Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KARYA ILMIAH

ANALISIS ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH KOTA JAMBI

Disusun Oleh :
1. Bella Riskyanda Novandhani (32.0801)
2. Jailani Rahimy Karapesina
3. M. Arif
4. Risky Al-Kautsar
Kelas : D-5

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikat rahmat dan karuniaNya sehingga dalam penyusunan makalah karya ilmiah ini
penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar dan sukses. Pembuatan makalah karya ilmiah ini
berjudul “ANALISIS ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH KOTA JAMBI” yang
dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan intrakulikuler agar penulis memiliki pengalaman akan
pelayanan organisasi suatu pemerintahan sebagai wujud pengamalan pembelajaran akademik di
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini
adalah berkat dukungan, doa, dorongan dan semangat dari berbagai banyak pihak sehingga dapat
terselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Untuk itu dalam kesempatan ini,
dengan segala rasa hormat, rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
ucapkan kepada :

1. Bapak Nurhadi, S.Sos.,M.AP selaku Dosen Mata Kuliah yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
2. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan magang ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.

Mempawah, September 2022

ii
DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan..................................................................................................................................1
1.1 Landasan Teori.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................................3
BAB 2 Pembahasan...................................................................................................................................4
2.1 Implikasi setelah berlakunya PP Nomor 18 Tahun 2016 terhadap penyelenggaraan pemerintah
provinsi jambi............................................................................................................................................4
2.2 Kondisi dan Permasalahan............................................................................................................5
2.3 Peran kepala daerah dalam peningkatan OPD Kota Jambi............................................................10
BAB 3 Penutup..........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................................................12
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………..13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan: "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik". Maka dalam
konteks Negara Kesatuan, kewenangan untuk melakukan pemerintahan dalam arti luas adalah
tetap ada pada pemerintahan (pusat), sehingga otonomi daerah diartikan sebagai kemandirian
daerah untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan (bidang-bidang) pemerintahan yang
dilimpahkan diserahkan kepadanya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Otonomi daerah
juga sebagai gambaran prinsip demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia, sehingga daerah
memiliki wewenang menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerahnya berdasarkan keadaan
masing-masing daerah. Nilai kesatuan memberikan indikasi bahwa Indonesia tidak mempunyai
kesatuan pemerintah lain yang di dalamnya pada magnitude Negara artinya pemerintah nasional
adalah satu-satunya pemegang kedaulatan rakyat, bangsa, dan negara.

Di Pemerintahan Daerah sendiri untuk penataan kelembagaan pemerintah daerah perlu adanya
pengorganisasian perangkat daerah, baik besaran maupun nomenklaturnya sesuai dengan
kebutuhan pemerintah daerah dalam rangka memudahkan pembinaan dan pengawasan karna
dampak personil dan pembiayaan yang ditimbulkan kelembagaan tersebut. Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah. Peraturan daerah mengatur mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok
organisasi perangkat daerah. Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja diatur lebih lanjut dengan
peraturan Gubernur/Bupati/Wali kota.

Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu Kepala
Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah,
Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.

Pedoman disini bukan berarti membuat keseragaman/ uniforms" akan tetapi suatu aturan/ tatanan
membuat rambu-rambu bagi daerah dalam menyusun perangkat daerahnya. Hal ini perlu

iv
dilakukan agar organisasi perangkat daerah yang dibentuk benar-benar efektif. Menurut UU
Nomor 32 tahun 2004 tersebut bahwa penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah
dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi
penyusunan organisas perangkat daerah yang dapat menangani seluruh urusan pemerintahan.
Untuk standardisasi serta tertib penataan kelembagaan perangkat daerah telah ditetapkan melalui
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2016 ini diharapkan
mampu memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang
efektif dan efisien, rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing
serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi dan komunikasi kelembagaan antara
pusat dan daerah

Disalah satu wilayah Indonesia tepatnya di Kota Jambi , Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah nya diatur dalam Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016. perwujudan
dari Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang organisasi perangkat daerah, Peraturan
daerah Kota Jambi nomor 14 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah,
aturan Perwal nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kedudukan susunan, organisasi, tugas dan fungsi
serta tata kerja.

Sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi
perangkat daerah, maka lahirlah Perda Kota Jambi nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Lembaga Teknis Daerah Kota Jambi maka terjadi perubahan nomenklatur yaitu Perwal nomor 20
Tahun 2009 Tentang Fungsi Badan, Sekretaris, Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Sub
Bidang Serta Tata Kerja instansi.

