
dengan derajat ketiga, serta menjadi
pihak untuk diri sendiri, maupun
dalam suatu kedudukan ataupun
dengan perantaraan kuasa.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berlaku, apabila
orang tersebut pada ayat (1) kecuali
Notaris sendiri, menjadi penghadap

54
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dalam penjualan di muka umum,
sepanjang penjualan itu dapat
dilakukan di hadapan Notaris,
persewaan umum, atau pemborongan
umum, atau menjadi anggota rapat
yang risalahnya dibuat oleh Notaris.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berakibat akta hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan apabila akta itu
ditandatangani oleh penghadap, tanpa
mengurangi kewajiban Notaris yang
membuat akta itu untuk membayar
biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
yang bersangkutan.

Pasal 53 Pasal 53 Cukup jelas.


Akta Notaris tidak boleh memuat
penetapan atau ketentuan yang
memberikan sesuatu hak dan/atau
keuntungan bagi:
a. Notaris, istri atau suami Notaris;
b. saksi, istri atau suami saksi; atau
c. orang yang mempunyai hubungan
kekeluargaan dengan Notaris atau
saksi, baik hubungan darah dalam
garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa
pembatasan derajat maupun hubungan
perkawinan sampai dengan derajat
ketiga.

55
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

Bagian Kedua
Grosse Akta, Salinan Akta, dan
Kutipan Akta 29. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 54 Pasal 54 Pasal 54 Cukup jelas.


Notaris hanya dapat memberikan, (1) Notaris hanya dapat memberikan,
memperlihatkan, atau memberitahukan isi memperlihatkan, atau
akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau memberitahukan isi Akta, Grosse
Kutipan Akta, kepada orang yang Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta,
berkepentingan langsung pada akta, ahli kepada orang yang berkepentingan
waris, atau orang yang memperoleh hak, langsung pada Akta, ahli waris, atau
kecuali ditentukan lain oleh peraturan orang yang memperoleh hak, kecuali
perundang-undangan. ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat;
atau
d. pemberhentian dengan tidak
hormat.

Pasal 55 Pasal 55 Cukup jelas.


(1) Notaris yang mengeluarkan Grosse
Akta membuat catatan pada minuta
akta mengenai penerima Grosse Akta
dan tanggal pengeluaran dan catatan

56
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
tersebut ditandatangani oleh Notaris.
(2) Grosse Akta pengakuan utang yang
dibuat di hadapan Notaris adalah
Salinan Akta yang mempunyai
kekuatan eksekutorial.
(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) pada bagian kepala akta
memuat frasa “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”, dan pada
bagian akhir atau penutup akta
memuat frasa “diberikan sebagai
grosse pertama”, dengan menyebutkan
nama orang yang memintanya dan
untuk siapa grosse dikeluarkan serta
tanggal pengeluarannya.
(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya
hanya dapat diberikan kepada orang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
berdasarkan penetapan pengadilan.

Pasal 56 Pasal 56 Cukup jelas.


(1) Akta originali, Grosse Akta, Salinan
Akta, atau Kutipan Akta yang
dikeluarkan oleh Notaris wajib
dibubuhi teraan cap/stempel.
(2) Teraan cap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus pula dibubuhkan
pada ahasa surat yang dilekatkan
pada Minuta Akta.
(3) Surat di bawah tangan yang disahkan

57
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
atau dilegalisasi, surat di bawah
tangan yang didaftar dan pencocokan
fotokopi oleh Notaris wajib diberi
teraan cap/stempel serta paraf dan
tanda tangan Notaris.

Pasal 57 Pasal 57 Cukup jelas.


Grosse Akta, Salinan Akta, Kutipan Akta
Notaris, atau pengesahan surat di bawah
tangan yang dilekatkan pada akta yang
disimpan dalam Protokol Notaris, hanya
dapat dikeluarkan oleh Notaris yang
membuatnya, Notaris Pengganti, atau
pemegang Protokol Notaris yang sah.
Bagian Ketiga
Pembuatan, Penyimpanan, dan
Penyerahan Protokol Notaris

Pasal 58 Pasal 58 Cukup jelas.


(1) Notaris membuat daftar akta, daftar
surat di bawah tangan yang disahkan,
daftar surat di bawah tangan yang
dibukukan, dan daftar surat lain yang
diwajibkan oleh Undang-Undang ini.
(2) Dalam daftar akta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Notaris setiap
hari mencatat semua akta yang dibuat
oleh atau di hadapannya, baik dalam
bentuk Minuta Akta maupun originali,
tanpa sela-sela kosong, masing-masing
dalam ruang yang ditutup dengan

58
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
garis-garis tinta, dengan
mencantumkan nomor urut, nomor
bulanan, tanggal, sifat akta, dan nama
semua orang yang bertindak baik
untuk dirinya sendiri maupun sebagai
kuasa orang lain.
(3) Akta yang dikeluarkan dalam bentuk
originali yang dibuat dalam rangkap 2
(dua) atau lebih pada saat yang sama,
dicatat dalam daftar dengan satu
nomor.
(4) Setiap halaman dalam daftar diberi
nomor urut dan diparaf oleh Majelis
Pengawas Daerah, kecuali pada
halaman pertama dan terakhir
ditandatangani oleh Majelis Pengawas
Daerah.
(5) Pada halaman sebelum halaman
pertama dicantumkan keterangan
tentang jumlah halaman daftar akta
yang ditandatangani oleh Majelis
Pengawas Daerah.
(6) Dalam daftar surat di bawah tangan
yang disahkan dan daftar surat di
bawah tangan yang dibukukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris setiap hari mencatat surat di
bawah tangan yang disahkan atau
dibukukan, tanpa sela-sela kosong,
masing-masing dalam ruang yang
ditutup dengan garis-garis tinta,

59
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dengan mencantumkan nomor urut,
tanggal, sifat surat, dan nama semua
orang yang bertindak baik untuk
dirinya sendiri maupun sebagai kuasa
orang lain.

Pasal 59 Pasal 59 Cukup jelas.


(1) Notaris membuat daftar klapper untuk
daftar akta dan daftar surat di bawah
tangan yang disahkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1),
disusun menurut abjad dan dikerjakan
setiap bulan.
(2) Daftar klapper sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat nama semua
orang yang menghadap dengan
menyebutkan di belakang tiap-tiap
nama, sifat, dan nomor akta, atau surat
yang dicatat dalam daftar akta dan
daftar surat di bawah tangan.
30. Ketentuan ayat (1) Pasal 60 diubah
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 60 Pasal 60 Pasal 60 Cukup jelas.


(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan (1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan
Notaris Pengganti atau Notaris Notaris Pengganti dicatat dalam daftar
Pengganti Khusus dicatat dalam daftar akta.
akta.
(2) Surat di bawah tangan yang disahkan (2) Surat di bawah tangan yang disahkan
dan surat di bawah tangan yang dan surat di bawah tangan yang
dibukukan, dicatat dalam daftar surat dibukukan, dicatat dalam daftar surat

60
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
di bawah tangan yang disahkan dan di bawah tangan yang disahkan dan
daftar surat di bawah tangan yang daftar surat di bawah tangan yang
dibukukan. dibukukan.

