TENTANG
PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
DRAFT
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO
TENTANG
PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
Hukum Daerah.
ii
Naskah Akademik ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat
Situbondo, 2017
Sekretaris Daerah,
ttd
Nama
Pangkat Golongan
NIP ......................
iii
DAFTAR ISI
BAB I : Pendahuluan
iv
5.2. Materi Yang Akan Diatur ............................................... 94
BAB VI : Penutup
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin yaitu ”de= lepas dan
Kewenangan Antara DPRD Dan Kepala Daerah PT Alumni Bandung 2008. hal.
21.
peraturan daerah yang disusun dalam program pembentukan
Akademik.
1
masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,
2
bukanlah hanya persoalan tata bahasa saja. Peraturan
3
harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang
4
lainnya untuk memperoleh keperluan hidupnya. Keperluan atau
produk hukum ada yang tidak memiliki salah satu dari sifat
5
berlakunya produk hokum, maka dapat dikatakan produk hukum
6
3. Bagaimanakah keterkaitan antara Rancangan Peraturan
lainnya?
Daerah.
7
Hukum Daerah dapat diperoleh dari dua macam kegunaan, yakni
1. Kegunaan Teoritis:
Kabupaten Situbondo.
2. Kegunaan Praktis:
8
1.4. Metode Penelitian
Kabupaten Situbondo.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PRAKTIK EMPIRIK
“negara hukum” dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 perlu
(Legalitas)
2.Perlindungan HAM,
3.Pemisahan Kekuasaan,
Saxon yakni The Rule of Law. Secara Konseptual “the rule of law”
persons and bodies and the government itself are equal before and
1.supremacy of law,
1
Moh. Mahfud MD, 1993, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Liberty, Jogjakarta,
h.28
2
PH. Collin, 2004, Dictionary of Law, Fourth Edition, Bloomsbury Publishing Plc,
London. P.266
3
9 A.V Dicey, 1987, Introduction To The Study Of The Law Of The Constitution,
Fifth edition, London, Macmillan And Co., Limited New York: The Macmillan Company, p. 179-
187.
11
pemahaman dan bersifat kognitif. Pemikiran ini menekankan pada
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
12
tanduk pemerintah berdasarkan hukum) memperlihatkan
13
baik (algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar,
meliputi :
kedaulatan rakyat.
14
a. Asas Kejelasan Tujuan adalah bahwa setiap pembentukan
masyarakat;
15
oleh masyarakat, sesuai dengan kenyataan hidup
undangan;
16
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
17
6) Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa
Filsafat Sebagai Landasan Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 47.
18
undangan, dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yakni Pertama,
sebagai berikut :
2. Asas keseimbangan
melakukan kesalahan.
Disertasi untuk Ujian Promosi Doktor Dari Dewan Penguji Sekolah Pascasarjana
UGM, 12 Desember 2007, hal. 17.
19
4. Asas bertindak cermat
20
wenang dan tidak layak maka keputusan yang berkaitan
berkepentingan.
21
sisi lain juga terkena aturan norma hukum yang dibuatnya
sendiri.9
masyarakat di sana ada hukum (ubi societas ibi ius). Hukum ada
komunitas).
22
mengabsahkan (justifikasi) perubahan-perubahan yang terjadi
23
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti
negara.
terpelihara”13
24
pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis
25
ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencari
dianggap baik (sehingga harus dianuti atau ditaati) dan apa yang
sebagai seni.14
26
(institusi) dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum
kaedah.16
15Ibid.
16Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Liberty, 2003, hal.39.
27
Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa hukum itu
kepentingannya.
17Ibid, 57-61.
28
penyelenggaraan negara. Dengan adanya otonomi daerah, daerah
eksekutif.18
29
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah
dan namos. Autos yang memiliki arti "sendiri" serta namos yang
daerahnya masing-masing.
betikut:
30
sebuah kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu
mampu dipertanggungjawabkan.
daerah.
31
7. Benyamin Hoesein: otonomi daerah adalah pemerintahan
1945.
32
2) Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 mengenai
Daerah.
33
Pemerintah Daerah sampai saat ini sudah banyak mengalami
Daerah.
lebih baik.
34
3) Keadilan nasional.
Republik Indonesia.
serta tujuan ekonomi. Hal yang ingin dicapai melalui tujuan politik
cara melalui partai politik dan DPRD. Hal yang ingin dicapai
masyarakat.
35
otonomi yang diberikan terhadap pemerintah daerah merupakan
fiskal nasional.
rakyat.
