Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS PERATURAN DAERAH

Diajukan sebagai Syarat Guna Memperoleh Nilai Tugas Mata Kuliah Proses
Legislasi

Dosen Pengampu:
Ellisa Vikalista, SH., M. IP.

Oleh:
Kelompok 4

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIALDAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020/2021
LEMBAR IDENTITAS ANGGOTA KELOMPOK

1. Dinar Adis Tiyani (1810413220024) / Reguler A (SNSB)


2. Diva Ramadani (1810413220018) / Reguler A (SNSB)
3. Miftahul Jannah (1810413220004) / Reguler A (SNSB)
4. Raudatul Jannah (1810413220020) / Reguler A (SNSB)
5. Sukma Endah Darmayanti (1810413220026) / Reguler A (SNSB)
6. Ati (1810413120011) / Reguler A (SNSB)
7. Lenny Amelia (1810413120005) / Reguler A (SNSB)
8. Ahmad Riswan (1810413310034) / Paralel (Mandiri I)
9. Andika Prayoga (1810413310010) / Paralel (Mandiri I)
10. Dimas Fernandayarin (1810413310037) / Paralel (Mandiri I)
11. Hatmawati (1810413320035) / Paralel (Mandiri I)
12. M. Faesal Ahsanu Muslimin (1810413310023) / Paralel (Mandiri I)
13. Novita (1810413320030) / Paralel (Mandiri I)
14. Sellawati (1810413320045) / Paralel (Mandiri I)
15. Nur Jannah (1810413620022) / Reguler B (Mandiri II)
16. Tri Utomo Putra (1810413610002) / Reguler B (Mandiri II)
17. Windy Andrea Natali (1810413620019) / Reguler B (Mandiri II)
18. Nur Vinni Amalita (D1B115224) / Mandiri

i
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun
makalah ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh nilai
tugas mata kuliah Proses Legislasi.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun, berkat bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat penulis
selesaikan. Karena itu, terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ellisa Vikalista., M. IP., selaku dosen mata kuliah Proses Legislasi yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini.
2. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
3. Ayah dan Ibu penulis, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan
kepada penulis saat menyusun makalah ini.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan.
Apalagi pengetahuan penulis juga masih belum seberapa mengenai sistematika
penulisan ilmiah dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mohon kerendahan
hati dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk saat ini dan dapat pula dijadikan
pedoman pada masa yang akan datang.

Pelaihari, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan ...............................3
2.2. Analisis Peraturan Daerah Kota Banjarmaru Nomor 11 Tahun 2011
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2005-2025 ...............................................................21
2.3. Analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan
Selatan...................................................................................................32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………................................................56

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep desentralisasi dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah adalah penyerahan urusan pemerintah oleh
pemerintah pusat kepada daaerah otonom. Desentralisasi pada
implementasinya adalah pembentukan badan-badan yang terpisah dari pusat,
dimana badan-badan perwakilan lokal memiliki kekuasaan formal untuk
memutuskan tentang beragam isu publik. Desentralisasi sendiri mengandung
dua elemen pokok, yaitu pembentukan daerah otonom dan penyerahan
kewenangan secara hukum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk
mengatur, mengurus dan/atau bagian dari urusan pemerintahan tertentu.
Pelaksanaan desentralisasi dalam negara kesatuan berarti memberikan hak
untuk mengatur dan mengurus kepentingan dan aspirasi masyarakat setempat.
Urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan
tanggung jawab daerah.

Penyelenggara pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas,


wewenang, kewajiban, dan tanggung jawabnya dapat menetapkan kebijakan
daerah yang dirumuskan antara lain melalui peraturan daerah. Secara
konstitusional pembentukan perda memang diakui sebagai hak pemerintahan
daerah dalam mengatur dan melaksanakan urusan-urusan rumah tangganya.
Hal ini dipertegas oleh Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”. Hal tersebut senada
dengan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, antara lain mengemukakan: “Penyelenggara
2

pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan


tanggungjawabnya serta atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan antara lain dalam
peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya.
Kebijakan daerah dimaksud tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta peraturan
Daerah lain”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor


2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan?

2. Bagaimana analisis Peraturan Daerah Kota Banjarmaru Nomor 11 Tahun


2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2005-2025?

3. Bagaimana analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor


13 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan
Selatan?

1.3. Tujuan Makalah

1. Memahami analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor


2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan.

2. Memahami analisis Peraturan Daerah Kota Banjarmaru Nomor 11 Tahun


2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2005-2025.

3. Memahami analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor


13 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan
Selatan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Analisis Peraturan Daerah Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan


Selatan Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan
Pangan

2.1.1. Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-Undangan

Berdasarakan teori stufenbau mengenai sistem hukum yang


menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga
dengan kaidah berjenjang di mana norma hukum yang paling rendah
harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah
hukum yang tertinggi (seperti konstitusi) harus berpegangan pada
norma hukum yang paling mendasar (grundnorm).
Adapun tata urutan perundang-undangan menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun


2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan merupakan sebuah
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sehingga
kedudukannya dalam tata urutan perundang-undangan tersebut berada
di posisi peraturan daerah provinsi.
4

2.1.2. Fungsi Peraturan Perundang-Undangan

Fungsi Peraturan Daerah Provinsi yaitu;


1. Menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, yang secara tegas menyebutnya.
2. Menyelenggarakan lebih lanjut kententuan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah.

Terdapat fungsi-fungsi adanya Fungsi Peraturan Daerah Provinsi


Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan
yaitu;
1. Fungsi Penciptaan Hukum
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan di buat oleh
lembaga yang berwenang yaitu Gubernur bersama DPRD Provinsi
Kalimantan Selatan. Perda Provinsi Kalsel Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan timbul karena
kebiasaan masyarakat Kalimantan Selatan praktek dalam
pengelolaan pangan dan produksi pangan.
2. Fungsi Pembaharuan Hukum
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan merupakan
pengganti peraturan daerah yang telah dicabut yaitu Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 18 Tahun 2012
Tenatang Pengawasan Bahan Tambahan Pangan dan Peredaran
Bahan Berbahaya yang Disalah gunakan Dalam Pangan. Dalam hal
ini peraturan Daerah Provinsi Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Keamanan Pangan merupkan pembaharuan
hukum sebagai pengganti perda yang sudah dicabut.
5

3. Fungsi Kepastian Hukum


Kepastian hukum berarti bahwa peraturan perundang-undangan
dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dan pada
hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan memiliki
kepastia hukum yang jelas yaitu dalam perumusannya oleh DPRD
Provinsi Kalimantan Selatan bersma Gubernur dan memiliki
hubungan yang harmonis antara perda ini dengan peraturan-
peraturan diatasnya. Penggunaan bahasa yang tepat dan sesuai
kaidah dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan
bersifat umum dan dipergunakan oleh masyarakat. Didalam Perda
tersebut juga diatur secara pasti mengenai sistem, tata cara dan
sanski mengenai penyelenggaraan kemanan pangan.
4. Fungsi Perubahan
Dengan adanya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan
diharapkan dapat memberikan dampak positf berupa perubahan
ekonomi dan sosial melalui ketahanan pangan.
5. Fungsi Stabilisasi
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan memberikan
kaidah stabilitasi yang mencakup kegiatan jaminan keamanan
pangan, kegiatan mengedarkan dan memperdagangkan pangan, dan
tanggung jawab produsen pangan. Hal tersebut merupakan fungsi
menstabilkan sistem pangan di Provinsi Kalimantan Selatan.
6. Fungsi Kemudahan
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2020 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Pangan memberikan
kemudahan bagi peneyelenggaran pangan di Provinsi Kalimantan
6

Selatan. Di dalam peratutan tersebut terdapat penyederhanaan


dalam bidang pembinaan dan pengawasan keamanan pangan dan
peran serta masyarakat dalam kemanan pangan.