Pasal 61
(1) Notaris, secara sendiri atau melalui Yang dimaksud dengan “15 (lima belas) hari” adalah
kuasanya, menyampaikan secara dihitung dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 15.
tertulis bahasa yang telah disahkannya
dari daftar akta dan daftar lain yang
dibuat pada bulan sebelumnya paling
lama 15 (lima belas) hari pada bulan
berikutnya kepada Majelis Pengawas
Daerah.
(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Pasal 61 ayat (2) Cukup jelas.
Notaris tidak membuat akta, Notaris,
secara sendiri atau melalui kuasanya
menyampaikan hal tersebut secara
tertulis kepada Majelis Pengawas
Daerah dalam waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 62
Penyerahan Protokol Notaris dilakukan Protokol Notaris terdiri atas:
dalam hal Notaris: a. minuta Akta;
a. meninggal dunia; b. buku daftar akta atau repertorium;
b. telah berakhir masa jabatannya; c. buku daftar akta di bawah tangan yang
c. minta sendiri; penandatanganannya dilakukan di hadapan
d. tidak mampu secara rohani dan/atau Notaris atau akta di bawah tangan yang didaftar;
jasmani untuk melaksanakan tugas d. buku daftar nama penghadap atau klapper
jabatan sebagai Notaris secara terus e. buku daftar protes;
menerus lebih dari 3 (tiga) tahun; f. buku daftar wasiat; dan

61
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
e. diangkat menjadi pejabat negara; g. buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris
f. pindah wilayah jabatan; berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
g. diberhentikan sementara; atau undangan.
h. diberhentikan dengan tidak hormat.

31. Ketentuan Pasal 63 ditambah 1


(satu) ayat, yakni ayat (6) sehingga
Pasal 63 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63 Pasal 63 Pasal 63 Cukup jelas.


(1) Penyerahan Protokol sebagaimana (1) Penyerahan Protokol sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan
paling lama 30 (tiga puluh) hari paling lama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembuatan berita acara dengan pembuatan berita acara
penyerahan Protokol Notaris yang penyerahan Protokol Notaris yang
ditandatangani oleh yang ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima menyerahkan dan yang menerima
Protokol Notaris. Protokol Notaris.
(2) Dalam hal terjadi sebagaimana (2) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf a, dimaksud dalam Pasal 62 huruf a,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh ahli waris Notaris dilakukan oleh ahli waris Notaris
kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh
Majelis Pengawas Daerah. Majelis Pengawas Daerah.
(3) Dalam hal terjadi sebagaimana (3) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf g, dimaksud dalam Pasal 62 huruf g,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh Notaris kepada Notaris dilakukan oleh Notaris kepada Notaris
lain yang ditunjuk oleh Majelis lain yang ditunjuk oleh Majelis
Pengawas Daerah jika pemberhentian Pengawas Daerah jika pemberhentian
sementara lebih dari 3 (tiga) bulan. sementara lebih dari 3 (tiga) bulan.

62
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(4) Dalam hal terjadi sebagaimana (4) Dalam hal terjadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 huruf b, dimaksud dalam Pasal 62 huruf b,
huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf h, huruf c, huruf d, huruf f, atau huruf h,
penyerahan Protokol Notaris penyerahan Protokol Notaris
dilakukan oleh Notaris kepada Notaris dilakukan oleh Notaris kepada Notaris
lain yang ditunjuk oleh Menteri atas lain yang ditunjuk oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Daerah. usul Majelis Pengawas Daerah.
(5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang (5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang
pada waktu penyerahannya berumur pada waktu penyerahannya berumur
25 (dua puluh lima) tahun atau lebih 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih
diserahkan oleh Notaris penerima diserahkan oleh Notaris penerima
Protokol Notaris kepada Majelis Protokol Notaris kepada Majelis
Pengawas Daerah. Pengawas Daerah.
(6) Dalam hal Protokol Notaris tidak
diserahkan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Majelis
Pengawas Daerah berwenang untuk
mengambil Protokol Notaris.

Pasal 64
(1) Protokol Notaris dari Notaris yang Pasal 64 Cukup jelas.
diangkat menjadi pejabat negara
diserahkan kepada Notaris yang
ditunjuk oleh Majelis Pengawas
Daerah.
(2) Notaris pemegang Protokol Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang mengeluarkan Grosse
Akta, Salinan Akta, atau Kutipan
Akta.

63
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

32. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 65 Pasal 65 Pasal 65 Cukup jelas.


Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Notaris, Notaris Pengganti, dan Pejabat
Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Sementara Notaris bertanggung jawab
Notaris bertanggung jawab atas setiap atas setiap Akta yang dibuatnya meskipun
akta yang dibuatnya meskipun Protokol Protokol Notaris telah diserahkan atau
Notaris telah diserahkan atau dipindahkan dipindahkan kepada pihak penyimpan
kepada pihak penyimpan Protokol Protokol Notaris.
Notaris.
33. Di antara Pasal 65 dan Pasal 66
disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 65A yang berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 65A Pasal 65A Cukup jelas.


Notaris yang melanggar ketentuan Pasal
58 dan Pasal 59 dapat dikenai sanksi
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.

34. Judul Bab VIII diubah sehingga Angka 34 Cukup jelas.


berbunyi sebagai berikut:

64
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
BAB VIII BAB VIII
PENGAMBILAN MINUTA AKTA PENGAMBILAN FOTOKOPI
DAN PEMANGGILAN NOTARIS MINUTA AKTA DAN
PEMANGGILAN NOTARIS

35. Ketentuan ayat (1) Pasal 66 diubah


dan ditambah 2 (dua) ayat, yakni
ayat (3) dan ayat (4) sehingga Pasal
66 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66 Pasal 66
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, (1) Untuk kepentingan proses peradilan, Cukup jelas.
penyidik, penuntut umum, atau hakim penyidik, penuntut umum, atau hakim
dengan persetujuan Majelis dengan persetujuan majelis
Pengawas Daerah berwenang: kehormatan Notaris berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta a. mengambil fotokopi Minuta Akta
dan/atau surat-surat yang dan/atau surat-surat yang
dilekatkan pada Minuta Akta atau dilekatkan pada Minuta Akta atau
Protokol Notaris dalam Protokol Notaris dalam
penyimpanan Notaris; dan penyimpanan Notaris; dan
b. memanggil Notaris untuk hadir b. memanggil Notaris untuk hadir
dalam pemeriksaan yang berkaitan dalam pemeriksaan yang berkaitan
dengan akta yang dibuatnya atau dengan Akta atau Protokol Notaris
Protokol Notaris yang berada yang berada dalam penyimpanan
dalam penyimpanan Notaris. Notaris.

(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta (2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta Cukup jelas.
atau surat-surat sebagaimana atau surat-surat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat
berita acara penyerahan. berita acara penyerahan.

65
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(3) Majelis kehormatan Notaris dalam Penolakan dalam ketentuan ini disertai dengan alasan
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari yang sesuai dengan hukum dan ketentuan peraturan
kerja terhitung sejak diterimanya surat perundang-undangan.
permintaan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib
memberikan jawaban menerima atau
menolak permintaan persetujuan.
(4) Dalam hal majelis kehormatan Notaris Cukup jelas.
tidak memberikan jawaban dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), majelis kehormatan
Notaris dianggap menerima
permintaan persetujuan.

36. Di antara Pasal 66 dan Pasal 67


disisipkan 1 (satu) pasal, yakni
Pasal 66A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 66A Pasal 66A Cukup jelas.


(1) Dalam melaksanakan pembinaan,
Menteri membentuk majelis
kehormatan Notaris.
(2) Majelis kehormatan Notaris berjumlah
7 (tujuh) orang, terdiri atas unsur:
a. Notaris sebanyak 3 (tiga) orang;
b. Pemerintah sebanyak 2 (dua)
orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 2
(dua) orang.

66
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas
dan fungsi, syarat dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian,
struktur organisasi, tata kerja, dan
anggaran majelis kehormatan Notaris
diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB IX
PENGAWASAN

Bagian Pertama
Umum

37. Ketentuan ayat (3) dan ayat (6)


Pasal 67 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 67 Pasal 67 Pasal 67 Cukup jelas.