36
1) Asas kepastian hokum. Asas yang lebih mengutamakan
serta selektif.
peraturan perundang-undangan.
37
8) Asas efisiensi dan efektifitas. Asas yang dapat menjamin
tersebut.
38
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.19
39
secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran. 2) hukum
40
kedamaian. 11) hukum sebagai jalinan nilai-nilai baru, yaitu dari
dianggap baik (sehingga harus dianuti atau ditaati) dan apa yang
sebagai seni.
41
yang manusiawi, hak memperoleh kesejahteraan dan pekerjaan
tugas yang digariskan oleh hukum ini, maka hal ini berarti
negara hukum.
oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya
menurut-perspektif-ham-internasional/
42
pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit.
dikembangkannya istilah the rule of law atau dalam istilah the rule
of law and not of a man versus istilah the rule by law yang berarti
just law. Dalam istilah the rule of law and not of man,
24Ibid.
43
law yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang
44
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
45
lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
dan tantangan pada era otonomi dan globalisasi saat ini serta
Daerah”. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), 2009.
hal. 60.
46
Dari sudut pandang pemberdayaan politik, tujuan
daerah.
47
tinggi. Sehingga harus tunduk pada asas tata urutan peraturan
baru di masyarakat.
48
materi muatan perda adalah menjabarkan lebih lanjut peraturan
khusus daerah.
49
skala yang besar dan tidak sesuai dengan perencanaan
pembangunan.
50
2.7. Gambaran Umum Kabupaten Situbondo
51
2 Jatibanteng 66.08 4.03
3 Banyuglugur 72.66 4.43
4 Besuki 26.41 1.61
5 Suboh 30.84 1.88
6 Mlandingan 39.61 2.42
7 Bungatan 66.07 4.03
8 Kendit 114.14 6.97
9 Panarukan 54.38 3.32
10 Situbondo 27.81 1.70
11 Mangaran 46.99 2.87
12 Panji 35.7 2.18
13 Kapongan 44.55 2.72
14 Arjasa 216.38 13.21
15 Jangkar 67 4.09
16 Asembagus 118.74 7.25
17 Banyuputih 481.67 29.40
Situbondo 1 638.50 100.00
Sumber/Source: BPN Kabupaten Situbondo / Land Affair Office, Situbondo Regency
52
Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah
Probolinggo.
53
Kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan
2.7.2. Pemerintahan
54
Kabupaten Situbondo terdiri dari 17 (tujuh belas) Wilayah
55
legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak
45 (empat puluh lima) orang, terdiri dari 35 (tiga puluh lima) orang
56
9 Panarukan 53.169 55.328 55.829 5,00 0,91
10 Situbondo 46.952 47.764 47.924 2,07 0,33
11 Mangaran 32.009 32.762 32.922 2,85 0,49
12 Panji 68.461 71.233 71.874 4,99 0,90
13 Kapongan 37.075 38.018 38.222 3,09 0,54
14 Arjasa 39.791 40.440 40.567 1,95 0,31
15 Jangkar 36.395 36.930 37.030 1,74 0,27
16 Asembagus 47.348 47.850 47.933 1,24 0,17
17 Banyuputih 54.420 57.366 58.073 6,71 1,23
rasio sex sebesar 0.95 yang berarti bahwa dari 100 penduduk
2014 berjumlah 666.013 jiwa, hal ini berarti bertambah 317 jiwa
di tahun 2015.
jiwa/Km2.
57
Pengangguran Terbuka sejumlah 13.013 jiwa, sedangkan
2.7.4. Sosial
2.7.4.1. Pendidikan
sejumlah 37 unit.
58
2.7.4.2. Kesehatan
2.7.4.3. Agama
59
0,01 %.
2.7.4.4. Kriminalitas
1.
60
2015 naik menjadi 148 507 958,98 Ribu Rupiah atau naik
ribu rupiah dan tahun 2015 naik menjadi 787 728 919,00 ribu
9,03 %.
61
Kelompok padi-padian merupakan kelompok makanan yang
62
kepentingan yang idealitasnya harus menjadi ruh dalam
31http://nhinurusaadah.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pengaruh-
hunian-mahasiswa.html
32 Herlambang, Op.Cit, hal. 3.
63
nasional, yang sejatinya benar-benar berangkat dari realitas atau
undangan
64
BAB III
EVALUASI DAN ANALISA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
1945
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
meliputi:
a. Kejelasan tujuan.
66
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
undangan.
d. Dapat dilaksanakan.
f. Kejelasan rumusan.