2.1.3. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Muatan Peraturan Daerah Provinsi berisi materi muatan dalam


rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

2.1.4. Tahapan Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

1). Perencanaan

Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan


Selatan dilakukan dalam Program legilasi daerah (Prolegda)
Provinsi.

Prolegda sebagaimana dimaksud diatas memuat program


pembentukan Peraturan Daerah Provinsi salah satunya Provinsi
Kalimantan Selatan dengan judul Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi, Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan Peraturan
Perundang-undangan lainnya.

Materi yang diatur serta lerterkaitannya dengan Peraturan


Perundang- Undangan lainnya merupakan keterangan mengenai
konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi salah satunya
Kalimantan Selatan yang meliputi :

a. latar belakang dan tujuan penyusunan, dalam perencanaan


Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dalah
satunya Perundang- undangan No 2 tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Keamanan Pangan. Tujuan pemerintah
Membuat Peraturan Tersebut dengan Pertimbangan bahwa
7

pangan merupakan Kebutuhan dasar manusia dan pemenuhannya


marupakan bagian dari hak asasi manusia sehingga perlu
pemerintah manyediakan pangan yang aman dikomsumsi,
terjamin mutu dan keamanannya serta mencukupi dan terjangkau
masyarakat.

b. sasaran yang ingin diwijudkan, dengan adanya peraturan daerah


yang mengatur tentang keamanan pangan, dengan sasar untuk
semua masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan.

c. pokok pikiran dalam peraturan daerah tersebut tentang


kesejahteraan masyarakat dalam hal pangan, lingkup atau objek
yang akan diatur dan

d. untuk jangkauan dari peraturan daerah ini seluruh element


masyarakat dan arah pengaturan,

Materi yang diatur sebagaimana dimaksud yang telah melalui


pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik
sebagai salah satu persyaratan pembuatan peraturan daerah. Adapun
penyusunan Prolegda Peovinsi laksanakan oleh DPRD Provinsi dan
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatam.

Program legisladi daerah (Prolegda) Provinsi Kalimantan


Selatan ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan
skala prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan.

Adapun penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap


tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.

Dalam penyusunan Program legislasi daerah (Prolegda)


Provinsi, penyusunan daftar rancangan peraturan daerah provinsi
didasarkan atas:
8

a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi;


b. rencana pembangunan daerah;
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah.

Penyusunan Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi


antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan
Pemerintah Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi melalui alat
kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi.

Penyusunan Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi di


lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi.

Penyusunan Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi di


lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dikoordinasikan oleh biro
hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Program


legislasi daerah (Prolegda) Provinsi di lingkungan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi diatur dengan
Peraturan DPRD Provinsi.

Adapun Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan


Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi di lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan Gubernur.

Hasil penyusunan Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi


antara DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah Provinsi disepakati
menjadi Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi dan
ditetapkan dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi. Adapun Program legislasi daerah
9

(Prolegda) Provinsi ditetapkan dengan Keputusan Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi.

Dalam Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi dapat


dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:

a. akibat putusan Mahkamah Agung; dan


b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.

Dalam keadaan tertentu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD) Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi di luar Program legislasi daerah
(Prolegda) Provinsi, dalam hal-hal sebagai berikut:

a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau


bencana alam;
b. akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas
suatu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui
bersama oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi dan biro hukum.

2). Penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi atau
Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana
dimaksud harus atau wajib disertai dengan penjelasan atau
keterangan dan/atau Naskah Akademik.

Pengecualian persyaratan Naskah Akademik, hanya dalam hal


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;


b. pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau
10

c. perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas


mengubah beberapa materi, disertai dengan keterangan yang
memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah


Provinsi dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah
Akademik yang dapat dilihat pada Bab selanjutnya mengenai
Naskah Akademik.

Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik


sebagaimana dimaksud, tercantum dalam Lampiran I Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pebentukan Perundang-
undangan.

Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dikoordinasikan oleh
alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi.

Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur
dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan
instansi vertical dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum yakni Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur
diatur dengan Peraturan Presiden.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh


anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan Dewan
11

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi yang khusus


menangani bidang legislasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada
diatur dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi Kalimantan Selatan.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur.

Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh


Gubernur disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada
pimpinan DPRD Provinsi.

Apabila dalam satu masa sidang Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah (DPRD) Provinsi dan Gubernur Menyampaikan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai materi yang
sama, yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
yang disampaikan oleh DPRD Provinsi dan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi yang disampaikan oleh Gubernur digunakan
sebagai bahan untuk persandingan.

3). Pembahasan

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi bersama
Gubernur.
Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud, dilakukan
melalui berbagai tingkat-tingkat pembicaraan.
Tingkat-tingkat pembicaraan sebagaimana dimaksud dilakukan
dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan Dewan
12

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Selatan


yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.
Ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan
DPRD Provinsi.
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali
sebelum dibahas bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi dan Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur.
Adapun ketentuan yang mengatur mengenai tata cara
penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan yang diatur dengan Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.

4). Penetapan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN


SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG
PENYELENGGARAAN KEAMANAN PANGAN sebelum
ditetapkan menjadi sebuah Perda, tahap pertama yang sebelumnya
dilakukan yaitu pembahasan dengan anggota dewan perwakilan
rakyat daerah, bersama gubernur kalimantan selatan serta perangkat
daerah dan dinas ketahanan pangan sebagai penyelenggara dalam
menentukan kewenangan daerah mengenai urusan pemerintah
dalam bidang urusan pangan provinsi kalimantan selatan untuk
menghasilkan persetujuan bersama sebagai syarat mutlak dalam
pembentukan peraturan daerah yang sesuai dengan asas mutatis
muntadis mengingat rangkaian proses penetapannya yang
melibatkan banyak pihak dari para ahli untuk membuat suatu
kebijakan peraturan perundang-undangan yang memiliki nomor
registrasi dan termasuk dalam lembar daerah yang terdiri dari 17
13

Baba 47 pasal serta menyatakan bahwa perundangan sebelumnya


tidak berlaku.

5). Pengundangan

Pengundangan dalam perda nomor 2 tahun 2020 termasuk


dalam berita lembaran daerah dibuat dan ditanda tangani oleh
sekretaris daerah serta mendapat persetujuan oleh gubernur pronvinsi
kalimantan selatan agar peraturan tersebut berlaku dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengingat pada saat penetapan dilakukan
maka peraturan tersebut sah dan legal.