(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan
oleh Menteri. oleh Menteri.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan (2) Dalam melaksanakan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri membentuk Majelis Menteri membentuk Majelis
Pengawas. Pengawas.
(3) Majelis Pengawas sebagaimana (3) Majelis Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9
(sembilan) orang, terdiri atas unsur: (sembilan) orang, terdiri atas unsur:
a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga)
orang; orang;
b. organisasi Notaris sebanyak 3 b. Organisasi Notaris sebanyak 3
(tiga) orang; dan (tiga) orang; dan

67
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) c. ahli atau akademisi sebanyak 3
orang. (tiga) orang.
(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat (4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat
unsur instansi pemerintah unsur instansi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, keanggotaan dalam Majelis huruf a, keanggotaan dalam Majelis
Pengawas diisi dari unsur lain yang Pengawas diisi dari unsur lain yang
ditunjuk oleh Menteri. ditunjuk oleh Menteri.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris
dan pelaksanaan jabatan Notaris. dan pelaksanaan jabatan Notaris.
(6) Ketentuan mengenai pengawasan (6) Ketentuan mengenai pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berlaku bagi Notaris Pengganti, berlaku bagi Notaris Pengganti dan
Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Pejabat Sementara Notaris.
Sementara Notaris.

Pasal 68 Pasal 68 Cukup jelas.


Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) terdiri atas:
a. Majelis Pengawas Daerah;
b. Majelis Pengawas Wilayah; dan
c. Majelis Pengawas Pusat.

68
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Bagian Kedua 38. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)
Majelis Pengawas Daerah Pasal 69 diubah dan di antara ayat
(2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (2a) sehingga Pasal
69 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 69 Pasal 69 Pasal 69 Cukup jelas.


(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di (1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di
kabupaten atau kota. Kabupaten/Kota.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas (2) Keanggotaan Majelis Pengawas
Daerah terdiri atas unsur-unsur Daerah terdiri atas unsur sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).
ayat (3). (2a) Dalam hal di suatu Kabupaten/Kota,
jumlah Notaris tidak sebanding
dengan jumlah anggota Majelis
Pengawas Daerah, dapat dibentuk
Majelis Pengawas Daerah gabungan
untuk beberapa Kabupaten/Kota.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis (3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh
anggota sebagaimana dimaksud pada anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2). ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan (4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Daerah anggota Majelis Pengawas Daerah
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali. diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh (5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh
seorang sekretaris atau lebih yang seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Daerah. Pengawas Daerah.

69
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 70
Majelis Pengawas Daerah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk Pasal 70 Huruf a Cukup jelas.
memeriksa adanya dugaan
pelanggaran Kode Etik Notaris atau
pelanggaran pelaksanaan jabatan
Notaris;
b. melakukan pemeriksaan terhadap Pasal 70 Huruf b Cukup jelas.
Protokol Notaris secara berkala 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau
setiap waktu yang dianggap perlu;
c. memberikan izin cuti untuk waktu Pasal 70 Huruf c Cukup jelas.
sampai dengan 6 (enam) bulan;
d. menetapkan Notaris Pengganti dengan Pasal 70 Huruf d Cukup jelas.
memperhatikan usul Notaris yang
bersangkutan;
e. menentukan tempat penyimpanan
Protokol Notaris yang pada saat serah Pasal 70 Huruf e Cukup jelas.
terima Protokol Notaris telah berumur
25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;
f. menunjuk Notaris yang akan bertindak Pasal 70 Huruf f Cukup jelas.
sebagai pemegang sementara Protokol
Notaris yang diangkat sebagai pejabat
negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (4);
g. menerima laporan dari masyarakat Yang dimaksud dengan “laporan dari masyarakat”
mengenai adanya dugaan pelanggaran termasuk laporan dari Notaris lain.
Kode Etik Notaris atau pelanggaran
ketentuan dalam Undang-Undang ini;
dan
h. membuat dan menyampaikan laporan Pasal 70 Huruf h Cukup jelas.

70
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
huruf f, dan huruf g kepada Majelis
Pengawas Wilayah.

Pasal 71
Majelis Pengawas Daerah berkewajiban: Pasal 71 Cukup jelas.
a. mencatat pada buku daftar yang
termasuk dalam Protokol Notaris
dengan menyebutkan tanggal
pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah
surat di bawah tangan yang disahkan
dan yang dibuat sejak tanggal
pemeriksaan terakhir;
b. membuat berita acara pemeriksaan dan
menyampaikannya kepada Majelis
Pengawas Wilayah setempat, dengan
tembusan kepada Notaris yang
bersangkutan, Organisasi Notaris, dan
Majelis Pengawas Pusat;
c. merahasiakan isi akta dan hasil
pemeriksaan;
d. menerima salinan yang telah disahkan
dari daftar akta dan daftar lain dari
Notaris dan merahasiakannya;
e. memeriksa laporan masyarakat
terhadap Notaris dan menyampaikan
hasil pemeriksaan tersebut kepada
Majelis Pengawas Wilayah dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan
tembusan kepada pihak yang

71
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
melaporkan, Notaris yang
bersangkutan, Majelis Pengawas
Pusat, dan Organisasi Notaris.
f. menyampaikan permohonan banding
terhadap keputusan penolakan cuti.

Bagian Ketiga
Majelis Pengawas Wilayah

Pasal 72 Pasal 72 Cukup jelas.


(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk
Majelis Pengawas Wilayah dibentuk
dan berkedudukan di ibukota provinsi.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas
Wilayah terdiri atas unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
ayat (3).
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Wilayah dipilih dari dan
oleh anggota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Wilayah
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Wilayah dibantu
oleh seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Wilayah.

72
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
39. Ketentuan Pasal 73 ayat (1) huruf a
dan huruf e diubah serta huruf g
dihapus sehingga Pasal 73 berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 73 Pasal 73 Pasal 73 Cukup jelas.


(1) Majelis Pengawas Wilayah (1) Majelis Pengawas Wilayah
berwenang: berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk a. menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa dan mengambil memeriksa dan mengambil
keputusan atas laporan masyarakat keputusan atas laporan masyarakat
yang disampaikan melalui Majelis yang dapat disampaikan melalui
Pengawas Wilayah; Majelis Pengawas Daerah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk b. memanggil Notaris terlapor untuk
dilakukan pemeriksaan atas laporan dilakukan pemeriksaan atas laporan
sebagaimana dimaksud pada huruf sebagaimana dimaksud pada huruf
a; a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 c. memberikan izin cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai 1 (satu) (enam) bulan sampai 1 (satu)
tahun; tahun;
d. memeriksa dan memutus atas d. memeriksa dan memutus atas
keputusan Majelis Pengawas keputusan Majelis Pengawas
Daerah yang menolak cuti yang Daerah yang menolak cuti yang
diajukan oleh Notaris pelapor; diajukan oleh Notaris pelapor;
e. memberikan sanksi berupa teguran e. memberikan sanksi baik peringatan
lisan atau tertulis; lisan maupun peringatan tertulis;
f. mengusulkan pemberian sanksi f. mengusulkan pemberian sanksi
terhadap Notaris kepada Majelis terhadap Notaris kepada Majelis
Pengawas Pusat berupa: Pengawas Pusat berupa:
1) pemberhentian sementara 3 1) pemberhentian pemberhentian
(tiga) bulan sampai dengan 6 sementara 3 (tiga) bulan sampai

73
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
(enam) bulan; atau dengan 6 (enam) bulan; atau
2) pemberhentian dengan tidak 2) pemberhentian dengan tidak
hormat. hormat.
g. membuat berita acara atas setiap g. dihapus.
keputusan penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada huruf
e dan huruf f.
(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah (2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e bersifat final. huruf e bersifat final.
(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan (3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan
sanksi sebagaimana dimaksud pada sanksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan
berita acara. berita acara.

Pasal 74 Pasal 74 Cukup jelas.