Dalam menjalankan pemerintahan daerah , Kota Jambi juga menerapkan Budaya organisasi yang
merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan dan harus dhayati dan diamalkan oleh seluruh
anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh
kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa
dan berkarya. Untuk memberikan panduan kepada ASN di lingkungan Pemerintah Kota Jambi

v
telah diterbitkan Peraturan Walikota Jambi Nomor 8 Tahun 2018 tentang Kode Etik Dan Kode
Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Pemerintah Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah.

 Bagaimana Implementasi Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang perangkat


daerah terhadap pembentukan perangkat daerah Kota Jambi ?
 Bagaimana analisis kondisi dan permasalahan OPD di Kota Jambi ?
 Bagaimana peran kepala daerah dalam peningkatan kualitas OPD daerah jambi ?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui implementasi peraturan pemerintah nomor 18 tahun 2016 terhadap OPD
Kota Jambi
 Untuk mengetahui kondisi dan permasalahan OPD yang terjadi di Kota Jambi
 Untuk mengetahui peran kepala daerah dalam penciptaan peningkatan kulitas OPD Kota
Jambi

vi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implikasi Setelah Berlakuknya PP Nomor 18 Tahun 2016 terhadap


Penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Jambi.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 merupakan penjabaran dari Undang-


undang Nomor 23 Tahun 2014 yang mengatur tentang organisasi perangkat
daerah. Pada tanggal 19 juni 2016 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku
Peraturan Pemerintah Nomor 41Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah. Peraturan Pemerintah ini memberikan arah dan pedoman yang jelas
kepada Daerah dalam menata Perangkat Daerah secara efisien, efektif, dan
rasional sesuai dengan kebutuhan nyata dan kemampuan Daerah masing-masing
serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi
kelembagaan antara pusat dan daerah.

Dasar utama pembentukan perangkat daerah adalah adanya urusan pemerintahan


yang diserahkan kepada daerah dan menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib dibagi atas urusan wajib yang
berkaitan dangan pelayanan dasar, dan urusan wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar.

Dengan berlakunya PP 18 Tahun 2016 penyelenggaraan pemerintahan daerah


Provinsi Jambi berubah menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 yang dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
yang dimana tugas, fungsi, serta nomenklatur dari SKPD yang ada disesuaikan
dengan rumpun organisasi pemerintahan yang terdapat dalam PP No. 18 Tahun
2016, Namun Pemerintah pusat tidak memiliki instrumen yang memadai untuk
melakukan validasi dan otentifikasi terhadap akurasi kriteria berdasarkan data
tertulis dari Pemerintah Provinsi Jambi. Sehingga ditemukan adanya upaya-upaya

vii
permainan data mengenai yang ada di Provinsi Jambi, agar sebuah Organisasi
Perangkat Daerah memiliki skor tinggi dan beberapa Badan atau Dinas tetap bisa
berdiri sendiri.

Sehingga ditemukannya ego sektoral di Kementerian yang memberikan jalan


kepada urusan-urusan di daerah Provinsi Jambi yang “akal-akalan” supaya
memiliki skor tinggi sehingga Organisasi Perangkat Daerahnya bisa tetap berdiri,
adanya upaya oknum pegawai negeri sipil yang mempreteli data sampai dengan
melobi anggota DPRD agar mendapatkan jabatan sesuai yang diinginkan
sehingga Organisasi serta Jabatan dalam pemerintahan sudah tidak sesuai dengan
yang dimaksudkan dari PP Nomor 18 Tahun 2016. Hal-hal tersebutlah yang
merupakan suatu implikasi dari PP Nomor 18 Tahun 2016 terhadap jalannya
Pembangunan Daerah Provinsi Jambi

2.2 Kondisi dan Permasalahan

A. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD BIDANG MANAJEMEN


PERUBAHAN

Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, akuntabel, efektif dan efisien,


Pemerintah Kota Jambi mengimplementasikan Peraturan Walikota Nomor 8 Tahun 2018
tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan
Pemerintah Kota Jambi. Dimana Peraturan Walikota tersebut sekaligus menjadi acuan
dan pedoman budaya kerja di lingkungan Pemerintah Kota Jambi.

Upaya yang dilakukan belum begitu berhasil membentuk budaya kerja seperti yang
diharapkan, masih ditemukan adanya pegawai yang belum menaati ketentuan jam kerja
dan belum konsisten dalam melayani masyarakat. Untuk melakukan perubahan pola pikir
dan budaya kerja yang disiplin, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Jambi dengan melaksanakan program revolusi mental dimana mengikutsertakan pejabat
eselon II dan III dalamdiklat revolusi mental.