2.1.5. Sistematika dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan

A. JUDUL

“ PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN


SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG
PENYELENGGARAAN KEAMANAN PANGAN ”

B. PEMBUKAAN

1. Frasa dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


“ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA... ”

2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan


“ GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,... ”

3. Konsiderans
Menimbang:
a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia sehingga
perlu penyediaan pangan yang aman dikonsumsi, terjamin mutu dan
keamanannya serta mencukupi dan terjangkau masyarakat;
b. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
memberi kewenangan kepada Pemerintah Provinsi untuk
menyelenggarakan keamanan Pangan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Penyelengaraan Keamanan Pangan;
14

4. Dasar Hukum
Mengingat:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-Undang Nomor 21
Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10
Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra
Tingkat I Kalimantan Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1106);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
15

11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604);
12. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 200, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6411);
13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya
Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6412);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan
Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang Dalam Pengawasan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4402);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 249,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6442);
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 53/PERMENTAN/KR.040/12/2018
tentang Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 7);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 157);
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi
Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 272).
16

5. Diktum
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dan
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG


PENYELENGGARAAN KEAMANAN PANGAN.

C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum

Pada Peraturan Daerah Peraturan Daerah Provinsi


Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Keamanan Pangan, ketentuan umum diletakkan
dalam bab satu dan memuat empat pasal. Ketentuan umum ini
berisi:
a. batasan pengertian atau definisi;
b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan
pengertian atau definisi; dan/atau
c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
tersendiri dalam pasal atau bab.

Urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum


ini mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan
lebih dahulu dari yang berlingkup khusus;
b. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok
yang diatur ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan
17

c.pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di


atasnya diletakkan berdekatan secara berurutan.

2. Materi Pokok yang Diatur

Pada Perda ini materi pokok yang diatur ditempatkan


langsung setelah bab ketentuan umum. Materi pokok dibagi ke
dalam kelompok yang lebih kecil menjadi beberapa bab yaitu:
Bab II Kewenangan
Bab III Jenis Pangan
Bab IV Keamanan Pangan
Bab V Jaminan Mutu dan Gizi
Bab VI Tanggung Jawab Produsen Pangan
Bab VII Pemasukan dan Pengeluaran Pangan ke Dalam dan Dari
Daerah
Bab VIII Kelembagaan
Bab IX Prasarana dan Sarana
Bab X Peran Serta Masyarakat
Bab XI Pembinaan dan Pengawasan
Bab XII Pendanaan

Peraturan daerah ini mengatur tentang penyelengaraan


keamanan pangan, sebagai kebutuhan utama masyarakat sehari-
hari bahan pangan sangat penting untuk kita perhatikan baik dari
segi jenis, bentuk dan gizinya, pemerintah Kalimantan selatan
sudah menciptakan atau membuat aturan yang spesifik tentang
kualitas bahan pangan yang masuk ke kalsel sudah sesuai standar
kesehatan melalui lembaga terkait (sudut pandang pemerintah).
Tentunya pemerintah daerah menjadi pihak yang menyediakan
prasarana dan sarana lalu melihat apakah sudah berjalan dan
terlaksana di masyarakat.
18

3. Penyidikan

Pada Perda ini terdapat bab ketentuan penyidikan yang


terletak sebelum ketentuan pidana. Ketentuan penyidikan ini
memuat pemberian kewenangan kepada Penyidik Pegawai Negeri
Sipil kementrian, lembaga pemerintah non-kementrian, atau
instansi tertentu untuk menyidik pelanggaran terhadap ketentuan
Perda Provinsi ini.

4. Ketentuan Pidana

Pada Perda ini terdapat bab ketentuan pidana yang memuat


rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas pelanggaran
terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau norma
perintah yang ada dalam Perda ini.

5. Ketentuan Peralihan

Pada Perda ini terdapat ketentuan peralihan yang terletak


sebelum Bab Ketentuan Penutup. Ketentuan peralihan ini memuat
penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum
yang sudah ada berdasarkan Perda yang lama terhadap Perda
yang baru, yang bertujuan untuk:
a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b. menjamin kepastian hukum;
c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena
dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
dan
d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat
sementara.

6. Ketentuan Penutup

Dalam ketentuan penutup pada pasal 47 peraturan daerah


kalimantan selatan nomor 2 tahun 2020 tentang keamanan pangan
19

menyebutkan,peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan. ‘agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam
lembaran daerah provinsi kalimantan selatan. ‘. Dengan demikian
jelas dikatakan bahwa peraturan daerah mengenai keamanan
pangan ini mulai berlaku sejak di undang-undangkan dan di
sahkan oleh lembaga terkait dalam hal ini gubenur Kalimantan
Selatan. Dan juga dalam ketentuan penutup dijelaskan pual
mengenai supaya setiap orang dapat mengetauinya dalam hal ini
dari ketentuan penutup ini menekankan untuk mensosialisasikan
dan menjadikan perda ini lampiran pemerintah daerah kalimantan
selatan utuk di pergunakan sebagaimana mestinya.

D. PENUTUP

Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-


undangan yang memuat:
a. rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan
Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah
Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah
Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;
b. Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan
Perundang-undangan;
c. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan;
dan
d. akhir bagian penutup.

Dalam perda no 2 tahun 2020 ini pada bagian penutup sudah


memuat semua yang dimaksud di dalam teori diatas mengenai
tanggal, bulan dan tahun penetapan serta telah mencantumkan
pejabat yang mengesahakan serta yang mengundang-undangakan
perda tersebut. Serta telah mencantumkan memasukan Perda ini ke
20

dalam lampiran pemerintah daerah provinsi kalimatan selatan dan


dimasukan ke dalam lembaran daerah kalimantan selatan,dengan
nama lembaran daerah kalimantan selatan tahun 2020 nomor 2
dengan nomor registrasi perda kalsel (2-48-2020)

E. PENJELASAN

Didalam perda no 2 tahun 2020 mengenai ketahanan pangan ini


tidak memuat mengenai penjelasan semuanya terinci di dalam pasal-
pasal di batang tubuh. Didalam batang tubuh sudah memuat secara
terperinci dan untuk di penjelasam dianggap sudah jelas.

F. LAMPIRAN

Didalam Peraturan Dearah nomor 2 Tahun 2020 tidak ada


lampiran yang termuat.

2.1.6. Penyebarluasan Perundang-Undangan

Dalam hal penyebarluasan Peraturan Daerah yang berasal dari


Gubernur tersebut dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah hal tersebut
sesuai dengan peraturan penyelenggaraan pangan Penyebarluasan
Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan yang telah diundangkan
dalam Lembaran yang memiliki salinan. Naskah Peraturan Perundang-
undangan tersebut yang disebar luaskan harus merupakan salinan
naskah yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, dan Berita
Daerah. Perundangan ini dibuat untuk mewujudnya sistem produksi dan
perdagangan pangan, perlindungan produk pangan lokal dari pangan
impor, perlindungan atas varietas pangan lokal, perlindungan bagi
konsumen dan ketahanan pangan. Sehingga memiliki manfaat dan
kejelasan hukum yang pasti untuk masyarakat.
21

2.2. Analisis Peraturan Daerah Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor


11 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005-2025

2.2.1. Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2005-2025 merupakan sebuah Peraturan Daerah
Kabupaten/ Kota. Dalam tata urutan perundang-undangan menurut
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, letak peraturan daerah
kabupaten/ kota dalam hirarki peraturan perundang-undangan adalah
sebagai berikut.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.

2.2.2. Fungsi Peraturan Perundang-Undangan

Fungsi Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota:

a. Menyelenggarakan ketentuan lebih lanjut yang tercantum dalam


Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, peraturan Daerah Provinsi yang secara tegas
menyebutnya.
b. Menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah.

Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
22

Banjarbaru Tahun 2005-2025 memiliki fungsi Peraturan Perundang-


Undangan,yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi penciptaan hukum.


Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Banjarbaru Tahun 2005-2025 di buat oleh Bupati/ Walikota bersama
DPRD Kabupaten/ Kota. Peraturan ini timbul karena adanya putusan
hakim atau keputusan tertulis pejabat dalam merencanakan
pembangunan jangka panjang daerah Kota Banjarbaru.

2. Fungsi kepastian hukum


Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) merupakan asas
penting dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan penegakan
hukum (hendhaving, uitvoering). Peraturan Daerah Kota Banjarbaru
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005-2025
memiliki kepastian hukum yang jelas yaitu dalam perumusannya
oleh DPRD Kabupaten/ Kota bersama Bupati/ Walikota dan
memiliki hubungan yang harmonis antara perda ini dengan
peraturan-peraturan diatasnya. Penggunaan bahasa yang tepat dan
sesuai kaidah dalam Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11
Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005-2025 bersifat umum dan
dipergunakan oleh masyarakat. Didalam Perda tersebut juga diatur
secara pasti mengenai sistematika RPJP daerah, pengendalian dan
evaluasi terkait perencanaan pembangunan.
3. Fungsi Perubahan
Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun
2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005-2025 diharapkan dapat
memberikan dampak positf berupa perubahan pembangunan guna
23

memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan


daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah kebijakan daerah.

2.2.3. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota berisi materi


muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/ atau
penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-Undangan yang lebih
tinggi.

2.2.4. Tahapan Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

1). Perencanaan

Perencanaan Penyusunan Peraturan Rencana Pembangunan


Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru. Pemerintah Daerah
diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah yang meliputi :

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan Peraturan Rencana


Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru
adalah dalam rangka melaksanakan amanat undang-undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yaitu Pemerintah Daerah diwajibkan
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah.
b. Sasaran yang ingin diwujudkan yaitu tercapainya penggunaan
sumber daya secara efesien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan
di Daerah Kota Banjarbaru.
c. Pokok pikiran dalam Peraturan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) yaitu tentang upaya Pembangunan yang
24

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan


masyarakat dari generasi demi generasi.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan


dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disusun
dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Dan
karena pemilihan kepala daerah secara langsung setiap periode lima
tahunan juga menjadi pertimbangan utama pentingnya penyusunan
rencana pembangunan daerah yang berkesinambungan. Maka
pemerintah Kota Banjarbaru menyusun rencana pembangunan
jangka panjang (RPJP) Daerah untuk kurun waktu 20 (dua puluh)
Tahun 2005-2025.

Adapun pelaksanaan Rencana pembangunan Jangka Panjang


(RPJP) Daerah 2005-2025 terbagi dalam beberapa tahap-tahap
perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan
pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan.

2). Penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota


Banjarbaru dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kota Banjarbaru dan Wali kota. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Daerah sebagaimana dimaksud harus atau
wajib disertai dengan penjelasan atau keterangan Peraturan Daerah
Kota Banjarbaru.
Mengingat pentingnya rencana pembangunan dalam dimensi
jangka panjang, serta memenuhi ketentuan pasal 13 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan Nasional dan pasal 1 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, maka pemerintah Kota Banjarbaru
25

menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah


untuk kurun waktu 20 (dua puluh) Tahun 2005-2025.

3). Pembahasan

Pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)


Daerah Kota Banjarbaru dapat berasal dari Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru dan Wali kota.
Pembahasan sebagaimana yang dimaksud adalah Perencanaan
pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional, yang disusun dalam jangka
panjang. Karena itu untuk memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan
arah kebijakan daerah, maka perlu disusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah kurun waktu 20 (dua puluh) tahun
mendatang.

4). Penetapan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11


TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BANJARBARU
TAHUN 2005-2025 sebelum ditetapkan menjadi sebuah Perda,
tahap pertama yang sebelumnya dilakukan yaitu :

I. Tahap Persiapan
1. Orientasi perencanaan daerah
2. Pembentukan tim penyusun RPJP Daerah
3. Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan Dokumen RPJP Daerah
4. Identifikasi stakeholder
5. Penentuan stakeholder untuk konsultasi publik dan FGD
6. Penyiapan draft SK Tim Penyusun dan SK Panduan Penyusunan
dokumen RPJP Daerah
26

7. Penetapan SK Tim Penyusun dan SK Panduan Penyusunan


Dokumen RPJP Daerah
8. Surat Perintah KepDa kepada SKPD & surat permintaan kepada
seluruh stakeholders agar berkontribusi dalam proses RPJP
Daerah
9. Sosialisasi bahwa Daerah akan menyusun RPJP Daerah
10. Perumusan metode dan panduan Jaring Aspirasi, FGD, dan
Musrenbang RPJP Daerah

II. Tahap Penyusunan Rancangan Awal RPJP Daerah


1. Pengumpulan data dan informasi
2. Penyusunan profil daerah dan prediksi masa depan
3. Jaring aspirasi: isu dan harapan masyarakat
4. Review RTRW Provinsi dan Review RTRW Kab/Kota
5. Review RPJP Nasional dan RPJP Daerah Provinsi
6. Draft Rumusan Isu Strategis Daerah Jangka Panjang
7. FGDs Profil Daerah, Prediksi & Isu Strategis Daerah Jangka
Panjang
8. Penetapan isu strategis dan draft visi-misi
9. Perumusan arah pembangunan daerah jangka panjang
10. FGDs Visi-Misi dan Arah Pembangunan Daerah jangka
panjang
11. Formulasi Dokumen Rancangan RPJP Daerah

III. Tahap Pelaksanaan Musrenbang Akhir RPJP Daerah


1. Musrenbang RPJPD
2. Naskah Kesepakatan Hasil Musrenbang Jangka Panjang
Daerah

IV. Tahap Penyusunan Rancangan Akhir RPJPD


1. Penyusunan Dokumen Rancangan Akhir RPJPD
2. Penyusunan Naskah Akademis Rancangan Perda RPJPD
27

V. Tahap PenetapanPeraturan Daerah tentang RPJP Daerah


1. Penyampaian Naskah Perda RPJPD serta lampirannya kepada
Bupati dan Bappeda Kab/Kota
2. Konsultasi dan Diskusi dengan lampirannya kepada Bupati dan
Bappeda Kab/Kota
3. Penyampaian Naskah Perda RPJPD serta lampirannya kepada
DPRD
4. Pembahasan DPRD tentang Ranperda RPJPD
5. Penetapan Ranperda menjadi Perda
6. Dokumen RPJP Daerah yang telah disahkan

5). Pengundangan

Pengundangan dalam perda nomor 11 tahun 2011 termasuk


dalam berita lembaran daerah dibuat dan ditanda tangani oleh
sekretaris daerah serta mendapat persetujuan oleh walikota
Banjarbaru provinsi Kalimantan Selatan agar peraturan tersebut
berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengingat pada saat
penetapan dilakukan maka peraturan tersebut sah dan legal.

