DAN PEMBANGUNAN
Oleh
MEGAWATI
E012171013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang dinamika
kepentingan eksekutif dan legislative dalam pembuatan perda APBD ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai seminar masalah-masalah pemerintahan dan pembangunan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Makassar, 17 Maret 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ....................................................................................................................... 25
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
status, dan peran aktor politik dalam berinteraksi. Pada era reformasi, aktor politik
lokal seperti anggota DPRD selalu memperlihatkan kekuatan dan peran dalam
berhubungan dengan aktor politik gubernur atau pemerintah daerah. Ranperda yang
dan korupsi.
kekuasaan baik secara politik maupun secara administratif kepada daerah untuk
pusat antara lain politik luar negeri, moneter dan finasional, agama, pertahanan,
keamanan dan yudisial. Pelimpahan kewenangan itulah yang kita namakan dengan
"otonomi daerah". Pelimpahan itu secara otomatis juga memindahkan fokus politik ke
daerah karena pusat kekuasaan tidak hanya dimonopoli oleh pemerintah pusat seperti
desentralisasi.
lebih besar bagi DPRD dalam menjalankan fungsi Legislasi, Anggaran dan
Pengawasan. Karena diharapkan dengan "Otonomi Daerah", maka Dewan Perwakilan
menyatakan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah dan DPRD sebagai
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai unsur pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam
UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut dapat dipahami bahwa
hukum. Hal tersebut dapat dilihat pada unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang terdiri dari Pemerintah Daerah sebagai eksekutif yang dalam bahasa latin
disebut execure yang dapat diartikan “melakukan atau melaksanakan”, dan legislatif
sebagai badan yang membentuk hukum yang akan dilaksanakan oleh eksekutif.
daerah juga harus dilakukan dalam konteks rechtsstaats maupun rule of law yang
kekuasaan belaka.
pasal 65 Kepala Daerah mempunyai tugas ayat 1 pada point ini menyusun dan
sebagaimana kepala daerah pada point b berwenang menetapkan Perda yang telah
Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh DPRD dan kepala daerah. DPRD dan kepala
kepada Daerah. Dengan demikian maka DPRD dan kepala daerah berkedudukan
sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi yang berbeda. DPRD mempunyai
melaksanakan fungsi pelaksanaan atas Perda dan kebijakan Daerah. Dalam mengatur
DPRD dan kepala daerah dibantu oleh Perangkat Daerah. Sebagai konsekuensi posisi
peran, hak, kewajiban, tugas, wewenang, dan fungsi DPRD tidak diatur dalam
beberapa undang- undang namun cukup diatur dalam Undang-Undang ini secara
menjadi dua jenis. B.N Marbun berpendapat bahwa Peraturan Daerah dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu: Perda yang bersifat insidentil dan Perda yang bersifat rutin.
Perda yang bersifat insidentil adalah Perda non APBD, sedang Perda yang bersifat
Barat merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat yang
dibahas dan disetujui bersama oleh DPRD Provinsi Sulawesi Barat, dan selanjutnya
maka dalam APBD Pokok Provinsi Sulawesi Barat akan tergambar semua hak dan
kewajiban dalam rangka penyelengaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam kurun waktu 1 tahun.
Selain sebagai rencana keuangan tahunan, APBD Provinsi Sulawesi Barat merupakan
Barat dengan DPRD Provinsi Sulawesi Barat atas rancangan peraturan daerah tentang
APBD dapat dicapai paling lambat satu bulan sebelum APBD dilaksanakan.
Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2018. Prinsip Penyusunan APBD
kewenangannya;
2. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
3. Transparan untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses
6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan
daerah lainnya.