Dengan adanya program revolusi mental aparatur diharapkan terbentuk aparatur yang
berkompetensi dan bertanggung jawab, memahami kebutuhan publik dan peka terhadap

viii
lingkungan, beretika, membuka/memberikan akses yang mudah bagi masyarakat, inovatif
dan proaktif, bersih dan menolak gratifikasi, adil sopan ramah, dan sabar, disiplin, tepat
janji dan tepat waktu serta menjadi contoh teladan dan profesional.

Permasalahan Organisasi Pemerintah Daerah dalam Reformasi Birokrasi yang terjadi di


Pemerintah Kota Jambi, khususnya di bidang manajemen perubahan adalah:

 Peran dan fungsi birokrasi masih belum optimal


 Masih adanya keluhan masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan publik
 Masih adanya opini masyarakat terkait ketidakpastian (uncertainty) waktu dan
biaya
pelayanan perizinan, menjadikan masyarakat enggan berhubungan dengan
birokrasi sehingga memunculkan calo perizinan.

B. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM PENATAAN


PERUNDANG-UNDANGAN

Penyusunan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota Jambi pada dasarnya


telah sesuai dengan tata cara pembentukan peraturan perundang- undangan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam ketentuan Undang- undang
tersebut mengatur keterlibatan publik dalam proses penyususnan peraturan
perundang-undangan dalam bentuk konsultasi publik. Konsultasi publik merupakan
salah satu wujud penerapan asas pembentukan peraturan perundang-undangan
terutama asas keterbukaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, mulai dari perencanaan sampai pengundangan
bersifat transparan dan terbuka.

Upaya untuk melakukan efektivitas peraturan daerah sampai dengan saat ini
masih terkendala dengan masih adanya peraturan perundang-undangan si tingkat
pusat yang tumpang tindih, inkosisten, tidak jelas, multitafsir sehingga kesulitan

ix
dalam membuat aturan turunannya di tingkat Peraturan Daerah. Pelibatan masyarakat
sebagai pihak yang menerima dampak dari suatu kebijakan dalambentuk Peraturan
Daerah juga belum sepenuhnya dilakukan sehingga akses untuk menyalurkan
aspirasinya secara partisipasif dalam penentuan arah kebijakan prioritas penyusunan
Peraturan Daerah masih dirasakan minim. Pada tingkat penegakan hukumannya juga
masih dihadapkan pada banyak kendala, seperti masih rendahnya tingkat kesadaran
hukum masyarakat.

C. KONDISI DAN PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI


Penataan organisasi Pemerintah Kota Jambi telah mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan belum dilakukan
evaluasi oleh Pemerintah Provinsi terkait nomenklatur perangkat daerah.
Namun masih ada beberapa permasalahan yang terjadi sebagai berikut :

 Masih terdapatnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi Perangkat daerah
 Masih rendahnya kapasitas kelembagaan Kota Jambi dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi
 Masih rendahnya kualitas penataan kembali kelembagaan di daerah

D. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM TATALAKSANA

Sebagai organisasi penyelenggara penlayanan publik, Pemerintah Kota Jambi


memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan lebih baik dari
sebelumnya. Komitmen tersebut dilakukan melalui penerapan tatalaksana pelayanan
secara konsisten yang dituangkan dalam SOP dan Standar pelayanan. Untuk
mendukung tatalaksana pengadaan barang/jasa secara elektronik (e- Procurenment)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, Pemerintah Kota Jambi telah
membentukLayanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) tetapi belum berdiri sendiri
dan masih menyatu dengan Bagian Pembangunan Setda Kota Jambi.
Serta permasalahan lain sebagai berikut :

x
 Belum optimalnya pemanfaatan dan penggunaan teknologi informasi
dalamproses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
 Belum optimalnya efisiensi dan efktifitas proses manajemen Pemerintah Kota
Jambi
 Masih rendahnya kualitas penataan ketatalaksanaan

E. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM PENINGKATAN


PELAYANAN PUBLIK

Kondisi pelayanan publik Pemerintah Kota Jambi, dimana telah menggunakan


sistem aplikasi pelayanan perizinan secara elektronik dan telah membentuk City
Operational Centre (COC) sehingga dapat dilakukan pelayanan terhadap masyarakat
dengan cepat, mudah dan murah. Adapun nilai persepsi kualitas pelayanan (survey
eksternal) dari Ombudsman RI, dimana Pemerintah Kota Jambi telah berada di Zona
Hijau.

F. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM AKUNTABILITAS KINERJA

Laporan akuntabilitas kinerja berfungsi sebagai media pertanggungjawaban


kepada publik yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif seluruh satuan
organisasi/kerja pusat dan daerah serta partisipasi masyarakat. Dukungan tersebut
merupakan pendorong utama dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dan
sebagai perwujudan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Selain masih terbatasnya pemahaman seluruh unsur pimpinan organisasi


perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Jambi tentang teknis merumuskan
indikator kinerja utama perangkat daerahnya. Lemahnya sistem koordinasi baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah turut menjadi pemicu masih belum baiknya
sistem perencanaan maupun penyusunan laporan kinerja di daerah. Ditambah
banyaknya dokumen pelaporan yang diwajibkan oleh pusat dengan bentuk dan format
yang berbeda-beda sangat menambah beban bagi aparatur di daerah.

xi
G. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM PENINGKATAN
PENGAWASAN
Pemerintah Kota Jambi telah melaksanakan membuka saluran pengaduan
masyarakat melalui sistem pengaduan keluhan masyarakat secara online (Si-Kesal).
Dalam penyelenggaraan pelayanan pengaduan masyarakat, Pemerintah Kota Jambi
telah menyediakan sarana dan prasarana dalam menampung keluhan/pengaduan
masyarakat yang langsung di tindak lanjuti oleh instansi terkait.

Pelaksanaan pengendalian gratifikasi dilakukan dalam rangka menerapkan


prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dengan peningkatan pencegahan
terjadinya tindak pidana korupsi serta menjamin pelayanan publik bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme. Pemerintah Kota Jambi telah membentuk Tim Saber Pungli
melalui Inspektorat Kota Jambi. Benturan kepentingan merupakan salah satu faktor
penyebab korupsi di Indonesia.

Benturan kepentingan terjadi ketika seseorang terlibat dalam berbagai


kepentingan yang mengakibatkan seseorang harus mengorbankan kepentingan
lainnya, terutama dalam pelayanan publik Pemerintah kota Jambi. Program penguatan
sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dilaksanakan melalui penguatan
implementasi SPIP. Pengembangan sistempengendalian intern pemerintah (SPIP)
juga merupakan imeplemnatsi atas ketentuan dalam Pasal 55 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Untuk terwujudnya SPIP yang kuat dan efektif, maka kelima unsur SPIP terdiri dari:
 Lingkungan pengedalian
 Penilaian resiko
 Kegiatan pengendalian
 Informasi dan komunikasi
 Pemantauan

xii
Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi, salah satu penyebab adalah
lemahnya sistem pengawasan. Kelemahan sistem pengawasan mendorong
tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama
semakin menjadi, sehingga berubah menjadi sebuah kebiasaan. Karena itu,
perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui perubahan atau
penguatan sistem pengawasan. Program penguatan pengawasan yang efektif di
lingkungan pemerintah diwujudkan dalam embangun transparansi tata kelola
pemeritahan.

H. KONDISI DAN PERMASALAHAN OPD DALAM SISTEM SUMBER DAYA


(SDM) APARATUR

Menghadapi tantangan perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin


komplek, beragam, dan sukar diprediksi maka perlu didukung penguatan
infrastruktur, salah satunya melalui penataan dan penguatan Aparatur Sipil Negara
(ASN). Penataan dilakukan tidak hanya sebatas penghitungan jumlah, tetapi juga
peningkatan kualitas, kompetensi, pola pikir, budaya kerja, kesejahteraan, serta
seluruh sistem terkait aparatur yang didukung secara elektronisasi guna pencapaian
peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah kota Jambi.
Guna mengetahui jumlah kebutuhan pegawai perjabatan dalam rangka
memperkuat penanganan beban kerja, maka dilakukan penghitungan Analisis Beban
Kerja dengan mempertimbangkan Analisis jabatan dan Peta Jabatan. Dalam rangka
pengukuran kompetensi individu telah sesuai dengan profil jabatan yang
dipersyaratkan dalam jabatan, penempatan dalam jabatan, dan pengembangan
pegawai, diperlukan profil kompetensi pegawai yang diperoleh dari hasil assesment
penilaian kompetensi. Penilaian kompetensi ini dilakukan tidak hanya terbatas pada
pejabat struktural, namun dilaksanakan untuk semua jenjang.
Permasalahan dalam sistem sumber daya aparatur sebagai berikut :
 Belum optimalnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur
 Masih rendahnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur
 Belum optimalnya disiplin SDM aparatur
 Belum optimalnya efektivitas manajemen SDM aparatur
xiii
 Belum optimalnya kapasitas dan profesional SDM aparatur