2.2.5. Sistematika dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan

A. JUDUL

“ PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11


TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KOTA BANJARBARU
TAHUN 2005-2025 ”

B. PEMBUKAAN

1. Frasa dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


“ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA... ”

2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan


28

“ WALIKOTA BANJARBARU,... ”

3. Konsiderans
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah;
b. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah tersebut akan
digunakan untuk memberikan arah dan pedoman terhadap
pelaksanaan pembangunan di Kota Banjarbaru;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah Kota
Banjarbaru tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang(RPJP)
Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005–2025;
4. Dasar Hukum
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3822);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia ahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintaham
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Neara Republik Indonesia nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
29

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Daerah Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 310);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
14. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2005-2025
15. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota
Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 2
Seri D Nomor Seri 1);

5. Diktum
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU
dan
WALIKOTA BANJARBARU
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU


TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2005-2025.
30

C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum

Pada Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru
Tahun 2005-2025, ketentuan umum diletakkan dalam bab satu
pasal satu. Ketentuan umum ini berisi:
a. batasan pengertian atau definisi;
b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan
pengertian atau definisi; dan/atau
c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
tersendiri dalam pasal atau bab.

2. Materi Pokok yang Diatur

Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Daerah ini yaitu:


Bab II Program Pembangunan Daerah
Bab III Sistematika RPJP Daerah
BAB IV Pengendalian dan Evaluasi RPJP Daerah

Peraturan daerah ini mengatur tentang perencanaan


pembangunan daerah jangka panjang agar berdampak positif dan
menguntungkan masyarakat melalui pembangunan infrastruktur
dan fasilitas umum lainnya yang dibangun berdasarkan skala
prioritas.

3. Ketentuan Penutup
Dalam ketentuan penutup pada pasal 9 Peraturan Daerah
Kota Banjarbaru Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru
Tahun 2005-2025 menjelaskan, peraturan daerah ini berlaku pada
31

tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,


pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam
lembaran daerah kota Banjarbaru. Dengan demikian peraturan
daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, serta agar
setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kota Banjarbaru.

D. PENJELASAN

Pada Perda Nomor 11 Tahun 2011 ini tidak memuat mengenai


penjelasan, semuanya terinci di dalam pasal-pasal di batang tubuh
dan dianggap sudah jelas.

2.2.6. Penyebarluasan Perundang-Undangan

Dalam hal penyebarluasan Peraturan Daerah yang berasal dari


Walikota tersebut dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah hal tersebut
sesuai dengan peraturan penyelenggaraan rencana pembangunan jangka
panjang. Penyebarluasan Peraturan Daerah Kota Banjarbaru atau
Peraturan yang telah diundangkan dalam Lembaran yang memiliki
salinan. Naskah Peraturan Perundang-undangan tersebut yang disebar
luaskan harus merupakan salinan naskah yang telah diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan
Lembaran Daerah. Perundangan ini dibuat untuk menetapkan visi, misi
dan arah pembangunan jangka panjang Kota Banjarbaru; mendukung
koordinasi antar pelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar waktu,
antarfungsi pemerintah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya
32

penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan


berkelanjutan.
33

2.3. Analisis Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13


Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan
Selatan

2.3.1. Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-Undangan

Tata urutan perundang-undangan menurut Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, adalah sebagai berikut:
h. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
i. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
j. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;
k. Peraturan Pemerintah;
l. Peraturan Presiden;
m. Peraturan Daerah Provinsi; dan
n. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun


2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan merupakan sebuah
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sehingga
kedudukannya dalam tata urutan perundang-undangan tersebut berada
di posisi peraturan daerah provinsi.

2.3.2. Fungsi Peraturan Perundang-Undangan

Fungsi Peraturan Daerah Provinsi


a. Menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang, Peraturan Pemerintahan, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, yang secara tegas menyebutnya.
b. Menyelenggarakan lebih lanjut ketentuan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah.
Secara internal, peraturan perundang-undangan menjalankan
beberapa fungsi:
34

1. Fungsi Penciptaan Hukum


Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di buat oleh lembaga
yang berwenang yaitu Gubernur bersama DPRD Provinsi
Kalimantan Selatan.
2. Fungsi Pembaharuan Hukum
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan ini mulai berlaku,
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Ternak Pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
3. Fungsi Kepastian Hukum
Kepastian hukum berarti bahwa peraturan perundang-undangan
dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dan pada
hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
Secara eksternal, peraturan perundang-undangan menjalankan
beberapa fungsi:
1. Fungsi Perubahan
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan diciptakan atau
dibentuk untuk mendorong perubahan masyarakat di bidang
ekonomi, sosial, maupun budaya.
2. Fungsi Stabilitas
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan memberikan kaidah
stabilitasi yang mencakup kegiatan penyebaran dan pengembangan
ternak bantuan. Hal tersebut merupakan fungsi menstabilkan sistem
dalam pengelolaan di Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Fungsi kemudahan
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan yang memiliki sarana
35

dan prasarana harus memenuhi kebutuhan untuk menjamin


keselamatan, peliharaan, dan pengembangan ternak bantuan.

2.3.3. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan

Berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi


daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-unganan yang
lebih tinggi.

2.3.4. Tahapan Proses Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

1). Perencanaan

Perencanaan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan dalam


Program legislasi daerah (Prolegda) provinsi. Prolegda
sebagaimana dimaksud tersebut memuat program pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi, materi yang diatur dan keterkaitannya
dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Materi yang diatur
serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan
lainnya merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang meliputi:
a) Latar belakang dan tujuan penyusunan
Latar belakang dan tujuan penyusunan Peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Ternak Bantuan ini adalah untuk memberi
pedoman bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan penyebaran dan
pengembangan Ternak Bantuan di Daerah, menjamin
pemeliharaan dan pengembangbiakkan Ternak Bantuan
dilaksankan secara professional, bertanggung jawab dan
berkelanjutan, mendukung ketersediaan ternak di daerah dan
mendukung peningkatan kesejahteraan peternak di daerah.
36

b) Sasaran yang ingin diwujudkan


Sasaran yang ingin diwujudkan dalam penyusunan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Ternak Bantuan ini
adalah untuk memperkuat pondasi budi daya dan perbibitan
ternak , meningkatkan populasi ternak, mengoptimalkan
penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan, dan
mendukung ketersediaan ternak di daerah dan mendukung
peningkatan kesejateraan peternak di daerah.
c) Pokok pikiran, lingkup atau objek yang akan diatur; dan
Ternak Bantuan adalah ternak yang disalurkan oleh
Pemerintah Daerah yang pengadaannya berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan
belanja daerah dan/atau sumber dana lain. Lingkup dan objek
yang akan di atur adalah penerima ternak bantuan, jenis dan
jumlah ternak, wilayah dan lokasi penyebaran dan
pengembangan ternak bantuan, sistem penyebaran dan
pengembangan ternak bantuan, tanggung jawab penerima
ternak bantuan, dan monitoring dan evaluasi yang akan
dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi dan Dinas
Peternakan Kabupaten/Kota.
d) Jangkauan dan arah pengaturan.
Materi yang diatur sebagimana dimaksud yang telak
melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam
Naskah Akademik sebagai salah satu persyaratan pembuatan
suatu peraturan daerah. Adapun penyusunan Prolegda Provinsi
dilaksanakan oleh DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah
Provinsi. Program legislasi daerah (Prolegda) Provinsi
ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan
skala prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi.
37

2). Penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi atau Gubernur.
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud harus
atau wajib disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau
Naskah Akademik. Pengecualian persyaratan Naskah Akademik,
hanya dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai:
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
b) pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau
c) perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas
mengubah beberapa materi, disertai dengan keterangan yang
memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah


Provinsi dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah
Akademik yang dapat dilihat pada Bab selanjutnya mengenai
Naskah Akademik. Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah
Akademik sebagaimana dimaksud, tercantum dalam Lampiran I
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.

Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dikoordinasikan oleh
alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi. Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur
dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan
instansi vertical dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum yakni Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (HAM) Republik Indonesia.
38

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur
diatur dengan Peraturan Presiden. Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi dapat diajukan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau
alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan


Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada
diatur dalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh
Gubernur disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada
pimpinan DPRD Provinsi.

Apabila dalam satu masa sidang Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah (DPRD) Provinsi dan Gubernur menyampaikan Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi mengenai materi yang sama, yang dibahas
adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang disampaikan oleh
DPRD Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang
disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk
dipersandingkan

3). Pembahasan

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi bersama
Gubernur. Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud, dilakukan
melalui berbagai tingkat-tingkat pembicaraan. Tingkat-tingkat
pembicaraan sebagaimana dimaksud dilakukan dalam rapat
komisi/panitia/badan/alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
39

Daerah (DPRD) Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi


dan rapat paripurna. Ketentuan yang mengatur mengenai tata cara
pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan
Peraturan DPRD Provinsi.
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali sebelum
dibahas bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi dan Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang
sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan
bersama DPRD Provinsi dan Gubernur. Adapun ketentuan yang
mengatur mengenai tata cara penarikan kembali Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi.

4). Penetapan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui


bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Provinsi.

Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


sebagaimana dimaksud, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi ditetapkan oleh Gubernur


dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
tersebut disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Provinsi dan Gubernur.

Apabila Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana


dimaksud, tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
40

tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib


diundangkan.

Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang


tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut
disetujui bersama, maka kalimat pengesahannya berbunyi:
“Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”.

Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud,


harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah Provinsi
sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah Provinsi dalam
Lembaran Daerah.

5). Pengundangan

Setiap peraturan perundang-undangan harus diundangkan


dengan maksud agar setiap orang tanpa kecuali dapat
mengetahuinya.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun


2014 Tentang Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan Selatan
diundangkan dalam Lembaran Daerah karena merupakan sebuah
Peraturan Daerah Provinsi. Pengundangan dilaksanakan oleh
Sekretaris Daerah. Perda ini mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat pada tanggal diundangkan.

2.3.5. Sistematika dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-


Undangan

A. JUDUL

“PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
TERNAK BANTUAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN”
41

B. PEMBUKAAN

1. Frasa dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa


“ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA... ”

2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan


“ GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,... ”

3. Konsiderans

4. Dasar Hukum
42
43

C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Kalimantan
Selatan.
4. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan yang
selanjutnya disebut Dinas Peternakan Provinsi
adalah satuan kerja perangkat daerah yang tugas
dan fungsinya menangani bidang peternakan di
Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Dinas Peternakan Kabupaten/Kota adalah satuan
kerja perangkat daerah/unit kerja yang tugas dan
fungsinya menangani bidang peternakan di
Kabupaten/Kota.
6. Ternak Bantuan Pemerintah yang selanjutnya
disebut Ternak Bantuan adalah ternak yang
disalurkan oleh Pemerintah Daerah yang
pengadaannya berasal dari anggaran pendapatan
dan belanja negara, anggaran pendapatan dan
belanja daerah dan/atau sumber dana lain.
7. Hibah adalah pemberian ternak bantuan pemerintah
daerah kepada kelompok peternak/petani yang
44

secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,


bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
8. Peternak/Kelompok Peternak adalah orang atau
kelompok orang yang memiliki kegiatan memelihara
ternak dalam menunjang perekonomian keluarga.
9. Lembaga/Instansi adalah lembaga/instansi sebagai
mitra Pemerintah Daerah dalam melakukan
penelitian dan/atau pengembangan di bidang
peternakan.
10. Naskah Perjanjian Hibah Daerah adalah naskah
perjanjian hibah yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah antara pemerintah
daerah dan penerima hibah.

Analisis
Pada Perda ini ketentuan umum diletakkan dalam bab satu
dan memuat hanya satu pasal. Ketentuan umum ini berisi:
a. batasan pengertian atau definisi;
b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan
pengertian atau definisi; dan/atau
c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau
beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
tersendiri dalam pasal atau bab.

Urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum


ini mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan
lebih dahulu dari yang berlingkup khusus;
b. pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok
yang diatur ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan
c.pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di
atasnya diletakkan berdekatan secara berurutan.

2. Materi Pokok yang Diatur


45

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
Maksud penyusunan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Ternak Bantuan adalah untuk:
a. memperkuat pondasi budi daya dan perbibitan
ternak;
b. meningkatkan populasi ternak; dan
c. mengoptimalkan penyebaran dan pengembangan
Ternak Bantuan.

Pasal 3
Tujuan penyusunan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Ternak Bantuan adalah:
a. memberi pedoman bagi Pemerintah Daerah dan
pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan di
Daerah;
b. menjamin pemeliharaan dan pengembangbiakan
Ternak Bantuan dilaksanakan secara professional,
bertanggung jawab, dan berkelanjutan;
c. mendukung ketersediaan ternak di Daerah; dan
d. mendukung peningkatan kesejahteraan peternak di
Daerah.

BAB III
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pasal 4
(1) Kebutuhan Ternak Bantuan di Daerah didasarkan
pada rencana kebutuhan Ternak Bantuan.
(2) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh Dinas Peternakan Provinsi sesuai jenis
ternak.
(3) Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun berdasarkan pada usulan dinas peternakan
Kabupaten/Kota dan/atau Lembaga/Instansi.

Pasal 5
Kepala Dinas Peternakan Provinsi menyampaikan
rencana kebutuhan Ternak Bantuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 kepada Gubernur melalui Tim
Anggaran Pemerintah Daerah untuk mendapat
46

pertimbangan sesuai dengan kemampuan keuangan


Daerah. Pasal 6 Rencana kebutuhan Ternak Bantuan
dan pertimbangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah
menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran
pengadaan Ternak Bantuan.

BAB IV
PELAKSANAAN PENYEDIAAN TERNAK BANTUAN

Pasal 7
(1) Penyediaan Ternak Bantuan dilaksanakan
berdasarkan rencana kebutuhan Ternak Bantuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Penyediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB V
PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN

Bagian Kesatu
Penyebaran dan Pengembangan Ternak Bantuan
kepada Peternak/Kelompok Peternak

Paragraf 1
Umum

Pasal 8
Penyebaran dan Pengembangan Ternak Bantuan
kepada Peternak/Kelompok Peternak dimaksudkan
untuk dipelihara dan dikembangbiakan.

Paragraf 2
Penerima Ternak Bantuan

Pasal 9
(1) Penerima Ternak Bantuan adalah:
a. Peternak/Kelompok Peternak; dan
b. Lembaga/Instansi.
(2) Penerima Ternak Bantuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diprioritaskan untuk kelompok
peternak.
(3) Peternak/Kelompok Peternak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a yang berhak menerima
ternak bantuan adalah:
a. yang memenuhi syarat tertentu; dan
b. tercantum dalam daftar penerima hibah.
47

Pasal 10
Syarat tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a meliputi:
a. mempunyai tempat tinggal tetap;
b. telah berkeluarga;
c. berbadan sehat;
d. berkelakuan baik;
e. memiliki pengalaman sesuai dengan jenis ternak
yang akan diterima; dan
f. tidak pernah menerima Ternak Bantuan sebelumnya.