(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis
Pengawas Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
huruf a bersifat tertutup untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri
dalam pemeriksaan dalam sidang
Majelis Pengawas Wilayah.

Pasal 75 Pasal 75 Cukup jelas.


Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban:
a. menyampaikan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f kepada Notaris

74
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
yang bersangkutan dengan tembusan
kepada Majelis Pengawas Pusat, dan
Organisasi Notaris; dan
b. menyampaikan pengajuan banding
dari Notaris kepada Majelis Pengawas
Pusat terhadap penjatuhan sanksi dan
penolakan cuti.

Bagian Keempat
Majelis Pengawas Pusat

Pasal 76 Pasal 76 Cukup jelas.


(1) Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan
berkedudukan di ibukota negara.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Pusat
terdiri atas unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis
Pengawas Pusat dipilih dari dan oleh
anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Pusat
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Pusat dibantu oleh
seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Pusat.

75
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 77 Pasal 77 Cukup jelas.
Majelis Pengawas Pusat berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk
memeriksa dan mengambil keputusan
dalam tingkat banding terhadap
penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;
b. memanggil Notaris terlapor untuk
dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
c. menjatuhkan sanksi pemberhentian
sementara; dan
d. mengusulkan pemberian sanksi berupa
pemberhentian dengan tidak hormat
kepada Menteri.

Pasal 78 Pasal 78 Cukup jelas.


(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis
Pengawas Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a
bersifat terbuka untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri
dalam pemeriksaan sidang Majelis
Pengawas Pusat.

Pasal 79 Pasal 79 Cukup jelas.


Majelis Pengawas Pusat berkewajiban
menyampaikan keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a kepada
Menteri dan Notaris yang bersangkutan

76
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dengan tembusan kepada Majelis
Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas
Daerah yang bersangkutan serta
Organisasi Notaris.

Pasal 80 Pasal 80 Cukup jelas.


(1) Selama Notaris diberhentikan
sementara dari jabatannya, Majelis
Pengawas Pusat mengusulkan seorang
pejabat sementara Notaris kepada
Menteri.
(2) Menteri menunjuk Notaris yang akan
menerima Protokol Notaris dari
Notaris yang diberhentikan sementara.

40. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 81 Pasal 81 Pasal 81 Cukup jelas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengangkatan dan pemberhentian pengangkatan dan pemberhentian
anggota, susunan organisasi dan tata anggota, susunan organisasi dan tata
kerja, serta tata cara pemeriksaan Majelis kerja, anggaran serta tata cara
Pengawas diatur dengan Peraturan pemeriksaan Majelis Pengawas diatur
Menteri. dengan Peraturan Menteri.
BAB X
ORGANISASI NOTARIS
41. Ketentuan ayat (2) Pasal 82 diubah
dan ditambah 3 (tiga) ayat, yakni
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)
sehingga Pasal 82 berbunyi sebagai
berikut:

77
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Pasal 82 Pasal 82 Pasal 82 Cukup jelas.
(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah (1) Notaris berhimpun dalam satu wadah
Organisasi Notaris. Organisasi Notaris.
(2) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, (2) Wadah Organisasi Notaris
wewenang, tata kerja, dan susunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
organisasi ditetapkan dalam Anggaran adalah Ikatan Notaris Indonesia.
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Organisasi Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan
satu-satunya wadah profesi Notaris
yang bebas dan mandiri yang dibentuk
dengan maksud dan tujuan untuk
meningkatkan kualitas profesi Notaris.
(4) Ketentuan mengenai tujuan, tugas,
wewenang, tata kerja, dan susunan
organisasi ditetapkan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Notaris.
(5) Ketentuan mengenai penetapan,
pembinaan, dan pengawasan
Organisasi Notaris diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 83
(1) Organisasi Notaris menetapkan dan Pasal 83 Cukup jelas.
menegakkan Kode Etik Notaris.
(2) Organisasi Notaris memiliki buku
daftar anggota dan salinannya
disampaikan kepada Menteri dan
Majelis Pengawas.

78
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
BAB XI 42. Ketentuan Bab XI dihapus. Angka 42 Cukup jelas.
KETENTUAN SANKSI

Pasal 84
Tindakan pelanggaran yang dilakukan
oleh Notaris terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k,
Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49,
Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang
mengakibatkan suatu akta hanya
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan atau suatu akta
menjadi batal demi hukum dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita
kerugian untuk menuntut penggantian
biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.

Pasal 85
Pelanggaran ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 16 ayat (1)
huruf a, Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal
16 ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf
d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16 ayat
(1) huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf g,
Pasal 16 ayat (1) huruf h, Pasal 16 ayat (1)
huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf j, Pasal 16
ayat (1) huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal
27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58,
Pasal 59, dan/atau Pasal 63, dapat dikenai

79
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
sanksi berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 86 Pasal 86 Cukup jelas.


Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan jabatan Notaris tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan atau
belum diganti berdasarkan Undang-
Undang ini.

Pasal 87 Pasal 87 Cukup jelas.


Notaris yang telah diangkat pada saat
Undang-Undang ini mulai berlaku,
dinyatakan sebagai Notaris sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
43. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 88 Pasal 88 Pasal 88 Cukup jelas.


Pada saat Undang-Undang ini mulai Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, permohonan untuk diangkat berlaku:
menjadi Notaris yang sudah memenuhi a. pengajuan permohonan sebagai
persyaratan secara lengkap dan masih Notaris yang sedang diproses, tetap

80
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
dalam proses penyelesaian, tetap diproses diproses berdasarkan Undang-Undang
berdasarkan ketentuan peraturan Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
perundang-undangan yang lama. Notaris.
b. masa magang yang telah dijalani
calon Notaris tetap diperhitungkan
berdasarkan persyaratan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.

Pasal 89
Pada saat Undang-Undang ini mulai Pasal 89 Cukup jelas.
berlaku, Kode Etik Notaris yang sudah
ada tetap berlaku sampai ditetapkan Kode
Etik Notaris yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.

Pasal 90 Pasal 90 Cukup jelas.


Lulusan pendidikan Spesialis Notariat
yang belum diangkat sebagai Notaris pada
saat Undang-Undang ini mulai berlaku
tetap dapat diangkat menjadi Notaris
menurut Undang-Undang ini.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91 Pasal 91 Cukup jelas.


Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku:
1. Reglement op Het Notaris Ambt in
Indonesie (Stb 1860:3) sebagaimana
telah diubah terakhir dalam Lembaran

81
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Negara Tahun 1945 Nomor 101;
2. Ordonantie 16 September 1931
tentang Honorarium Notaris;
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil
Notaris Sementara (Lembaran Negara
Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 700);
4. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 34, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4379); dan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 1949 tentang Sumpah/Janji
Jabatan Notaris, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

44. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92


disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal
91A dan Pasal 91B yang berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 91A Pasal 91A Cukup jelas.


Ketentuan mengenai tata cara penjatuhan
sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), Pasal 16 ayat (11) dan

82
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
ayat (13), Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat
(4), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2),
Pasal 54 ayat (2), dan Pasal 65A diatur
dalam Peraturan Menteri.

Pasal 91B Pasal 91B Cukup jelas.


Peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang ini harus ditetapkan paling lama
1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.
Pasal 92
Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

Pasal II Pasal II Cukup jelas.


Undang-Undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.