33 tahun 2017 tentang pedoman penyusunan APBD teknis penyusunan APBD Tahun
penetapan APBD yang harus tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Desember
2017. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah daerah harus memenuhi jadwal proses
penyusunan APBD, mulai dari penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan
rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat
akhir bulan Juli 2017. Selanjutnya KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama
akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan
membahas rancangan APBD Tahun Anggaran 2018 antara pemerintah daerah dengan
DPRD sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah dengan
DPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD paling lambat tanggal 30
Nopember 2017, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 105 ayat (3c) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
APBD 2018, DPRD Provinsi Sulawesi Barat diharapkan dapat mampu menampung
orang yang memiliki akses terhadap penguasa, tetapi menjangkau kepentingan rakyat
secara luas dengan demikian akan mencerminkan keterwakilan rakyat dalam rangka
skala prioritas kebutuhan masyarakat Provinsi Sulawesi Barat. Hal semacam ini yang
pembuatan anggaran belanja yang benar-benar pro pada rakyat. Dalam pelaksanaan
pembuatan kebijakan APBD. Ini berarti keduanya memiliki hubungan yang saling
mendukung, bukan merupakan lawan atau pesaing satu sama lainnya. Peraturan
keuangan daerah untuk satu tahun, sehingga proses pembentukan perda tersebut
menjadi kunci lahirnya Perda APBD yang harus mampu mengatasi masalah dan
tantangan pokok dalam pemerintahan. Pembentukan perda APBD sangat penting bagi
suatu daerah, maka dari itu harus berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang
menjadi pedoman bagi eksekutif dan legislative agar mampu menyusun APBD yang
kedepan.
Pembahasan APBD pokok tahun 2018 yang dijadwalkan bisa rampung paling
lambat bulan November 2017, namun seringkali terlambat dibahas alasannya karena
tersebut, otoritas yang sangat besar bagi DPRD untuk menyusun APBD dan
menyusun anggaran sangat memungkinkan terjadinya korupsi APBD karena tidak ada
pengawasan yang sistematis kecuali jika rakyat mempunyai kesadaran yang tinggi.
Dengan demikian kenyataan bahwa anggaran adalah power kembali pada relation..
Sebagai beberapa contoh dinamika kepentingan yang terjadi yang
dimana terjadi pembahasan apbd lagi-lagi lamban pada tahun 2017 kemarin, terjadi
salah satu sumber potensi terjadinya konflik antara Pemerintah dan DPRD. Dalam
bentuk yang lain, hubungan antara kedua organ atau lembaga daerah ini tidak
hanya berpotensi menimbulkan konflik, tetapi juga dapat berbentuk kolutif yang
pengawasan oleh DPRD dan pertanggung jawaban Kepala Daerah. Selama ini,
masih sering ditemukan adanya persepsi yang berbeda antara pihak eksekuif dan
legislatif di Provinsi Sulawesi Barat. Hal ini dapat menimbulkan suasana tidak
Pemerintah daerah dan DPRD. Realitas lainnya adalah munculnya hubungan yang
kurang harmonis antara Gubernur dengan wakil gubernur yang merupakan istri dari
mantan Gubernur Sulawesi Barat 2 periode ini, .Terjadi hubungan yang kurang
harmonis juga antara Gubernur Provinsi Sulawesi Barat dengan Ketua DPRD
Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan lawan politik dari Gubernur pada pilkada
kemarin.
1
Miriam Budiarjo. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama hal 173.
Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut maka menarik bagi saya untuk
C. Tujuan Penulisan
A. Tinjauan Pustaka
partisipasi sudah lama dibahas, namun tetap saja problematik, salah satu sebabnya
“Dinamika adalah Tingkah laku yang secara langsung memengaruhi warga lain
secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara
anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal
balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. Dynamic is facts
or concepts which refer to conditions of change, expecially to forces”
APBD
Menurut Leo Agustoni (2009:62) mengungkapkan bahwa:
terjadi dalam hubungan politik Eksekutif dan Legislatif dalam Perumusan Peraturan
Daerah, Dinamika politik memberi pandangan bahwa seni dan budaya lokal merupakan
medium untuk mengekspresikan aspirasi dan kepentingan politik yang sangat penting
dalam memahami dinamika politik. Hal yang mempengaruhi dan sering muncul dalam
dinamika politik adalah Money politics (politik uang) yang semakin ternormalisasi
Jadi, dengan adanya dinamika politik ini agar mengetahui pergeseran yang
terjadi dalam politik antara lembaga atau badan pemerintahan, serta dapat menganalisis
Eksekutif
terdiri dari Gubernur,Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah. Dalam sistem
Pemerintahan Daerah, Pemerintah atau Kepala Daerah mempunyai Tugas dan Fungsi
yang dapat diartikan sebagai perangkat daerah untuk menjalankan, mengatur dan
eksekutif adalah lembaga yang ditetapkan untuk menjadi pelaksana dari peraturan
tujuan Negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasinya adalah kabinet atau
Daerah pada pasal 65 menegaskan bahwa Kepala daerah mempunyai tugas yang
DPRD
2. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk
4. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa
Adapun wewenang kepala daerah yang berkaitan pembentukan perda adalah sebagai
berikut :
1. Mengajukan rancangan perda
Berdasarkan uraian di atas, tugas dan kewenangan Kepala Daerah merupakan hal
yang sangat vital di setiap daerah.Hal ini menjadi penentu arah setiap kebijakan yang
harus dan tidak semestinya dilakukan oleh pemerintah di daerah. Legalitas mengenai
tugas dan kewenangan tersebut secara jelas diatur dalam peraturan perundang-undangan
Salah satu tugas dan kewenangan Kepala Daerah yang berkaitan dengan Peraturan
Daerah yakni mengajukan rancangan Perda dan termasuk APBD kepada DPRD untuk
hubungan yanang erat antara pihak eksekutif dan legislatif dalam melahirkan peraturan
yang memuat kepentingan rakyat. Selain mempunyai tugas dan kewenangan, Kepala
1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya.
Legislatif
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
kedudukan DPRD sejajar dengan Kepala Daerah, keanggotaan DPRD dipilih langsung secara
demokratis oleh rakyat.Hal ini agar anggota DPRD lebih meningkatkan akuntabilitas kepada
a) Fungsi Legislasi berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah. Hal ini tidak
dan tertutup. Untuk itu, mekanisme penyusunan Perda yang dituangkan dalam
Peraturan Tata Tertib DPRD harus dibuat sedemikian rupa agar mampu menampung
aspirasi rakyat. Fungsi ini dilaksanakan dengan cara membahas bersama Gubernur dan
terhadap rancangan Perda Provinsi tentang APBD provinsi tentang APBD provinsi
c) Fungsi pengawasan. Dalam hal ini, pihak legislatif mengontrol pelaksanaan perda dan
provinsi berhak mendapatkan laporan hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh
terhadap laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan. Serta DPRD provinsi dapat
meminta klarifikasi atas temuan laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan kepada
daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi yang diajukan oleh
memilih wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil gubernur,
kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi, meminta
dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah,
perundang-undangan, dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
DPRD provinsi memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat. Hak interpelasi adalah hak DPRD Provinsi untuk meminta keterangan
kepada gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi yang penting dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Hak
angket adalah hak DPRD Provinsi untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan
Pemerintah Daerah provinsi yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah provinsi disertai dengan
rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
Peraturan Daerah (Legislasi) dalam arti sempit merupakan proses dan produk
Pemerintah Daerah.
tinggi.21
Proses pembentukan suatu Undang-Undang atau perda dapat diurut sebagai berikut:
a) Tahap Perencanaan
dasarnya adalah sama, yakni diawali dengan tahap perencanaan yang dituangkan dalam
legislasi nasional (Prolegnas), sedangkan untuk program pembentukan perda disebut program
berencana, terpadu dan sistematis sedangkan program legislasi daerah (Prolegda) adalah
b) Tahap Perancangan
konsultasi; dan
(holistis).
c) Tahap Pembahasan
dapat berasal dari DPRD dan dapat pula berasal dari inisiatif kepala daerah. Pembahasan
rancangan peraturan daerah lebih dikenal dengan tahap pembicaraan rancangan peraturan
daerah merupakan salah satu tahap pembuatan peraturan daerah. Pembahasan rancangan
peraturan daerah dilakukan setelah tahap rancangan peraturan daerah telah disetujui dan telah
d) Tahap Pengundangan
perda dicatat didalam tambahan lembaran daerah oleh sekretaris daerah, atau oleh kepala biro
e) Tahap Sosialisasi
Meskipun Perda telah diundangkan didalam lembaran daerah, namun belum cukup
menjadi alasan untuk menganggap bahwa masyarakat telah mengetahui eksistensi perda
tersebut. Oleh karena itu, Perda yang telah disahkan dan diundangkan tersebut harus pula
disosialisasikan.
f) Tahap Evaluasi
Untuk dapat mengetahui sejauh mana pengaruh sebuah Perda setelah diberlakukan,
maka perlu dilakukan evaluasi. Melalui evaluasi akan dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan Perda yang sedang diberlakukan, yang selanjutnya guna menentukan kebijakan-
atau penetapan dan pengundangan. Tahapan tersebut adalah prosedur baku yang harus
DPRD. Berdasarkan ketentuan di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Hukum Daerah menyatakan
bahwa inisiatif pembentukan peraturan yang berasal dari kepala daerah dilakukan oleh
1. Rancangan peraturan daerah disusun oleh pimpinan unit kerja berkaitan dengan materi
muatan yang akan diatur dan rancangan peraturan daerah dibentuk oleh tim antar-unit
kerja dimana ketua tim berasal dari pimpinan unit kerja yang ditunjuk oleh kepala
daerah.
2. Konsep rancangan peraturan daerah yang dilakukan oleh unit kerja harus dilampiri
dengan pokok-pokok pikiran yang terdiri dari: maksud dan tujuan pengaturan, dasar
hukum, materi yang akan diatur, dan keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang lain.
3. Konsep yang telah disusun oleh kerja disampaikan kepada sekretariat daerah melalui
bagian hukum, kemudian sekretariat daerah menugaskan kepada biro/ bagian hukum
4. Biro hukum atau bagian hukum akan mengundangkan pimpinan unit kerja maupun unit
kerja yang lain untuk menyempurnakan konsep peraturan daerah yang diajukan.
sekretaris daerah.
6. Konsep rancangan peraturan daerah yang telah disetujui oleh kepala daerah berubah
7. Rancangan peraturan daerah disampaikan kepala daerah kepada ketua DPRD disertai
DPRD diatur di dalam peraturan tata tertib DPRD. Misalnya, pasal 138 Keputusan DPRD
Provinsi Sulawesi Barat Nomor 01 tahun 2014 tentang Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi
2. Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat(2) disampaikan kepada pimpinan DPRD
dalam bentuk Ranperda disertai penjelasan secara tertulis dan diberi nomor pokok oleh
sekretariat DPRD;
3. Usul prakarsa tersebut oleh Pimpinan DPRD disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD
4. Dalam Rapat Paripurna DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) para pengusul diberi
kesempatan memberikan penjelasan atas usul sebagaimana yang dimaksud pada ayat(3);
kepada :
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota DPRD dan pendapat
Gubernur.
6. Usul prakarsa sebelum diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para pengusul berhak
7. Pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRD yang menerima atau menolak usul
8. Tata cara pembahasan Ranperda atas prakarsa DPRD mengikuti ketentuan yang
rancangan peraturan daerah merupakan salah satu tahap pembuatan peraturan daerah.
Pembahasan rancangan peraturan daerah dilakukan setelah tahap rancangan peraturan daerah
peraturan daerah yang telah disetujui pada tahap pembahasan, disampaikan kembali oleh
pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
menurut tata cara yang ditetapkan dalam peraturan tata tertib DPRD yang bersangkutan,
antara lain dengan melalui rapat-rapat kerja dengan SKPD. Dengan kata lain bahwa
pembahasan di DPRD melibatkan SKPD yang bersangkutan, apabila SKPD tersebut sudah
mendapat kesempatan untuk dibahas rancangan kegiatan dan anggarannya yang tercantum
daerah/SKPD dan DPRD, dan telah menemukan atau menghasilkan kesepakatan dalam
bentuk keputusan bersama, maka dianggap bahwa pembahasan pada tingkatdaerah di DPRD
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 45 ayat (1) dinyatakan
bahwa Pengambilan keputusan bersama DPRD dan Kepala Daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun
antara Kepala daerah dengan DPRD selesai, maka pembahasan rencana kegiatan dan
anggaran (RAPBD) telah berakhir dan atas dasar keputusan bersama terhadap rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD seperti tersebut di atas, Kepala Daerah selanjutnya
Dalam rangka penetapannya secara sah, maka Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD yang sudah dibahas, dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD Provinsi tersebut selanjutnya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, sedang
perencanaan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 47 ayat
(1) dan (2), yang menegaskan bahwa : (1) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang
telah disetujui bersama DPRD dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD
sebelum ditetapkan oleh Gubernur, paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Ketentuan seperti ini juga
berlaku bagi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Kabupaten dan
Kota yang wajib dievaluasi oleh Gubernur yang bersangkutan dalam kedudukannya sebagai
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD yang telah dievaluasi dan telah disetujui
oleh Menteri Dalam Negeri bagi Provinsi dan Gubernur bagi Kabupaten/Kota, hasil
ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD. Mengenai
ketentuan waktu penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan penjabarannya diatur dalam
Pasal 53 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, dan Pasal 116 ayat (1)
dan (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sebagai berikut:
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
(2) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat tanggal
Dengan ditetapkannya kedua dokumen anggaran tersebut, maka berarti bahwa seluruh
materi atau muatan yang ada dalam Rancangan APBD telah disetujui untuk
dilaksanakan, dengan kata lain bahwa proses atau tahap perencanaan, pembahasan dan
Dinamika politik sangat terkait sekali dengan persoalan partisipasi dan demokrasi.