Pasal 11
(1) Calon penerima Ternak Bantuan yang telah
memenuhi syarat, diseleksi oleh tim dari Dinas
Peternakan Kabupaten/Kota. (2) Nama calon penerima
Ternak Bantuan yang lolos seleksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
bupati/walikota. (3) Nama calon penerima Ternak
Bantuan yang lolos seleksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) oleh kepala Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota diusulkan kepada Gubernur melalui
kepala Dinas Peternakan Provinsi, sebagai penerima
Ternak Bantuan.

Pasal 12
(1) Berdasarkan usulan kepala Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota, kepala Dinas Peternakan Provinsi
menyusun rencana kebutuhan ternak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dengan dilampiri daftar
penerima hibah.
(2) Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(3) Penetapan daftar sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan setelah pencantuman anggaran hibah
Ternak Bantuan dalam rancangan Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS).

Paragraf 3
Jenis dan Jumlah Ternak

Pasal 13
(1) Jenis Ternak Bantuan yang disebarkan dan
dikembangkan dapat berupa:
48

a. sapi;
b. kerbau;
c. kambing/domba;
d. unggas; atau
e. ternak lain yang berpotensi dikembangkan di
kabupaten/kota di Daerah.
(2) Ternak Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang akan disebarkan dan dikembangkan harus
memenuhi syarat kesehatan hewan.
(3) Ternak Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dalam bentuk paket.
(4) Pemberian paket ternak bantuan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 14
Jumlah Ternak Bantuan Pemerintah yang akan
disebarkan dan dikembangkan disesuaikan dengan
daya tampung dan kemampuan Peternak/Kelompok
Peternak.

Paragraf 4
Wilayah dan Lokasi Penyebaran dan Pengembangan
Ternak Bantuan

Pasal 15
(1) Penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan
dilaksanakan dengan ketentuan:
a. wilayah dan lokasi terkonsentrasi dalam satu
kawasan sesuai dengan tata ruang wilayah; dan
b. didukung oleh sarana dan prasarana.
(2) Tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. tata ruang wilayah provinsi; dan
b. tata ruang wilayah kabupaten/kota.
(3) Lokasi penyebaran dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. bebas penyakit hewan menular sesuai jenis ternak
yang disebarkan;
b. sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat;
c. mendukung kelancaran pemasaran; dan
d. mendukung efesiensi dan efektivitas pembinaan.
49

(4) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


ditetapkan oleh kepala Dinas Peternakan Provinsi atas
usul kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota.
(5) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b harus memenuhi kebutuhan untuk
menjamin keselamatan, pemeliharaan, dan
pengembangan Ternak Bantuan yang diserahkan
kepada Peternak/Kelompok Peternak, baik sebelum
maupun sesudah diserahkan.

Paragraf 5
Sistem Penyebaran dan Pengembangan Ternak Bantuan

Pasal 16
Penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan
dilaksanakan dengan sistem Hibah.

Pasal 17
(1) Pelaksanaan Hibah Ternak Bantuan harus
dilengkapi dengan:
a. berita acara serah terima;
b. Naskah Perjanjian Hibah Daerah; dan
c. pakta integritas.
(2) Berita acara serah terima ternak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditandatangani oleh
Kepala Dinas Peternakan atas nama Gubernur dan
peternak atau ketua kelompok peternak penerima dan
diketahui oleh kepala Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota atas nama bupati/walikota.
(3) Naskah Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b ditandatangani oleh
Gubernur dan peternak atau ketua kelompok peternak
Penerima.

(4) Gubernur dapat menunjuk pejabat untuk


menandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah.
(5) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan Gubernur.
(6) Naskah Perjanjian Hibah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat
ketentuan mengenai:
a. identitas para pihak;
b. tujuan pemberian hibah;
c. rincian penggunaan hibah yang akan diterima;
d. hak dan kewajiban para pihak;
50

e. tata cara penyaluran/penyerahan;


f. tata cara pelaporan; dan
g. sanksi.
(7) Pakta integritas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c menyatakan bahwa hibah yang diterima
Peternak/Kelompok Peternak akan dipelihara dan
dikembangkan sesuai dengan ketentuan dalam Naskah
Perjanjian Hibah Daerah.
(8) Format berita acara serah terima, Naskah Perjanjian
Hibah Daerah, dan pakta integritas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 18
Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
terhadap penyebaran dan pengembangan Ternak
Bantuan untuk Kelompok Peternak/Petani berlaku pula
ketentuan perundang-undangan yang mengatur
tentang Hibah. Bagian Kedua Penyebaran dan
Pengembangan Ternak kepada Lembaga/Instansi

Pasal 19
(1) Penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan
kepada Lembaga/Instansi untuk kepentingan
penelitian/pengembangan, menggunakan sistem kerja
sama.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Pasal 20
(1) Penyebaran dan pengembangan Ternak Bantuan
kepada Lembaga/Instansi dilengkapi dengan:
a. perjanjian kerja sama; dan
b. berita acara serah terima.
(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a paling sedikit memuat ketentuan
mengenai:
a. identitas para pihak;
b. tujuan kerja sama;
c. rincian tentang ternak yang dikerjasamakan;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. tata cara penyaluran/penyerahan; dan
f. tata cara pelaporan.
51

BAB VI
TANGGUNG JAWAB PENERIMA TERNAK BANTUAN

Pasal 21
(1) Peternak/Kelompok Peternak dan Lembaga/Instansi
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
kesehatan Ternak Bantuan yang diterimanya.
(2) Dalam hal Ternak Bantuan berupa paket ternak
untuk dikembangbiakan mati/dipotong paksa, majir,
atau hilang bukan karena faktor kesalahan/kelalaian
peternak atau Lembaga/Instansi, penerima Ternak
Bantuan dibebaskan dari tanggung jawab.
(3) Dalam hal Ternak Bantuan sebagaimaan dimaksud
pada ayat (2) mati/dipotong paksa, majir, atau hilang
karena kesalahan/kelalaian peternak atau
Lembaga/Instansi, penerima Ternak Bantuan harus
tetap memenuhi ketentuan dalam Naskah Perjanjian
Hibah Daerah.

Pasal 22
(1) Penetapan penyebab mati/dipotong paksa, majir,
atau hilangnya Ternak Bantuan ditentukan oleh tim.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
oleh kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota
setempat.
(3) Ketentuan mengenai unsur dan tata kerja tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan Kepala Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota.

BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 23
(1) Dinas Peternakan Provinsi dan Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi
atas pelaksanaan penyebaran dan pengembangan
Ternak Bantuan.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Gubernur
setiap bulan dengan tembusan kepada satuan kerja
perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi
pengawasan.
(3) Dalam hal hasil monitoring dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat
52

penggunaan hibah yang tidak sesuai dengan usulan,


penerima hibah dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
yang telah disepakati dalam Naskah Perjanjian Hibah
Daerah.