Disahkan di Jakarta Disahkan di Jakarta


pada tanggal 6 Oktober 2004 pada tanggal 15 Januari 2014

83
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
B. Pemahaman Uji Konstitusional (Constitutional Review, Judicial Review)2

Lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman di Indonesia sebagaimana diatur berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945, bahwa
pelaku kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Salah-satu kewenangan Mahkamah Agung
adalah menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, sedangkan Mahkamah Konstitusi
berwenang menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dalam hal ini artinya kewenangan Mahkamah Agung bisa disebut
“Judicial Review” sedangkan “Constitutional Review” merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi.3
Terkadang membingungkan; sering terdengar penyebutan uji materi (judicial review) baik ke-Mahkamah Konstitusi maupun ke-
Mahkamah Agung. Padahal, dalam sistem hukum (legal system) di Indonesia; kedua lembaga pelaku kekuasaan kehakiman di Indonesia
tersebut mempunyai kewenangan konstitusional yang berbeda sebagaimana berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945, bahwa pelaku
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Kewenangan Mahkamah Agung salah-satunya adalah
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang
menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Dalam hal ini artinya kewenangan Mahkamah Agung bisa disebut sebagai uji
materi (judicial review) sedangkan uji konstitusional (constitutional review) merupakan kewenangan Mahkamah Konstitusi.4

2
Pada bagian ini telah tertlulis juga dalam Iskandar Muda, “Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Putusannya,”
Disertasi, Jakarta: Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti, 2019, h. 13-14.
3
Lihat (dalam footnote) Iskandar Muda, “The Legal Logic of the Collapse on Non-Retroactive Doctrine in the Constitutional Court Decision,” Journal
Constitutional Review, Vol. 3 No. 1, (May 2017), h. 99
4
Ibid.

84
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Sementara di lain pihak ada pula yang memberikan pandangan lainnya dengan maksud yang sama; menurut Jimly Asshiddiqie
sebagaimana dikutip oleh I Dewa Gede Palguna:5 “pengujian konstitusional menjadi sama pengertiannya dengan pengujian undang-undang,
dalam arti pengujian konstitusionalitas undang-undang (judicial review on the constitutionality of law), apabila pengujian itu dilakukan
(oleh pengadilan) terhadap undang-undang dengan menggunakan konstitusi sebagai tolak ukurnya.”
Penyebutan kompetensi kewenangan tersebut di atas dalam rangka memberikan pemahaman terhadap dua lembaga yang sama-sama
dalam ranah yudikatif. Beda halnya dalam konteks berbeda, misalkan saja terhadap dua lembaga negara namun salah-satunya masuk dalam
ranah legislatif (legislative), oleh karena itu untuk mempermudah pemahaman penggunaan penyebutan kewenangan berdasarkan
kompetensinya; penyebutan judicial review dipergunakan untuk kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam hal pengujian Perppu.
Sebagaimana diketahui yang berwenang menguji Perppu ada dua lembaga negara yaitu Mahkamah Konstitusi dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Oleh karena itu penyebutan masing-masing kewenangan yang dilakukan dua lembaga negara tersebut adalah: judicial review
Perppu dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi sedangkan legislative review Perppu dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.6 Oleh karena
adanya berbagai pemahaman tersebut, pada pokoknya penggunaan kalimat uji konstitusional (constitutional review) yang diutamakan,
namun demikian bisa pula menggunakan kalimat judicial review bilamana terjadi dalam konteks yang berbeda sebagaimana maksud yang
sudah dijelaskan sebelumnya.

5
I Dewa Gede Palguna, Pengaduan konstitusional (constitutional complaint): Upaya hukum terhadap pelanggaran hak-hak konstitusional warga negara.
Cetakan Pertama. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 248.
6
Iskandar Muda, “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15 No. 2 (Juni 2018), h. 258-259. Lihat juga dalam Iskandar Muda, “Tidak
Dinamis Namun Terjadi Dinamika dalam Hal Uji Konstitusional Norma Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3 (Desember 2018), h. 294.

85
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
C. Pendapat Hukum dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Komposisi Hakim Konstitusi

Penulis (2019: 23) mengungkapkan dalam disertasinya berjudul “Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah
Konstitusi Berdasarkan Putusannya” yang dimaksud dengan “pendapat hukum dalam putusan Mahkamah Konstitusi berdasarkan
komposisi Hakim Konstitusi” adalah:
“Mencakup semua pendapat hukum (legal opinion) Hakim Konstitusi dalam putusan Mahkamah Konstitusi yang dimaksud,
baik pendapat hukum yang terdapat pada bagian pertimbangan hukum (ratio decidendi), alasan berbeda (concurring opinion)
dan/atau pendapat berbeda (dissenting opinion). Yang pada akhirnya pula, apapun komposisi yang dihasilkan urutan penulisan
komposisinya adalah sebagai berikut: pertimbangan hukum, alasan berbeda, baru kemudian yang terakhir adalah pendapat
berbeda.”

Berdasarkan pemahaman tersebut, ternyata kesembilan putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud tabel D dalam
tulisan ini dengan komposisi suara bulat Hakim Konstitusi. Artinya pula kesembilan putusan dimaksud tanpa adanya alasan berbeda
dan pendapat berbeda. Pertama, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 009-014/PUU-III/2005 dengan komposisi Hakim Konstitusi 8 :
0 : 0.
Kedua, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 135/PUU-VII/2009 dengan komposisi Hakim Konstitusi 9 : 0 : 0. Ketiga, Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-VIII/2010 dengan komposisi Hakim Konstitusi 7 : 0 : 0. Keempat, Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 49/PUU-X/2012 dengan komposisi Hakim Konstitusi 8 : 0 : 0. Kelima, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 63/PUU-
XII/2014 dengan komposisi Hakim Konstitusi 9 : 0 : 0. Keenam, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 72/PUU-XII/2014 dengan
komposisi Hakim Konstitusi 8 : 0 : 0. Ketujuh, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 43/PUU-XV/2017 dengan komposisi Hakim
Konstitusi 8 : 0 : 0. Kedelapan, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 22/PUU-XVII/2019 dengan komposisi Hakim Konstitusi 9 : 0 :

86
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
0. Kesembilan, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 16/PUU-XVIII/2020 dengan komposisi Hakim Konstitusi 9 : 0 : 0. Yang pada
akhirnya dapat diberikan penjelasan bahwa maksud dari “urutan” penulisan komposisi pada kesembilan putusan a quo adalah jumlah
Hakim Konstitusi ketika memberikan: pertimbangan hukum, alasan berbeda, dan baru kemudian yang terakhir adalah pendapat
berbeda.
Pertimbangan hukum adalah pendapat mayoritas (majority opinion), lebih lanjut berpedoman dengan “The U.S. Legal System”
pertimbangan hukum diartikan sebagai: Issued by the controlling majority of justices to explain a decision. Beda halnya dengan
pengertian alasan berbeda yaitu: Issued by one or more judges who agree with the result of a case but wish to provide a separate
discussion of their reasons for joining in this result. Sedangkan pengertian pendapat berbeda adalah Issued by justices who disagree
with the majority’s result in a case. (Ibid: 21).

87
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.

D. Tabel Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris
No Komposisi
Putusan Uji Konstitusional Pemohon Konklusi Amar Putusan Hakim Konstitusi
dalam Putusannya
1 No. 009-  Pemohon Perkara No. 009  Persatuan Notaris - Menyatakan permohonan 8:0:0
014/PUU- dan No. 014 sama–sama Reformasi para Pemohon ditolak.
III/2005. uji formil UU No. 30 Indonesia
Diucapkan 13 Tahun 2004. (PERNORI);
September 2005. Pemohon Perkara No. 009: Pemohon Perkara
 Pasal 1 angka 5, Pasal 3 No. 009.
huruf d, Pasal 8 ayat (2),  Himpunan Notaris
Pasal 15 ayat (2) huruf f, Indonesia (HNI);
Pasal 15 ayat (2) huruf g, Pemohon Perkara
Pasal 67 ayat (1) sampai No. 014.
dengan ayat (6) juncto
Pasal 25 ayat (2), Pasal 26
ayat (1) dan ayat (2), Pasal
78, dan Pasal 82 ayat (1)
UU No. 30 Tahun 2004.
Pemohon Perkara No. 014:
 Pasal 1 angka 5 juncto
Pasal 82 ayat (1) dan Pasal
16 ayat (1) huruf k UU No.
30 Tahun 2004.
2 No. 135/PUU-  Pasal 73 ayat (2) UU No. Perorangan; • Mahkamah berwenang untuk Menyatakan permohonan 9:0:0
VII/2009. 30 Tahun 2004. pekerjaan swasta. memeriksa, mengadili, dan Pemohon tidak dapat
Diucapkan 9 memutus permohonan a quo; diterima.
Februari 2010. • Pemohon tidak memiliki
kedudukan hukum (legal
standing);
• Pokok permohonan tidak
dipertimbangkan.

88
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
3 No. 52/PUU-  Pasal 8 ayat (1) huruf b dan Perorangan; • Mahkamah berwenang Menyatakan menolak 7:0:0
VIII/2010. Pasal 8 ayat (2) UU No. 30 menjabat sebagai memeriksa, mengadili, dan permohonan Pemohon
Diucapkan 15 Tahun 2004. Notaris. memutus perkara untuk seluruhnya.
Oktober 2010. a quo;
• Pemohon memiliki kedudukan
hukum (legal standing) untuk
bertindak
selaku Pemohon dalam perkara
a quo;
• Permohonan Pemohon tidak
beralasan hukum.

4 No. 49/PUU-  Pasal 66 ayat (1) UU No. Perorangan; • Mahkamah berwenang untuk Mengabulkan permohonan 8:0:0
X/2012. 30 Tahun 2004. pekerjaan swasta. mengadili permohonan a quo; Pemohon untuk seluruhnya.
Diucapkan 28 • Pemohon memiliki kedudukan
Mei 2013. hukum (legal standing) untuk
mengajukan
permohonan a quo
• Pokok permohonan Pemohon
beralasan menurut hukum.

5 No. 63/PUU-  Pasal 82 ayat (1), ayat (2),  Pemohon I dan II; • Mahkamah berwenang untuk Menyatakan menolak 9:0:0
XII/2014. dan ayat (3) UU No. 2 menjabat sebagai mengadili permohonan a quo; permohonan para Pemohon
Diucapkan 3 Tahun 2014 tentang Notaris. • Para Pemohon memiliki untuk seluruhnya.
Desember 2014. Perubahan UU No. 30  Himpunan Notaris kedudukan hukum (legal
Tahun 2004. Indonesia (HNI). standing) untuk mengajukan
permohonan a quo
• Permohonan para Pemohon
tidak beralasan menurut
hukum.

89
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
6 No. 72/PUU-  Pasal 66 ayat (1), ayat (3), Perorangan; • Mahkamah berwenang untuk Menyatakan permohonan 8:0:0
XII/2014. dan ayat (4) UU No. 2 pekerjaan Advokat. mengadili permohonan a quo; Pemohon tidak dapat
Diucapkan 26 Tahun 2014 tentang • Pemohon tidak memiliki diterima.
Agustus 2015. Perubahan UU No. 30 kedudukan hukum (legal
Tahun 2004. standing) untuk mengajukan
permohonan a quo
• Pokok permohonan Pemohon
tidak dipertimbangkan.

7 No. 43/PUU-  Pasal 17 ayat (1) huruf a Perorangan; • Mahkamah berwenang Menyatakan permohonan 8:0:0
XV/2017. UU No. 2 Tahun 2014 pekerjaan swasta. mengadili permohonan a quo; Pemohon tidak dapat
Diucapkan 19 tentang Perubahan UU No. • Pemohon tidak memiliki diterima.
oktober 2017. 30 Tahun 2004. kedudukan hukum untuk
mengajukan
permohonan a quo;
• Permohonan tidak jelas
(obsuur libel);
• Pokok permohonan tidak
dipertimbangkan.

8 No. 22/PUU-  Pasal 75 huruf a dan Pasal Perorangan;  Mahkamah berwenang 9:0:0
XVII/2019. 79 UU No. 30 Tahun 2004. pekerjaan mengadili permohonan a quo;
Diucapkan 20 wiraswasta.  Pemohon memiliki kedudukan
Met 2019.  Pasal 66 ayat (1) dan Pasal hukum untuk mengajukan
66 ayat (4) UU No. 2 permohonan a quo;
Tahun 2014 tentang  Permohonan Pemohon  Tidak dapat diterima.
Perubahan UU No. 30 berkenaan dengan UU
Tahun 2004. Kekuasaan Kehakiman serta
Pasal 75 huruf a dan Pasal 79
UU Jabatan Notaris adalah
kabur (obscuur);
 Permohonan Pemohon  Menolak permohonan
berkenaan dengan Pasal 66 Pemohon untuk selain dan
selebihnya.

90
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
ayat (1) dan ayat (4) UU
Jabatan Notaris tidak beralasan
menurut hukum.

9 No. 16/PUU-  Pasal 66 ayat (1) UU No. 2  Pemohon 1;  Mahkamah berwenang 9:0:0
XVIII/2020. Tahun 2014 tentang Persatuan Jaksa mengadili permohonan a quo;
Sidang Perubahan UU No. 30 Indonesia (PJI).  Pemohon I, Pemohon III,  Menyatakan permohonan
Pemeriksaan Tahun 2004; sepanjang  Pemohon II, Pemohon IV, dan Pemohon V Pemohon I, Pemohon III,
Pendahuluan frasa “dengan persetujuan Pemohon III, tidak memiliki kedudukan Pemohon IV, dan Pemohon
pada 23 Majelis Kehormatan Pemohon IV, dan hukum untuk mengajukan V tidak dapat diterima;
Februari 2020. Notaris.” Pemohon V; permohonan a quo;
perorangan
berprofesi sebagai  Pemohon II memiliki  Menolak permohonan
Jaksa. kedudukan hukum sehingga Pemohon II untuk selain
dapat mengajukan permohonan dan selebihnya.
a quo;
 Pertimbangan hukum dalam
Perkara Nomor 22/PUU-
XVII/2019 mutatis mutandis
berlaku bagi permohonan a
quo;
 Pokok permohonan tidak
beralasan menurut hukum.

Sumber: diolah dari berbagai Putusan Mahkamah Konstitusi terkait uji konstitusional UU Jabatan Notaris, dan lihat juga (serta bandingkan) dalam Iskandar Muda,
“Logika Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17 No. 2 Juni 2020.

91
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Daftar Pustaka

A. Buku, Jurnal, Disertasi


I Dewa Gede Palguna, Pengaduan konstitusional (constitutional complaint): Upaya hukum terhadap pelanggaran hak-hak konstitusional warga negara.
Cetakan Pertama. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Iskandar Muda, Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi, Cetakan pertama, 2020, Surakarta: CV Kekata Group.
Iskandar Muda, “Interpretasi Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Yudisial, Vol. 13 No. 3
(Desember 2020).
Iskandar Muda, “Logika Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17
No. 2 (Juni 2020).
Iskandar Muda, “Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Putusannya,” Disertasi, Jakarta: Program Doktor Ilmu
Hukum Universitas Trisakti, 2019.
Iskandar Muda, “Tidak Dinamis Namun Terjadi Dinamika dalam Hal Uji Konstitusional Norma Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3 (Desember 2018).
Iskandar Muda, “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15 No. 2 (Juni 2018).
Iskandar Muda, “The Legal Logic of the Collapse on Non-Retroactive Doctrine in the Constitutional Court Decision,” Journal Constitutional Review,
Vol. 3 No. 1, (May 2017).
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
C. Putusan Mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 009-014/PUU-III/2005.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 135/PUU-VII/2009.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 52/PUU-VIII/2010.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUU-X/2012.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 63/PUU-XII/2014.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 72/PUU-XII/2014.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 43/PUU-XV/2017.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 22/PUU-XVII/2019.
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 16/PUU-XVIII/2020.