Isu partisipasi sudah lama dibahas, namun tetap saja problematik, salah satu sebabnya karena
pemaknaan yang bias. Ketika partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan dalam menunaikan
agenda-agenda pemerintah, maka medium yang disediakan hanyalah medium-medium
birokrasi dan mekanisme perencanaan, penjaringan aspirasi dan sejenisnya. Di satu sisi
peneliti menyaksikan rapuhnya medium-medium partisipasi yang hendak dikelola dalam
rangka pelembagaan sistem pemerintahan yang demokratis, disisi lain peneliti melihat
kapasitas kultural masyarakat untuk berpartisipasi diarena publik tidak sempat terapresiasi.
hubungan yang ideal antara eksekutif dan legislatif dalam arti terciptanya
keseimbangan dan saling ketergantungan antara kedua lembaga tersebut sangat tergantung
pada sistem politik yang dibangun. Semakin demokratis sistem politik itu maka hubungan
antara eksekutif dan legislatif akan semakin seimbang. Sebaliknya semakin tidak demokratis
sistem politik suatu negara maka yang tercipta dua kemungkinan yaitu dominatif
eksekutif yangmencipatakan rezim otoriter dan dominatif legislatif yang mencipatakan
anarki politik.
Dalam hubungan yang seimbang antara eksekutif dan legislatif itu hubungan yang
hendak dibangun antara eksekutif dan legislatif daerah dalam melaksanakan demokrasi lokal.
Dimana melalui keseimbang kekuasaan antara eksekutif dan legislatif didaerah diharapakan
mekanisme check and balances ditingkat lokal dapat direalisasikan dalam rangka
memperjuangkan kepentingan rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi. Dan ini diawali
dengan proses pemilihan pemimpin publik didaerah tidak saja menyangkut proses pemilihan
Walikota, namun juga menyangkut keterwakilan rakyat dilembaga perwakilan, sejauh mana
lembaga perwakilan tersebut memperjuangkan kepentingan rakyat termasuk dalam pemilihan
Walikota, bila tidak dipilih langsung melakukan kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan-
kebijakan makro (Peraturan Daerah, terminologi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004)
termasuk kebijakan pusat yang dilaksanakan oleh lembaga eksekutif untuk kepentingan
rakyat.
Karena demokrasi lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
demokrasi nasional, maka format demokrasi lokal sangat dipengaruhi oleh sistem politik
nasional sehingga berkaitan dengan proses perumusan Peraturan Daerah, tentunya tidak
melampaui Perundang-undangan yang lebih tinggi, namun dalam perumusan Perturan Daerah
haruslah mempunyai legitimasi, keabsahan tidak saja legitimasi dari sudut pandang penguasa
tetapi juga dari sudut pandang rakyat. Negosiasi dipahami sebagaisebuah proses
dimana para pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakukan suatu
persetujuan untuk melakukansuatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan
suatu keuntungan tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keuntungan
bersama.Dengan demikian, secara sederhana disimpulkan negosiasi adalah suatu cara bagi
dua atau lebih pihak yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat,pendirian, maksud,
atau tujuan dalam mencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan
permintaan dari masing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau
kesepahaman kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud, atau tujuan.
dinamika politik memberi pandangan bahwa seni dan budaya lokal merupakan
medium untuk mengekspresikan aspirasi dan kepentingan politik yang sangat penting bagi
komunitas lokal. Sensitifitas terhadap informalitas masyarakat merupakan cara dalam
memahami dinamika politik. Hal yang mempengaruhi dan sering muncul dalam dinamika
politik adalah Money politics (politik uang) yang semakin ternormalisasi sebagai tatanan
baku dalam dinamika politik.