Analisis
Pada Perda ini materi pokok yang diatur ditempatkan
langsung setelah bab ketentuan umum. Materi pokok dibagi ke
dalam kelompok yang lebih kecil menjadi beberapa bab yaitu:

Bab II Maksud dan Tujuan: disini dijelaskan maksud dan


tujuan dari penyusunan Perda ini.

Bab III Perencanaan dan Penganggaran: disini dijelaskan alur


perencanaan dan penganggaran kebutuhan ternak.

Bab IV Pelaksanaan Penyediaan Ternak Bantuan: disini


dijelaskan dasar penyediaan ternak bantuan dan siapa yang
bertanggungjawab melaksanakan penyediaan tersebut.

Bab V Penyebaran dan Pengembangan: Pada bab ini dibagi


menjadi dua bagian. Bagian pertama berjudul “penyebaran dan
pengembangan ternak bantuan kepada peternak/kelompok
peternak”, disini dibahas siapa penerima ternak bantuan, jenis dan
jumlah ternak, wilayah dan lokasi penyebaran dan pegembangan
ternak bantuan, serta sistem penyebaran dan pengembangan
ternak bantuan. Bagian kedua berjudul “penyebaran dan
pengembangan ternak kepada lembaga/instansi”, didalamnya
dibahas ketentuan mengenai pelaksanaan hal ini.

Bab VI Tanggung Jawab Penerima Ternak Bantuan: disini


dijelaskan apa saja tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh
penerima ternak bantuan.

Bab VII Monitoring dan Evaluasi: disini dijelaskan siapa


yang melakukan dan kepada siapa hasil pertanggungjawaban
diserahkan.

3. Ketentuan Peralihan

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24
Perjanjian yang sudah ada sebelum berlakunya
Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sepanjang tidak
53

dilakukan perubahan perjanjian oleh Pemerintah


Daerah.

Analisis
Pada Perda ini terdapat ketentuan peralihan yang terletak
sebelum Bab Ketentuan Penutup. Ketentuan peralihan ini memuat
penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum
yang sudah ada berdasarkan Perda yang lama terhadap Perda
yang baru, yang bertujuan untuk:
a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b. menjamin kepastian hukum;
c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena
dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
dan
d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat
sementara.

4. Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir.


Ketentuan penutup terdiri atas pasal 25 yang isinya menyatakan
“Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Ternak Pemerintah di
Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2010 Nomor 2), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku”. Pasal ini mengubah status Peraturan
Perundang-undangan yang sudah ada menjadi tidak berlaku lagi.
Materi muatan dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru
menyebabkan penggantian seluruh materi muatan dalam
Peraturan Perundang-undangan yang lama, sehingga dalam
Peraturan Perundang-undangan yang baru secara tegas dikatakan
mengenai pencabutan seluruh materi muatan Peraturan
Perundang-undangan yang lama.
54

Kemudian terdapat pasal 26 yang menyebutkan, “Peraturan


Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan”. Dengan demikian jelas dikatakan
bahwa peraturan daerah mengenai pengelolaan ternak bantuan di
Provinsi Kalimantan Selatan ini mulai berlaku sejak diundangkan
dan di sahkan oleh lembaga terkait dalam hal ini Gubenur
Kalimantan Selatan. Dan juga dalam ketentuan penutup
dijelaskan pula mengenai supaya setiap orang dapat mengetauinya
dalam hal ini dari ketentuan penutup ini menekankan untuk
mensosialisasikan dan menjadikan perda ini lampiran pemerintah
daerah Kalimantan Selatan utuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

D. PENUTUP

Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-


undangan yang memuat:
a. rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan
Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah
Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah
Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;
b. Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan
Perundang-undangan;
c. pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan;
dan
d. akhir bagian penutup.

Dalam perda no. 13 tahun 2014 ini pada bagian penutup sudah
memuat semua yang dimaksud dalam teori diatas mengenai
tanggal, bulan, dan tahun yaitu “tanggal 10 September 2014”,
55

penetapan “Ditetapkan di Banjarmasin”, serta telah mencantumkan


pejabat yang mengesahakan yaitu “Gubernur Kalimantan Selatan
H. Rudy Ariffin” dan yang mengundangakan perda tersebut yaitu
“Sekretaris Daerah Kalimantan Selatan Muhammad Arsyadi”.
Serta telah mencantumkan atau memasukan Perda ini ke dalam
“LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN TAHUN 2014 NOMOR 13”.

E. PENJELASAN

Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan


Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh
karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa,
kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat
disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk
memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan
terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.
Di dalam perda no. 13 tahun 2014 mengenai pengelolaan ternak
bantuan di Provinsi Kalimantan Selatan ini terdapat muatan
mengenai penjelasan yang gerdiri atas penjelasan umum dan
penjelasan pasal demi pasal secara lebih terinci. Rincian penjelasan
umum dan penjelasan pasal demi pasal diawali dengan angka
Romawi dan ditulis dengan huruf kapital. Penjelasan umum memuat
uraian secara sistematis mengenai latar belakang pemikiran, maksud,
dan tujuan penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang telah
tercantum secara singkat dalam butir konsiderans, serta asas, tujuan,
atau materi pokok yang terkandung dalam batang tubuh Peraturan
Perundang-undangan.
Rumusan penjelasan pasal demi pasal memperhatikan hal
sebagai berikut:
a. tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam batang
tubuh;
56

b. tidak memperluas, mempersempit atau menambah pengertian


norma yang ada dalam batang tubuh;
c. tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur
dalam batang tubuh;
d. tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa, atau pengertian yang
telah dimuat di dalam ketentuan umum; dan/atau
e. tidak memuat rumusan pendelegasian
Penjelasan pasal demi pasal dalam perda ini sudah memenuhi
ketentuan di atas.

2.3.6. Penyebarluasan Perundang-Undangan

Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi


dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan.

Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan dan
Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan yang dikoordinasikan
oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi.

Adapun Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi


yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD.

Sedangkan Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang


berasal dari Gubernur dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.

Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi yang telah


diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan bersama oleh DPRD
Kalimantan Selatan dan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan.
57

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari analisis peraturan daerah yang telah diuraikan di atas, kami menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Penyusunan Prolegda Provinsi Kalimantan Selatan dikoordinasikan oleh


biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait. Selanjutnya,
hasil penyusunan Prolegda oleh Pemerintah Provinsi dikoordinasikan dengan
DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, dan setelah tercapai kesepakatan
bersama menjadi Prolegda Provinsi, maka ditetapkan dalam Rapat Paripurna
DPRD Provinsi yang kemudian di tetapkan melalui Keputusan DPRD
Provinsi Kalimantan Selatan. Kemudian proses penyusunan yang ada di
lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan ini secara mutatis
mutandis juga berlaku pada Prolegda Kabupaten;

Pembatalan Perda berpengaruh terhadap jalannya roda pemerintahan


daerah, namun bukan berarti hal ini menghambat Prolegda karena hal itu
telah diantisipasi oleh Pasal 38 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
58

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2020 Tentang


Penyelenggaraan Keamanan Pangan. Diakses dari
http://jdih.kalselprov.go.id/product/detail/749 (2 April 2021)

Peraturan Daerah Kota Banjarmaru Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2005-
2025. Diakses dari http://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/23461 (22 Maret
2021)

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang


Pengelolaan Ternak Bantuan di Kalimantan Selatan. Diakses dari
http://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/11988 (2 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai