Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Pemerintahan Daerah yang
dibimbing oleh Ihsanul Maarif,S.H.,M.H.
Dosen Pengampu:
Ihsanul Maarif,SH.,MH
Disusun oleh:
Kelas H
FAKULTAS HUKUM
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Urgensi dan Peran Produk
Hukum Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan”. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata kuliah Hukum Islam. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
C. Tujuan dan manfaat............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian lima kaidah, hukum, menetapkan, dan hukum Islam...................................................3
B. Lima kaidah hukum dalam menetapkan hukum Islam dan dasar alquran/ haditsnya.......................3
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Propemperda merupakan instrumen perencanaan program pembentukan peraturan
daerah yang dilakukan secara terencana, terpadu dan sistematis yang dilaksanakan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun berdasarkan skala prioritas dan ditetapkan
sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD disahkan.
Mengenai prosedur atau tata cara pembentukan suatu produk hukum (termasuk
perda) yang merupakan syarat formil dalam pembentukannya, pada dasarnya telah diatur
terlebih dahulu dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai dasar hukum negara. Pengaturan mengenai prosedur atau tata cara pembentukan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan. Untuk pembentukan Peraturan Daerah telah diatur lebih khusus
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan lebih
lanjut dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri R.I Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
B. Rumusan Masalah
1.
2. Bagaimana mekanisme pembetukan penyusunan Program Pembentukan Peraturan
Daerah ?
3. Apa saja Problematika penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Mekanisme Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah secara rinci dapat dilihat
dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah. Dalam beberapa ketentuan diatas disebutkan bahwa Program Pembentukan
Peraturan Daerah dapat disusun dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD.
4
DPRD melalui Balegda, dan hasil penyusunan tersebut disepakati menjadi prolegda dan
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan dengan keputusan DPRD. Dalam
keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah menurut Pasal 239 ayat (7) dapat mengajukan
rancangan peraturan daerah di luar program pembentukan peraturan daerah karena alasan:
a. mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;
b. menindaklanjuti kerja sama dengan pihak lain;
c. mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan
Perda yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang
pembentukan peraturan daerah dan unit yang menangani bidang hukum pada Pemerintah Daerah
d. akibat pembatalan oleh Menteri untuk Perda Provinsi dan oleh Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat untuk Perda Kabupaten/Kota, dan
e. perintah dari ketentuan peraturan perundan-undangan yang lebih tinggi setelah program
pembentukan Perda ditetapkan.
Meskipun tahapan dan mekanisme penyusunan program pembentukan perda telah diatur
secara rinci dalam peraturan perundang-undangan, namun dalam prakteknya masih saja
ditemukan berbagai permasalahan sebagaimana telah diuraikan terdahulu. Berdasarkan ketentuan
Pasal 33 jo. Pasal 40 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Prolegda (baca :
Program Pembentukan Perda) memuat program pembentukan peraturan daerah provinsi,
kabupaten/kota dengan judul rancangan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, materi yang
akan diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. materi yang akan
diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya mengenai konsepsi
rancangan peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, yang meliputi:
5
d. Jangkauan dan arah pengaturan. Materi yang diatur dimaksud yang telah melalui
pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam naskah akademik. Lebih lanjut ketentuan Pasal
56 ayat (2)
6
seberapa prioritas suatu permasalahan diatur dalam suatu perda. Selain itu untuk memudahkan
proses pembentukan peraturan daerah sudah sepatutnya penganggaran pembentukan peraturan
daerah, terlebih dahulu dialokasikan anggaran untuk pembuatan naskah akademik, dengan
demikian pada proses penyusunan program pembentukan peraturan daerah di tahun mendatang
tidak mengalami hambatan yang berarti.
Adapun parameter untuk prioritas pembuatan penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah
akademik dapat dipedomani sebagai berikut:
a. perintah peraturan perundang-undangan lebih tinggi;
b. rencana pembangunan daerah;
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
kaidah-kaidah yang mencakup sebagian besar cabang masalah-masalah fiqih yang dapat
dipedomani dalam penyelesaian hukum berbagai peristiwa yang tetap muncul dalam
masyarakat.Maka dari itu, apabila hendak memunculkan kaidah-kaidah baru di dalam
fikih,
maka harus ditelusuri dahulu hukum-hukum fikihnya, baru diukur akurasi kaidah tersebut
dengan ayat dan hadis. Selanjutnya, didiskusikan dan diuji oleh para ulama yang punya
kapasitas ilmu, barulah muncul kaidah yang mapan, mengingat pengungkapan nash-nash
hukum ini kebanyakan hanya prinsip-prinsip umum saja, dan sifatnya tentu saja sangat
dinamis (murunah), maka perlu dilakukan penafsiran-penafsiran dengan
mengkomunikasikannya kepada kebutuhan dan kondisi masyarakat yang selalu
berkembang.
8
https://jdih.babelprov.go.id/content/program-pembentukan-peraturan-daerah
https://media.neliti.com/media/publications/147373-ID-urgensi-program-pembentukan-
perda-propem.pdf