2.3 Peran Kepala Daerah dalam peningkatan OPD Kota Jambi

salah satu upaya kepala daerah pemerintah Wakil Gubernur Jambi, Drs.H.Abdullah
Sani,M.Pd.I., mengemukakan dalam upaya meningkatkan OPD dalam pelayanan publik
yang paling penting adalah meningkatkan kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah
dengan mengembangkan kompetensi pejabat administrator untuk memenuhi standar
kompetensi manajerial jabatan administrator. “Pelatihan Kepemimpinan Administrator,
pelatihan struktural seperti yang telah diamanatkan berdasarkan ketentuan Pasal 217 ayat
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil, pejabat administrator harus memiliki kompetensi manajerial yang dibutuhkan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, baik pusat maupun daerah.

Peningkatan kinerja aparatur, pelayanan publik merupakan program utama pemerintah


dewasa ini, yang dilatar belakangi oleh makin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap
ketersediaan pelayanan yang prima, efisien, dan terjangkau. ASN sebagai pelaku utama
pelayanan dituntut untuk mengaktualisasikan kinerja pelayanannya secara optimal, baik
pelayanan publik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, agar masyarakat tidak
lagi merasakan adanya kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dengan kinerja nyata
yang dihasilkan.

Agar dapat mengikuti proses pembelajaran ini dengan baik dan sungguh-sungguh
untuk  mematangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual, serta mampu
menempatkan diri dalam peranannya sebagai pelayan masyarakat, sehingga dapat ikut
menyukseskan pemerintahan dalam mendukung pembangunan Provinsi Jambi melalui
Program Jambi MANTAP.

Dimana Program Jambi MANTAP ini memiliki visi dan misi , yaitu visi Terwujudnya
Jambi Maju, Aman, Nyaman, Tertib, Amanah dan Profesional dibawah Ridho
ALLAh SWT". Serta misi untuk memantapkan tata kelola pemerintahan,

xiv
memantapkan perekonomian Masyarakat dan Daerah, memantapkan kualitas
sumber daya manusia.

Selain itu , Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Walikota Kota Jambi tentang rencana
pembangunan jangka menengah daerah kota jambi tahun 2018-2023 , dimana didalamnya
juga membahas tentang OPD daerah jambi dan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14
Tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi dan Struktur Perangkat Daerah Kota Jambi
(Lembaran Daerah Kota Jambi Tahun 2016 Nomor 14).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Provinsi Jambi memiliki berbamacam OPD yang saling bekerja sama satu sama
lainnya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kota jambi dalam hal pelayanan
perlindungan masyarakat.Pembenahan terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi
agar masyarakat merasa puas dan percaya terhadap pelayanan yang diberikan dan
disajikan oleh Aparatur Sipil Negara yang bekerja di masing-masing OPD (Organisasi
Perangkat Daerah).
3.2 Saran
Perlu adanya koordinasi yang baik antar Bagian Organisasi Sekretariat Daerah dengan
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan DPRD serta seluruh aparatur sipil
negara yang berada pada lingkup Provinsi Jambi dapat melakukan fungsi pengawasan
terhadap jalannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah. Serta diperlukan pula diperlukan pula sosialisasi kepada Aparatur Sipil Negara
akan penerapan organisasi perangkat daerah terbaru dengan sesuai amanat pada Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 maka dengan begitu akan meningkatkan kesadaran
aparatur sipil Negara dalam meningkatkan kinerja dalam pencapaian bekerja.

xv
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.jambikota.go.id/public/doc/PENDAHULUAN-DAN-BAG.-SATU-
BAG.-EMPAT-OK.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_daerah#:~:text=Organisasi%20Perangkat
%20Daerah%20(OPD),-Pembentukan%20Organisasi
%20Perangkat&text=Perangkat%20Daerah%20Provinsi%20adalah
%20unsur,Daerah%20dan%20Lembaga%20Teknis%20Daerah.
 https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/5708/M.%20FARIZ
%20FADILAH%20JANUARIZKY%2013410678.pdf?sequence=1
 https://diskominfo.jambiprov.go.id/berita/berita_detail/11
 https://jambiprov.go.id/berita-al-haris-tegaskan-komitmen-perencanaan-apbd-
transparan.html
 https://jambiprov.go.id/berita-sani-pemimpin-harus-miliki-strategi-inovatif.html
 https://bappeda.jambiprov.go.id/Profil/Detail/25/VISI-MISI-JAMBI-MANTAP-
2021-2026

xvi

Anda mungkin juga menyukai