92
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Biodata Penyusun
Nama & Gelar : Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungkarang / 09 Maret 1974
NIDN / NIK : 0209037402 / 531161119006
No. Sertifikat Dosen : 15102100902189
Jabatan Akademik : Lektor
Pangkat/Inpassing : Penata, Gol. III/c
Home Base : Universitas YARSI
Bidang Keahlian : Hukum Tata Negara (Constitutional Law)
N0. HP : 082281990787 / 081377723907
Alamat email : iskandarmudaaphamk@yahoo.co.id
iskandar.muda@yarsi.ac.id
ResearchGate, Scholar  SINTA ID :
https://www.researchgate.net/profile/Iskandar_Muda2
https://scholar.google.co.id/citations?user=oOwO8X4AAAAJ&hl=id
http://sinta.ristekbrin.go.id/authors/detail?id=6725590&view=overview

PENDIDIKAN FORMAL
 Sarjana Hukum Th. 2007 & Magister Hukum Th. 2010 Universitas Lampung; Predikat Cum Laude.
 Doktor Hukum Tata Negara Th. 2019 Universitas Trisakti; Lulusan Tercepat angkatan XIV (2016-2019) dengan Predikat Cum Laude (lulusan ke-
125).

PENDIDIKAN PROFESIONAL
 2011; Angkatan Pertama, Diklat “Hukum Acara MK bagi Pengajar Hukum Acara MK,” Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
 2012; Pelatihan “Jenjang Jabatan Akademik,” Kopertis II.
 2014; Pelatihan “Penyusunan Beban Kewajiban Dosen dan Usaha Peningkatan Profesional Dosen dalam Mengajar,” Kopertis II.
 2015; Training of Trainers “4 Pilar MPR RI,” MPR RI.
 2016; Pelatihan Penyusunan Beban Kerja Dosen Yang Sudah Disertifikasi, Kopertis II.

93
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
AKTIFITAS MENGAJAR
Tahun 2007 bergabung dengan Universitas Malahayati, sejak tahun 2010 sebagai Dosen Tetap di FE dan FH Univ Malahayati, selain itu sebagai Dosen
Luar Biasa (DLB) di Fak. Syariah UIN Raden Intan Lampung, begitu pula tahun 2018-2019 sebagai DLB di FH Univ. Singaperbangsa Karawang.
Terhitung 21 Agustus 2019 sebagai Dosen Tetap di Univ. YARSI mengajar di Magister Kenotariatan dan Fakultas Hukum. Adapun berbagai mata kuliah
yang diajar adalah: Undang-Undang Jabatan Notaris, Politik Hukum Kenotariatan, Hukum Tata Negara, Perbandingan Hukum Tata Negara, Hukum
Konstitusi, dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.
REVIEWERS JURNAL HUKUM
Sebagai reviewers (mitra bestari) Diversi Jurnal Hukum terbitan Fak. Hukum Universitas Islam Kadiri:
https://ejournal.uniska-kediri.ac.id/index.php/Diversi/Reviewer
PRESTASI
1. Lulusan Tercepat pada Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti Angkatan XIV (2016-2019) dengan Predikat Cum Laude
(Lulusan ke-125).
2. Quattrick; empat tahun secara beruntun (2017-2020) sebagai Dosen Pembina/Pembimbing Tim Debat Konstitusi di berbagai kampus;
baik kampus Negeri maupun Swasta di tiga Provinsi berbeda; sehingga kampus-kampus tersebut untuk pertama kalinya berhasil lolos dari
tahap eliminasi dan berhak ke-Tingkat Regional pada kompetisi debat konstitusi antar Perguruan Tinggi se-Indonesia yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Yaitu sebagai berikut:
 Pembina; Th. 2020 Univ. YARSI - DKI Jakarta;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=NgRHUOCQyeM
 Pembimbing; Th. 2019 Univ. Singaperbangsa Karawang - Jawa Barat;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=cod-OMaeijU
 Pembimbing; Th. 2018 UIN Raden Intan - Lampung;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=ZhXYGwJdqzE
 Pembimbing; Th. 2017 UIN Raden Intan - Lampung;
tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=Px_BbW08sE4
3. Dengan Prestasi Juara II, sebagai Pembimbing Tim Debat Konstitusi UIN Lampung dalam Kompetisi Debat Konstitusi MPR RI, Hotel
Shearaton Bandar Lampung, 6 Desember 2017.
4. Sebagai Ketua Kelompok 5 yang menjadi kelompok terbaik dalam acara ToT Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, diselenggarakan oleh MPR RI
di Palembang, 4-8 Juni 2015.

94
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
KARYA ILMIAH (jurnal, buku, bahan ajar, makalah & artikel)
1. “Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait,” Bahan Ajar,
Jakarta: Magister Kenotariatan Universitas YARSI, 2021.
2. “Interpretasi Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Yudisial, Vol. 13 No. 3, Desember
2020, Jakarta: Komisi Yudisial, (h. 267-288). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)]; Terakreditasi. DOI:
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v13i3.440
3. Perkembangan Kewenangan Konstitusional Mahkamah Konstitusi, Cetakan pertama, 2020, Surakarta: CV Kekata Group (ISBN: 978-623-298-078-
5).
4. “Logika Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Uji Konstitusional Undang-Undang Jabatan Notaris,” Jurnal Konstitusi, Vol. 17 No. 2, Juni
2020. Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 330-354). [ISSN: 1829-7706 (print) & 2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI:
https://doi.org/10.31078/jk1725
5. “Tidak Dinamis Namun Terjadi Dinamika Dalam Hal Uji Konstitusional Norma Zina,” Jurnal Yudisial, Vol. 11 No. 3, Desember 2018, Jakarta:
Komisi Yudisial, (h. 291-306). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)]; Terakreditasi. DOI: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i3.316
6. “Fenomena Two in One Pengujian Perppu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 15 No. 2, Juni 2018, Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 257-281). [ISSN: 1829-
7706 (print) & 2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI: https://doi.org/10.31078/jk1522
7. “The Legal Logic of the Collapse on Non-Retroactive Doctrine in the Constitutional Court Decision,” Constitutional Review Journal, Vol. 3, No. 1,
May 2017, Jakarta: The Constitutional Court of The Republic of Indonesia, (h. 98-118). [ISSN: 2460-0016 (print) & 2548-3870 (online)];
Internasional. DOI: https://doi.org/10.31078/consrev315
8. “Penafsiran Hukum Yang Membentuk Keadilan Legal Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,” Jurnal Yudisial, Vol. 9 No.1, April 2016,
Jakarta: Komisi Yudisial, (h. 37-50). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)]; Terakreditasi. DOI: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v9i1.30
9. “Pro-Kontra Dan Prospektif Kewenangan Uji Konstitusionalitas Perpu,” Jurnal Konstitusi, Vol. 10 No. 1, Maret 2013, Jakarta: Mahkamah
Konstitusi, (h. 69-88). [ISSN: 1829-7706 (print) & 2548-1657 (online)]; Terakreditasi. DOI: https://doi.org/10.31078/jk%25x
10. “Penerapan Konsep Hukum Pembangunan Ekonomi Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Pekerja Alih Daya: Kajian Putusan MK No. 27/PUU-
IX/2011,” Jurnal Yudisial, Vol. 6 No.1, April 2013, Jakarta: Komisi Yudisial, (h. 17-32). [ISSN: 1978-6506 (print) & 2579-4868 (online)];
Terakreditasi]. DOI: http://dx.doi.org/10.29123/jy.v6i1.116
11. “Konstitusionalitas Mengenai Kekuasaan Negara Dalam Kegiatan Penanaman Modal (Analisis Putusan MK No. 21-22/PUU-V/2007),” Jurnal
Konstitusi, Vol. 8 No. 6, Desember 2011, Jakarta: Mahkamah Konstitusi, (h. 881-908). [ISSN: 1829-7706 (print) & 2548-1657 (online)];
Terakreditasi. DOI: https://doi.org/10.31078/jk%25x
12. Pokok-Pokok Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, 2012, Bandar Lampung: Seksi Penerbitan Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung (ISBN
978-979-3161-70-9).

