Anda di halaman 1dari 12

URGENSI PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA (PROPEMPERDA) SEBAGAI

INSTRUMENT PERENCANAAN DALAM MENGARAHKAN DAN MENDORONG


PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah yang
dibimbing oleh Ihsanul Maarif,S.H.,M.H.

Dosen Pengampu:
Ihsanul Maarif,SH.,MH

Disusun oleh:

Teddy Tasnanto Japutra – 191000430

Kelas H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Urgensi dan Peran Produk
Hukum Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan”. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata kuliah Hukum Islam. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ihsanul Maarif,SH.,MH selaku dosen


saya di mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni..
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 28 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
C. Tujuan dan manfaat............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian lima kaidah, hukum,  menetapkan,  dan hukum Islam...................................................3
B. Lima kaidah hukum dalam menetapkan hukum Islam dan dasar alquran/ haditsnya.......................3
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Propemperda merupakan instrumen perencanaan program pembentukan peraturan
daerah yang dilakukan secara terencana, terpadu dan sistematis yang dilaksanakan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun berdasarkan skala prioritas dan ditetapkan
sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD disahkan.

Pemerintahan Daerah sebagai salah satu unsur penyelenggaraan pemerintahan di


Indonesia berdasarkan Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negera Republik
Indonesia Tahun 1945, diberikan hak untuk menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Peraturan daerah
adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama Pemerindah Daerah, dalam pembentukan peraturan daerah harus dipenuhi syarat
formil dan materil.

Mengenai prosedur atau tata cara pembentukan suatu produk hukum (termasuk
perda) yang merupakan syarat formil dalam pembentukannya, pada dasarnya telah diatur
terlebih dahulu dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai dasar hukum negara. Pengaturan mengenai prosedur atau tata cara pembentukan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan. Untuk pembentukan Peraturan Daerah telah diatur lebih khusus
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan lebih
lanjut dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri R.I Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Mengingat peranan Peraturan Daerah yang demikian penting dalam


penyelenggaraan otonomi daerah, maka penyusunannya perlu diprogramkan, agar
berbagai perangkat hukum yang diperlukan dalam rangka penyelenggarakan otonomi
daerah dapat dibentuk secara sistematis, terarah dan terencana berdasarkan skala prioritas
yang jelas. Penggunaan pengistilahan instrumen perencanaan program pembentukan
1
Perda dalam UU R.I No. 12 Tahun 2011 dengan UU R.I No. 23 Tahun 2014 dan
Permendagri R.I Nomor 80 Tahun 2015, tetapi pada hakikatnya bermakna sama dalam
kaitannya untuk perencanaan pembentukan peraturan daerah yang terencana, terpadu dan
sistematis. Serta peraturan-peraturan ini bersifat saling melengkapi satu sama lain. Untuk
mempermudah penulis dalam penelitian dan penulisan, serta mengikuti perkembangan di
daerah yang lebih mengacu pada UU R.I No. 23 Tahun 2014 dan Permendagri R.I No. 80
Tahun 2015 dalam teknis pembentukan Peraturan Daerah, maka penulis menggunakan
istilah Propemperda dalam menggambarkan instrument perencanaan dalam pembentukan
peraturan daerah.

B. Rumusan Masalah
1.
2. Bagaimana mekanisme pembetukan penyusunan Program Pembentukan Peraturan
Daerah ?
3. Apa saja Problematika penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah ?

C. Tujuan dan manfaat


1. Untuk mengetahui apa arti lima kaidah, hukum,  menetapkan,  dan hukum Islam
menurut KBBI, Ensiklopedi Islam, dan Ensiklopedi Hukum Islam
2. Untuk mengetahui mekanisme dari pembentukan penyusunan Program Pembentukan
Peraturan Daerah
3. Untuk mengetahui berbagai Problematika penyusunan Program Pembentukan
Peraturan Daerah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian lima kaidah, hukum,  menetapkan,  dan hukum Islam

B. Mekanisme penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah

Pembentukan peraturan daerah (perda) merupakan wujud kewenangan yang diberikan


kepada pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah menjadi salah satu alat dalam
melakukan transformasi sosial dan demokrasi sebagai perwujudan masyarakat daerah yang
mampu menjawab perubahan yang cepat dan tantangan pada era otonomi dan globalisasi saat ini
serta terciptanya good local governance sebagai bagian dari pembangunan yang
berkesinambungan di daerah (Siti Masitah, 427:2014). Atas dasar itu pembentukan peraturan
daerah harus dilakukan secara taat asas. Agar pembentukan perda lebih terarah dan terkoordinasi,
secara formal telah ditetapkan serangkaian proses yang harus dilalui yang meliputi proses
perencanaan, proses penyusunan, proses pembahasan, proses penetapan dan pengundangan.
Salah satu yang harus mendapatkan perhatian khusus oleh organ pembentuk perda adalah proses
perencanaan, pada proses ini sangat membutuhkan kajian mendalam, apakah suatu pemecahan
permasalahan di daerah harus diatur dengan perda atau cukup dengan bentuk produk hukum
daerah lainnya. Dalam proses perencanaan ini pula dapat diketahui bagaimana landasan
keberlakuan suatu perda baik secara filosofis, sosiologis maupun yuridis yang biasanya
dituangkan dalam suatu penjelasan atau keterangan atau Naskah akademik, yang untuk
selanjutnya dimuat dalam Program Legislasi Daerah/ Program Pembentukan Peraturan Daerah
(lihat ketentuan Pasal 403 UU Nomor 23 Tahun 2014).

3
Mekanisme Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah secara rinci dapat dilihat
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah. Dalam beberapa ketentuan diatas disebutkan bahwa Program Pembentukan
Peraturan Daerah dapat disusun dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD.

Dalam ketentuan Pasal 10 Permendagri Nomor 1 Tahun 2014 menentukan bahwa


penyusunan peraturan daerah melalui prolegda di lingkungan pemerintah daerah adalah sebagai
berikut:
(1) Kepala daerah memerintahkan pimpinan SKPD menyusun Prolegda di lingkungan
pemerintah daerah.
(2) Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Perda.
(3) Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan
Perda tentang APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota.

Selanjutnya dalam Pasal 11 dan Pasal 12 ditentukan penyusunan prolegda di lingkungan


pemerintah daerah dikoordinasikan oleh biro hukum provinsi atau bagian hukum kabupaten
/kota, yang dapat mengikutsertakan instansi vertikal, apabila sesuai dengan kewenangan, materi
muatan, atau kebutuhan dalam pengaturan, dan selanjutnya oleh biro hukum pada provinsi atau
bagian hukum pada kabupaten/kota, hasil tersebut disampaikan kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah, untuk diteruskan kepada badan legislasi daerah atau badan pembentukan
peraturan daerah melalui pimpinan DPRD.

Demikian juga dengan penyusunan pembentukan peraturan daerah di lingkungan DPRD


diatur dalam Pasal 13 yang menyebutkan:
(1) Balegda menyusun Prolegda di lingkungan DPRD.
(2) Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Perda.
(3) Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan
Perda tentang APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota.
Dalam Pasal 14 disebutkan prolegda antara pemerintah daerah dan DPRD dikoordinasikan oleh

4
DPRD melalui Balegda, dan hasil penyusunan tersebut disepakati menjadi prolegda dan
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan dengan keputusan DPRD. Dalam
keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah menurut Pasal 239 ayat (7) dapat mengajukan
rancangan peraturan daerah di luar program pembentukan peraturan daerah karena alasan:
a. mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;
b. menindaklanjuti kerja sama dengan pihak lain;
c. mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan
Perda yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang
pembentukan peraturan daerah dan unit yang menangani bidang hukum pada Pemerintah Daerah
d. akibat pembatalan oleh Menteri untuk Perda Provinsi dan oleh Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat untuk Perda Kabupaten/Kota, dan
e. perintah dari ketentuan peraturan perundan-undangan yang lebih tinggi setelah program
pembentukan Perda ditetapkan.

C. Problematika penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah

Meskipun tahapan dan mekanisme penyusunan program pembentukan perda telah diatur
secara rinci dalam peraturan perundang-undangan, namun dalam prakteknya masih saja
ditemukan berbagai permasalahan sebagaimana telah diuraikan terdahulu. Berdasarkan ketentuan
Pasal 33 jo. Pasal 40 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Prolegda (baca :
Program Pembentukan Perda) memuat program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kota dengan judul rancangan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, materi yang
akan diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. materi yang akan
diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya mengenai konsepsi
rancangan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, yang meliputi:

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan;

b. Sasaran yang ingin diwujudkan;

c. Pokok pikiran, lingkup atau objek yang akan diatur;dan

5
d. Jangkauan dan arah pengaturan. Materi yang diatur dimaksud yang telah melalui
pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam naskah akademik. Lebih lanjut ketentuan Pasal
56 ayat (2)

Rumusan tersebut menunjukkan bahwa sudah seharusnya ketika penyusunan program


pembentukan perda dilaksanakan, hasil pengkajian dan penyelarasan dalam bentuk keterangan
atau penjelasan dan/atau naskah akademik rancangan perda telah ada terlebih dahulu. Hasil
pengkajian dan penyelarasan ini sangat diperlukan untuk mengetahui logika akademik
sejauhmana urgensi suatu permasalahan diatur dalam bentuk perda sehingga ditetapkan menjadi
skala prioritas dalam program pembentukan perda, selain itu dalam matriks pengisian program
pembentukan perda sebagaimana dimaksud dalam lampiran I Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2014 terdapat satu kolom yang berisi apakah suatu rancangan perda disertai
Naskah akademik atau disertai dengan keterangan atau penjelasan. Namun, berdasarkan hasil
kegiatan inventarisasi, klassifikasi dan penetapan Peraturan Daerah yang dilakukan oleh Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara ditemukan bahwa program pembentukan peraturan daerah hanya berisi daftar
judul rancangan peraturan daerah tanpa didasarkan atas kajian mendalam yang dituangkan baik
dalam keterangan, penjelasan maupun naskah akademik rancangan peraturan daerah.
Penyusunan penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah akademik sebelum penetapan Program
pembentukan peraturan daerah sulit untuk diimplementasikan di daerah, dikarenakan
pembiayaan pembentukan peraturan daerah baru dianggarkan setelah program pembentukan
peraturan daerah ditetapkan, padahal proses pembentukan peraturan daerah dimulai dari tahapan
perencanaan yang didahului dengan penyusunan penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah
akademik dan penetapan program pembentukan peraturan daerah. Sehingga setelah program
pembentukan perda ditetapkan barulah dimulai pembuatan penjelasan atau keterangan dan/ atau
naskah akademik ranperda, dan bahkan terkadang penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah
akademik dibuat setelah penyusunan draft ranperda.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dipertimbangkan untuk melakukan


perubahan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan program
pembentukan Perda agar mengharuskan keberadaan penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah
akademik pada saat penyusunan program pembentukan perda, sehingga dapat dilihat urgensi dan

6
seberapa prioritas suatu permasalahan diatur dalam suatu perda. Selain itu untuk memudahkan
proses pembentukan peraturan daerah sudah sepatutnya penganggaran pembentukan peraturan
daerah, terlebih dahulu dialokasikan anggaran untuk pembuatan naskah akademik, dengan
demikian pada proses penyusunan program pembentukan peraturan daerah di tahun mendatang
tidak mengalami hambatan yang berarti.

Adapun parameter untuk prioritas pembuatan penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah
akademik dapat dipedomani sebagai berikut:
a. perintah peraturan perundang-undangan lebih tinggi;
b. rencana pembangunan daerah;
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemunculan kaidah-kaidah fikih (al-qawaid al-fiqhiyyah) bukanlah tanpa sebab, ia


muncul atas daya pikir (ijtihad) ulama yang menelusuri hukum-hukum serta melihat
problematika kehidupan di masyarakat yang terus berkembang. Kaidah fikih dirumuskan
dan muncul lantaran ada landasan dari nash al-Qur’an maupun as-Sunnah yang berisi
konsekuensi hukum general yang dapat mencakup masalah yang spesifik atau khusus.
kaidah fikih berperan penting sebagai ‘pisau analisis’ mengingat permasalahan hukum di
era kontemporer semakin berkembang dan kompleks. Tentu saja, kaidah fikih tidak
sendirian, dibutuhkan juga perangkat ilmu lain untuk menghasilkan hukum yang
komprehensif.

B. Saran

kaidah-kaidah yang mencakup sebagian besar cabang masalah-masalah fiqih yang dapat
dipedomani dalam penyelesaian hukum berbagai peristiwa yang tetap muncul dalam
masyarakat.Maka dari itu, apabila hendak memunculkan kaidah-kaidah baru di dalam
fikih,
maka harus ditelusuri dahulu hukum-hukum fikihnya, baru diukur akurasi kaidah tersebut
dengan ayat dan hadis. Selanjutnya, didiskusikan dan diuji oleh para ulama yang punya
kapasitas ilmu, barulah muncul kaidah yang mapan, mengingat pengungkapan nash-nash
hukum ini kebanyakan hanya prinsip-prinsip umum saja, dan sifatnya tentu saja sangat
dinamis (murunah), maka perlu dilakukan penafsiran-penafsiran dengan
mengkomunikasikannya kepada kebutuhan dan kondisi masyarakat yang selalu
berkembang.

8
https://jdih.babelprov.go.id/content/program-pembentukan-peraturan-daerah
https://media.neliti.com/media/publications/147373-ID-urgensi-program-pembentukan-
perda-propem.pdf

Anda mungkin juga menyukai