67
g. Keterbukaan.
Peraturan Perundang-undangan.
mencerminkan asas:
a. Pengayoman.
ketentraman masyarakat.
b. Kemanusiaan.
68
c. Kebangsaan.
Republik Indonesia.
d. Kekeluargaan.
e. Kenusantaraan.
1945.
69
dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam
g. Keadilan.
sosial.
70
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa
dan negara.
Peraturan Perundang-undangan.
71
(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah
72
yang telah ditinjau secara sistemik holistik dan futuristik dari
peraturan perundang-undangan.
Pemerinrahan Daerah
kewenangan Daerah.
73
pada ayat (2), Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan
muatan:
Pembantuan; dan
74
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
perundangundangan.
Hukum Daerah.
Kabupaten/Kota.
75
Hal itu sesuai dengan pertimbangan dalam Peraturan
76
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, YURIDIS, DAN SOSIOLOGIS
menunjuk pada apa yang seharusnya ada (das sollen) dan bukan
yang de facto ada (das sein). Hukum sebagai norma juga memiliki
kewajiban yuridis.2
Di Indonesia, http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-content/uploads/10.-Wayan-
Resmini.pdf,.
2Theo Huijbers,. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius
Yogyakarta, 1982. hal. 45-47.
beda adalah kenyataan yang eksistensial. Keberagaman hak dan
78
Bahkan, sang pencuripun tidak harus mengerti bahwa tindakan
untuk mengimplementasikannya.
dalam diri subyek sendiri, tidak dapat dipaksakan begitu saja dari
79
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Sedangkan kekuatan
Negara.5
80
mengatur, melaksanakan dan melakukan pengawasan serta
81
merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik
7Ibid.
82
demikian inilah yang kemudian seperti mendapatkan legitimasinya
Perda.
“ubi societas, Ibi ius”, dimana ada masyarakat dan di situ ada
83
hukum. Masyarakat memerlukan aturan hukum, agar
84
Setelah membatalkan 3.143 Perda yang terkait dengan investasi.
nilai dari konsep abstrak dalam diri manusia tentang apa yang
dianggap baik sehingga dianut atau ditaati, dan apa yang dianggap
11http://setkab.go.id/kemendagri-resmi-umumkan-3-143-perda-yang-
dibatalkan/
12Soerjono Soekanto, Mengenai Sosiologi Hukum, Alumni, Bandung,
1981, hal. 29.
85
tidak berlatar kepentingan atau keinginan-keinginan riil
masyarakat (sosiologis).
86
Norma yuridis yang dibentuk hanya akan menjadi produk
dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa
“De Jure Belli Pacis” (Hukum Perang dan Damai), bahwa hukum
87
mengatakan bahwa: Hukum adalah peraturan-peraturan yang
berwajib.15
88
Daerah meliputi: 1. Pelaksanaan bidang pelayanan umum yang
daerah.
89
Misalnya dalam pengadaan pajak dan retribusi daerah yang
pajak dan retribusi daerah, sebab pajak dan retribusi daerah yang
Nomor 8 Tahun 2003 (Studi Kasus Pelaksanaan Pemberian Akta Kelahiran Gratis
di Kota Surakarta). Jurnal Spirit Publik. 2 (2), Oktober pp. 121-130.
90
menurut Wahab,19 suatu implementasi kebijakan yang ditolak
91
Keberhasilan pelaksanaan, menurut Hill dan Hupe dalam
92
tersebut maka untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (3)
93
BAB V
lainnya.
95
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Adapun tujuannya
pengawasan.
Kabupaten Situbondo
96
7. BAB VII MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN
Kepala Daerah.
97
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
99
DAFTAR PUSTAKA
Van Der Tak dalam Aziz Syamsudin, Proses dan Teknik Perundang-
Undangan, Sinar Garfika, Jakarta, 2011
Internet/Koran
http://nhinurusaadah.blogspot.co.id/2013/12/makalah-
pengaruh-hunian-mahasiswa.html, akses 15 Mei 2016
http://setkab.go.id/kemendagri-resmi-umumkan-3-143-perda-
yang-dibatalkan/, akses 15 Mei 2016
http://www.unp.ac.id/downloads/pkmb08/bab-7.pdf, diakes
tanggal 15 Mei 2016.
http://ayub.staff.hukum.uns.ac.id/artikel-artikel/hukuman-mati-
menurut-perspektif-ham-internasional/, diakes tanggal 15
Mei 2016.