Adanya dinamika politik agar mengetahui pergeseran yang terjadi dalam politik
antara lembaga atau badan pemerintahan, serta dapat menganalisis pergerakan lembaga
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Dengan demikian, berdasarkan pendapat
diatas dapat diartikan bahwa dinamika politik merupakan pergerakan politik dalam
pemerintahan.
Oleh sebab itu ada beberapa alasan peneliti menggunakan teori ini yaitu: pertama,
adanya pergerakan politik antar lembaga pemerintah, karena adanya suatu lembaga yang
lebih mendominasi. Sehingga menyebabkan lembaga yang didominasi mengalami
kelemahan dalam menjalankan peran dan fungsinya; kedua, adanya pengaruh politik
antara lembaga eksekutif dan legislatif dalam perumusan peraturan daerah tentang
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD).
A.
B. DINAMIKA TARIK MENARIK KEPENTINGAN EKSEKUTIF DAN
LEGISLATIF
Peluang munculnya hubungan yang tidak harmonis antara badan legislatif dan
eksekutif dalam sistem presidensial yang dianut Indonesia sangat besar, yang dalam
hal ini adalah munculnya sekat yang tidak terjembatani antar dua lembaga itu.
Kondisi ini hadir utamanya disebabkan adanya kecenderungan “separation of power”
yang memungkinkan minimnya aktivitas konsultasi diantara kedua lembaga tersebut
dalam menyusun cetak biru dan garis besar kebijakan yang nantinya akan disepakati
bersama
Dengan adanya fenomena dual legitimacy,masing-masing lembaga merasa
sebagai pilihan rakyat,baik legislatif maupu eksekutif sama-sama merasa berhak
untuk menentukan arah kebijakan nasional. Ancaman disintegratif akan semakin kuat
manakala badan legislatif berbeda prientasinya dengan eksekutif .
Dampak dari adanya persoalan disharmoni hubungan legislatif dan eksekutif
yang terutama adalah munculnya sebuah pola hubungan yang terlalu politis dalam
lingkup pemerintahan yang substansif dapat mengganggu proses pembuatan kebijakan
yang sehat. Dalam konteks latin,hal ini telah menyebabkan terjadinya pembusukan
politik,yang pada akhirnya presiden kerap tergoda untuk benar-benar meninggalkan
legislatif. Lebih dari itu ,komitmen konsultatif tampak masih menguasai aura pola
hubungan eksekutif dan legislatif saat ini yang tercermin dari perangkat aturan main
pemerintahan yang legal maupun pola hubungan lobi informal. Namun dengan
kemauan berkompromi dan melakukan akomodasi politik masalah yang ada diantara
hubungan eksekutif dan legislatif dapat ditangani.
BAB IV
PENUTUP
dan pembahasan mengenai Dampak Politik dan social dari Dinamika Pemilukada
Langsung Di Indonesia. Pada bab ini diuraikan kesimpulan hasil penulisan dan
saran untuk hasil penulisan yang dianggap sebagai masukan bagi semua kalangan
A. Kesimpulan
menimbulkan dampak baik secara politik dan social. Segala bentuk dinamika
yang terjadi pada proses penyelenggaraan pilkada tidak lain demi untuk
tercapainya kepentingan politik para calon kepala daerah sehingga tidak sedikit
B. Saran
terjebak pada pro kontra apakah pemilihan langsung oleh rakyat atau melalui
DPRD, namun yang terpenting adalah menimbang segala bentuk maslahat dan
Halim, Hamzah dan K. Renindo. (2009). Cara Praktis Menyusun dan Merancang
Peraturan Daerah, Jakarta: Kencana.
Sanit, Arbi. (1982).Perwakilan Politik: Suatu Stdi Awal Dalam Pencarian Analisa
Sistem Perwakilan politik di Indonesia. Jakarta : Penerbit Universitas Nasional
Undang-Undang :
Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Daerah. Diakses pada
tanggal 1 November 2016.
Saepuddin, Perbedaan Legislasi dan Regulasi, diakses dari
https://saepudinonline.wordpress.com/2010/09/01/perbedaan-legislasi-dan -
regulasi/pada tanggal 28 Oktober 2016.
Sucy V.M, “Fungsi Perda”, Blogspot diakses dari
http://sucyvira.blogspot.com/2012/10/fungsi-perda.html pada tanggal 28 Oktober
2016.