95
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
13. “Politik Hukum Pembentukan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia,” Jurnal Praevia, Vol. 3 No. 1, Juni 2010, Bandar Lampung: Magister Hukum
Univ. Lampung (ISSN 1907-8714).
14. “Constitutional Dialog Sebagai Solusi Ketatanegaraan: Suatu Solusi Pasca Putusan MK Terkait Pencantuman Penganut Kepercayaan Pada Kolom
Agama Di KTP,” makalah disampaikan dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Percepatan Pembangunan Bidang Agama Dalam Naskah
GBHN Sebagai Pedoman Haluan Pembangunan,” diselenggarakan atas Kerjasama MPR RI dengan UIN Lampung, Hotel Novotel Bandar Lampung,
7 Desember 2017.
15. “Peradilan Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda,” Majalah Konstitusi, No. 60, Edisi Januari 2012.
16. “Pluralisme Hukum dalam Konstitusi Indonesia,” makalah disampaikan dalam Seminar Hukum “Peluang dan Tantangan Hukum Islam di Indonesia”
diselengarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 10 November 2013 di Aula Fak.Syari’ah IAIN Raden
Intan Lampung.
17. “Jurus 4B dalam Pembelajaran Ilmu Hukum,” makalah disampaikan dalam Seminar Hukum “Kiat-kiat Menulis Jurnal Ilmu Hukum” diselengarakan
oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 14 Desember 2013 di Gedung Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
18. “Pidana Mati Tidak Melanggar Konstitusi & UU HAM,” makalah disampaikan dalam Seminar Hukum “Pro-Kontra Hukuman Mati Untuk
Koruptor” diselengarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 13 Oktober 2012 di Gedung Perpustakaan
IAIN Raden Intan Lampung.
19. “Pidana Mati : (in) Konstitusional,” harian Radar Lampung, 9 Oktober 2012.
20. “The Living Constitution,” harian Radar Lampung, 19 November 2012.
21. “Konstitusi Kesehatan,” harian Lampung Post, 6 Februari 2016.

PERTEMUAN ILMIAH (Pemateri/Penyaji/Juri/Narasumber)


1. Pemateri dalam Webinar Nasional dengan tema: “Kedudukan Mahkamah Konstitusi Sebagai The Guardian of Constitution Dalam Menjamin Hak-
Hak Konstitusi Masyarakat.” Terselenggara atas kerjasama Fak. Hukum Univ. Trisakti (Peradilan Semu) dan Mahkamah Konstitui RI, 8 Januari
2021.
2. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan Khusus Profesi Advocat” angkatan ke-VIII, diselenggarakan atas
kerjasama DPN Peradi-FH Unsika, zoom meetimg, 17 Oktober 2020.
3. Pemateri dalam acara Webinar Nasional dengan tema “Menganalisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 16/PUU-XVIII/2020 dari
Pelbagai Aspek,” diselenggarakan oleh HIMA Magister Kenotariatan Universitas YARSI, 10 Juli 2020.
4. Pemateri dalam acara Seminar Nasional Konstitusi dengan tema “Penyelesaian Sengketa Pemilu Di Indonesia Dalam Konstitusi Yang
Berupaya Menjaga Martabat Demokrasi” diselenggarakan oleh FH Unsika, Gedung Singaperbangsa Kantor Bupati Pemkab Karawang,
14 Desember 2018.

96
Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah
Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
5. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan Khusus Profesi Advocat” angkatan ke-II, diselenggarakan atas
kerjasama DPN Peradi-FH Unsika, Brits Hotel Karawang 17 Desember 2017.
6. Narasumber dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Percepatan Pembangunan Bidang Agama Dalam Naskah GBHN
Sebagai Pedoman Haluan Pembangunan,” diselenggarakan atas Kerjasama MPR RI dengan UIN Lampung, Hotel Novotel Bandar
Lampung, 7 Desember 2017.
7. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan Khusus Profesi Advocat” angkatan Ke-I, diselenggarakan atas
kerjasama DPN Peradi-FH Unsika, Brits Hotel Karawang 29 Oktober 2017.
8. Pemateri Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dalam acara “Pendidikan dan Pelatihan Profesi Advocat Angkatan II” diselenggarakan
oleh DPW-APSI Provinsi Lampung tanggal 10 Juni 2017.
9. Juri Kompetisi Debat Konstitusi, diselenggarakan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung tanggal 30 Maret & 7
April 2017.
10. Pemateri dalam Seminar “Konstitusionalitas Peran Tenaga Teknis Kefarmasian” diselenggarakan oleh HIMAFARMA Putra Indonesia
Lampung tanggal 30 April 2016 di Gedung Tax Center Universitas Malahayati.
11. Pemateri dalam Seminar “Remaja dan Masa Depan” diselenggarakan oleh Univ. Malahayati pada tanggal 14 April 2016 di Gedung
Graha Bintang Univ. Malahayati Bandar Lampung.
12. Pemateri dalam “Seminar dan Pelatihan Peningkatan Mutu dan Kualitas Pada Mahasiswa Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN” diselenggarakan oleh Malahayati Career Centre pada tanggal 19 Maret 2016 di Gedung MCC Bandar Lampung.
13. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh STIKES Aisyah Pringsewu pada tanggal 3 September
2016.
14. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh Akbid Adila Bandar Lampung pada tanggal 6
September 2016.
15. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh Akbid Nadila Bandar Lampung pada tanggal 7
September 2016.
16. Pemateri dalam Seminar Hukum “Konstitusionalitas Peradilan Agama dalam Penanganan Sengketa Perbankan Syariah” diselengarakan
oleh HMJ-MU Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 8 November 2015 di Auditorium Fak.Syari’ah IAIN Raden
Intan Lampung.
17. Penyaji Materi dalam Simulasi “Training of Trainers Sosialisasi 4Pilar MPR RI” diselenggarakan oleh MPR RI pada tanggal 4-8 Juni
2015 di Palembang.

97
View publication stats

Undang-Undang Jabatan Notaris, Perubahan dan Penjelasannya dalam Satu Naskah


Beserta Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait

(Revisi 2)

Disusun oleh:
Dr. Iskandar Muda, S.H., M.H.
18. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh STIKES Aisyah Pringsewu pada tanggal 7 September
2015.
19. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh Akbid Adila Bandar Lampung pada tanggal 2
September 2015.
20. Pemateri Wawasan Kebangsaan bagi Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh Akbid Nadila Bandar Lampung pada tanggal 3
September 2015.
21. Pemateri dalam Seminar Hukum “Peluang dan Tantangan Hukum Islam di Indonesia” diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah
IAIN Raden Intan Lampung pada tanggal 10 November 2013 di Aula Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
22. Pemateri dalam Seminar Hukum “Kiat-kiat Menulis Jurnal Ilmu Hukum” diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN
Raden Intan Lampung pada tanggal 14 Desember 2013 di Gedung Fak.Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
23. Pemateri dalam Seminar Hukum “Pro-Kontra Hukuman Mati Untuk Koruptor” diselenggarakan oleh UKM-F Mahasiswa Syari’ah IAIN
Raden Intan Lampung pada tanggal 13 Oktober 2012 di Gedung Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung.

ORGANISASI PROFESI
Anggota Asosiasi Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (APHAMK: KTA No. 2011000194).

98

Anda mungkin juga menyukai